Cari Blog Ini

Senin, 27 Januari 2025

MEMBANGUN BANGSA DAN NEGARA SETURUT KEHENDAK TUHAN

 

MEMBANGUN BANGSA DAN NEGARA SETURUT KEHENDAK TUHAN

 

Doa Pembuka

Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Amin.

Allah Bapa yang penuh kasih,terima kasih untuk segala rahmat yang Engkau berikan kepada kami sepanjang hidup kami. Pada kesempatan yang indah ini kami akan belajar untuk memahami tentang membangun masyarakat yang Engkau kehendaki. Semoga kami dapat menjadi saluran berkat bagi bangsa dan negara tercinta dengan mengambil bagian dalam pembangunan sesuai kehendak-Mu. Amin.

Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Amin.

 

Langkah Pertama: Membangun Bsangsa Dan Negara Seturut Kehendak Tuhan

1.    Apersepsi

Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan mengajak peserta didik berdialog dan mengajak mereka mengingat kembali tema pembelajaran sebelumnya tentang tantangan dan peluang umat Katolik dalam membangun bangsa dan negara. Guru menanyakan, misalnya adakah kesulitan atau hambatan dalam melakukan penugasan terkait rencana aksi, khususnya pada subpokok tersebut.

Selanjutnya guru menyampaikan materi pembelajaran saat ini yaitu tentang Membangun Masyarakat yang Dikehendaki Tuhan. Berkaitan dengan materi pembelajaran ini, guru dapat memotivasi belajar peserta didik dengan pertanyaan, misalnya: bagaimana cara membangun masyarakat yang dikehendaki Tuhan?

Nah, mari kita memulai pembelajaran dengan menyimak artikel berikut ini.

 

2.    Mengamati situasi kehidupan kita

a.    Peserta didik membaca dan menyimak artikel berikut ini.

Visi Indonesia 2045: Manfaatkan Bonus Demografi Demi Wujudkan Indonesia Maju

Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro berbicara mengenai pentingnya penyelarasan Visi Indonesia 2045 dengan visi, misi, dan program pemerintah untuk memastikan keberlanjutan pembangunan di Indonesia. “Dalam mewujudkan Visi Indonesia 2045 menjadi negara yang Berdaulat, Maju, Adil, dan Makmur, Kementerian PPN/Bappenas berkewajiban menghasilkan perencanaan tahunan, lima tahunan, maupun dua puluh tahunan. Oleh karenanya, keberlanjutan visi, misi, dan program pemerintah menjadi sangat penting untuk memastikan keberlanjutan pembangunan nasional. Mengingat Indonesia akan mengalami bonus demografi, menjadi kesempatan emas bagi kita untuk dapat mewujudkan mimpi bangsa Indonesia menjadi negara maju. Dengan memanfaatkan sebaik- baiknya momen bonus demografi yang terjadi satu kali dalam sejarah bangsa,” jelas beliau dalam Media Visit ke Tempo Group di Palmerah, Jakarta Selatan, Senin (8/4).

Visi Indonesia 2045 memiliki empat pilar utama.

Pilar Pertama: Pembangunan Manusia dan Penguasaan IPTEK, dengan peningkatan taraf pendidikan rakyat Indonesia secara merata, peran kebudayaandalam pembangunan, sumbangan IPTEK dalam pembangunan, derajat kesehatan dan kualitas hidup rakyat, serta reformasi ketenagakerjaan.

Pilar kedua: Pembangunan Ekonomi yang Berkelanjutan, melalui peningkatan iklim investasi, perdagangan luar negeri yang terbuka dan adil, industri sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi, pengembangan ekonomi kreatif dan digital, peran pariwisata Indonesia sebagai destinasi unggulan, pembangunan ekonomi maritim,pemantapan ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani, pemantapan ketahanan air, peningkatan ketahanan energi, dan komitmen terhadap lingkungan hidup.

Pilar ketiga: Pemerataan Pembangunan, dengan percepatan pengentasan kemiskinan, pemerataan pendapatan, pemerataan wilayah, dan pembangunan infrastruktur yang merata dan terintegrasi.

Pilar keempat: Pemantapan Ketahanan Nasional dan Tata Kelola Pemerintahan, dengan meningkatkan demokrasi Indonesia menuju demokrasi yang mengemban amanat rakyat, reformasi birokrasi dan kelembagaan, memperkuat sistem hukum nasional dan antikorupsi, pelaksanaan politik luar negeri yang bebas aktif, serta penguatan pertahanan dan keamanan.

Saat ini, dasar hukum penyusunan pembangunan nasional dijelaskan dalam UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Pasal 4 Ayat (2) bahwa RPJMN merupakan penjabaran visi, misi, dan program presiden yang penyusunannya berpedoman pada RPJPN, yang memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program K/L dan Lintas K/L, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan pendanaan indikatif. Ke depan, Visi Indonesia 2045 akan menjadi landasan dalam penyusunan perencanaan pembangunan nasional baik jangka menengah maupun panjang.

Sumber: www.bappenas.go.id (2019)/

 

b.    Pendalaman

Peserta didik berdiskusi, dalam kelompok dengan panduan pertanyaan-pertanyaan, misalnya:

1)   Apa pesan dan kesanmu tentang artikel itu?

2)   Mengapa bonus demografi itu menjadi hal yang menjanjikan bagi generasi milenial?

3)   Apa itu Visi Indonesia 2045 dan keempat pilar utama pembangunannya?

4)   Jelaskan mengapa cita-cita bangsa Indonesia yang digagaskan oleh pendiri bangsa, Soekarno-Hatta dan para pendiri lainnya, masih terus diperjuangkan hingga saat ini!

5)   Sebagai orang Katolik Indonesia, mengapa kita harus mendukung pembangunan yang berkeadilan sosial?

 

c.     Melaporkan hasil diskusi

Peserta didik melaporkan hasil diskusi kelompoknya masing-masing dan peserta lain dapat memberikan tanggapan.

 

d.    Penjelasan

Guru memberikan penjelasan sebagai peneguhan atas hasil diskusi peserta didik, misalnya:

1)      Bangsa Indonesia bercita-cita mewujudkan negara yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Negara Indonesia bercita-cita mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Adapun visi bangsa Indonesia adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa dan berahklak mulia, cinta tanah air,berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin.

2)      Cita-cita bangsa Indonesia yang digagaskan oleh pendiri bangsa, Soekarno- Hatta dan para pendiri lainnya, masih terus diperjuangkan hingga saat ini. Memang harus diakui bahwa kekurangan masih terjadi di masyarakat, namun langkah perbaikan juga terus diupayakan oleh pemerintah salah satunya adalah pemerataan keadilan sosial.

3)      Mengingat Indonesia akan mengalami bonus demografi, menjadi kesempatan emas bagi kita untuk dapat mewujudkan mimpi bangsa Indonesia menjadi negara maju. Dengan memanfaatkan sebaik-baiknya momen bonus demografi yang terjadi satu kali dalam sejarah bangsa.

4)      Visi Indonesia 2045 memiliki empat pilar utama. Pilar Pertama: Pembangunan Manusia dan Penguasaan IPTEK, dengan peningkatan taraf pendidikan rakyat Indonesia secara merata, peran kebudayaan dalam pembangunan, sumbangan IPTEK dalam pembangunan, derajat kesehatan dan kualitas hidup rakyat, serta reformasi ketenagakerjaan.

5)      Pilar kedua: Pembangunan Ekonomi yang Berkelanjutan, melalui peningkatan iklim investasi, perdagangan luar negeri yang terbuka dan adil, industri sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi, pengembangan ekonomi kreatif dan digital, peran pariwisata Indonesia sebagai destinasi unggulan, pembangunan        ekonomi maritim,pemantapan ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani, pemantapan ketahanan air, peningkatan ketahanan energi, dan komitmen terhadap lingkungan hidup.

6)      Pilar ketiga: Pemerataan Pembangunan, dengan percepatan pengentasan kemiskinan, pemerataan pendapatan, pemerataan wilayah, dan pembangunan infrastruktur yang merata dan terintegrasi.

7)      Pilar keempat: Pemantapan Ketahanan Nasional dan Tata Kelola Pemerintahan, dengan meningkatkan demokrasi Indonesia menuju demokrasi yang mengemban amanat rakyat, reformasi birokrasi dan kelembagaan, memperkuat sistem hukum nasional dan antikorupsi, pelaksanaan politik luar negeri yang bebas aktif, serta penguatan pertahanan dan keamanan.

 

Langkah Kedua: Mendalami Ajaran Kitab Suci Dan Ajaran Gereja

1.    Ajaran Kitab Suci.

a.    Membaca/menyimak pesan Kitab Suci

Peserta didik membaca dan menyimak teks Injil Lukas 4:18–19

18"Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku

19untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."

 

b.    Pendalaman

Peserta didik berdiskusi dalam kelompok, dengan beberapa pertanyaan berikut:

1)   Apa sikap Yesus terhadap orang-orang kecil yang tertindas pada zaman-Nya?

2)   Apa sikap Yesus terhadap para penguasa pada zaman-Nya?

3)   Apa pandanganmu sebagai seorang Katolik menghadapi krisis politik dan krisis ekonomi di Indonesia saat ini?

4)   Apa ajaran dan tindakan Yesus yang dapat kamu teladani dalam menghadapi sitausi politik dan ekonomi yang cenderung merugikan orang banyak, khususnya rakyat jelata?

 

c.     Melaporkan hasil diskusi

Setelah berdiskusi dalam kelompok, peserta didik melaporkan hasil diskusi kelompoknya masing-masing dan peserta lainnya dapat menanggapinya.

 

d.    Penjelasan

Guru memberi penjelasan sebagai peneguhan atas jawaban peserta didik dalam diskusi, misalnya:

1)      Sekilas gambaran latar belakang situasi sosial politik – ekonomi sebelum dan sesudah Yesus.

Setelah masa pembuangan bangsa Israel di Babilonia, enam abad sebelum Yesus, Palestina tunduk kepada kerajaan Persia, Yunani, dan kekaisaran Romawi. Belakangan cecara internal, masyarakat Pelestina dikuasai oleh raja-raja dan pejabat boneka yang ditunjuk oleh penguasa Roma. Selain pejabat-pejabat boneka itu, masih ada kelas pemilik tanah yang kaya raya dan kaum rohaniwan kelas tinggi yang suka menindas rakyat demi kepentingan dan kedudukan mereka. Golongan ini sering memihak penjajah, supaya mereka tidak kehi¬langan hak istimewa atau nama baik di mata penjajah karena Roma mempunyai kekuasaan mencabut hak milik seseorang. Siapa yang tidak takut? Jadi lebih baik bermanis- manis terhadap Roma, biar untuk itu rakyat kecil harus menderita.

Kolonial Romawi secara tidak langsung mengendalikan kaum aristokrat setempat dan para tuan tanah. Hal ini dapat dengan mudah dilaku¬kan, karena Roma mempunyai kekuasaan mencabut hak milik seseorang seperti yang sudah disinggung di atas. Oleh karena itu para aris¬tokrat (baik sipil maupun rohaniwan) berkepentingan bekerja sama dengan penguasa Romawi. Selain itu ada pejabat- pejabat yang menjadi perantara yang ditunjuk langsung oleh penguasa Romawi dan pada umumnya diambil dari kalangan sesepuh Sanhendrin (Majelis Agung) serta majelis rendah yang diambil dari kelas bawah. Mereka bertanggungjawab mengumpulkan pajak. Dominasi militer terlihat dengan kehadiran tentara Romawi di mana-mana. Mereka diambil dari Siria atau Palestina, tetapi tidak dari kalangan Yahudi.

Kadang-kadang situasi yang menekan tidak tertahankan, sehingga timbul pemberontakan yang umumnya digerakan oleh kaum Zelot yang bermarkas di Galilea; namun selalu dapat dipadamkan. Biasanya terjadi banjir darah dalam penumpasan itu. Itu sebabnya pengharapan akan datangnya tokoh dan masa mesianis yang nasiona¬lis bertumbuh subur di kalangan pejuang Zelot.

2)      Sikap dan Tindakan Yesus

Yesus Kristus hidup di zaman yang penuh pergolakan politik dibawah bangsa penjajah Romawi serta raja bonekanya di Palestina. Ketika Yesus mulai tampil di hadapan publik untuk mewartakan kabar baik tentang Kerajaan Allah, Ia menyatakan perutusan-Nya:

”Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia mengurapi Aku,untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (Luk 4:18–19).

Kehidupan rakyat jelata semasa Yesus sungguh memprihatinkan. Mereka ditindas dan dihimpit oleh para penguasa dan pemimpin-pemimpin agama. Bangsa Yahudi waktu itu dikuasai oleh Kekaisaran Roma. Roma menempatkan seorang gubernur dengan tentaranya yang cukup kuat di Palestina. Waktu Yesus mulai aktif berkhotbah, Pontius Pilatus menjadi gubernur Roma di Palestina, sedangkan rajanya ialah Herodes. Roma tidak campur tangan dalam kehidupan sosial dan keagamaan bangsa Yahudi, asal mereka tidak memberontak dan rajin membayar pajak.

Pajak memang membebani rakyat miskin. Betapa tidak! Selain pajak kepada pemerintah penjajah, masih ada lagi pajak kepada pemerintahan daerah dan pajak agama. Pajak agama ialah pajak bagi bait Allah yang berupa sepersepuluh dari hasil bumi. Selain dihimpit oleh para penguasa, rakyat kecil masa itu dihimpit pula oleh para rohaniwan, yaitu kaum Farisi. Kaum Farisi itu berjuang untuk menjaga kemurnian agama. Mereka mewajibkan diri untuk melaksanakan bermacam- macam tindakan religius dan ritual, seperti puasa, matiraga, dan sebagainya. Orang-orang Farisi tidak hanya berada di Yerusalem, tetapi juga di desa-desa di seluruh tanah Yahudi. Karena kegiatan mereka, pengaruh mereka sangat besar dalam masyarakat. Di antara mereka terdapat para rabbi yang mengajar seluruh rakyat. Akan tetapi, di balik semuanya itu mereka sebenarnya suka memanipulasi hukum-hukum Taurat dan menciptakan 1001 macam peraturan yang sangat menekan rakyat kecil, tetapi menguntungkan diri mereka sendiri.

Terhadap penindasan dan ketidakadilan seperti itu, Yesus bangkit untuk membela rakyat kecil yang menderita. Ia mengecam keras para penguasa tanpa takut. Yesus tak pernah bungkam terhadap praktik-praktik yang tidak adil. Ia tidak berdiam diri atau bersikap kompromistis supaya terelak dari kesulitan. Ia sudah bisa membayangkan risikonya. Akan tetapi, Ia konsekuen. Tak segan Ia mengkritik mereka yang ”berpakaian halus di istana” (Mat. 11:8). Ia mengecam raja-raja yang tak mengenal dan mencintai Allah, tetapi menindas rakyat. Ia mengecam penguasa-penguasa yang menyebut diri ”pelindung rakyat” (Luk. 22:25). Ia tak takut menyebut raja Herodes sebagai serigala (Luk. 13:32).

Dan, apa kata Yesus kepada kaum Farisi, golongan rohaniwan masa-Nya yang sangat berpengaruh itu? Kita kutip langsung ucapan-ucapan-Nya, antara lain sebagai berikut.

”Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat” (Mat. 23:14).

”Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis, dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan” (Mat. 23:23).

Yesus sangat berani berhadapan dengan para penguasa, entah penguasa pemerintahan, maupun pengauasa kegamaan. Kaum Farisi adalah golongan yang sangat berpengaruh pada saat itu, seperti para rohaniwan pada masa kita sekarang ini! Yesus tahu risikonya. Ia berani membela rakyat kecil. Ia menyerang setiap penindasan dan ketidakadilan sosial.

Yesus mewartakan Kabar Gembira dan Kabar Gembira bukanlah suatu program sosial politis. Orang boleh mengikuti warta-Nya dengan komitmen sosial politik apa pun. Kritik-Nya yang tajam terhadap penguasa tidak bernada politis dan perjuangan kelas. Ia hanya mau menegakkan nilai-nilai Kerajaan Allah, seperti keadilan, cinta kasih, dan perdamaian. Para penguasa dan pemimpin- pemimpin agama harus menegakkan nilai-nilai itu. Mereka harus melayani rakyat kecil, bukan menindas!

Mungkin saja orang melihat Yesus sebagai seorang tokoh revolusioner dan pembebas, tetapi tokoh yang membebaskan manusia dari egoisme, kesombongan, kesewenang-wenangan, ketidakadilan, dan sebagainya. Yesus memang Pembebas; membebaskan manusia tanpa kekerasan. Suatu pembebasan yang muncul dari batin manusia, lalu mewujud dalam masyarakat dalam bentuk apa pun. Pembebasan juga berupa pertobatan, yaitu suatu peralihan sikap dari segala praktik egoistis kepada sikap mengabdi Allah dan sesama.

 

2.    Ajaran Gereja

“Antara pewartaan Injil dan kemajuan manusiawi-perkembangan dan pembebasan- memang terdapat ikatan yang mendalam. Termasuk di situ ikatan pada tingkat antropologi, sebab manusia yang harus menerima pewartaan bukan sesuatu yang abstrak, melainkan terkena oleh masalah-persoalan sosial dan ekonomi. Termasuk pula ikatan pada tingkat teologis, sebab rencana penciptaan tidak terceraikan dari rencana penebusan. Rencana kedua itu menyangkut pelbagai situasi sangat konkret ketidak-adilan yang harus diperangi, dan keadilan yang harus dipulihkan. Tercakup juga ikatan pada tingkat sangat Injili, yakni ikatan cinta kasih: sebab menurut kenyataan, bagaimana orang dapat mewartakan perintah baru, tanpa mendukung dalam keadilan dan perdamaian kemajuan manusia yang otentik- sejati? Kami sendiri berusaha menunjukkan itu dengan mengingatkan, bahwa mustahillah menerima ”bahwa dalam pewartaan Injil orang dapat atau harus tidak mau tahu-menahu tentang pentingnya masalah-persoalan yang sekarang ini begitu banyak diperdebatkan, tentang keadilan, pembebasan, perkembangan dan perdamaian di dunia. Andaikata begitu, itu berarti melupakan pelajaran yang kita terima dari Injil tentang cinta kasih terhadap sesama yang sedang menderita dan serba kekurangan”. Suara-suara serupa, yang selama Sinode penuh semangat, kearifan dan keberanian menyentuh tema yang hangat itu, –dan ini sangat menggembirakan kami– telah menyajikan prinsip-prinsip yang gemilang untuk dengan cermat memahami penting dan mendalamnya makna pembebasan, seperti diwartakan dan dilaksanakan oleh Yesus dari Nazareth, dan disiarkan oleh Gereja”. (Evangelii Nuntiandi artikel 31).

 

Langkah Ketiga: Menghayati Makna Membangun Bangsa Dan Negara Seturut Kehendak Tuhan

1.    Refleksi

Peserta didik menuliskan sebuah refleksi tentang keterlibatan dirimu dalam pembangunan bangsa dan negara sesuai dengan kehendak Tuhan. Refleksi bisa dalam bentuk essay, doa, puisi, dan lain-lain.

Peserta didik membuat sebuah roadmap yang berisikan peranmu bagi masyarakat Indonesia di masa depan, bertitik tolak dari cita-cita kariermu di masa depan.

2.    Aksi

Peserta didik membuat rencana aksi untuk terlibat aktif di tempat tinggal masing- masing, yaitu kerja bhakti, gotong royong di lingkungan RT, RW, dan desa atau kelurahan. Peserta didik diminta untuk menjadi motor dari gerakan kerja gotong royong di tempat tinggalnya itu.

 

Doa Penutup

Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Amin.

Terima kasih ya Allah Tritunggal, atas berkat dan rahmat-Mu, kami dapat mengikuti kegiatan pembelajaran tentang membangun masyarakat yang Engkau kehendaki. Semoga kami sebagai generasi muda bangsa dapat mengambil bagian dalam pembangunan dengan menggunakan talenta yang Engkau berikan kepada kami masing-masing, demi kemuliaan-Mu, sepanjang segala masa. Amin.

Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Amin.

 

Rangkuman

§  Bangsa Indonesia bercita-cita mewujudkan negara yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Negara Indonesia bercita-cita mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Adapun visi bangsa Indonesia adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa dan berahklak mulia, cinta tanah air,berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin. Umat Katolik turut mengambil bagian dalam perjuangan untuk mebangun bangsa dengan asas keadilan sosial, merupakan bentuk perwujutan imannya akan Yesus Kristus sebagai pusat idup iman kristiani.

§  Yesus Kristus adalah tokoh yang berani berhadapan dengan para penguasa, entah penguasa pemerintahan, maupun penguasa kegamaan. Kaum Farisi adalah golongan yang sangat berpengaruh pada saat itu, seperti para rohaniwan pada masa kita sekarang ini! Yesus tahu risikonya. Ia berani membela rakyat kecil. Ia melawan setiap penindasan dan ketidakadilan sosial. Yesus menegakkan nilai-nilai Kerajaan Allah, seperti keadilan, cinta kasih, dan perdamaian. Para penguasa dan pemimpin-pemimpin agama harus menegakkan nilai-nilai itu. Mereka harus melayani rakyat kecil, bukan menindas. Itulah sikap dan ajaran Yesus, melayani bukan dilayani.

§  Yesus adalah seorang Pembebas sejati; membebaskan manusia tanpa kekerasan. Suatu pembebasan yang muncul dari batin manusia, lalu mewujud dalam masyarakat dalam bentuk apa pun. Pembebasan juga berupa pertobatan, yaitu suatu peralihan sikap dari segala praktik egoistis kepada sikap mengabdi Allah dan sesama.

§  Ajaran Gereja: Ketidakadilan harus diperangi, dan keadilan yang harus dipulihkan. Tercakup juga ikatan pada tingkat sangat Injili, yakni ikatan cinta kasih: sebab menurut kenyataan, bagaimana orang dapat mewartakan perintah baru, tanpa mendukung dalam keadilan dan perdamaian kemajuan manusia yang otentik-sejati.

§  Gereja harus hadir untuk mewartakan Kerajaan Allah di tengah dunia yang penuh dengan persoalan. Gereja harus berpihak pada orang-orang kecil dan yang tertindas, baik secara ekonomi, politik, dan sebagainya.

§  Gereja melanjutkan karya keselamatan Kristus di dunia. Gereja sebagai sakramen Kristus, yaitu sebagai tanda dan sarana keselamatan bagi umat manusia.