MEMBANGUN MASYARAKAT YANG DIKEHENDAKI TUHAN
MATERI
Ketika para Bapak Bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, cita-cita mereka adalah Indonesia nan jawa, adil, makmur dan damai sejahtera bagi seluruh rakyatnya (sila kelima pancasila). Akan tetapi situasi politik dewasa ini dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi atau kelompok dan tidak ada usah serius untuk memperjuangkan kesejahteraan bersama. Bukan kepentingan bangsa yang diutamakan melainkan kepentingan kelompok dan kepentingan pribadi saja. Terjadilah pengkotak-kotakan masyarakat yang akhirnya melahirkan berbagai macam bentuk kekerasan.
Sedangkan dalam bidang ekonomi, negeri kita praktis dikuasai oleh segelintir orang yang memiliki modal atau kekayaan yang sangat besar. Selain itu, tatanan ekonomi yang berjalan di Indonesia mendorong kolusi kepentingan antara pemilik modal dan pejabat untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Akibatnya, terjadi penggusuran, eksploitasi alam, serta berbagai masalah sosial seperti ketidakadilan dan kemiskinan.
Akar masalahnya adalah:
- Kurangnya iman yang menjadi sumber inspirasi kehidupan nyata.
- Kerakusan akan kekuasaan dan kekayaan.
- Nafsu untuk mengejar kepentingan sendiri.
- Dalil “mencapai tujuan dengan menghalalkan segala cara” yang dianut.
Pada zaman Yesus, rakyat jelata mengalami ketidakadilan dan penindasan yang secara semena-mena dilakukan oleh para penguasa dan pemimpin-pemimpin agama. Berhadapan dengan hal tersebut, Yesus tidak tinggal diam atau bersifat kompromistis, melainkan tak segan-segan mengkritik para pelaku penindasan dan ketidakadilan dengan kecaman-kecamannya (Mat 11,8; Luk 13,22; Mat 23,14-23). Ia juga mewartakan Kerajaan Allah bukan hanya dengan perkataanNya melainkan dengan perbuatan-perbuatannya. Ia ingin para penguasa dan pemimpin agama ikutserta menegakkan nilai-nilai Kerajaan Allah seperti keadilan, cinta kasih, dan perdamaian.
Ciri khas pembebasan yang dilakukan oleh Yesus adalah:
- Terbit dari batin manusia lalu terwujud dalama masyarakat.
- Berupa pertobatan, yaitu suatu peralihan sikap dari segala praktik egoistis kepada sikap mengabdi Allah dan sesama.
Sebagai umat Kristiani, kita hendaknya berusaha dan berjuang untuk membangun etika dan moralitas yang mengutamakan kepentingan umum (bonum commune), yaitu kesejahteraan yang merata bagi seluruh warga. Untuk itu, ada delapan prinsip dalam membangun masyarakat yang adil dan sejahtera, yaitu: hormat terhadap martabat manusia, kebebasan, keadilan, solidaritas, subsidiaritas, sikap jujur dan tulus iklas, demokrasi, serta tanggung jawab.
Cara, pola, dan pendekatan perjuangan kita harus merupakan gerakan yang melibatkan sebanyak mungkin orang mulai dari tingkat basis. Beberapa hal yang perlu diperhatikan menyangkut gerakan tersebut adalah:
- Gerakan ini merupakan gerakan pembaruan pikiran dan roh.
- Gerakan pembaruan ini hendaknya menjadi gerakan sosial dan moral ke arah pertobatan dan hidup baru.
- Gerakan pembaruan ini hendaklah sungguh dilaksanakan sebagai suatu gerakan sosial, moral, dan rohani yang bermuara pada aksi untuk pembangunan masyarakat yang adil dan sejahtera.
- Gerakan ini sebaiknya menjadi gerakan semua orang yang hendaklah dimulai dari diri sendiri dan kelompok sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar