Cari Blog Ini

Selasa, 16 Januari 2018

Kemajemukan Bangsa Indonesia

KEMAJEMUKAN BANGSA INDONESIA

    Semboyan negara kita, “Bhineka Tunggal Ika” (berbeda-beda tetapi tetap satu), ingin menunjukkan bahwa Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam ras, suku, bahasa, agama, dan budaya namun tetap merupakan satu kesatuan, yaitu bangsa Indonesia, bahasa Indonesia, dan Negara Indonesia.
    Keanekaan Bangsa Indonesia hendaklah disadari sebagai kekayaan yang patut kita syukuri dan kita jaga. Tuhan menciptakan umat manusia dalam perbedaan maka kemajemukan merupakan keadaan yang tak terhindarkan. Setiap orang harus belajar mengambil sikap yang tepat dan belajar bertindak secara arif untuk biasa hidup dan membangun masyarakat dalam keanekaan. Selain itu, keanekaan harus diterima dan dihayati dalam satu kesatuan sebagai bangsa.
    Kesatuan kita jangan dipahami sebagai sebuah keseragaman sebab kesatuan lebih memungkinkan keanekaragaman di dalamnya. Dengan demikian, ungkapan “beranekaragam namun satu” di Indonesia benar-benar mendapatkan tempatnya. Akan tetapi, kebhinekatunggalikaan itu bukanlah hal yang sudah selesai, sempurna, dan statis melainkan harus terus menerus dipertahankan, diperjuangkan, diisi, dan diwujudkan dalam hidup berbangsa dan bernegara Indonesia.
    Dalam masyarakat yang majemuk seperti di negara kita ini, rawan sekali dengan berbagai macam tantangan berupa konflik, kerusuhan, bahkan ancaman perpecahan dan disintegrasi. Beberapa penyebabnya antara lain, ketidakadilan, primordialisme, serta fanatisme suku/agama yang sempit.
    Dalam Perjanjian Lama, diceritakan bahwa Bangsa Terpilih seringkali memiliki satu Tuhan, satu bangsa, satu negeri, satu tempat ibadat, dan satu tata hukum (Ul 12). Dari sejarahnya, ternyata ketika mereka bersatu, mereka menjadi kuat dan menjadi bangsa yang jaya (Yos 6:1-15, 63) tetapi jika mereka terpecah, mereka menjadi bangsa lemah.
    Dalam Perjanjian Baru, Yesus ingin mempersatukan mereka dalam satu Kerajaan dan Bangsa baru yang bercorak rohani. Tetapi Yesus mengeluh bahwa betapa sulit mempersatukan bangsa tersebut. Mereka seperti anak ayam yang kehilangan induknya (Mat 23:37-38). Yesus bahkan berusaha untuk menyapa suku yang dianggap bukan Yahudi lagi seperti orang Samaria. Bagi Yesus, siapapun sama dan sederajat. Yesus tidak pernah membedakan manusia berdasar suku, agama, golongan, dsb. Tuhan menyatakan diriNya untuk semua orang dan memberi kesempatan kepada siapa pun untuk bersaudara.
    Sikap orang Kristiani yang perlu diusahakan adalah:
  • Sikap-sikap yang bersifat mencegah perpecahan misalnya dengan menghapus semangat primordial dan sektarian.
  • Sikap-sikap yang positif dan aktif misalnya dengan saling menghargai, bertoleransi, rendah hati dan solider terhadap yang tertindas, bahu membahu menata masa depan yang lebih indah, adil, makmur dan sejahtera.
    Mengusahakan tata kehidupan yang adil dan beradab serta mengusahakan kegiatan dan komunikasi lintas suku, agama, dan ras.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar