DASAR KETERPANGGILAN GEREJA KATOLIK DALAM MEMBANGUN BANGSA DAN NEGARA
Umat Katolik Indonesia diperkirakan sekitar 5%
dari seluruh jumlah penduduk Indonesia yang kini mencapai lebih dari 260 juta
jiwa. Ababila diangkakan secara apa adanya maka umat
Katolik berwarganegara Indonesia berjumlah sekitar 13.000.000,- (tiga belas juta) jiwa. Dari segi angka
statistik, umat Katolik memang termasuk kecil atau biasa digolongkan dalam kelompok
minoritas. Meski secara kuantitatif umat Katolik itu kecil, bukan
berarti kita juga dikecilkan dalam urusan pembangunan negara dan bangsa yang
kita cintai ini. Sejarah telah mencatat bahwa sejak sebelum dan seudah
kemerdekaan hingga pada masa reformasi ini, warga Katolik bersama warga umat
beragama dan kepercayaan lainnya bahu membahu berjuang dalam pembangunan. Sebagai warga negara Indonesia, kita mempunyai hak
dan kewajiban serta tanggung jawab yang sama untuk membangun bangsa dan negara
untuk menggapai cita-cita luhur
kemerdekaan Indonesia yaitu kehidupan masyarakat yang damai, adil, makmur dan sejahtera.
Kisah perjuangan Pastor Carolus
Burrows OMI di Kampung Laut, Cilacap, Jawa Barat dapat memberikan gambaran
keterpanggilan Gereja untuk ikut serta membangun bangsa dan negara demi
kesejahteraan masyarakat tanpa mengenal latarbelakang mereka. Pastor Carolus
melakukannya atas dasar kasihnya kepada sesama dan kepada Tuhan.
Landasan atau
dasar pijakan umat
Katolik berperan aktif
dalam pembangunan adalah
bersumber dari ajaran dan teladan Yesus sendiri. Inilah yang menjadi dasar keterpanggilan
Gereja untuk membangun bangsa dan negara.
Yesus mengajarkan
“memberi kepada kaisar apa yang menjadi hak kaisar dan kepada Allah apa yang
menjadi hak Allah,”. Di sinilah kita orang katolik diajak untuk bisa membedakan
secara tegas apa yang privat dan apa yang publik. Hal yang privat yaitu dalam
relasi kita dengan Allah dan yang public adalah dalam relasi kita dengan sesama
atau Negara. Istilah yang sering kita dengan di tanah air adalah
semboyan Mgr. Sugijapranata: 100% Indonesia dan
100% Katolik. Artinya bahwa sejatinya kekatolikan tidak bertentangan
dengan keindonesiaan atau dengan menjadi katolik 100%, orang katolik sama
dengan menjadi warga Negara yang baik, karena nilai-nilai kekatolikan tidak
bertentangan dengan nilai-nilai kebaikan universal. Kita juga mengenal semboyan
dalam bahasa Latin, “Pro Ecclesia et Patria”.
Arti semboyan itu adalah “untuk Gereja dan
Tanah Air”. Di manapun orang Katolik berada, ia ada untuk Gerejanya dan
untuk tanah airnya. Untuk bisa
melaksanakan tugas-tugas publik dengan baik tentu saja setiap orang Katolik
harus mendasarkannya pada apa yang diajarkan Gereja dalam apa yang namanya
ajaran sosial Gereja. Ajaran sosial Gereja adalah refleksi Gereja yang hidup di
tengan dunia dengan aneka persoalannya. Gereja lewat anggota-anggotanya musti
ikut ambil bagian dalam membangun tata dunia, agar menjadi tempat yang layak
huni bagi manusia dan kemanusiaannya.
Menyimak cerita
Menggulati Masyarakat Nelayan
Kampung
Laut adalah sebuah permukiman nelayan di antara hutan bakau di kawasan Laguna
Segara Anakan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Daerah tersebut berada di antara
Pulau Nusakambangan dan Cilacap daratan. Tahun 1973, ketika Pastor Carolus
mengunjunginya untuk pertama kali hingga tahun ’80-an, permukiman tersebut
berupa rumah-rumah panggung di atas perairan. Kondisi lingkungan yang tidak manusiawi
menyebabkan masyarakat rentan terhadap berbagai penyakit.
Kemunculannya
di Kampung Laut pada minggu kedua September 1973 itu terus berlanjut. Ia datang
dengan membawa perawat, dokter, beserta obat-obatan untuk merawat yang sakit.
Di waktu lain, ia membawa itik, kambing, dan juga babi. Ia membangun tambak
udang yang kemudian ditiru orang lain. Ia hadir juga sebagai ’mantri’ ternak
yang menyuntik kambing yang sakit. Ia mengajak anak-anak Kampung Laut
bersekolah di Kawunganten, kota kecamatan dan menyediakan asrama bagi mereka.
”Karena masyarakat belum mengenal budaya pendidikan, maka kami menanggung semua
biaya pendidikan anak-anak ini hingga soal pakaian dan makanan. Semua gratis,”
tandas Pastor Carolus. ”Kalau kita ingin mengasihi, kita ingin memberi yang
terbaik, dan yang terbaik adalah pendidikan,” tegasnya.
Untuk
sebagian besar karya sosialnya, Pastor Carolus menggunakan bendera Yayasan
Sosial Bina Sejahtera (YSBS) yang dibentuk pada 12 Maret 1976. Misionaris
kelahiran Irlandia, 8 April 1943 ini juga menggelar proyek-proyek padat karya,
seperti membangun jalan antar-rumah panggung. Upaya ini kemudian mendorong
penduduk Kampung Laut mengurug (menimbun) permukiman mereka sehingga akhirnya,
tahun ’80-an, permukiman ”mengapung” itu menjadi daratan. Sekarang praktis
tidak ada lagi rumah panggung di atas perairan di Kampung Laut.
Memintas
jalan
Dua karya
pastoral nelayan Pastor Carolus yang aktual adalah proyek pembuatan jalan serta
pelayanan bagi anak-anak nelayan. Tentu hal tersebut bukan berarti mengecilkan
karya-karya lain, seperti tanggap daruratnya atas peristiwa tsunami di Pantai
Selatan Jawa Tengah bagian barat hingga Pangandaran di Jawa Barat.
Kampung
Laut yang telah menjadi darat, pada awalnya hanya bisa dijangkau lewat jalur
perairan dengan perahu. Baik dari Kota Cilacap, dari Kawunganten maupun dari
Kalipucang (Pangandaran). Pastor Carolus merintis dibangunnya jalur darat untuk
menjangkau berbagai desa di kawasan Segara Anakan. Pembangunan jalan itu,
termasuk di desa-desa terpencil lain di Kabupaten Cilacap di luar Kampung Laut,
praktis masih berlangsung hingga 30 tahun lebih Pastor Carolus berkarya. Dari
laporan yang ada, dalam enam bulan terakhir telah dibangun jalan mencapai
hampir 50 kilometer dengan rincian 20.462 meter pembuatan jalan baru
(pengerasan), 3.725 meter rehabilitasi atau perbaikan jalan, 4.762 meter
pemberian sirtu, dan 20.274 meter pembuatan badan jalan. Semua mencakup 30
desa. Badan jalan baru yang dibangun memiliki lebar delapan meter sementara
lebar untuk pengerasan jalan dengan batu belah antara tiga-lima meter. Badan
jalan yang dibuat difungsikan juga sebagai tanggul.
Dalam
proyek pengerasan jalan, pihak yayasan hanya mendrop material. Sementara
masyarakat setempat menata batu-batu tersebut. ”Saya tidak mau mematikan gotong
royong tapi memupuknya. Kami kasih batu, rakyat yang memasang bersama, termasuk
ibu-ibu. Mereka bangga membuat jalan mereka sendiri,” paparnya. Menurut hasil
penelitian ahli dari Bank Pembangunan Asia (ADB), hal penting untuk memberantas
kemiskinan adalah infrastruktur jalan dan irigasi. ”Kalau itu ada, bisa memberi
pekerjaan kepada orang banyak,” katanya.
Ia memberi
contoh, sebelum dibangun jalan dan jembatan Desa Ciberem- Karanganyar, seorang
guru yang mengajar di Karanganyar harus mengeluarkan Rp 5.000
setiap hari untuk ongkos
perahu. ”Setelah jembatan
penghubung dua desa itu dibangun, ia tidak mengeluarkan uang lagi,”
katanya. ”Sesudah jalan, tiang listrik juga masuk Karanganyar. Tiang listrik
dibawa masuk karena ada jalan,” tambah Pastor Carolus. Ciberem adalah
desa-darat di Kecamatan Kawunganten sementara Karanganyar merupakan bagian
Kampung Laut yang dulu hanya bisa dijangkau dengan perahu.
Pendidikan
menyeluruh
Setahun
terakhir, bekerja sama dengan Christian Children Fund (CCF), YSBS memberikan
perhatian pada anak-anak nelayan Kampung Laut. Sebelumnya, dan sebagian masih
berlangsung sekarang, kerja sama karya yang memberikan perhatian pada
pendidikan dan kesehatan anak tersebut berada dalam lingkungan masyarakat
petani. Menurut Ketua YSBS, Y. Saptadi, program ini akan menangani 1.500 anak
Kampung Laut, dari balita sampai usia sekolah (7-16 tahun). ”Sementara ini baru
menangani sekitar 1.200 anak di Desa Panikel dan Karanganyar,” kata Saptadi.
Program
ini mengasuh satu anak dalam satu keluarga. Tetapi, akhirnya, karena masalah
kesehatan dan pendidikan anak menyangkut banyak aspek, kehidupan keluarga serta
lingkungan si anak juga mendapat perhatian. Pastor Carolus berharap, sekitar
4.000 anak Kampung Laut akhirnya akan tersentuh program ini. Menurut Saptadi,
tantangan terberat program di Kampung Laut adalah pengadaan air bersih. ”Karena
kesehatan anak dan keluarga membutuhkan sumber air bersih.” Sejauh ini, sumber
air bersih didapat dari air hujan atau mata air di Pulau Nusakambangan. Untuk
yang terakhir, penduduk harus mengambilnya dengan perahu.
PENJELASAN
a)
Perjuangan pastor Carolus
berawal dari keprihatinannya terhadap masyarakat di Kampung Laut yang
hidup serba kesulitan serta penderitaan. Pastor Carolus terpanggil untuk
berbagi kasih dengan sesamanya tanpa melihat latar belakang asal-usul mereka.
Pastor Carolus berusaha mengobati masyarakat yang sakit dan mulai menggerakan
mereka untuk hidup sehat.
b)
Motivasi yang mendasari Pastor
Carolus untuk berkarya adalah rasa belas kasihnya. Tujuannya bukan untuk
mengkatolikkan masyarakat setempat tetapi memanusiakan masyarakat itu. Karenanya ia mengajak masyarakat untuk bangkit
dan berjuang bersama-sama membangun kehidupan mereka sendiri. Karena itulah,
semangat gotong-royong dikobarkan. Kini hasilnya sudah dinikmati
masyarakat banyak, tidak hanya di Kampung Laut tetapi di banyak tempat di
kabupaten Cilacap. Kini masyarakatpun
merasa bangga atas hasil kerja sama mereka.
c)
Di Indonesia sudah cukup banyak
orang Katolik yang menjadi pelopor pembangunan di segala sektor kehidupan. Ada
yang bergerak dibidang pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, HAM, politik
dan pemerintahan, serta militer. Ada beberapa yang mendapat penghargaan, entah
sebagai pahlawan nasional, ataupun sebagai “pahlawan” pada bidang yang
digelutinya.
Menggali Ajaran Kitab Suci dan Ajaran Gereja
Markus 12: 13-17
13
Kemudian disuruh beberapa
orang Farisi dan
Herodian kepada Yesus untuk
menjerat Dia dengan suatu pertanyaan. 14
Orang-orang itu datang dan berkata kepada-Nya: “Guru, kami tahu, Engkau
adalah seorang yang jujur, dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab
Engkau tidak mencari muka, melainkan dengan jujur mengajar jalan Allah dengan
segala kejujuran. Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?
Haruskah kami bayar atau tidak?” 15 Tetapi Yesus mengetahui kemunafikan mereka,
lalu berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mencobai Aku? Bawalah ke mari suatu
dinar supaya Kulihat!” 16 Lalu mereka
bawa. Maka Ia bertanya kepada mereka: “Gambar dan tulisan siapakah ini?” Jawab
mereka: “Gambar dan tulisan Kaisar.” 17 Lalu kata Yesus kepada mereka:
“Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada
Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!” Mereka sangat heran mendengar
Dia.
PENJELASAN
1)
Negara dan
bangsa adalah wadah
pemersatu berbagai keragaman dan latar belakang warga negaranya.
Negara dan bangsa ada untuk melindungi dan menciptakan kedaulatan setiap
manusia. Dalam hal ini negara dan bangsa adalah baik sebagai dikehendaki oleh
Tuhan. Sebagai warga negara setiap orang memiliki hak dan kewajiban yang sama.
Siapa yang memiliki lebih, hendaknya memberi lebih, agar tercipta keadilan dan
kesejahteraan semua warga.
2)
Yesus pun mengajarkan hal yang sama bahwa
setiap orang punya kewajiban untuk membayar pajak kepada penguasa. Tujuan
pajak, pada akhirnya, demi membangun negara dan kepentingan bersama. Namun,
Yesus juga menekankan perlunya kewajiban sebagai warga Kerajaan Allah. Dengan
demikian, kewajiban yang satu tidak meniadakan kewajiban yang lain.
Kedua-duanya mesti dipenuhi.
3)
Rasul Paulus menegaskan pula:
“Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah… Sebab tidak ada pemerintah yg
tidak berasal dari Allah, pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah
(Roma 13:1). Ungkapan ini benar dan tepat yaitu bahwa seluruh warga negara
harus menghormati pemerintahnya dengan baik sebab hanya dengan cara demikian
kita sebagai warga negara yang beragama Kristiani (Katolik) harus ikut
membangun kehidupan negara dan bangsa. Dalam arti mendorong
setiap kita orang
kristiani untuk ikut
mengambil bagian dalam membangun bangsa dan negara sebagai wujud dari
sikap menghadirkan Allah kepada dunia.
4)
Tugas dan kewajiban
seorang Katolik (kristiani)
dalam negara adalah melaksanakan
panggilan dan pengutusannya, supaya
orang lain mengenal Kristus melalui kehadirannya. Oleh karena itu, orang
Kristen tidak boleh memisahkan kehidupan berbangsa dan bernegara dengan hidup
keimanannya di gereja. Justru melalui hidupnya sebagai warga negara kristiani,
ia dapat membuktikan keberadaannya serta isi pengakuan imannya (Mat. 5:13-16). Sikap
seorang katolik yang baik dan benar,
tidak boleh memusuhi sesama warganegaranya, sebaliknya kehadirannya kiranya
boleh menjadi saluran berkat bagi kehidupan sesamanya.
5) Apa kewajiban
kita terhadap Allah? Rasanya
bukan sesuatu yang sangat rumit. Sebagaimana Allah telah memberikan kepada manusia dengan cuma-cuma
(gratia = rahmat) maka manusia berkewajiban untuk memberikan dengan cuma-cuma
pula. Oleh karena itu, manusia
diundang untuk bermurah hati, sama seperti Bapa murah hati adanya. Kewajiban
yang datang dari Allah rasanya demi kepentingan manusia juga, misalnya:
memuji dan memuliakan Allah lewat
doa, ibadat, perayaan ekaristi
Contoh lain adalah
memberikan derma kepada fakir miskin dan kaum terlantar,
sebagaimana Tuhan bersabda: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu
yang kamu lakukan untuk salah seorang
dari saudara-Ku yang
paling hina ini,
kamu telah melakukannya untuk Aku (Mat 25:40)”. Sepuluh perintah Allah diberikan juga bukan demi
kepentingan Allah, tetapi agar manusia selamat. Maka kitapun melakukan
kewajiban kita kepada Tuhan dan kepada bangsa dan negara kita dengan ikut
bertanggungjawab dalam membangun bangsa dan negara sesuai kehendak Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar