KEUSKUPAN AGUNG MAKASSAR
TEMA AKSI PUASA PEMBANGUNAN (APP)
TAHUN 2021
SEMAKIN BERIMAN, SEMAKIN SOLIDER
(MEMBANGUN EKONOMI SOLIDARITAS)
MODEL PENDAMPINGAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)
PERTEMUAN 4
A. SATUAN PENDIDIKAN : SMA
B. MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN
BUDI PEKERTI
C. MATERI / SUB MATERI :
MEMBANGUN (KEHIDUPAN) EKONOMI YANG BERBELARASA
D. TAHUN PELAJARAN : 2020 / 2021
E. ALOKASI WAKTU : 3 JP (1 PERTEMUAN)
F. KOMPONEN INTI :
1. Tujuan
Pembelajaran: Melalui pendekatan Kateketis-Saintifik dan menggunakan metode tanya jawab, cerita,
penjelasan, penugasan, dan diskusi, peserta didik mampu membangun kehidupan ekonomi yang berbelarasa; mewujudkan kemampuan
dirinya untuk berbagi; menyadari
bahwa berbelarasa adalah
wujud cinta kasih
Allah kepada sesama; dan mensyukuri anugerah dan berkat Allah dalam dirinya dengan cara berbagi, dengan disiplin,
jujur, inovatif, partisipatif, bela rasa, peduli, menyadari kehadiran Allah,
dan apresiatif.
2.
Kegiatan Pembelajaran :
a)
Kegiatan Pendahuluan:
·
Guru memberi
salam, selanjutnya menanyakan kabar peserta didik.
·
Guru mengajak
peserta didik untuk berdoa singkat untuk mengawali pelajaran. Misalnya dengan
doa berikut :
Allah Bapa
yang penuh kasih,
Yesus Kristus
telah mengutus kami, Gereja-Mu ke
tengah-tengah dunia untuk membangun kehidupan manusia yang damai, adil,
sejahtera serta senantiasa menjaga
keutuhan alam ciptaan Tuhan. Berkatilah kami dalam pertemuan ini agar
semakin memahami permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi dunia pada saat
ini sehingga sebagai anggota Gereja, kami pun dapat ikut berbelarasa terutama
dalam hal pembangunan ekonomi di lingkungan sekitar serta berpartisipasi dalam
menjaga ketenteraman sesuai kehendak-Mu demi Yesus Kristus, Tuhan dan juru
selamat kami. Amin
·
Guru menyampaikan
garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan
peserta didik serta tugas yang akan dikerjakan dalam pertemuan ini.
b)
Kegiatan Inti:
• Guru menyampaikan gagasan dasar sebagai berikut :
Berekonomi secara berbelarasa merupakan wujud
partisipasi kita dalam karya penciptaan Allah dan panggilan
hidup manusia untuk
hidup layak dalam
kesatuan dengan yang lain sebagai ciptaan Allah (Centessimus Annus art. 41). Partisipasi
kita dalam karya penciptaan adalah memelihara, merawat, dan mempertahankan hidup. Kalimat yang tepat
untuk merangkum partisipasi kita
adalah solider dalam membangun kehidupan
ekonomi. Sedangkan hidup
secara manusiawi mengandaikan adanya solidaritas
manusia untuk ikut
berbelarasa dalam membangun kehidupan ekonomi. Karena sejatinya
manusia memiliki hak hidup
sebagai hak yang
paling mendasar dan terus
dipertahankan. Allah menciptakan manusia untuk
saling menopang, saling
menunjang dan saling mempertahankan hidup. Atas
dasar itu, maka prioritas dalam membangun kehidupan ekonomi adalah saling
berbela rasa dalam wujud berbagi. Bukan hanya untuk kebaikan pribadi atau hanya segelintir orang
tetapi untuk semua orang demi kesejahteraan bersama (bonum commune).
• Guru mengajak peserta didik untuk mengamati teks Injil
Lukas
21:1-4 berikut ini:
1 Ketika Yesus
mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka
ke dalam peti persembahan. 2 Ia
melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. 3 Lalu Ia
berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi
lebih banyak dari pada semua orang itu. 4 Sebab mereka semua memberi persembahannya dari
kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi
seluruh nafkahnya."
• Guru memberikan penjelasan atas teks Kitab Suci
tersebut:
Lukas 21:1-4
mengisahkan tentang kisah persembahan
seorang janda miskin (kisah ini ditemukan juga dalam
lnjil Markus 12:41-44).
Kisah ini menjadi
kisah yang sangat terkenal karena keberanian seorang janda
miskin memberikan seluruh nafkah hidupnya
sebagai persembahan. la memasukkan
dua peser ke
dalam kotak persembahan.
Peser adalah mata uang tembaga yang paling kecil jumlahnya. Bandingkan
dengan satu dinar,
mata uang romawi, di mana satu dinar
adalah upah pekerja harian
untuk satu hari.
Satu dinar sebanding
dengan 128 peser. Janda
miskin itu hanya
memberikan sedikit saja
tetapi ternyata jumlah sedikit itu adalah
jumlah seluruh nafkahnya (ay. 4). Pemberian
sang janda yang miskin
bukan soal jumlahnya tetapi
terutama semangat dan kerelaan berbag, bahkan dari kekurangannya. Sikap inilah
yang dipuji oleh Yesus dan
dijadikan contoh kepada murid-muridNya (ay. 3). Oleh karena itu, spiritualitas
janda miskin ini menjadi
kekuatan dalam menjalani dan memaknai hidup ini. Keutamaan hidup kristiani tidak pertama-tama
diukur dari materi tetapi pada
ketulusan hati untuk memberi, berkurban, dan berbelarasa.
• Guru memberikan contoh konkrit dari perikop tersebut
melalui kisah di bawah ini:
Suatu kali, sekelompok anak-anak SMA Stella Duce
sedang mengikuti retret di Kaliurang, kaki Gunung Merapi, Yogyakarta. Dalam salah
satu sesi retret, mereka
mendapat tugas mencari bahan makanan
sendiri. Dalam perjalanan pulang
ke tempat retret, mereka mampir
untuk istirahat di sebuah gubuk reot. Gubug gedeg itu sudah miring
tinggal ditopang sebatang bambu. Di
rumah itu tinggal seorang ibu tua, Dia
sudah lama menjanda.
Sekarang dia hidup sebatang kara. Sebenarnya
dia punya seorang anak putri
seusia anak-anak SMA itu tetapi
karena ia cacat mental, anak gadis
satu-satunya itu pergi
entah ke mana.
lbu yang senang sekali
dikunjungi anak-anak seusia anak gadisnya sendiri terharu dan
menceritakan perjuangan hidupnya. Anak-anak SMA ini
tersentuh mendengar kisah
ibu itu. Untuk
menghibur dan menguatkan ibu itu, mereka
menyanyikan sebuah lagu. Setelah
itu mereka pamit untuk kembali ke tempat retret. Sebelum berpisah,
ibu itu bertanya,
mereka sedang melakukan apa? Mereka memberitahu ibu
itu kalau mereka
mendapat tugas mencari
bahan lauk-pauk untuk makan malam tetapi tidak mendapatkan apa-apa.
Mereka memutuskan untuk pulang saja. lbu itu kemudian masuk ke
dalam kamarnya lalu
keluar membawa tujuh butir telur ayam. Semua telur itu diserahkan kepada
anak-anak ini. Mereka menolak pemberian itu dan mengatakan telur itu buat ibu saja. Telur-telur itu, ibu bisa pakai sebagai penyambung
hidup selama sepekan. Namun
ibu itu meyakinkan anak-anak itu
bahwa memang dia membutuhkan telur-telur itu. Tetapi, malam ini mereka
jauh membutuhkannya. Ibu
itu mengatakan pemberian ini
sama dengan pemberiannya
sendiri untuk sang anak gadisnya yang sudah lama
menghilang. Anak-anak SMA ini
tak kuasa menolak
pemberian sang ibu
itu. Mereka kemudian menerima
pemberian itu dengan penuh keterharuan.
Anak-anak SMA
Stella Duce ini
menjumpai seorang ibu janda
di kaki gunung Merapi, yang dalam
keterbatasan dan kemiskinannya, ternyata mempunyai
hati yang mulia, berani
berbagi kepada sesama seperti janda miskin yang dipuji oleh Yesus.
c)
Kegiatan Penutup:
·
Bersama peserta
didik menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini, serta mendorong peserta didik untuk
membangun kehidupan ekonomi yang berbelarasa dan mewujudkan kemampuan dirinya
untuk berbagi. Peserta didik didorong untuk menyadari bahwa
berbelarasa adalah wujud
cinta kasih Allah
kepada sesama dan mensyukuri
anugerah dan berkat Allah dalam
dirinya dengan cara berbagi.
·
Guru mengajak
peserta menutup pertemuan dengan sebuah doa. Misalnya dengan doa berikut ini :
Allah Bapa
yang Mahakasih, kami bersyukur telah mengikuti pertemuan pendalaman APP 2021
ini dengan baik. Berkatilah kami agar semakin memahami dan menghayati memperjuangkan
keadilan, kedamaian, dan kesejahteraan dalam hidup kami sehari-hari terutama
berbela rasa dengan mereka yang berkekurangan dalam hal ekonomi. Doa ini kami
sampaikan kepadaMu dengan perantaraan Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami yang
bersatu dengan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa. Amin.
(disusun
oleh: A. Donny Reston, SS)
PERTEMUAN 5
A. SATUAN PENDIDIKAN : SMA
B. MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN
BUDI PEKERTI
C. MATERI / SUB MATERI :
BERBELARASA UNTUK KEMULIAAN ALLAH
D. TAHUN PELAJARAN : 2020 / 2021
E. ALOKASI WAKTU : 3 JP (1 PERTEMUAN)
F. KOMPONEN INTI :
1. Tujuan
Pembelajaran: Melalui pendekatan Kateketis-Saintifik dan menggunakan metode tanya jawab, cerita,
penjelasan, penugasan, dan diskusi, peserta didik mampu menyadari bahwa kemuliaan Allah harus diwujudkan dengan
berbelarasa; semakin mampu memperhatikan
orang-orang yang hina dan menderita; semakin yakin bahwa kemuliaan Allah nyata dalam
diri orang-orang yang hina dan menderita; dan semakin memuliakan Allah melalui tindakan
belarasa, dengan disiplin, jujur, inovatif, partisipatif, bela rasa, peduli,
menyadari kehadiran Allah, dan apresiatif.
2.
Kegiatan Pembelajaran :
a)
Kegiatan Pendahuluan:
·
Guru memberi
salam, selanjutnya menanyakan kabar peserta didik.
·
Guru mengajak
peserta didik untuk berdoa singkat untuk mengawali pelajaran. Misalnya, dengan
doa berikut :
Bapa yang penuh kasih,
Engkau menciptakan manusia sebagai
makhluk yang paling mulia, karena sebagai citra atau gambar-Mu sendiri. Namun
dalam kehidupan di dunia ini, sering terjadi martabat manusia
yang luhur itu diperlakukan
tidak baik oleh sesama manusia yang lain. Pada pelajaran ini, kami akan
belajar tentang berbelarasa sebagai perwujudan menghargai martabat pribadi
manusia dalam hidup dan karya untuk kemuliaan Allah. Doa ini kami satukan
dengan doa yang dijarkan oleh Yesus sendiri kepada kami.
”Bapa kami yang ada di surga....”
·
Guru menyampaikan
garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan
peserta didik serta tugas yang akan dikerjakan dalam pertemuan ini.
b)
Kegiatan Inti:
• Guru menyampaikan gagasan dasar sebagai berikut :
Belarasa adalah kasih yang peduli dengan segenap hati
untuk menolong orang lain yang membutuhkan, bahkan yang menderita. Tindakan
belarasa ini menunjukkan bahwa manusia tidak lupa bersyukur. Manusia selalu
mengungkapkan hidupnya dalam relasi yang selalu bersyukur kepada Allah.
Ungkapan ini diwujudkan dengan bersedia membagi apa yang manusia miliki.
Manusia merasa bahwa apa vang dia miliki
itu semua berasal dari Allah. Manusia tidak memiliki kekuatan dan kuasa
untuk mengklaim segala yang dimilikinya
berasal dari dirinya dan segala keberhasilannya atas usahanya sendiri. Manusia
hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk
kemuliaan Allah. Oleh karena itu,
segala sesuatu yang digunakan dan dibutuhkan oleh manusia mengarah pada tujuan
akhir bahwa Allah semakin dimuliakan. "Sesungguhnya segala sesuatu yang
kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu
telah melakukannya untuk Aku (Mat.25:40).
• Guru mengajak peserta didik untuk mengamati teks Injil
Matius 25: 31-40 berikut ini:
Penghakiman terakhir
31"Apabila
Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia,
maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. 32Lalu semua
bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang
dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, 33dan
Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di
sebelah kiri-Nya. 34Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di
sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah
Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. 35Sebab
ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku
minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; 36ketika
Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku;
ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. 37 Maka
orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami
melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi
Engkau minum? 38Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing,
dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau
pakaian? 39Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara
dan kami mengunjungi Engkau? 40Dan Raja itu akan menjawab mereka:
Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah
seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk
Aku. 41 Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah
kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke
dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. 42
Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus,
kamu tidak memberi Aku minum; 43 ketika Aku seorang asing, kamu
tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku
pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. 44 Lalu
merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau
lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau
dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? 45 Maka Ia akan
menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak
kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak
melakukannya juga untuk Aku. 46Dan mereka ini akan masuk ke tempat
siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal."
• Guru memberikan penjelasan atas teks Injil Matius 25:
31-40 tersebut:
Mat. 31-40 (teks
lengkap sampai ayat 46)
adalah perikop yang berbicara tentang "Pengadilan Terakhir." Sang pengadil
pada akhir zaman
adalah Anak Manusia
yang datang dalam kemuliaan-Nya bersama
malaikat-Nya (ay. 31). Semua bangsa
akan dikumpulkan dan diadili sesuai dengan perbuatan mereka. Ungkapan
"semua bangsa" di sini memiliki kaitan erat dengan amanat perutusan
Yesus untuk menjadikan semua
bangsa menjadi murid-Nya (bdk.
Mat. 28:16-20). Ada dua kelompok orang
yang ditempatkan di sebelah kanan dan sebelah kiri (ay. 32-33). Yang sebelah kanan akan diberkati dan
diberikan pahala kemuliaan (ay. 34). Kriteria penilaian sang Raja
pengadil itu adalah: memberi makan yang
lapar, memberi minum yang haus, memberi tumpangan bagi orang asing, memberi
pakaian bagi yang telanjang, melawat
yang sakit dan
mengunjungi yang dalam penjara
(ay. 35-37). Ternyata
tindakan belas kasih seperti itu yang diperbuat bagi mereka yang paling
hina adalah perbuatan kasih kepada Tuhan sendiri (ay. 38-40).
Kisah ini memberikan kita gambaran konkret tentang
pengadilan terakhir di mana sikap dan tindakan kasih kepada sesama yang miskin
dan berkekurangan adalah wujud kasih
yang sempurna kepada Allah. Mereka
yang rela berkorban
dan berbelarasa dengan
sesama yang berkekurangan dan terpinggirkan adalah mereka yang akan
mendapat ganjaran kemuliaan Allah.
• Guru memberikan contoh konkrit dari perikop tersebut
melalui kisah di bawah ini:
Kisah Bunda Teresa dari Kalkuta bisa memberikan kita
inspirasi akan arti belarasa dan kepedulian
kepada sesama saudara yang berkekurangan. Bunda Teresa yang bernama asli
Anjeze Gonxhe Bojazhiu (kemudian menjadi
Suster Teresa atau
lebih dikenal Bunda
Teresa, dikanonisasi tanggal 4 September 2016) datang ke Kalkuta, India. Dia menjumpai situasi kemiskinan dan
penderitaan yang akut, sama seperti banyak tempat di berbagai belahan dunia
dewasa ini. Situasi yang sulit
membuat orang pesimis dan tidak
mau peduli akan yang lain. Namun Bunda Teresa tidak ikut meratapi
kegelapan tetapi menyalakan seberkas
lilin harapan di tengah pekat dan
kerasnya kehidupan ini. Dia bersama rekan-rekan susternya membuat
gerobak sederhana dan mendorongnya di lorong-lorong kota sampai ke pinggir-pinggir kampung yang
kumuh. Dia menyapa,
mengangkat, dan mengobati sekian
banyak lansia dan orang-orang yang terbuang dan tergeletak
di pinggir-pinggir jalan. Dia membawa mereka ke kliniknya. la mengobati dan
merawat mereka dengan penuh cinta kasih.
Konon, suatu kali,
ada seorang bapak tua yang sudah sekian lama terbaring sakit di pinggir
jalan tanpa ada yang peduli. Luka-lukanya sudah bernanah dan ulat-ulat pun
bersarang di sana. Bunda Teresa datang mengangkatnya. la kemudian membawanya ke
klinik, memandikan dan membersihkan luka-lukanya. Ia memberikan pakaian yang pantas
dan memberinya makan. Bunda Teresa sendiri yang menyuapinya. Bapak tua itu, di tengah sakitnya yang memuncak, sempat
bergumam lirih, "Suster yang baik. Baru kali ini saya merasa bahwa saya
adalah manusia yang utuh. Karena
ternyata ada orang yang mencintai saya. Terima kasih banyak Suster."
Setelah itu, dia meninggal di pangkuan Bunda Teresa.
Banyak karya belas kasih yang dilakukan oleh Bunda
Teresa bersama rekan-rekan susternya. Semua tindakan itu dilakukan karena
cinta. Cinta kepada Tuhan dan cinta
kepada sesama. Tindakan itu pun memberikan banyak inspirasi untuk sekian banyak
orang di seluruh dunia. Suatu kali, saat
la diwawancarai oleh seorang wartawan, "Apa kunci Anda melakukan
semua ini?" Dia menjawab,
"Saya hanyalah sebuah pensil kecil
di tangan Tuhan. Setiap pagi saya duduk
tenang di depan Tabernakel seraya berdoa dalam hati, 'Tuhan, saya
adalah pensil kecil di
tanganMu, silahkan menulis apapun di
atas lembaran kehidupan ini.' Setelah
itu, saya mulai bekerja bersama rekan-rekan suster saya. ltulah kuncinya.''
Kisah Bunda Teresa adalah kisah pribadi yang mencintai
Tuhan dan berbela rasa kepada sesamanya dalam tindakan konkret penuh
kasih. Kita pun dipanggil melalui
komunitas basis untuk berbelarasa dengan sesama yang berkekurangan melalui:
kunjungan orang-orang sakit; perhatian
kepada para orang tua yang lanjut usia dan rentan;
kepeduliaan kepada anak-anak yatim-piatu
dan terlantar; perhatian khusus kepada anak-anak
terlantar, pemulung dan pengemis; kunjungan
dan hiburan bagi orang-orang yang dipenjara serta
berbagai karya karitatif lainnya
yang mengungkapkan sikap belarasa kepada
sesama sebagai persembahan yang mulia untuk Tuhan.
c)
Kegiatan Penutup:
·
Bersama peserta
didik menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini, serta mendorong peserta didik
untuk menyadari bahwa kemuliaan Allah harus diwujudkan dengan berbelarasa serta semakin mampu memperhatikan
orang-orang yang hina dan menderita. Peserta didik juga dimotivasi untuk semakin
yakin bahwa kemuliaan Allah nyata dalam diri
orang-orang yang hina dan menderita dan semakin memuliakan Allah melalui tindakan belarasa.
·
Guru mengajak
peserta menutup pertemuan dengan sebuah doa. Misalnya dengan doa berikut ini :
Bapa yang
Mahabaik, terima kasih atas bimbingan-Mu selama pertemuan ini. Semoga pada masa
mendatang, oleh berkat-Mu, kami mampu membangun masyarakat yang sehat yang
dicirikan oleh adanya pengakuan terhadap martabat pribadi manusia,
kesejahteraan bersama, serta solidaritas sebagai sesama manusia ciptaan-Mu. Doa
ini kami sampaikan kepadaMu dengan perantaraan Kristus, Tuhan dan Juruselamat
kami yang bersatu dengan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar