KEUSKUPAN AGUNG MAKASSAR
TEMA AKSI PUASA PEMBANGUNAN (APP)
TAHUN 2021
SEMAKIN BERIMAN, SEMAKIN SOLIDER
(MEMBANGUN EKONOMI SOLIDARITAS)
MODEL PENDAMPINGAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)
PERTEMUAN 2
A. SATUAN PENDIDIKAN : SMA
B. MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN
BUDI PEKERTI
C. MATERI / SUB MATERI :
KESERAKAHAN MANUSIA TERHADAP SUMBER EKONOMI
D. TAHUN PELAJARAN : 2020 / 2021
E. ALOKASI WAKTU : 3 JP (1 PERTEMUAN)
F. KOMPONEN INTI :
1.
Tujuan Pembelajaran: Melalui pendekatan Kateketis-Saintifik dan menggunakan
metode tanya jawab, cerita, penjelasan, penugasan, dan diskusi, peserta didik
mampu menyadari bahwa keserakahan
manusia terhadap sumber ekonomi adalah
bentuk pelanggaran terhadap
perjanjian dengan Allah; menyadari
bahwa keserakahan manusia disebabkan oleh kesewenang-wenangan, ketidakpuasan, dan
egoisme diri; menyadari bahwa keserakahan
itu membawa manusia
jatuh ke dalam dosa; dan mampu mengalahkan sikap serakah dalam dirinya, dengan disiplin, jujur, inovatif,
partisipatif, bela rasa, peduli, menyadari kehadiran Allah, dan apresiatif.
2.
Kegiatan Pembelajaran :
a)
Kegiatan Pendahuluan:
·
Guru memberi
salam, selanjutnya menanyakan kabar peserta didik.
·
Guru mengajak
peserta didik untuk berdoa singkat untuk mengawali pelajaran. Misalnya dengan
doa dari St. Fransiskus Asisi berikut ini:
TUHAN,
jadikanlah aku pembawa damai.
Bila terjadi
kebencian, jadikanlah aku pembawa cinta kasih.
Bila terjadi
penghinaan, jadikanlah aku pembawa pengampunan. Bila terjadi perselisihan,
jadikanlah aku pembawa kerukunan.
Bila terjadi
kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran. Bila terjadi kebimbangan,
jadikanlah aku pembawa kepastian. Bila terjadi keputusasaan, jadikanlah aku
pembawa harapan. Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang.
Bila terjadi
kesedihan, jadikanlah aku pembawa sukacita.
Ya Tuhan
Allah, ajarlah aku untuk lebih suka menghibur daripada dihibur; mengerti
daripada dimengerti; mengasihi daripada dikasihi; sebab dengan memberi kita
menerima; dengan mengampuni kita diampuni, dan dengan mati suci kita dilahirkan
ke dalam Hidup Kekal. Amin.
·
Guru menyampaikan
garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan
peserta didik serta tugas yang akan dikerjakan dalam pertemuan ini.
b)
Kegiatan Inti:
• Guru menyampaikan gagasan dasar sebagai berikut
:
Manusia sejak awal
diciptakan dengan anugerah
akal budi yang istimewa. Gambaran
Adam dan Hawa yang jatuh ke dalam dosa di Taman Eden (Kej. 3:1-24), orang kaya yang bodoh (Luk. 12:13-21), Kisah orang kaya dan Lazarus yang miskin (Luk.
16:19-31), atau pun kisah Ananias dan Safira (Kis. 5:1-11) menunjukkan bahwa
manusia kehilangan akal sehat,
manusia tidak pernah merasa puas, ingin
mendapatkan lebih dari yang sudah
diberikan Allah. Manusia mulai
menunjukkan sikap egoisnya dengan berpaling dari Allah dan memberi perhatian
sepenuhnya untuk mendapatkan kebutuhan hidup secara berlebihan. Akhirnya manusia mengingkari perjanjian
dengan Allah. Sikap ini mencerminkan betapa mudah manusia berubah demi untuk
mendapatkan sesuatu yang lebih dari kebutuhan yang sudah disediakan baginya.
Manusia kehilangan rasa syukur. Manusia
tidak merasa cukup
dengan kebutuhan yang
ada. Manusia ingin menguasai
secara sewenang-wenang akan sumber-sumber
kehidupan ekonomi. Tindakan itu membawa manusia zaman
ini secara sengaja
mengeksploitasi alam dan
bahkan sesamanya untuk
tujuan pribadi, kelompok
tertentu, dan untuk
kenikmatannya. Manusia pun akhirnya
jatuh dalam keserakahan yang tentunya
mendatangkan dosa dan pula mengakibatkan terjadinya kesenjangan
hidup antara yang miskin dan kaya, yang lemah
dan yang kuat, yang tak berarti apa-apa dan yang berpengaruh.
• Guru mengajak peserta didik untuk mengamati
teks Kejadian 3:1-13 berikut
ini:
1Adapun ular
ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh
TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah
berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" 2
Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman
ini boleh kami makan, 3 tetapi tentang buah pohon yang ada di
tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu,
nanti kamu mati." 4Tetapi ular itu berkata kepada perempuan
itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, 5tetapi Allah
mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan
menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat." 6Perempuan
itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya,
lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil
dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang
bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya. 7Maka
terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu
mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat. 8Ketika mereka
mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada
waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah
di antara pohon-pohonan dalam taman. 9Tetapi TUHAN Allah memanggil
manusia itu dan berfirman kepadanya: "Di manakah engkau?" 10Ia
menjawab: "Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku
menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi." 11Firman-Nya:
"Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah
engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?" 12Manusia
itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi
dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan." 13Kemudian
berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: "Apakah yang telah
kauperbuat ini?" Jawab perempuan itu: "Ular itu yang memperdayakan
aku, maka kumakan."
• Guru memberikan penjelasan atas teks Kitab Suci
tersebut:
Kej. 3:1-13 merupakan bagian dari Kej. 3:1-24 tentang
"Kisah manusia jatuh ke dalam dosa." Dalam Kej. 1:1-13 kita mengenal figur ular (lbr. nahas) sebagai binatang yang paling
cerdik (lbr: arum). Kecerdikan
itu terlihat dari cara
dia yang lihai
memperdaya perempuan dengan
memutarbalikkan pernyataan Allah
(ay.1-2a). Dia
kemudian membuat wanita itu mengambil dan memakan buah pohon pengetahuan
yang terlarang. Tidak hanya itu, wanita
itu pun memberikannya
kepada suaminya untuk
dimakan (ay. 2b-6).
Di sini, kita melihat penggunaan kata lbrani
untuk wanita dan
laki-laki, "isysya" dan "isy" ada keterkaitan erat,
yaitu wanita (isysya) diambll dari
"laki-laki" (isy) (bdk.
Kej. 2:23: ia diambil dari laki-laki).
Wanita dan laki-laki merupakan pribadi yang saling melengkapi satu sama
lain. Manusia itu melakukan pelanggaran
dengan memakan buah
pohon pengetahuan yang dilarang dimakan oleh Allah. Atas
pelanggaran itu, TUHAN
Allah meminta pertanggungjawaban dan mereka menghindar dari
tanggungjawab itu (ay. 7-9a). Mereka
berdalih dengan melemparkan tanggungjawab pelanggaran itu kepada pihak lain dan
saling mempersalahkan satu sama lain (ay.
9b-13).
Dalam kisah
ini, kita melihat bahwa laki-laki dan perempuan itu terbawa
oleh keinginan (baca: nafsu)
melampaui batas dan
melanggar Perintah Allah.
Kendati pun mereka tahu dan
sadar bahwa memakan
buah itu dilarang
oleh Allah, tetapi
karena digoda oleh si ular akhirnya mereka jatuh dalam
pelanggaran. Kejatuhan itu membuat
situasi yang harmonis
menjadi disharmonis. Relasi
baik antara manusia
dan TUHAN Allah, manusia
dan istrinya, manusia dan alam,
ternyata rusak oleh pelanggaran manusia itu
sendiri. Pelanggaran itu membuat relasi dengan Tuhan, sesama dan alam menjadi
rusak. Mereka pun saling mempersalahkan satu sama lain. Manusia mempersalahkan Tuhan.
la juga mempersalahkan istrinya dan
istrinya mempersalahkan ular.
Masing-masing mau lepas
tanggungjawab dan mencari kambing
hitam. Akibatnya, manusia takut dan lari
bersembunyi dari Allah. Pelanggaran manusia ini diganjar dengan
hukuman yaitu terusir dari taman Firdaus. Oleh karena itu, ketidaksetiaan dan nafsu
yang tak terkendali menjadi faktor yang menjerumuskan manusia dalam dosa, kekacauan
dan kehancuran. Ketidaksetiaan manusia
pada Allah dan nafsu
yang menguasai serta
membutakan mata hati
manusia merupakan godaan
terbesar bagi manusia sehingga
merusakkan kehidupannya sendiri. Jikalau manusia tidak berhati-hati, tidak taat kepada perintah Tuhan dan
sebaliknya, hanya mengikuti
keinginan diri (baca: nafsu)
yang tanpa batas, maka manusia
pun akan jatuh dalam keserakahan dan kehancuran di berbagai aspek kehidupan,
termasuk di bidang sosial-ekonomi.
c)
Kegiatan Penutup:
·
Bersama peserta
didik menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini, serta mendorong peserta didik untuk
menyadari bahwa keserakahan manusia terhadap sumber ekonomi adalah bentuk pelanggaran terhadap perjanjian dengan
Allah. Peserta didik juga diharapkan menyadari bahwa keserakahan manusia disebabkan
oleh kesewenang-wenangan, ketidakpuasan, dan egoisme diri serta menyadari bahwa
keserakahan itu membawa manusia jatuh
ke dalam dosa. Peserta didik
dimotivasi untuk mampu mengalahkan sikap serakah dalam dirinya.
·
Guru mengajak
peserta menutup pertemuan dengan sebuah doa. Misalnya dengan doa berikut :
Ya Allah,
Engkau yang menyebut anak-anak-Mu sebagai alat pembawa damai, bantulah kami
untuk bekerja tanpa lelah untuk membangun keadilan agar perdamaian dapat
terjamin. Kami mohon, utuslah Roh KudusMu atas kami sekalian, agar kami dapat
mewartakan nilai-nilai kerajaanMu kepada setiap insan, ciptaan yang Engkau
cintai. Bantulah kami untuk membangun hidup masyarakat yang benar, harmonis,
adil, dan damai yang kami sadari harus dimulai dari diri kami sendiri. Bantulah
kami pula untuk melawan kesewenang-wenangan, ketidakpuasan, dan egoisme diri.
Kami mohonkan dengan perantaraan Yesus Kristus Putera-Mu, dalam persekutuan
dengan Roh Kudus, yang hidup dan berkuasa sekarang dan selama-lamanya. Amin
(disusun
oleh: A. Donny Reston, SS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar