YESUS SAHABAT SEJATI DAN TOKOH IDOLA
A.
PENDAHULUAN
Seorang sahabat lebih dari sekedar
teman dan setiap orang membutuhkan sahabat. Setiap orang bisa membangun
persahabatan entah itu antara dua pribadi maupun lebih dari satu pribadi.
Persahabatan itu muncul karena berbagai alasan, antara lain: adanya kesamaan
ide, hobi, sifat atau karakter dan juga sikap saling membutuhkan dan cocok
dalam pergaulan. Tentu masih banyak alasan lain yang bisa dijumpai dalam
kehidupan nyata. Kepada sahabat seseorang dapat menceritakan sesuatu yang
pribadi yang tidak biasa diceritakan kepada semua orang.
Persahabatan itu membutuhkan suatu
proses. Ia tidak terjadi begitu saja, karena itu persahabatan itu bisa saja
berlangsung hanya sebentar saja atau bisa juga berlangsung dalam rentang waktu
yang lama. Semuanya tergantung kesanggupan masing-masing pribadi untuk
membangun dan mempertahankan hubungan persahabatan tersebut.
Selain setiap orang membutuhkan
sahabat, juga membutuhkan seorang tokoh idola. Dari seorang tokoh idola,
seseorang termotivasi untuk berbuat dan bersikap, bertingkah laku seperti sang
tokoh idola, bahkan orang mencoba meniru kehidupan seseorang tokoh idola.
Kadang kala orang ingin menjadi seperti sang tokoh idola. Kita membutuhkan
seorang tokoh idola dalam hidup untuk dapat dijadikan panutan. Panutan dari
segi ajarannya, pandangan hidupnya, kepribadiannya, perbuatannya yang luhur,
dll .
B.
YESUS
SAHABAT SEJATI
Membangun
Persahabatan pada Umumnya
Ada beberapa pokok pikiran penting
tentang hal-hal yang mesti dilakukan dan hal-hal yang wajib dihindari dalam
membangun persahabatan pada umumnya, antara lain:
1. Sikap
saling percaya.
Sikap ini
menyatakan bahwa apa pun yang dilakukan oleh sahabat semata-mata demi kebaikan
atau demi perkembangan ke arah yang positif. Dengan demikian, semua kritik,
saran bahkan yang paling menyakitkan sekali pun haruslah diterima dengan hati
yang terbuka. Dalam hal ini percaya jika tidak ada kebohongan dan maksud yang
tidak baik yang tersembunyi dan terselubung dalam persahabatan
2. Sikap
saling menerima apa adanya.
Sikap ini
wajib ada mengingat setiap orang memiliki keunikan masing-masing yang tentu
saja berbeda satu sama lain. Menerima apa adanya berarti tidak menuntut teman
atau sahabat menjadi seperti yang kita inginkan tetapi menerima kelebihan
sekaligus kekurangannya.
3. Sikap
saling mengasihi.
Saling
mengasihi berarti tidak meninggalkan sahabat pada saat dia mengalami masalah
atau bencana tetapi sanggup memberikan bantuan secara tepat dan tanpa pamrih
pribadi.
4. Sikap
saling menghormati dan memahami.
Menghormati
dan memahami artinya memberi ruang dan waktu kapan harus bersama dan kapan
harus sendiri, juga memahami bahwa ada hal-hal pribadi yang boleh diketahui dan
yang tidak boleh diketahui, misalnya tidak membuka catatan harian, handphone
atau tas tanpa izin sahabat.
Selain sikap yang harus dilakukan, ada
juga sikap yang harus dihindari dalam membangun persahabatan, antara lain:
1. Sikap
Egoisme.
Sikap ini
ditunjukan dalam bentuk mementingkan diri sendiri atau hanya mencari keuntungan
diri sendiri. Dalam membangun persahabatan oreang perlu berpikir dan bertanya
apakah yang saya lakukan merugikan atau membuat sahabat merasa terpaksa dan
diperdaya. Inilah yang harus dihindari dalam membangun persahabatan yang
sejati.
2. Sikap
Ketidak jujuran (Suka berbohong).
Dalam
persahabatan perlu dibangun sikap jujur. Namun kejujuran itu perlu disampaikan
secara bijaksana agar sahabat menerimanya secara ikhlas tanpa marah dan sakit
hati.
Memahami
Paham Yesus Kristus tentang Persahabatan Sejati
Untuk memahami paham Yesus Kristus
tentang persahabatan sejati baiklah membaca terlebih dahulu Injil Yohanes 15:
12-16 berikut ini:
12Inilah
perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi
kamu. 13Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang
yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. 14Kamu adalah
sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. 15Aku
tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh
tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada
kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. 16Bukan kamu
yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan
kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa
yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku,diberikan-Nya kepadamu.
Setelah membaca perikop Injil di atas,
dapat ditarik beberapa pokok pikiran berikut ini yang berkaitan dengan paham
Yesus tentang persahabatan sejati, antara lain:
·
Yesus
menyapa murid-muridNya sebagai sahabat. Ayat 14 dalam bacaan di atas:
"Kamu adalah sahabatKu jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan
kepadamu." Pernyataan Yesus ini menunjukkan bahwa para murid Yesus baru
bisa disebut sebagai sahabat bila mereka saling mengasihi sebagaimana yang
diperintahkan Yesus Kristus sendiri.
·
Yesus
telah lebih dahulu mengasihi para murid. Yesus mengasihi mereka dengan memberi
mereka pengajaran, melihat tanda dan mukjizat yang tidak dilihat semua orang,
Yesus mendoakan mereka dan kelak Yesus akan mengasihi mereka secara paripurna
dan sehabis-habisnya dengan wafat di kayu salib.
·
Persahabatan
Yesus dan para murid bukan sekedar persahabatan biasa.
Persahabatan tersebut dilandasi oleh perjuangan bersama tentang apa yang telah
didengar Yesus dari BapaNya dan yang telah diberitahukan Yeus kepada para
muridNya, yakni perjuangan untuk mewartakan dan mewujudkan kerajaan Allah.
·
Para murid
itu merupakan sahabat istimewa karena Yesus telah menetapkan atau
memilih mereka secara khusus di antara banyak
orang yang percaya. Keistimewaan itu mengandung konsekuensi bahwa para
murid diharapkan mampu menghasilkan buah-buah persabatannya dengan Yesus dalam
kehidupan mereka. Keistimewaan itu diberikan kepada para murid sehingga apa pun
yang mereka minta kepada Bapa dalam nama Yesus akan dikabulkan.
·
Persahabatan
Yesus adalah persahabatan yang kekal yang tidak tergoyakan oleh
pengkianatan sekalipun. Kepada Yudas Iskariot yang telah mengkianati Yesus,
Yesus tetap menyapanya sebagai sahabat: "Hai sahabat untuk itukah engkau
datang?" (Mat 26:50).
·
Sikap dan tindakan
Yesus dalam persahabatan dengan para muridNya sungguh mengagumkan. Dengan
demikian pantaslah Yesus kita jadikan sebagai idola dan model kita dalam
mengembangkan diri dan dalam membangun persahabatan.
Dengan demikian, sikap Yesus sebagai
seorang sahabat sejati menurut Injil Yoh 15:11-19
a. Menyatu dengan sahabat-sahabatNya,…
“sukacitaKu ada di dalam kamu dan suka citamu menjadi penuh”.
b. Mengasihi sahabat-sahabatnya,… “
inilah perintahKu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengisihi
kamu”.
c. Menghendaki yang terbaik bagi
sahabatNya.
d. Menghargai sahabat-sahabatNya
e. Mempercayai sahabat-sahabatNya, jujur
kepada mereka.
f. Memberikan kebebasan kepada
sahabat-sahabatNya.
Hal-hal yang dilakukan dan dituntut
Yesus dalam membina persahabatan:
a. Yesus menuntut kepercayaan dari
sahabat-sahabatNya
b. Yesus sungguh mempercayai sahabatNya,
walaupun sahabatNya mengecewakan Dia
c. Yesus sangar menghormati
sahabat-sahabatNya, Yesus menerima mereka apa adanya
d. Yesus menuntut cinta dari
sahabat-sahabatNya, dan Yesus mencintai mereka tanpa batas, cinta yang penuh
pengampunan, penuh pengorbanan sampai mengorbankan nyawaNya di kayu salib.
C.
YESUS
SEBAGAI IDOLA SEJATI
Setelah kita mendalami dan memahami
paham Yesus tentang persahabatan sejati,secara jelas bisa dilihat bahwa Yesus
adalah tokoh yang dapat dijadikan panutan bagi kaum remaja dan juga para
orangtua dari semua lapisan dan golongan. Semua yang telah dilakukan dan dibuat
Yesus seperti kepribadianNya, ajaranNya, dan tindakanNya dapat dijadikan
sebagai contoh yang harus diikuti untuk diterapkan dalam kehidupan kita.
Mari kita melihat bersama sikap dan
kepribadian Yesus berikut ini yang membuatNya pantas untuk menjadi idola kita:
a) Yesus
menerima semua orang terutama mereka yang tersingkir
Orang
Yahudi terutama para pemimpin agama pada zaman Yesus melihat orang miskin,
sakit dan berdosa serta kaum perempuan sebagai masyarakat kelas dua. Mereka
dikucilkan dalam pergaulan luas karena dianggap najis. Sebaliknya Yesus bergaul
dan makan bersama dengan mereka.
b) Yesus
dekat dengan sesama: seluruh cara dan sikap Yesus, tutur kataNya menunjukkan
bahwa Ia sangat dekat dengan manusia, teristimewa rakyat biasa yang sederhana.
Ia bersama orang dalam suasana pesta nikah ( lih. Yoh 2:2-12). Ia merasakan
penderitaan orang yang sakit dan menyembuhkannya (lih. Mat 8:14-17).
Mengenyangkan mereka yang lapar (lih. Mrk 6:30-44). Ia mengajar dengan bahasa yang mudah
dimengerti, bahkan sering menggunakan perumpamaan dalam mengajar orang.
c) Yesus
sangat terbuka terhadapat semua orang: Yesus sangat terbuk dengan siapa saja.
Ia bergaul dengan semua orang tanpa membeda-bedakan. Ia berusaha untuk
merangkul semua orang. Yesus menolk segala bentuk diskriminasi.
d) Yesus
berani mengkritik sikap para penguasa
Yesus
berani menyebut raja Herodes sebagai serigala (Luk 13: 32). Yesus juga berani
mengkritik ahli-ahli taurat dan orang Farisi sebagai kaum munafik (Mat 23:
27-28). Yesus memperjuangkan tatanan masyarakat yang adil dan beradab (Mrk 10:
43-44). Keberanian Yesus untuk mengkriti para penguasa bukan berarti Yesus anti
penguasa. Yesus justru mendorong orang-orang untuk tetap melaksanakan
kewajibannya sebagai penguasa. Namun pelaksanaan tugas sebagai penguasa jangan
sampai melalaikan dan mengalahkan kewajiban kepada Allah (Mat 22:21). Hal yang
dikritik Yesus adalah bukan soal kekuasaannya melainkan cara atau sikap orang
dalam menjalankan kekuasaan. Kekuasaan seharusnya menyejahterakan masyarakat
dan semakin mendekatkan manusia kepada Allah.
e) Yesus
berani membela kebenaran dan keadilan
Yesus
berani membela rakyat kecil yang menderita. Yesus tidak segan-segan mengkritik
penguasa yang menindas rakyat kecil. Bahkan Yesus berani mengecam Ahli Taurat,
orang Farisi yang berlaku tidak adil
pada rakyat kecil (bdk. 23:27-28).
Namun
Yesus bukanlah seseorang yang revolusioner yang mau mengubah keadaan sosial dan
politik saat itu. Yesus melakukan itu dalam rangka mewartakan Kerajaan Allah.
Yesus hanya mau menegakkan nilai-nilai Kerajaan Allah yakni keadilan, cinta
kasih dan perdamaian.
f)
Yesus mengutamakan kasih dalam menjalankan
aturan agama
Para
pemimpin agama Yahudi terutama orang Farisi dan ahli taurat terjebak dalam
fanatisme yang sempit dalam arti mereka merasa diri yang paling benar dan yang
paling baik, karena merasa sudah menjalankan kewajiban keagamaan secara benar.
Sikap ini ditantang oleh Yesus. Bagi Yesus aturan keagamaan penting sejauh
membantu manusia untuk mencapai keselamatan seutuhnya. Yesus sangat menghormati
hukum taurat terlebih menerapkannya secara benar (Mat 5: 17). Hal ini tampak
jelas dalam sikap kritisnya terhadap ajaran-ajaran dalam Taurat, misalnya
tentang soal membunuh (Mat 5: 21-22), soal mempersembahkan persembahan (Mat 5:
23-24), soal zinah (Mat 5: 27-30), soal perceraian (May 5: 31-32), soal balas
dendam (Mat 5: 38-42), soal kasih kepada musuh (Mat 5: 43-48).
g) Yesus
adalah pribadi yang beriman
Orang yang
beriman adalah orang yang mau melakukan apa saja yang dikehendaki Allah
sekalipun seringkali kehendak Allah itu
tidak sama dengan kehendak dirinya sebagai manusia. Pengertian beriman seperti
ini tampak dalam diri Yesus. Yesus mempunyai relasi yang erat dengan Allah Bapa
dan relasi itu diupayakan antara lain dengan doa.
Yesus
mempunyai gambaran tentang Allah yang unik yakni Allah yang dekat. Allah bukan
hakim yang harus ditakuti, melainkan seorang Bapa yangb baik. Yesus mengajak
pengikutNya untuk menyebut Allah dengan sebutan “Abba” yang berarti Bapa.
Sebagai Bapa yang baik Yesus yakin bahwa Allah tidak membeda-bedakan manusia.
Yesus
selalu mengutamakan kehendak Allah dalam hidupNya apapun resikonya. Walaupun
ada tantangan Yesus tetap dekat dengan Allah dan meyerahkan seluruh tantangan
hidupNya pada Allah BapaNya (bdk. Luk 22:42; Mat 27:46). Itulah iman, selalu
merupakan tantangan. Iman menjadi cemerlang justru melalui tantangan.
Berikut
ini adalah contoh tindakan Yesus yang berdoa:
1) Yesus
berdoa saat sedang dibaptis (Luk 3: 21),
2) Yesus
berdoa pagi-pagi benar waktu hari masih gelap (Mrk 1: 5),
3) Yesus
beristirahat dari pekerjaanNya untuk berdoa (Mrk 6: 46, Luk 5: 16),
4) Yesus
berdoa pada malam hari (Luk 6: 12),
5) Yesus
berdoa seorang diri saja (Luk 9: 18),
6) Yesus
kadang mengajak para muridNya berdoa (Luk 9:28),
7) Yesus
tidak hanya berdoa untuk diri sendiri melainkan sering mendoakan muridNya dan
semua manusia (Yoh 17:20)
Beriman
berarti menyerahkan seluruh hidup secara total dan sadar untuk melakukan
kehendak Bapa. Yesus berkata: MakananKu
ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan
pekerjaan-pekerjaanNya (Yoh 4: 34). Yesus juga melupakan keinginan diri
sendiri demi kehendak Bapa: Bapa,
kalau boleh jauhkanlah dari padaKu penderitaan yang harus Aku alami ini, tetapi
jangan menurut kemauanKu, melainkan menurut kemauan Bapa saja (Luk 22: 42).
Yesus juga menyerahkan seluruh jiwa raga kepada Bapa: Pada saat wafatNya Ia berseru dengan suara
nyaring: Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu (Luk 23: 46)
D.
PENUTUP
Pribadi Yesus Kristus sangat
mengagumkan. Karena itu sebagai orang yang beriman akan Yesus Kristus,
hendaknya kita mengikuti teladanNya, menjadikanNya sebagai tokoh idola
sekaligus sahabat sejati kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar