KITAB SUCI
PERJANJIAN BARU
PENDAHULUAN
Sulit untuk
memahami isi sebuah tulisan yang sudah berusia sekitar 2000 tahun yang
lalu. Apalagi isi tulisan tersebut tentang tokoh dan kelompok masyarakat
tertentu, yang tinggal di wilayah tertentu dengan konteks geografis, sosial
budaya, sosial politik dan sosial keagamaan tertentu yang berbeda dengan si
pembaca. Kesulitan yang sama sering dikeluhkan sebagian Umat, terutama ketika
mereka berhadapan dengan Kitab Suci Perjanjian Baru. Tetapi kesulitan tidak identik dengan jalan buntu.
Siapapun yang hendak
mempelajari Kitab Suci Perjanjian Baru dapat masuk dan sampai pada alam pikiran
Perjanjian Baru, bila ia berusaha keras disertai keyakinan pada Roh Kudus
sendiri yang akan membimbingnya.
Dari keseluruhan isi Kitab
Suci Perjanjian Baru tampaklah dengan jelas, bahwa para penulis tidak pertama-tama hendak mewariskan
kronologis peristiwa sejarah seperti Yesus Kristus dan kehidupan Gereja Perdana. Yang mereka ungkapkan terutama pengalaman
iman akan Yesus. Mereka
sebagai saksi mata peristiwa Yesus Kristus sebagai tokoh sentral. Melalui pergaulan dan
kebersamaan dengan Yesus Kristus, baik langsung maupun tidak
langsung, mereka pada akhirnya
mengimani Yesus Kristus sebagai Anak Allah dan Juru Selamat yang sekaligus menjadi pemenuhan janji penyelamatan Allah kepada
manusia, sebagaimana telah dipersiapkan dan diwartakan dalam Perjanjian
Lama. Pada dasarnya pengalaman iman para penulis akan Yesus Kristus tidaklah
sama, karena sangat dipengaruhi oleh berbagai macam latar belakang yang melekat
pada diri penulis sendiri. Itulah sebabnya gaya, cara,
dan isi pengalaman iman yang mereka sampaikan mempunyai penekanan yang berbeda
satu terhadap yang lain. Konsekuensi dari itu semua, bila manusia sekarang
ingin memahami isi pesan Kitab Perjanjian Baru maka disarankan agar mereka mencoba
memahami konteks
kemasyarakatan dan keagamaan masyarakat dan para penulis.
Walaupun demikian, pemahaman akan konteks bukan hal mutlak, sebab yang paling
penting adalah bagaimana kita menempatkan
Perjanjian Baru sebagai cara Allah menyampaikan kehendakNya melalui ungkapan
pengalaman orang-orang yang hidup pada zaman tertentu.
Di tengah berbagai kesulitan
yang dialami Umat dalam membaca dan memahami
isi pesan Kitab Perjanjian Baru, Konsili Suci mendesak
dengan sangat semua orang beriman supaya sering kali membaca Kitab-Kitab
ilahi untuk memperoleh pengertian yang mulia akan Yesus Kristus (Dei
Verbum Art. 25). Santo Paulus pun dalam suratnya yang kedua kepada Timotius
mengatakan bahwa “segala tulisan yang diilhamkan Allah (Kitab Suci) memang
bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki
kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (lihat 2 Timotius 3: 26).
St. Hironimus berkata “Tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal
Kristus.”
Kekhasan agama Kristiani terletak pada iman akan Yesus Kristus sebagai
Anak Allah, Juru Selamat dan pemenuhan janji Allah yang telah diberitakan dalam
Perjanjian Lama. Hal tersebut diungkapkan secara jelas oleh para penulis
Perjanjian Baru. Melalui tulisannya dan dengan cara dan gayanya masing- masing,
para penulis berupaya mengungkapkan
dalam tulisan Perjanjian Baru.
ISTILAH PERJANJIAN BARU
Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru-walaupun
sama-sama Sabda Allah merupakan dua Kitab yang berbeda. Perbedaan dapat dilihat dalam perjanjian
itu. Buku yang lama (PL)
berbicara mengenai perjanjian Tuhan dengan bangsa Israel; sedangkan buku
kedua, yang sekarang disebut PB,
berbicara mengenai perjanjian Tuhan dengan umat manusia seluruhnya dalam diri
Yesus dari Nazaret. Sebetulnya harus dikatakan bahwa apa yang disebut
“PB” tidak banyak bicara mengenai “perjanjian.” PB sebetulnya tidak banyak
bicara mengenai perjanjian,
melainkan mengenai Yesus. Namun
adalah kekhususan dari PB, bahwa melihat diri sebagai lanjutan dari PL.
Ada suatu kesinambungan. Maka kedua-duanya dilihat sebagai perjanjian Tuhan dengan umat manusia.
Cuma dalam fase pertama, atau dalam perjanjian yang lama itu, perjanjian masih
dibatasi pada bangsa Israel, sedangkan dalam periode kedua, yang disebut
“perjanjian yang baru,” hubungan itu diperluas kepada umat manusia seluruhnya. Maka isi daripada kata
“perjanjian” lebih jelas dalam PL, tetapi lebih mendalam dalam PB. Dalam PB
Tuhan berhubungan dengan umat manusia bukan lagi melalui suatu naskah
perjanjian, melainkan melalui Putera-Nya sendiri ialah Tuhan kita Yesus
Kristus.
PROSES PENYUSUNAN KITAB SUCI PERJANJIAN BARU
Ke 27 Kitab dalam Perjanjian Baru, tentu saja tidak
langsung jadi, tetapi melalui proses yang kurang lebih 100 tahun. Ketika Yesus masih hidup, tidak seorangpun di antara murid-murid-Nya yang terpikir untuk mencatat tentang apa yang Ia lakukan atau Ia katakan, atau
segala sesuatu tentang kehidupan-Nya. Mereka hanya ingin menjadi murid
Yesus yang mengikuti Yesus ke manapun Ia pergi, mereka tinggal bersama Yesus,
mereka belajar mendengarkan ajaran-Nya, dan menyaksikan tindakan Yesus.
Baru sesudah Yesus
dibangkitkan, mereka mulai merasakan arti kehadiran Yesus bagi hidup mereka,
dan bagi banyak orang yang selama ini mengikuti Yesus percaya kepada-Nya.
Sesudah Yesus bangkit, para murid mulai sadar, bahwa Ia yang selama ini
diikuti adalah sosok yang menjadi kegenapan janji Allah, sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Peristiwa Pentakosta seolah
membakar hati mereka untuk mulai berani bercerita kepada banyak orang tentang
siapa Yesus sesungguhnya. Berkat Pentakosta, mereka mulai keluar dari
persembunyian, dan pergi ke berbagai tempat menceritakan secara lisan tentang
ajaran, karya (mukjizat-mukjizat), serta hidup Yesus.
Dari situ terbentuklah semakin banyak kelompok orang yang percaya
kepada Yesus di berbagai kota, tapi sampai ke wilayah di luar Palestina. Karena
orang-orang yang percaya kepada Yesus itu tersebar di berbagai kota, dan tidak
selamanya para rasul bisa hadir di tengah mereka, maka kadang- kadang
komunikasi dilakukan melalui surat. Surat itu bisa berisi wejangan untuk menyelesaikan masalah atau
pengajaran atau cerita-cerita
tentang kehidupan Yesus.
Baru sesudah para murid meninggal dan umat yang percaya
kepada Yesus Kristus semakin banyak, muncullah kebutuhan akan tulisan baik
mengenai hidup Yesus, karya-Nya, sabda-Nya
maupun akhir hidup-Nya. Berkat bimbingan Roh Kudus, mereka menuliskan
kisah tentang Yesus berdasarkan cerita-cerita dari para saksi mata, para
pengikut-Nya yang sudah beredar dan berkembang luas di tengah-tengah (bacalah
Lukas 1:1-4). Tentu tulisan- tulisan tersebut dipengaruhi oleh kemampuan, iman
dan maksud serta tujuan penulis serta situasi jemaat yang dituju oleh tulisan
itu.
Oleh sebab itu, kita tidak
perlu heran jika tulisan-tulisan dari para penulis tentang Yesus tersebut terdapat perbedaan. Sebab, mereka bukan menulis suatu
laporan atau sejarah tentang Yesus melainkan melalui tulisan itu mereka mau
mewartakan iman mereka (dan iman jemaat) akan Yesus Kristus, sebagai Tuhan dan
Juru Selamat.
Untuk memahami lebih dalam
tentang proses tersusunnya tulisan-tulisan mengenai Yesus Kristus, kita harus
mulai dari periode hidup Yesus sampai pembentukan kanon Perjanjian Baru.
Antara tahun 7/6 sebelum Masehi (SM) - 30 sesudah Masehi
(M)
a. Yesus
lahir sekitar tahun 7/6 SM*, dibesarkan di desa Nazaret wilayah Galilea. Ia
seorang Yahudi yang saleh yang menaati
hukum dengan penuh semangat
(bandingkan Matius 5:17). Sekitar tahun 27/28 Masehi Yesus dibaptis di sungai
Yordan oleh Yohanes Pembaptis. Kemudian la berkarya sebentar seperti Yohanes Pembaptis, yaitu bersama
dengan murid-murid-Nya membaptis (bandingkan
Yohanes 3:22-26), tetapi kemudian
Ia berkeliling di seluruh Galilea dan Yudea untuk mewartakan Kerajaan Allah.
Ketika Yesus lahir dan tampil di depan umum, Palestina berada di bawah
kekuasaan Roma dipimpin oleh Agustus dan di Palestina dipimpin oleh Herodes
Agung.
b. Dalam situasi seperti itu
ada suasana kebencian
di kalangan orang Yahudi terhadap penjajah Roma. Sementara
itu dalam kehidupan Umat Yahudi sejak lama tumbuh keyakinan bahwa Allah mereka
adalah Allah yang setia dan selalu terlibat dalam seluruh kehidupan umat-Nya.
Dalam kondisi dijajah oleh bangsa lain mereka menaruh harapan pada Allah yang
akan membebaskan mereka dari derita dan penjajahan. Campur tangan Allah itu
diyakini akan dilaksanakan melalui seorang tokoh yang disebut Mesias. Mesias
digambarkan sebagai utusan Allah, seorang pahlawan yang akan membebaskan
Israel dari penjajah dan antek-anteknya. Maka timbullah berbagai gerakan
mesianisme. Salah satu gerakan mesianisme bercorak keagamaan
adalah seperti yang
dirintis Yohanes. Yohanes
mewartakan bahwa Allah akan memenuhi janji-Nya, bilamana bangsa Israel
bertobat sebagaimana dituntut oleh para nabi (Matius 3:1-12). Yohanes juga
memberitakan tentang Yesus sebagai
utusan Allah yang akan membawa pembebasan bagi mereka. Seruan pertobatan
Yohanes ditanggapi bangsa Israel. Mereka memberi diri dibaptis oleh Yohanes
sebagai tanda pertobatan. Yesus pun mengikuti
mereka sebagai tanda solidaritas dengan mereka.
c. Setelah
dibaptis oleh Yohanes, Yesus
meneruskan pesan yang sudah diserukan
oleh Yohanes. Tetapi gambaran Yohanes tentang diri Yesus sebagai Mesias berbeda
dengan yang dipahami Yesus sendiri. Yohanes menggambarkan bahwa campur
tangan Allah akan terlaksana
secara mengerikan, sedangkan Yesus menyatakan campur tangan Allah sebagai kabar
baik sebagaimana dinyatakan oleh para nabi (bandingkan Yesaya 40:11; 52:7-10),
yakni hidup, sabda dan karyaNya.
d. Dalam mewartakan
misinya sebagai Mesias, Yesus
kerap mengajar dengan menggunakan
perumpamaan agar mudah
ditangkap oleh orang-orang
sederhana. Namun demikian semua disampaikan dengan kewibawaan Ilahi. Itulah
sebabnya Yesus selalu bersabda: “Aku berkata kepada-mu... (Markus 1:27). Yesus
juga tampil dengan gaya dan cara hidup
yang berbeda dengan orang
lain. Kerap kali Ia
“melanggar” kaidah-kaidah umum yang berlaku, misalnya: menyembuhkan orang pada hari Sabat, bergaul dengan orang-orang
berdosa, makan bersama atau mengadakan perjamuan dengan orang-orang yang oleh
masyarakat dicap sebagai sampah masyarakat (pendosa), Yesus banyak melakukan
mukjizat, mengampuni dosa atau membangkitkan
orang mati (yang menurut
pandangan banyak orang hal itu
hanya bisa dilakukan oleh Allah). Sebagian orang yang melihat tindakan Yesus
semakin mengagumi Dia, dan semakin membuat
orang bertanya-tanya siapa
sebenarnya Dia ini? (bandingkan
Markus 8:27-30 dan Injil lain). Tetapi hal yang sama membuat kebencian
Kaum Farisi, khususnya para Imam dan ahli Taurat. Yesus dianggap oleh mereka
menghojat Allah. Kendati demikian, Yesus tidak
takut dan tetap
mewartakan kedatangan Kerajaan Allah dan mengajak setiap orang yang
mendengar-Nya bertobat dan percaya kepada Injil.
e. Kebencian para
pemimpin agama dan
kaum Farisi tampak
dalam tindakan mereka yang selalu menguji Yesus untuk mencari kesalahan-
Nya. Bahkkan diceritakan, bahwa beberapa kali mereka bersekongkol untuk
membunuh Yesus, tetapi Yesus berhasil
menyingkir, meloloskan diri (Matius 12:14). Hingga pada
akhirnya, mereka menggunakan kesempatan perayaan Paska untuk
menangkap Yesus. Yesus ditangkap kemudian
diadili oleh pengadilan Agama (Sanhedrin) di
sini Yesus diputuskan untuk
dihukum mati. Maka mereka membawa Yesus kepada penguasa Romawi (Ponsius
Pilatus) untuk mengizinkan menghukum
mati Yesus. Atas desakan
orang banyak, akhirnya
Ponsius Pilatus menjatuhkan hukuman mati di kayu salib. Kemungkinan besar
hal itu terjadi sekitar tanggal 7 April tahun 30 M.
f. Sejak
penangkapan Yesus di Taman
Getsemani, murid-murid yang selama ini selalu bersama-sama dengan
Dia sangat ketakutan. Petrus menyangkal, para murid yang lain entah ke mana.
Yesus harus menghadapi pengadilan sendirian bahkan berjalan salib tanpa mereka.
Sampai akhirnya Yesus
wafat di Salib. Sesaat
seolah-olah apapun tentang Yesus
lenyap ditelan bumi. Para murid bersembunyi di rumah- rumah, tidak berani
tampil di muka umum. Titik balik mulai muncul, ketika tiga hari kemudian mereka
mendapati Yesus bangkit. Tidak ada laporan dan kesaksian yang utuh tentang
kebangkitan Yesus. Mereka hanya menceritakan tentang makam Yesus yang
kosong, dengan hanya menyisakan kain kafan, serta malaikat yang memberitakan
kabangkitan Yesus. Beberapa waktu kemudian, mengalami beberapa kali penampakan
Yesus. Mereka mengalami seolah Yesus yang hadir dalam wujud mulia.
g. Kebangkitan
Yesus itu memperkokoh iman mereka. Mereka menjadi semakin percaya bahwa
Yesus sungguh-sungguh Mesias, Putera Allah, Tuhan dan Penyelamat. Mereka
semakin yakin akan segala sesuatu yang telah diwartakan Perjanjian Lama
tentang Mesias, dan hal itu dilihat
sebagai terlaksana dalam diri
Yesus. Keyakinan baru ini
dirasakan mereka sebagai datang dari Allah sendiri, bukan hasil olah
pikir mereka. Lebih-lebih berkat Pentakosta keyakinan dan keberanian itu
semakin menguatkan mereka untuk memberi kesaksian kepada semua orang.
Antara Tahun 40
- 120 Masehi:
penyusunan dan penulisan
Kitab Suci Perjanjian Baru.
a. Karangan
tertua dari Kitab Suci Perjanjian Baru
adalah 1 Tesalonika (ditulis sekitar tahun 40 an) sedangkan yang paling akhir
adalah 2 Petrus (tahun 120-an)
b. Yesus
pasti tidak menulis apapun yang berkaitan dengan karya dan sabda- sabda-Nya,
tidak juga menyuruh para murid-Nya untuk menuliskannya, meskipun Ia bisa
membaca dan menulis (lihat Lukas 4:17-19 dan Yohanes 8:6). Ia hanya berkeliling
mengajar dan berbuat baik (menyembuhkan, mengusir setan dan sebagainya) di
dalam pengajaran-Nya Yesus kerapkali menggunakan Kitab Suci, tetapi Kitab Suci
yang la gunakan adalah Kitab Suci Perjanjian Lama. Namun karena sabda-Nya dan
hidup-Nya serta karya-Nya begitu mengesankan
dan berwibawa maka banyak orang tertarik dan mengikuti Yesus.
Lebih-lebih setelah kebangkitan, di mana Yesus diakui dengan berbagai macam
gelar (Kristus, Tuhan, Juru Selamat dan sebagainya), maka para pengikutnya
mulai meneruskan apa yang telah dimulai oleh Yesus. Mereka berkeliling tidak
hanya di Palestina tetapi sampai di luar Palestina, untuk mewartakan karya keselamatan Allah yang
terlaksana melalui Yesus Kristus.
c. Mula-mula
para murid mulai mewartakan Yesus secara lisan. Inti pewartaan pada mulanya
adalah wafat dan kebangkitan-Nya (bdk. Kisah Para Rasul: Khotbah Petrus pada
hari Pentakosta, Kisah Para Rasul 2). Kemudian pewartaan itu berkembang dengan
mewartakan juga hidup, karya dan sabda-Nya dan yang terakhir adalah masa
muda-Nya atau masa kanak-kanak-Nya. Semua diwartakan dalam terang kebangkitan,
karena kebangkitan Kristus merupakan
dasar dari iman kepada Yesus Kristus.
d. Setelah
komunitas jemaat berkembang di berbagai kota maka seringkali para Rasul
berhubungan dengan komunitas tersebut melalui utusan dan surat-surat (Kisah Para Rasul 15:2. 20-23). Itulah
sebabnya karangan yang tertua dan tertulis adalah dalam bentuk surat (lihat
poin 1).
e. Karena
banyak komunitas yang perlu untuk terus
dibina, sementara para saksi mata jumlahnya terbatas, maka mulailah juga
ditulis beberapa pokok iman yang penting, seperti kisah kebangkitan, sengsara,
sabda- sabda Yesus dan karya Yesus dengan maksud untuk membina mereka.
f. Setelah
generasi pertama mulai menghilang, maka dibutuhkan tulisan- tulisan tentang
Yesus yang dapat
dipertanggungjawabkan. Maka
muncullah karangan-karangan yang masih berupa fragmen-fragmen: kisah sengsara, mukjizat--mukjizat,
kumpulan sabda, kumpulan perumpamaan, dan sebagainya. Dari situ akhirnya disusunlah
injil-injil dan kisah para rasul, sampai akhirnya seperti yang kita miliki
sekarang ini. Injil itu disusun berdasar atas tradisi, baik lisan maupun
tertulis dan yang disesuaikan dengan maksud dan tujuan penulis serta situasi
jemaat.
Antara tahun 120 - 400 Masehi: pembentukan kanon (Daftar
resmi Kitab Suci Perjanjian Baru).
a. Pada
awal abad kedua sampai akhir abad kedua muncul begitu banyak tulisan tentang
Yesus, yang membingungkan umat beriman.
Dalam situasi seperti itu umat mulai mencari kepastian, manakah
Kitab-Kitab yang membina iman sejati.
b. Untuk
mengatasi hal tersebut pada akhir abad kedua mulai tahun 200, beberapa tokoh
penting mulai menyaring karangan-karangan yang ada. Mereka menyusun daftar
karangan yang berwibawa dan layak disebut Kitab Suci. Sementara
karangan-karangan yang menyeleweng dari iman sejati ditolak. Salah satu daftar
yang terkenal pada saat itu adalah kanon Muratori.
c. Sekitar
tahun 254, Origines, memberikan daftar
kisah yang umum diterima dan
daftar Kitab-Kitab yang harus ditolak. Juga Eusebius pada tahun 303 menyajikan
Kitab yang umum diterima dan sejumlah karangan yang mesti ditolak. Pada tahun
300 secara umum yang sudah diterima sebagai Kitab Suci adalah: 4 injil seperti
sekarang; 13 surat Paulus, Kisah Para Rasul, 1 Petrus, 1 Yohanes dan Wahyu
d. Pada
tahun 400, barulah perbedaan pendapat dalam hal jumlah Kitab Suci hampir hilang
seluruhnya. Pada tahun 367 Batrik Aleksandria yang bernama Atanasius menyusun
daftar Kitab Suci yang termasuk Perjanjian Baru. Jumlahnya 27 seperti yang kita
miliki sekarang. Demikian juga Konsili Hippo (393) dan Karthago (397)
menetapkan daftar yang sama.
KITAB-KITAB DALAM KITAB SUCI PERJANJIAN BARU
Gereja Katolik mengakui bahwa jumlah tulisan atau Kitab dalam
Perjanjian Baru ada 27 tulisan atau Kitab. Semua Kitab pada intinya berbicara tentang Yesus
Kristus karya-Nya, sabda-Nya, tuntutan-Nya
dan hidup-Nya, dengan cara dan gaya penulisan masing-masing.
Meskipun Perjanjian Baru berpusat pada Yesus Kristus, namun di dalamnya juga
tercantum beberapa hal mengenai mereka (jemaat perdana) yang percaya kepada
Yesus Kristus. Secara umum, Kitab Suci Perjanjian Baru bentuknya
bersifat kisah (baik perjalanan atau mukjizat) perumpamaan, ajaran,
surat, dan nubuat.
1.
KEEMPAT
INJIL
Kitab Suci
Perjanjian Baru dibuka dengan empat tulisan yang disebut Injil (Matius, Markus,
Lukas dan Yohanes). Sebagian besar isinya berupa cerita mengenai Yesus selagi
hidup di dunia, karya-Nya, wejangan-wejangan-Nya dan perjuangan-Nya. Tulisan
mereka berhenti dengan kisah tentang Yesus yang menampakkan diri sesudah
bangkit dari antara orang mati. Mengingat isinya, maka keempat Kitab Injil itu dipandang sebagai Kitab
yang paling utama (paling penting).
2.
KISAH
PARA RASUL
“Kisah Para
Rasul” sebenarnya bukan berisi kisah tentang semua rasul, melainkan lebih
bercerita tentang apa yang terjadi setelah Yesus wafat dan bangkit. Intinya, berkisah tentang munculnya jemaat
kristen pertama dan perkembangannya selama kurang lebih 30 tahun dengan
dua tokoh utama yaitu Petrus dan Paulus
3.
SURAT-SURAT
Tulisan
berikutnya adalah 21 tulisan yang gaya penulisannya semacam “surat”. Isinya
lebih merupakan wejangan,
anjuran dan ajaran yang bermacam- macam tentang hidup sesuai dengan Yesus
Kristus. Wejangan, anjuran dan ajaran itu diajarkan oleh Santo Paulus,
Yakobus dan tokoh-tokoh lain yang ditujukan kepada jemaat tertentu atau orang
tertentu.
4.
WAHYU
Tulisan
terakhir adalah Kitab Wahyu Yohanes. Kitab ini berisi serangkaian penglihatan
mengenai hal ihwal umat Kristen dan dunia seluruhnya. Kitab ini terarah
ke masa depan atau akhir
zaman, dan sekaligus merupakan rangkuman atau penegasan
tentang karya keselamatan Allah.
PENGELOMPOKAN KITAB SUCI PERJANJIAN BARU
Secara detail bagian-bagiannya
adalah sebagai berikut:
1. INJIL
a. Matius
b. Markus
c. Lukas
d. Yohanes
2. KISAH
PARA RASUL
Kisah Para
Rasul
3. SURAT-SURAT
a. Roma
b. Korintus
I
c. Korintus
II
d. Galatia
e. Efesus
f.
Filipi
g. Kolose
h. Tesalonika
I
i.
Tesalonika II
j.
Timotius I
k. Timotius
II
l.
Titus
m. Filemon
n. Ibrani
o. Yakobus
p. Petrus
I
q. Petrus
II
r.
Yohanes 1
s. Yohanes
II
t.
Yohanes 111
u. Yudas
4. WAHYU
(NUBUAT)
Wahyu
kepada Yohanes
PANDANGAN GEREJA DAN PARA TOKOH-TOKOH GEREJA
• Konstitusi
Dogmatik tentang Wahyu Ilahi
menegaskan bahwa: Kitab
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ditulis di bawah bimbingan Roh Kudus; Allah
adalah pengarang yang benar dan “harus diakui bahwa Alkitab mengajarkan dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan kebenaran, yang oleh Allah
dikehendaki supaya dicantumkan dalam Kitab- Kitab Suci demi keselamatan kita”
(DV art. 11). Untuk itu ia menjadi
norma bagi iman dan ajaran Kristiani, serta sebagai sabda Allah yang merupakan
sumber yang kaya bagi doa pribadi.
· Santo Paulus dalam
suratnya kepada Timotius
menegaskan, “segala tulisan yang
diilhamkan oleh Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan
kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran” (2
Timotius 3:16-17).
· St.
Hironimus mengatakan,
“Tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak
mengenal Kristus”. Kutipan inilah yang akhirnya juga dikutip kembali oleh
Konsili Vatikan II dalam dokumen Dei Verbum. Kutipan itu hendak menegaskan
bahwa sarana utama untuk dapat mengenal Kristus adalah Kitab Suci.
• “Konsili
mendesak dengan sangat semua orang beriman supaya seringkali membaca
Kitab-Kitab Ilahi untuk memperoleh
pengertian yang mulia akan Yesus Kristus” (DV art. 25).
• “Tetapi hendaklah
kamu menjadi pelaku
firman dan bukan
hanya pendengar saja, sebab jika tidak demikian kamu menipu diri
sendiri” (Yakobus 1:22)
PENTINGNYA MENDALAMI KITAB SUCI PERJANJIAN BARU
• Para
penulis Kitab Suci berkat ilham Roh Kudus, menuliskan kesaksian imannya dalam
Kitab Suci untuk semua orang yang beriman. Ia tidak menyusun buku untuk pajangan
atau hiasan. Dengan kata lain, Kitab Suci Perjanjian Baru menjadi benar-benar kitab yang bermakna dan
kitab yang hidup bila dibaca dan direnungkan, serta nilai-nilainya diwujudkan
dalam kehidupan sehari-hari.
• Konstitusi
Dogmatik tentang Wahyu Ilahi menegaskan
bahwa: Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ditulis di bawah bimbingan Roh
Kudus; Allah adalah pengarang yang benar dan “harus diakui bahwa Alkitab mengajarkan dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan kebenaran, yang oleh Allah dikehendaki
supaya dicantumkan dalam
Kitab-Kitab Suci demi keselamatan kita” (DV art. 11). Untuk itu menjadi norma bagi iman dan ajaran
Kristiani, serta sebagai sabda Allah yang merupakan sumber yang kaya bagi doa
pribadi.
• Ada
beberapa alasan perlunya kita membaca
dan mendalami sabda Tuhan yang terdapat dalam Kitab Suci
tersebut.
1. Iman kita akan tumbuh dan berkembang
dengan membaca Kitab Suci. Santo Paulus dalam suratnya kepada Timotius
menegaskan, “segala tulisan yang diilhamkan oleh Allah memang bermanfaat untuk
mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam
kebenaran” (2 Timotius 3:16-17).
2. Kita tidak akan mengenal Kristus
jika kita tidak membaca Kitab Suci. St. Hironimus mengatakan,
“Tidak mengenal Kitab Suci
berarti tidak mengenal Kristus”. Kutipan inilah yang akhirnya juga dikutip
kembali oleh Konsili Vatikan II dalam dokumen Dei Verbum. Kutipan itu hendak
menegaskan bahwa sarana utama untuk dapat mengenal Kristus adalah Kitab Suci.
3. Kitab Suci adalah buku Gereja, buku
iman Gereja. Kitab Suci adalah sabda Allah dalam bahasa manusia, Gereja
menerimanya sebagai yang suci dan ilahi karena
di dalamnya mengandung sabda
Allah. Dan sebab itu, Kitab Suci (Alkitab) bersama Tradisi menjadi tolok ukur
tertinggi bagaimana kita mengenal iman Gereja. Untuk itu, Gereja menghendaki
agar kita semua semakin membaca dan mendalami Kitab Suci, seperti ditegaskan
oleh bapa-bapa Konsili: “Konsili mendesak dengan sangat semua orang beriman supaya
seringkali membaca Kitab-Kitab Ilahi untuk memperoleh pengertian yang mulia
akan Yesus Kristus” (DV art. 25). Pun pula, melalui Kitab Suci ini, kita juga
dapat semakin mendekatkan diri dengan saudara-saudara kita dari Gereja-gereja
Kristen lain.
• Karena
Kitab Suci adalah Sabda Allah, maka untuk dapat menangkap isi pesannya
hanya mungkin
dibaca dan direnungkan dengan
iman kepercayaan, dan bahwa
dalam Kitab Suci itu Allah sungguh
hadir dan bersabda. Kita juga perlu membaca Kitab Suci dengan doa dengan berharap
bahwa apapun yang difirmankan Allah
mampu kita terima, entah itu nasehat,
teguran, atau peneguhan untuk hidup iman kita. Kita perlu membaca Kitab Suci
disertai dengan kesediaan untuk
bertobat, membiarkan hidup kita
siap diperbaharui, diubah dari dalam
sampai keakar-akarnya, sehingga dalam kehidupan selanjutnya kita menjalani
hidup baru dan meninggalkan dosa. Dan yang paling penting adalah kemauan
mewujudkan firman Allah dalam kehidupan sehari-hari. “Tetapi hendaklah kamu
menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja, sebab jika tidak demikian
kamu menipu diri sendiri” (Yakobus 1:22)
• Memang
untuk mencapai hasil maksimal dari manfaat membaca Kitab Suci tidak bisa diraih
dengan mudah. Kita membutuhkan ketekunan yang terus menerus,
sampai menjadi kebiasaan dan kebutuhan. Andaikan setiap orang selalu merasa
haus untuk selalu menimba kekuatan dari
firman-Nya, betapa indah hidup ini.