Cari Blog Ini

Kamis, 04 Maret 2021

APP TAHUN 2021 (SEMAKIN BERIMAN, SEMAKIN SOLIDER): PERTEMUAN 5

 

 

KEUSKUPAN AGUNG MAKASSAR

 

TEMA AKSI PUASA PEMBANGUNAN (APP)

TAHUN 2021

 

SEMAKIN BERIMAN, SEMAKIN SOLIDER

(MEMBANGUN EKONOMI SOLIDARITAS)

 

MODEL PENDAMPINGAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)


 

PERTEMUAN 5

A.      SATUAN PENDIDIKAN               : SMA

B.      MATA PELAJARAN                     : PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI

C.      MATERI / SUB MATERI              : BERBELARASA UNTUK KEMULIAAN  ALLAH

D.     TAHUN PELAJARAN                   : 2020 / 2021

E.      ALOKASI WAKTU                        : 3 JP (1 PERTEMUAN)

F.       KOMPONEN INTI                        :

1.      Tujuan Pembelajaran:  Melalui pendekatan Kateketis-Saintifik dan menggunakan metode tanya jawab, cerita, penjelasan, penugasan, dan diskusi, peserta didik mampu menyadari  bahwa kemuliaan Allah harus diwujudkan dengan berbelarasa; semakin mampu  memperhatikan orang-orang yang hina dan menderita; semakin yakin bahwa kemuliaan Allah nyata dalam diri orang-orang yang hina dan menderita; dan semakin memuliakan Allah melalui tindakan belarasa, dengan disiplin, jujur, inovatif, partisipatif, bela rasa, peduli, menyadari kehadiran Allah, dan apresiatif.

 

2.    Kegiatan Pembelajaran :

a)    Kegiatan Pendahuluan:

·   Guru memberi salam, selanjutnya menanyakan kabar peserta didik.

·   Guru mengajak peserta didik untuk berdoa singkat untuk mengawali pelajaran. Misalnya, dengan doa berikut :

 

Bapa yang penuh kasih,

Engkau menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling mulia, karena sebagai citra atau gambar-Mu sendiri. Namun dalam kehidupan di dunia ini, sering terjadi martabat  manusia  yang luhur  itu  diperlakukan  tidak baik oleh sesama manusia yang lain. Pada pelajaran ini, kami akan belajar tentang berbelarasa sebagai perwujudan menghargai martabat pribadi manusia dalam hidup dan karya untuk kemuliaan Allah. Doa ini kami satukan dengan doa yang dijarkan oleh Yesus sendiri kepada kami.

”Bapa kami yang ada di surga....”

 

·   Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan peserta didik serta tugas yang akan dikerjakan dalam pertemuan ini.

 

b)   Kegiatan Inti:

      Guru menyampaikan gagasan dasar sebagai berikut :

Belarasa adalah kasih yang peduli dengan segenap hati untuk menolong orang lain yang membutuhkan, bahkan yang menderita. Tindakan belarasa ini menunjukkan  bahwa  manusia tidak lupa bersyukur. Manusia selalu mengungkapkan hidupnya dalam relasi yang selalu bersyukur kepada Allah. Ungkapan ini diwujudkan dengan bersedia membagi apa yang manusia miliki. Manusia merasa bahwa apa vang  dia miliki itu semua berasal dari Allah. Manusia tidak memiliki kekuatan dan kuasa untuk  mengklaim segala yang dimilikinya berasal dari dirinya dan segala keberhasilannya atas usahanya sendiri. Manusia hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk  kemuliaan  Allah. Oleh karena itu, segala sesuatu yang digunakan dan dibutuhkan oleh manusia mengarah pada tujuan akhir bahwa Allah semakin dimuliakan. "Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku (Mat.25:40).

 

      Guru mengajak peserta didik untuk mengamati teks Injil Matius 25: 31-40 berikut ini:

Penghakiman terakhir

31"Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. 32Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, 33dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. 34Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. 35Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; 36ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. 37 Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? 38Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? 39Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? 40Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. 41 Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. 42 Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; 43 ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. 44 Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? 45 Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. 46Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal."

 

      Guru memberikan penjelasan atas teks Injil Matius 25: 31-40 tersebut:

Mat.  31-40  (teks  lengkap  sampai  ayat 46)  adalah perikop yang berbicara tentang "Pengadilan  Terakhir." Sang  pengadil  pada  akhir  zaman  adalah  Anak  Manusia  yang  datang dalam kemuliaan-Nya bersama malaikat-Nya (ay. 31). Semua bangsa akan dikumpulkan dan diadili sesuai dengan perbuatan mereka. Ungkapan "semua bangsa" di sini memiliki kaitan erat dengan amanat perutusan Yesus untuk  menjadikan  semua  bangsa menjadi  murid-Nya  (bdk. Mat.  28:16-20). Ada dua kelompok orang yang ditempatkan di sebelah kanan dan sebelah kiri (ay.  32-33).  Yang sebelah kanan akan diberkati dan diberikan pahala kemuliaan (ay.  34). Kriteria penilaian sang Raja pengadil itu adalah: memberi makan  yang lapar, memberi minum yang haus, memberi tumpangan bagi orang asing, memberi pakaian bagi yang telanjang,  melawat yang  sakit  dan  mengunjungi yang  dalam  penjara  (ay.  35-37).  Ternyata  tindakan belas kasih seperti itu yang diperbuat bagi mereka yang paling hina adalah perbuatan kasih  kepada  Tuhan sendiri (ay.  38-40).

Kisah ini memberikan kita gambaran konkret tentang pengadilan terakhir di mana sikap dan tindakan kasih kepada sesama yang miskin dan berkekurangan adalah wujud  kasih yang sempurna kepada  Allah.  Mereka  yang  rela  berkorban  dan  berbelarasa  dengan  sesama yang berkekurangan dan terpinggirkan adalah mereka yang akan mendapat ganjaran kemuliaan Allah.

 

      Guru memberikan contoh konkrit dari perikop tersebut melalui kisah di bawah ini:

Kisah Bunda Teresa dari Kalkuta bisa memberikan kita inspirasi akan arti belarasa dan kepedulian  kepada sesama saudara yang berkekurangan. Bunda Teresa yang bernama asli Anjeze Gonxhe Bojazhiu  (kemudian  menjadi  Suster  Teresa  atau  lebih  dikenal  Bunda  Teresa, dikanonisasi  tanggal  4 September 2016)  datang ke Kalkuta, India.  Dia menjumpai situasi kemiskinan dan penderitaan yang akut, sama seperti banyak tempat di berbagai belahan dunia dewasa ini. Situasi yang  sulit membuat  orang pesimis  dan tidak  mau peduli akan yang lain. Namun Bunda Teresa tidak ikut meratapi kegelapan tetapi  menyalakan seberkas lilin harapan di tengah  pekat  dan  kerasnya  kehidupan  ini. Dia bersama rekan-rekan susternya membuat gerobak sederhana dan mendorongnya di lorong-lorong  kota sampai ke pinggir-pinggir kampung yang kumuh.  Dia  menyapa,  mengangkat, dan mengobati sekian  banyak  lansia  dan orang-orang yang terbuang dan tergeletak di pinggir-pinggir jalan. Dia membawa mereka ke kliniknya. la mengobati dan merawat mereka dengan penuh cinta kasih.

 

Konon, suatu kali,  ada seorang bapak tua yang sudah sekian lama terbaring sakit di pinggir jalan tanpa ada yang peduli. Luka-lukanya sudah bernanah dan ulat-ulat pun bersarang di sana. Bunda Teresa datang mengangkatnya. la kemudian membawanya ke klinik, memandikan dan membersihkan luka-lukanya. Ia memberikan pakaian yang pantas dan memberinya makan. Bunda Teresa sendiri yang menyuapinya.  Bapak tua itu,  di tengah sakitnya yang memuncak, sempat bergumam lirih, "Suster yang baik. Baru kali ini saya merasa bahwa saya adalah  manusia yang utuh. Karena ternyata ada orang yang mencintai saya. Terima kasih banyak Suster." Setelah itu, dia meninggal di pangkuan Bunda Teresa.

 

Banyak karya belas kasih yang dilakukan oleh Bunda Teresa bersama rekan-rekan susternya. Semua tindakan itu dilakukan karena cinta.  Cinta kepada Tuhan  dan  cinta kepada sesama. Tindakan itu pun memberikan banyak inspirasi untuk sekian banyak orang di seluruh dunia.  Suatu kali,  saat  la diwawancarai  oleh seorang  wartawan, "Apa kunci Anda melakukan semua  ini?" Dia menjawab, "Saya  hanyalah sebuah pensil kecil di tangan Tuhan.  Setiap pagi saya duduk tenang di depan Tabernakel seraya berdoa dalam hati,  'Tuhan, saya  adalah  pensil kecil di tanganMu,  silahkan menulis apapun di atas lembaran kehidupan ini.'  Setelah itu, saya mulai bekerja bersama rekan-rekan suster saya.  ltulah kuncinya.''

 

Kisah Bunda Teresa adalah kisah pribadi yang mencintai Tuhan dan berbela rasa kepada sesamanya dalam tindakan  konkret penuh  kasih.  Kita pun dipanggil melalui komunitas basis untuk berbelarasa dengan sesama yang berkekurangan melalui: kunjungan orang-orang sakit; perhatian  kepada  para  orang tua yang lanjut usia dan  rentan;  kepeduliaan kepada anak-anak yatim-piatu  dan  terlantar;  perhatian khusus kepada anak-anak terlantar,  pemulung dan pengemis;  kunjungan  dan  hiburan  bagi orang-orang yang dipenjara  serta  berbagai karya karitatif  lainnya yang mengungkapkan sikap belarasa  kepada sesama sebagai persembahan yang mulia untuk Tuhan.

 

c)    Kegiatan Penutup:

·   Bersama peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini, serta mendorong peserta didik untuk menyadari bahwa kemuliaan Allah harus diwujudkan dengan  berbelarasa serta semakin mampu memperhatikan orang-orang yang hina dan menderita. Peserta didik juga dimotivasi untuk semakin yakin bahwa kemuliaan Allah nyata  dalam diri orang-orang yang hina dan menderita dan semakin memuliakan Allah melalui  tindakan belarasa.

·   Guru mengajak peserta menutup pertemuan dengan sebuah doa. Misalnya dengan doa berikut ini :

 

Bapa yang Mahabaik, terima kasih atas bimbingan-Mu selama pertemuan ini. Semoga pada masa mendatang, oleh berkat-Mu, kami mampu membangun masyarakat yang sehat yang dicirikan oleh adanya pengakuan terhadap martabat pribadi manusia, kesejahteraan bersama, serta solidaritas sebagai sesama manusia ciptaan-Mu. Doa ini kami sampaikan kepadaMu dengan perantaraan Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami yang bersatu dengan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa. Amin.