GEREJA YANG MENJADI SAKSI KRISTUS
(MARTYRIA)
Doa Pembukaan
Menyanyikan lagu:
Jadilah
Saksi Kristus
Sesudah dirimu
diselamatkan, jadilah saksi Kristus.
Cahaya hatimu jadi
terang, jadilah saksi Kristus.
Tujuan hidupmu
jadi nyata, jadilah saksi Kristus.
Setelah dirimu kau
tinggalkan, jadilah saksi Kristus.
Kehidupan baru kau
dapatkan, jadilah saksi Kristus.
Api cinta Kristus
kau kobarkan, jadilah saksi Kristus.
Di saat hatimu
jadi hampa, jadilah saksi Kristus.
Tiada hasratmu
dalam karya, jadilah saksi Kristus.
Tiada harapan kan
berjuang, jadilah saksi Kristus.
Dalam memaafkan
kawan lawan,
jadilah saksi
Kristus.
Dalam menggagahkan
persatuan,
jadilah saksi
Kristus.
Dalam meluaskan
kerja sama,
jadilah saksi
Kristus.
(Madah Bakti #455)
Pemikiran Dasar
Setiap orang yang mengaku
Yesus sebagai Juruselamatnya, maka panggilan untuknya adalah menjadi saksi.
Setiap orang percaya harus mengetahui tugas ini. Namun tidak jarang kita
temukan masih banyak orang Katolik yang masih takut bersaksi. Mengapa takut bersaksi?
Apabila kita pergi ke pengadilan, jika ada seorang saksi yang takut bersaksi
maka kemungkinan besar bahwa kesaksiannya itu bohong atau tidak benar.
Kemungkinan lain adalah saksi tersebut sedang diintimidasi, ditekan, diancam
dan sebagainya, sehingga ia takut. Namun bagi kita orang Kristiani, kita harus
berani bersaksi tentang Kritus sebagai Tuhan dan juruselamat kita. Injil
Mateus 28 ayat 18 menegaskan : “Yesus telah menerima segala kuasa baik
di sorga dan di bumi” Artinya bahwa, Yesus berkuasa atas segala-galanya.
Biasanya di pengadilan, seorang saksi dihadirkan tugasnya untuk menceritakan
dengan jujur dan benar apa yang diketahuinya saja. Ia tidak perlu membela diri,
berdebat atau berusaha meyakinkan orang lain. Orang lain mau percaya atau
tidak, bukan masalah yang penting saksi tersebut telah menceritakan dengan
jujur dan benar. Ketidakpercayaan seseorang tidak akan mengubah kebenaran
menjadi salah. Sedangkan untuk membela ada tugas orang lain lagi, yang kita
sebut dengan pengacara atau pembela. Orang ini dibekali berbagai ilmu dan ahli
untuk membela kliennya. Konteksnya kita sebagai orang yang percaya kepada
Yesus, kalau kita diminta menjadi saksi artinya; kita mesti ceritakan apa saja
yang kita alami bersama Yesus.
Injil pertama-tama diwartakan
dengan kesaksian, yakni diwartakan dengan, kata- kata, tingkah laku, dan
perbuatan. Gereja juga mewartakan Injil kepada dunia dengan kesaksian hidupnya
yang setia kepada Tuhan Yesus. Para murid Yesus dipanggil supaya mereka menjadi
saksi-Nya mulai dari Yerusalem yang kemudian berkembang ke seluruh Yudea dan
Samaria, bahkan sampai ke ujung bumi (bdk. Kis 1:8). Menjadi saksi Yesus
Kristus pun ada konsekuensinya, mulai
dari penolakan hingga tindakan kekerasan. Stefanus adalah orang pertama yang
mengalami penyesahan dan kemudian diakhiri hidupnya oleh kaum Yahudi secara
mengenaskan(bdk. Kis 7:51-8:1a).
Pada pembelajaran ini kita
belajar untuk memahami makna menjadi saksi Yesus Kristus dalam hidupnya.
Pewartaan dalam bentuk kesaksian hidup mungkin sangat relevan bagi kita di
Indonesia. Kita hidup di tengah bangsa yang sangat majemuk dalam kepercayaan
dan budayanya. Pewartaan verbal mungkin kurang simpatik dibandingkan dengan
pewartaan lewat dialog, termasuk dialog hidup, tempat kita mewartakan iman kita
melalui kesaksian hidup kita. Kita dapat menunjukkan hidup yang penuh kasih dan
persaudaraan di tengah situasi yang sarat dengan permusuhan, kekerasan, dan
terror. Kita dapat menunjukkan hidup yang bersemangat solider di tengah suasana
hidup yang serakah dan korup karena didorong oleh nafsu kepentingan diri atau
golongan.
Mendalami Makna Menjadi Saksi Yesus Kristus
Iman Tidak Bisa Dinegosiasikan;
Gereja Kita adalah Gereja Martir
Memberikan kesaksian
keterpaduan iman dengan berani adalah sebuah ajakan dari Paus Fransiskus selama
Misa yang dipimpinnya di Kapel Casa Santa Marta. Dalam homilinya yang singkat,
Paus mengomentari bacaan-bacaan Alkitab pada hari Sabtu masa Oktaf Paskah: yang
pertama merujuk kepada Petrus dan Yohanes yang memberikan kesaksian iman dengan
berani di hadapan para imam kepala Yahudi meskipun menghadapi ancaman-ancaman,
kemudian dalam bacaan Injil, Yesus yang bangkit menegur para rasul yang tidak
mempercayai banyak orang yang telah meyakini melihat-Nya hidup.
Sri Paus bertanya: “Bagaimana
dengan iman kita sendiri? Kuatkah? Atau kerap kali seperti air mawar yang
keruh?”. Ketika kesulitan-kesulitan hidup datang “apakah kita berani seperti
Petrus atau merasa segan?“. Paus mengamati bahwa Petrus tidak kehilangan iman,
ia tidak jatuh kepada kompromi-kompromi, karena “iman tidak bisa
dinegosiasikan”. Paus juga meyakini bahwa “dalam sejarah umat Allah, telah ada
pencobaan ini: menyurutkan iman sebagian, pencobaan menjadi sedikit ‘seperti
yang dilakukan semua orang’, yaitu ‘tidak menjadi, sangat tegar”. Tetapi saat
kita mulai menyurutkan iman, mulai mengkompromi iman, sedikit menjualnya kepada
penawar tertinggi kata Paus menggarisbawahi, maka kita memulai jalan apostasi,
yaitu jalan ketidaksetiaan kepada Tuhan”.
“Contoh iman dari Petrus dan
Yohanes membantu kita, memberikan kita kekuatan, tetapi, dalam sejarah Gereja
ada banyak martir sampai sekarang, karena untuk menemukan martir-martir tidak
perlu mengunjungi kuburan atau ke Koloseum: martir-martir hidup saat ini, di
banyak negara. Umat Kristen kata Paus mengalami penganiayaan atas iman mereka.
Di beberapa Negara banyak dari mereka tidak boleh membawa salib: mereka dihukum
apabila melakukannya. Saat ini, pada abad XXI, Gereja kita merupakan Gereja
para martir, yaitu orang-orang yang
berbicara seperti Petrus dan Yohanes: “Kami tidak dapat berdiam terhadap apa
yang telah kami saksikan dan dengarkan”. Paus melanjutkan, “Dan hal ini
memberikan kekuatan kepada kita, yang kerap kali memiliki iman yang agak lemah.
Memberikan kita kekuatan untuk bersaksi dengan hidup, iman yang telah kita
terima, yang merupakan rahmat dari Tuhan kepada semua bangsa“.
Sri Paus kemudian menutup
homilinya: “Tetapi, kita tidak dapat melakukannya sendiri: itu adalah sebuah
rahmat yaitu rahmat iman, yang harus kita mohon setiap hari: ‘Tuhan …peliharalah imanku, tambahlah imanku,
agar selalu kuat, pemberani, dan bantulah aku di dalam saat-saat di
mana–seperti Petrus dan Yohanes–aku harus memberikan kesaksian iman di hadapan
banyak orang. Berikanlah aku keberanian‘. Ini akan menjadi sebuah doa yang
indah pada hari ini: semoga Tuhan membantu kita untuk memelihara iman,
membawanya maju, dan untuk menjadi, kita, wanita dan pria yang beriman.
Amin“.(Sumber: Radio Vatikan)
(diterjemahkan oleh Shirley Hadisandjaja,
6 April 2013, dipublikasikan di www.
http://katolisitas.org/11059/empat-hal-tentang-visi-gereja-menurut-kardinal-bergoglio)
Mendalami Ajaran Kitab Suci tentang Kesaksian sebagai Murid Yesus
Kis
7:51-8:1a
“Hai orang-orang yang keras
kepala, yang keras hati dan tuli, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti
nenek moyangmu, demikian juga kamu. Siapa dari nabi-nabi yang tidak dianiaya
oleh nenek moyangmu? Bahkan mereka membunuh orang- orang yang lebih dahulu
memberitakan kedatangan Orang Benar, yang sekarang telah kamu khianati dan
bunuh. Kamu telah menerima hukum Taurat yang disampaikan oleh
malaikat-malaikat. Akan tetapi, kamu tidak menurutinya.”
Ketika anggota-anggota
Mahkamah Agama itu mendengar semuanya itu, hati mereka sangat tertusuk. Mereka
menyambutnya dengan kertak gigi. Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus,
menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah
kanan Allah. Lalu katanya, “Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak
Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.” Tetapi berteriak-teriaklah mereka dan
sambil menutup telinga, mereka menyerbu dia. Mereka menyeret dia ke luar kota,
lalu melemparinya dengan batu. Saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan
kaki seorang pemuda yang bernama Saulus. Sementara mereka melemparinya Stefanus
berdoa, katanya, “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.” Sambil berlutut ia berseru
dengan suara nyaring, “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!”
Sesudah berkata demikian, ia pun meninggal. Saulus juga setuju dengan
pembunuhan atas Stefanus
Penjelasan
1. Menjadi saksi
Kristus berarti menyampaikan
atau menunjukkan apa
yang dialami dan diketahuinya tentang Yesus Kristus kepada orang lain.
Penyampaian penghayatan dan pengalaman akan Yesus itu dapat dilaksanakan
melalui kata- kata, sikap, dan perbuatan nyata.
2. Menjadi
saksi Kristus akan menuai banyak risiko seperti yang dialami St. Stefanus,
martir pertama, dan para martir atau saksi Kristus lainnya di sepanjang segala
abad.
Menemukan Pengalaman Kesaksian sebagai Pengikut Yesus Kristus melalui
Kesaksian hidup
Uskup
Agung Romero
Kesaksian hidup dari almarhum
Uskup Agung Oscar Romero adalah melalui khotbah-khotbahnya yang menyuarakan
dukungan pada kaum miskin dan kaum tertindas pada zaman modern seperti sekarang
ini. Hidupnya yang penuh pengabdian kepada umat dan masyarakatnya, khususnya
kepada masyarakat kecil yang miskin dan tertindas. ia tidak segan-segan
memperingatkan para penguasa negerinya (El Salvador) yang bertindak sewenang-wenang
terhadap rakyat kecil yang tidak berdaya sehingga para penguasa negerinya tidak
senang.
Pada tanggal 24 Maret 1980 ia
ditembak oleh penembak sewaan. Ia mati saat merayakan Ekaristi dan sedang
mengucapkan kata-kata konsekrasi “Inilah tubuh-Ku, yang dikorbankan bagi kamu,
dan inilah darah-Ku yang ditumpahkan bagimu.”
Penjelasan
1. Menjadi
saksi Kristus ternyata dapat menuai banyak risiko. Yesus telah berkata “Kamu
akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh
kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah (Yoh. 16: 2). Yesus
sendiri telah menjadi martir. Ia menderita dan wafat disalib demi Kerajaan
Allah.
2. Dalam
sejarah, kita juga tahu bahwa banyak orang telah bersedia menumpahkan darahnya
demi imannya akan Kristus dan ajaran-Nya. Mereka itulah para martir. Mereka
mati demi imannya kepada Kristus. Ada yang bersedia mati daripada harus
mengkhianati imannya akan Kristus. Ada pula martir yang mati karena
memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan bagi orang-orang yang tertindas.
Rangkuman:
1.
Kata “saksi” sering
diartikan sebagai “orang
yang melihat atau mengetahui sendiri suatu peristiwa atau kejadian”. Orang tersebut diminta hadir apabila
diperlukan untuk memberikan keterangan yang membenarkan bahwa peristiwa itu
sungguh-sungguh terjadi. “Saksi” menunjuk pada personal atau pribadi yang “mengetahui” atau
“mengalami” dan “mampu memberikan keterangan yang benar”.
2.
Menjadi saksi Kristus berarti menyampaikan atau
menunjukkan apa yang dialami dan diketahui tentang Kristus kepada orang lain.
Penyampaian, penghayatan atau pengalaman itu dapat dilaksanakan melalui
kata-kata, sikap, dan tindakan nyata.
3.
Umat Kristiani dipanggil
untuk menjadi saksi Kristus di tengah – tengah dunia dengan perkataan dan
perbuatan di manapun mereka berada. Hal ini sesuai dengan pesan Kristus sebelum
Dia naik ke surga : “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke
atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan
Samaria dan sampai ke ujung bumi”. Pesan tersebut terdapat pada Kis 1, 8.
4.
Bagi kita sekarang ini,
menjadi saksi Kristus mulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria sampai ke ujung bumi
berarti menjadi saksi Kristus mulai dari rumah/keluarga, sanak saudara,
tetangga, lingkungan, sekolah sampai ke ujung dimana hidup kita nanti berakhir.
5.
Menjadi saksi Kristus harus siap menjadi martir. Ada dua macam martir yang dikenal, yaitu:
a)
Martir
putih adalah mereka yang memberi kesaksian dengan hidup yang baik dan berdaya
pikat, hidup alternatif yang memberi inspirasi kepada dunia. Mereka rela
berbuat apa saja termasuk menghadapi tantangan demi memberi kesaksian tentang
Tuhan.
b) Martir merah yaitu mereka yang memberi kesaksian tentang
Tuhan dengan menumpahjkan darahnya seperti Yesus sendiri yang rela
menumpahkan darahNya untuk memberi kesaksian tentang Kerajaan Allah.
Doa Penutup
Bapa yang penuh kasih, Puji dan syukur kami haturkan kepada-Mu atas
bimbingan-Mu pada kami selama mengikuti kegiatan belajar ini. Melalui
pembelajaran ini, kami semakin menyadari
bahwa setiap kami juga mendapat tugas perutusan dari Yesus untuk menjadi saksi-Nya dalam hidup
sehari-hari di tengah masyarakat. Semoga tugas ini dapat kami jalankan dengan
penuh semangat dan tanggung jawab sebagai pengikut setia Yesus, sang Guru dan
Juruselamat kami. Amin.