GEREJA DAN DUNIA
PENDAHULUAN
Konsili Vatikan II dalam
Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes,
artikel 1 antara lain berkata: “Kegembiraan dan harapan,
duka, dan kecemasan manusia dewasa ini, terutama yang miskin dan terlantar, adalah kegembiraan
dan harapan, duka, dan kecemasan murid-murid Kristus pula”. Kalimat
tersebut menunjukkan :
·
perhatian dan keprihatinan Gereja terhadap
dunia
·
Gereja sungguh-sungguh mewartakan dan memberi
kesaksian tentang “Kabar Gembira” kepada dunia
·
Gereja belajar dan mengambil banyak
nilai-nilai positif yang dimiliki dunia untuk perkembangan diri dan
pewartaannya.
Gereja kini telah memiliki
pandangan tentang dunia yang jauh lebih positif dari
zaman-zaman yang lampau, sehingga
hubungan antara keduanya
menjadi lebih saling
menguntungkan. Jadi, hubungan antara
Gereja dan dunia memiliki pandangan-pandangan baru yang perlu dipahami.
Gaudium et Spes sebagai sebuah
tanggapan yang sarat makna dari pihak Gereja terhadap berbagai harapan dan
kerinduan dunia dewasa ini. Dalam konstitusi ini, “selaras dengan pembaruan gerejawi, direfleksikan sebuah gagasan
baru tentang bagaimana menjadi sebuah
persekutuan kaum beriman dan umat Allah. Konstitusi tersebut membangkitkan minat baru berkenaan dengan
doktrin yang termuat dalam dokumen-dokumen terdahulu tentang kesaksian dan
kehidupan orang-orang Kristen sebagai cara-cara yang sejati menjadikan
kehadiran Allah di dunia ini kasatmata.”
Gaudium et Spes menampilkan
wajah Gereja yang :
·
“mengalami dirinya sungguh erat
berhubungan dengan umat manusia serta sejarahnya”, yang menempuh
perjalanan bersama dengan seluruh umat manusia dan bersama dengan dunia
mengalami nasib keduniaan yang sama,
·
dan juga pada saat yang sama “hadir ibarat ragi dan bagaikan penjiwa masyarakat manusia yang harus dibarui
dalam Kristus dan diubah menjadi keluarga Allah”.
MENDALAMI MAKNA HUBUNGAN GEREJA DAN DUNIA
Simaklah teks dokumen Ajaran
Gereja berikut ini:
Gaudium et Spes artikel 2
Maka, sesudah menjajagi
misteri Gereja secara lebih mendalam,
Konsili Vatikan Kedua tanpa ragu-ragu mengarahkan amanatnya bukan lagi
hanya kepada putera-putera Gereja dan
sekalian orang yang
menyerukan nama Kristus,
melainkan kepada semua orang.
Kepada mereka semua Konsili bermaksud menguraikan, bagaimana memandang kehadiran
serta kegiatan Gereja di masa kini. Jadi
Konsili mau menghadapi dunia manusia, dengan kata lain segenap keluarga manusia
beserta kenyataan semesta yang menjadi lingkungan hidupnya; dunia yang
mementaskan sejarah umat manusia, dan ditandai oleh jerih-payahnya, kekalahan
serta kejayaannya; dunia, yang menurut
iman umat kristiani diciptakan
dan dilestarikan oleh cinta kasih Sang Pencipta; dunia, yang memang berada
dalam perbudakan dosa, tetapi telah
dibebaskan oleh Kristus yang disalibkan dan bangkit, sesudah kuasa si Jahat
dihancurkan, supaya menurut rencana Allah mengalami perombakan dan mencapai
kepenuhannya.
Gaudium et Spes artikel 3
Adapun zaman sekarang umat
manusia terpukau oleh rasa kagum akan penemuan-penemuan serta kekuasaannya
sendiri. Tetapi sering pula manusia dengan gelisah bertanya-tanya tentang
perkembangan dunia dewasa ini, tentang tempat dan tugasnya di alam
semesta, tentang makna jerih-payahnya perorangan
maupun usahanya bersama, akhirnya
tentang tujuan terakhir segala sesuatu dan manusia sendiri. Oleh karena itu Konsili menyampaikan kesaksian dan
penjelasan tentang iman segenap Umat Allah yang dihimpun oleh Kristus. Konsili tidak dapat
menunjukkan secara lebih jelas-mengenai kesetiakawanan, penghargaan serta cinta
kasih umat itu terhadap seluruh keluarga manusia yang mencakupnya, dari pada
dengan menjalin temu wicara dengannya tentang pelbagai masalah itu. Konsili menerangi soal-soal itu
dengan cahaya Injil, serta menyediakan bagi bangsa manusia daya-kekuatan
pembawa keselamatan, yang oleh Gereja, dibawah bimbingan Roh Kudus, diterima
dari pendirinya. Sebab memang pribadi manusia harus diselamatkan, dan
masyarakatnya diperbarui. Maka manusia, ditinjau dalam kesatuan dan
keutuhannya, beserta jiwa maupun raganya, dengan hati serta nuraninya, dengan
budi dan kehendaknya, akan merupakan poros seluruh uraian kami.
Maka Konsili suci
mengakui, bahwa amat luhurlah
panggilan manusia, dan menyatakan
bahwa suatu benih ilahi telah ditanam dalam dirinya. Konsili menawarkan kepada umat manusia kerja
sama Gereja yang tulus, untuk membangun persaudaraan semua orang, yang
menanggapi panggilan itu. Gereja tidak sedikit pun tergerak oleh ambisi duniawi; melainkan hanya
satu maksudnya: yakni, dengan bimbingan Roh Penghibur melangsungkan karya Kristus sendiri,
yang datang ke dunia untuk memberi kesaksian akan kebenaran; untuk
menyelamatkan, bukan untuk mengadili; untuk melayani, bukan untuk dilayani.
Penjelasan :
Konsili Vatikan II sungguh
telah memperbarui Gereja dan
hubungannya dengan dunia. Hubungan
yang menjadi lebih baik ini disebabkan
karena Gereja mulai memiliki
pandangan baru tentang dunia dan manusia. Mungkin ada baiknya kita melihat
pandangan-pandangan baru tentang
dunia dan manusia,
kemudian kita melihat hubungan
antara Gereja dan dunia serta alasan-alasan mengapa harus terjalin hubungan
yang saling mengisi antara keduanya.
Pandangan Baru tetang Dunia dan Manusia
1) Dunia
Pada masa
lampau dunia sering kali
dipandang negatif sebagai dunia berdosa sehingga terdapat gagasan bahwa dunia
tidak berharga, berbahaya, jahat, dan tidak termasuk lingkup keselamatan
manusia, bahkan merupakan halangan dan rintangan bagi manusia untuk mencapai
keselamatannya. Pandangan demikian didasari oleh penafsiran secara
dangkal terhadap teks Kitab Suci, misalnya:“Janganlah
kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi
dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua orang
yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta
keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia” (1Yoh 2:
15-16). “ Kita tahu bahwa kita berasal dari Allah dan seluruh dunia berada
dibawah kuasa si jahat” (1 Yoh 5: 19). “Janganlah menjadi serupa dengan dunia”
(Rm 12: 2). Dalam Injil ataupun dalam surat-surat juga ditekankan bahwa dunia
berdosa, dunia yang bermusuhan dengan Allah telah dikalahkan oleh Kristus (bdk.
Yoh 16: 33). Berkat
salib Kristus, seorang Kristen hidup dalam dunia yang baru. Dunia yang terletak
dalam genggaman si jahat telah dikalahkan oleh Kristus seperti
dikatakan Paulus: “Karena salib Kristus, bagiku dunia disalibkan dan Aku pun di
salibkan bagi dunia (Gal 6: 14).
2) Konsili
Vatikan II mengajak kita untuk melihat dunia secara lebih positif.
Dunia dilihat
sebagai seluruh keluarga manusia dengan
segala hal yang ada di sekelilingnya. Dunia menjadi pentas
berlangsungnya sejarah umat manusia. Dunia ditandai oleh usaha-usaha manusia,
dengan segala kekalahan dan kemenangannya. Dunia diciptakan dan dipelihara oleh cinta kasih Tuhan
Pencipta. Dunia yang pernah jatuh menjadi budak dosa, kini telah dimerdekakan oleh
Kristus yang telah disalibkan dan bangkit pula, untuk menghancurkan kekuasaan
setan agar dunia dapat disusun kembali sesuai dengan rencana Allah dan dapat
mencapai kesempurnaan (G.S. 2).
3) Martabat
Manusia
Manusia adalah ciptaan yang
memiliki akal budi, kehendak bebas dan hati nurani. Ketiga-tiganya
menunjukkan bahwa manusia adalah
sebagai citra Allah, walaupun dapat disalahgunakan sehingga jatuh kedalam
dosa. Manusia
sungguh ciptaan yang istimewa, karena ia di ciptakan demi dirinya sendiri,
padahal makhluk lain diciptakan hanya untuk manusia.
4) Masyarakat
Manusia
Manusia
diciptakan sebagai makhluk yang bermasyarakat. Allah, yang memelihara segala sesuatu sebagai Bapa, menghendaki agar semua manusia membentuk satu keluarga
dan memperlakukan seorang akan yang lain dengan jiwa
persaudaraan (GS art 24). Kristus sendiri berdoa agar “semua menjadi
satu ……… seperti kita pun satu adanya” (Ya 17: 21-22).
5) Usaha
atau Karya Manusia
Perkembangan dunia
di segala bidang memang dikehendaki
Tuhan dan manusia dipilih untuk menjadi “rekan kerja” Tuhan dalam melaksanakan kebaikan dunia.
6) Hubungan
antara Gereja dan Dunia
Menyangkut
hubungan antara Gereja dan dunia dapat diangkat dalam tiga hal berikut ini:
a. Gereja postkonsilier melihat dirinya sebagai “Sakramen Keselamatan”
bagi dunia. Gereja menjadi terang, garam, dan ragi bagi dunia. Dunia
menjadi tempat atau ladang, dimana Gereja berbakti. Dunia tidak dihina dan
dijauhi, tetapi didatangi dan ditawari keselamatan.
b. Dunia dijadikan mitra
dialog.
Gereja dapat menawarkan nilai-nilai injili dan dunia dapat
mengembangkan kebudayaannya, adat istiadat, alam pikiran, ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga Gereja dapat lebih
efektif menjalankan misinya di dunia.
c. Gereja tetap menghormati otonomi dunia dengan sifatnya yang sekuler,
karena didalamnya terkandung nilai-nilai
yang dapat mensejahterakan manusia
dan membangun sendi-sendi Kerajaan.
Tugas Gereja Di Dalam Dunia:
·
Tugas Gereja adalah melanjutkan karya
Yesus, yakni mewartakan Kerajaan Allah kepada seluruh umat manusia. Kerajaan Allah baru
terwujud secara sempurna pada akhir zaman, tetapi Kerajaan Allah harus
diwujudkan mulai dari dunia ini.
·
Dalam Injil tersirat kesadaran bahwa misi atau tugas Gereja pertama-tama
bukan “penyebaran agama”,
melainkan Kabar Gembira
(Kerajaan Allah) yang relevan dan mengena pada situasi konkret manusia dalam
dunia yang majemuk ini.
·
Menjadi
pelayan Kerajaan Allah berarti berusaha dengan
segala macam cara ke arah
terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah masyarakat, misalnya
persaudaraan, kerjasama, dialog, solidaritas,
keterbukaan, keadilan, hormat
kepada hidup, memperhatikan yang lemah, miskin, tertindas, tersingkirkan, dsb.
·
Bagi Gereja, mewartakan Injil berarti membawa Kabar Gembira ke segenap
lapisan umat manusia, sehingga berkat dayanya kabar tersebut masuk ke dalam
lubuk hati manusia dan membarui umat manusia dari dalam. “Lihatlah
Aku memperbarui seluruh ciptaan” (EN 18).
Beberapa hal pokok seperti
yang disarankan oleh
Gaudium et Spes yang harus menjadi perhatian Gereja masa kini:
1.
Martabat Manusia
Manusia
dewasa ini berada di jalan menuju
pengembangan kepribadiannya yang lebih penuh dan menuju penemuan serta
penebusan hak-haknya yang makin hari makin bertambah. Untuk itu Gereja dapat
berperan antara lain:
·
Membebaskan martabat kodrat manusia dari segala
perubahan paham, misalnya terlalu menekankan dan mendewakan tubuh manusia atau
sebaliknya.
·
Menolak dengan tegas segala macam perbudakan dan
pemerkosaan martabat dan pribadi manusia.
·
Menempatkan dan memperjuangkan martabat manusia sesuai dengan maksud Penciptanya.
2.
Masyarakat Manusia
Terhadap
masyarakat manusia Gereja dapat berperan antara lain:
·
Membangkitkan karya-karya yang melayani semua
orang, terutama yang miskin, seperti karya-karya amal, dsb.
·
Mendorong
semua usaha ke arah persatuan, sosialisasi, dan persekutuan yang sehat di bidang kewargaan dan ekonomi.
·
Karena
universalitasnya, Gereja dapat
menjadi pengantara yang baik
antara masyarakat dan negara-negara yang berbeda-beda hidup budaya dan
politik.
3.
Usaha dan Karya Manusia
·
Gereja akan tetap meyakinkan putra-putrinya dan dunia, bahwa semua usaha manusia,
betapapun kecilnya bila sesuai dengan
kehendak Tuhan mempunyai nilai yang
sangat tinggi, karena merupakan sumbangan pada pelaksanaan rencana Tuhan
·
Gereja akan tetap bersikap positif dan
mendorong setiap kemajuan ilmiah dan
teknik di dunia ini asal tidak menghalangi melainkan secara positif
mengusahakan tercapainya tujuan akhir manusia.
·
Konsili Vatikan II mencatat masalah-masalah yang
dilihatnya sebagai masalah yang mendesak, yakni martabat pernikahan dan
kehidupan keluarga, pengembangan kemajuan kebudayaan, kehidupan sosial ekonomi
dan politik serta perdamaian dan persatuan bangsa-bangsa.