KEKHASAN
AGAMA-AGAMA DI INDONESIA
BERDIALOG DENGAN UMAT
KRISTEN PROTESTAN
Hal-hal yang memicu munculnya Protestantisme adalah keadaan
Gereja yang sangat jelek, yaitu:
Ø Paus memegang kekuasaan dalam berbagai urusan Gerejani dan kenegaraan.
Ø Pemilihan Paus yang tidak
pantas (Paus Alexander VI dan Leo IX).
Ø Terjadi kasus korupsi dan komersialisasi jabatan Gereja.
Ø Banyak pejabat Gereja yang menjadi pangeran duniawi dan melalaikan tugas
rohani.
Ø Imam-imam paroki tidak terdidik, bodoh, tidak mampu berkhotbah dan
mengajar umat, dan hidup dengan istri gelap.
Ø Banyak persoalan teologi
mengambang dan tidak pasti.
Ø Iman bercampur takhyul
dan yang profan bercampur dengan yang sakral.
Dalam situasi seperti itu banyak orang ingin
memperbaharui hidup Gereja. Termasuk Martin Luther. Semua ditolak oleh Luther
karena tidak bermanfaat untuk memperoleh keselamatan.
Ajaran-ajaran para teolog yang mendukung
perbuatan-perbuatan saleh
mulai diragukan oleh Luther, yaitu:
Ø Indulgensi
Ø Stipendia untuk misa
arwah
Ø Sumbangan pembangunan gereja dan patung-patung
Ø Pajak untuk Roma
Ø Ziarah dan puasa
Ø Relikui dan patung-patung
Ø Selibat, hidup membiara
dan kaul-kaul serta 7 sakramen tidak berguna lagi.
Yang perlu hanya satu yaitu beriman. Orang yang
percaya (beriman) dibenarkan oleh Allah tanpa mengindahkan perbuatan baik
manusia. Hanya “iman” dan “iman karena mendengarkan” (sola fide – fides ex audito) sudah cukup
untuk menjamin keselamatan.
Ciri-ciri
protestantisme:
Ø Orang yang beriman akan memperoleh keselamatan oleh karena imannya (soal
fide).
Ø Kitab Suci adalah prinsip
formal Protestantisme. Kitab Suci adalah satu-satunya sumber ajaran dan susunan
Gereja (sola scriptura).
Ø Pembenaran orang dari semula sampai selesai semata-mata karena rahmat
ilahi (sola gratia)
Ø Transsubstantiatio tidak
dikenal.
Ø Pendeta dan orang awam
hanya berbeda menurut fungsi saja tanpa perbedaan rohani secara eksistensial.
Persamaan
antara Gereja Katolik dan Gereja Protestan jelas sangat banyak dan menyangkut
hal-hal yang sangat fundamental karena berasal dari Yesus Kristus yang diakui
oleh keduanya sebagai Kepala Gereja. Keduanya mengakui Allah yang sama, para
nabi, Kitab Suci, dan Syahadat yang sama. Hanya ada sejumlah perbedaan penafsiran dan penekanan, yaitu:
KATOLIK |
PROTESTAN |
Tekanan ada pada sakramen dan pada segi
sakramen (tanda kelihatan) dari karya keselamatan Allah. |
Tekanan
pada sabda/pewartaan dan pada segi misteri karya Allah. |
Kultis,
yang mementingkan kurban (Ekaristi). Hubungan dengan Gereja menentukan
hubungan dengan Kristus. |
Profetis, yang terpusat pada sabda (pewartaan).
Hubungan dengan Kristus menentukan hubungan dengan
Gereja |
Gereja secara hakiki bersifat hirarkis |
Segala pelayanan gerejawi adalah ciptaan
manusia |
Kitab Suci dibaca dan dipahami di bawah
pimpinan hirarki |
Setiap
orang membaca dan mengartikan Kitab Suci |
Jumlah
Kitab Suci 73, termasuk Deuterokanonika. |
Jumlah
Kitab Suci 66 buah, tidak menerima Deuterokanonika. |
Ada 7 sakramen |
Ada 2 sakramen yaitu sakramen baptis dan
ekaristi / perjamuan. |
Ada devosi kepada para kudus. |
Tidak menerima devosi para kudus. |
Gerakan ekumenis adalah kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha
yang diadakan dan ditujukan untuk mendukung kesatuan umat Kristen. Sejalan dengan saran dari Dekrit
tentang Ekumene (UR art. 4) maka untuk mendukung kesatuan umat Kristen itu yang
dapat kita lakukan antara lain:
Ø Menghindari kata-kata, penilaian, perbuatan yang dapat menimbulkan
hubungan yang kurang baik antar-umat Kristiani.
Ø Melaksanakan dialog, baik dialog kehidupan maupun dialog karya.
Ø Mengadakan dialog di
bidang doktrin dan teologi sehingga masing-masing agama dapat saling belajar
dan saling mengisi.
Ø Doa bersama atau ibadat
bersama sejauh memungkinkan dapat dirayakan sebagai puncak dari suatu kegiatan
yang bersifat ekumenis.
BERDIALOG DENGAN UMAT
ISLAM
Islam (bah. Arab) berarti
penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, masuk dalam suasana damai, sejahtera,
dan hubungan serasi, baik antar sesama manusia maupun antara manusia dan Allah.
Orang-orang muslimin
merupakan sebuah kelompok yang terjalin erat berkat iman pada agama yang sama.
Persekutuan umat tersebut disebut ummah atau ummat. Ikatan berdasarkan agama
yang sama ini disebut ukhuwah
islamiyah.
Sebagai
agama yang monoteis, Islam sangat menekankan keesaan dan dan kebesaran Allah
sehingga tak ada toleransi sedikitpun terhadap apa pun juga yang dapat
mengaburkan keesaan Allah. Dosa
yang terbesar adalah menempatkan sesuatu sejajar atau di samping Allah,
betapa pun kecilnya. Ini disebut dengan syirk (men-syarikat-kan Allah).
Dalam
Islam dikenal 6 rukun iman
yaitu:
Ø Syahadat (kesaksian akan
Allah yang Maha Esa dan kesaksian akan Muhammad sebagai Rasul Allah)
Ø Kepercayaan pada Malaikat
Ø Iman akan Kitab Suci
(Al-Quran yang memuat Wahyu Ilahi secara sempurna)
Ø Iman akan Rasul (yaitu Nabi yang diutus untuk
mewartakan Wahyu Allah yang diterimanya kepada semua orang).
Ø Iman akan Hari Kiamat
Ø Iman akan adanya Takdir
Ilahi
Selain rukun iman, umat Islam juga mengenal 5 rukun Islam yang
merupakan kewajiban-kewajiban pokok umat Islam, yaitu: mengucapkan kalimat
syahadat, shalat lima waktu, saum (puasa dalam bulan Ramadhan), zakat, dan
menunaikan ibadah haji bagi yang mampu.
Tujuan hidup manusia adalah mencari perkenaan
Allah (Ridha Ilahi). Jika Allah berkenan atas perbuatan manusia maka akan
mendatangkan pahala bagi pelakunya tetapi jika tidak maka akan menimbulkan
kemarahan dari Allah. Semua itu tergantung pada haram atau halalnya suatu hal.
Berkaitan dengan hal tersebut, ada 5 hukum Islam yaitu:
Ø Wajib atau Fardh (harus dilakukan)
Ø Sunnah atau Mustahab
(sebaiknya dilakukan)
Ø Mubah atau Jaiz
(diperbolehkan sebagai akibat dari keraguan)
Ø Makruh (sebaiknya tidak
dilakukan)
Ø Haram (dilarang)
Dalam hubungan dengan agama lain, agama Islam
mempunyai sikap dasar toleransi yang tinggi. Toleransi Islam digariskan
langsung oleh Allah dalam Al-Quran. Misalnya :
Ø Surat Al Baqarah 62 yang
menyatakan bahwa orang-orang Nasrani (Kristen) adalah orang yang percaya pada
Allah dan berhak atas pahala karena
kepercayaan mereka pada Allah, hari kiamat, dan beramal saleh.
Ø Surat Al Maidah 82 yang
mennyatakan bahwa orang-orang Nasrani adalah orang-orang yang juga memiliki
rasa kasih sayang.
Dalam Dekrit Konsili Vatikan II tentang hubungan
Gereja Katolik dengan agama-agama non-Kristen, terutama dalam NA art. 3 nampak
jelas bagaimana sikap
Gereja Katolik terhadap Islam. Inti artikel tersebut adalah :
1. Gereja Katolik menghargai
umat Islam karena:
Ø Umat Islam menyembah Allah satu-satunya yang Mahakuasa dan menciptakan
langit dan bumi.
Ø Kaum muslimin selalu berusaha menyerahkan diri dengan segenap hati pada
ketetapan-ketetapan Allah yang bersifat rahasia.
Ø Mereka menghormati Yesus
sebagai Nabi dan Maria Bunda-Nya yang tetap perawan.
Ø Mereka juga mendambakan
Hari Pengadilan Terakhir dimana Allah akan mengganjar semua orang, maka mereka
juga menjunjung tinggi kehidupan susila dan berbakti pada Allah dalam doa,
sedekah, dan puasa.
2.
Gereja mendorong semua saja untuk menghindari
pertikaian dan permusuhan tetapi dengan tulus hati melatih diri saling memahami
dan bersama-sama membela serta mengembangkan keadilan sosial, nilai-nilai
moral, maupun perdamaian dan kebebasan.
Untuk
itu, diperlukan beberapa
bentuk dialog dengan umat Islam, yakni:
a.
Dialog Kehidupan (saling bertegur sapa dan hidup rukun dengan
saudara-saudara yang beragama Islam).
b. Dialog Karya (bekerjasama untuk kepentingan umum dan demi kemanusiaan).
c.
Dialog Iman dan Teologis
(saling sharing tentang ajaran-ajaran agama masing-masing, tanpa prasangka dan
selalu berpikir positif).
Hal-hal yang dapat menghambat
pelaksanaan dialog antara Kristen dan Islam antara lain:
Ø Sikap saling curiga
kepada satu sama lain
Ø Issue Kristenisasi dan
Islamisasi
Ø Takut dan rasa benci satu
terhadap yang lain
Ø Menutup diri
Ø Menganggap diri paling
baik dan yang lain salah,
Ø Dsb.
Kita dapat menghilangkan sikap saling curiga dan antara lain
dengan cara:
Ø Saling membuka diri,
berusaha saling mengenal
Ø Saling mengunjungi dalam kesempatan-kesempatan tertentu, misalnya hari
raya.
Ø Bahu-membahu untuk
menyelesaikan masalah bersama.
Ø Saling menghargai dan menghormati pemeluk agama yang berbeda-beda.
BERDIALOG DENGAN UMAT
HINDU, BUDHA, KONGHUCU DAN ALIRAN KEPERCAYAAN
A. Hindu
Sejak tahun 1959, agama Hindu di Indonesia yang semula berkembang di Bali
diakui pemerintah sebagai salah satu agama resmi di Indonesia. Tradisi Hindu di Bali sangat mementingkan keseimbangan antara roh baik
(dharma) dan roh jahat (adharma). Agama Hindu memiliki bangunan-bangunan pura
yang tidak hanya merupakan tempat upacara ibadah dilaksanakan tetapi juga
menjadi pusat kebudayaan dan hidup sosial.
Dalam Hindu Dharma dikenal
beberapa tulisan suci yaitu
Kitab Weda, Usana Bali, dan Upanishad. Kitab-kitab ini sebagian besar
berisikan doa, hymne, dan ajaran mengenai yang Mahatinggi (Brahman), dewa-dewa,
alam, dan manusia. Ajaran-ajaran ini tidak mengikat secara dogmatis sehingga
ada ada beraneka-ragam aliran dan pandangan dalam ajaran Hindu.
Adapun tujuan pokok hidup manusia menurut Hindu Dharma adalah
moksha
(pembebasan dari lingkaran reinkarnasi yang tiada habisnya atau samsara). Moksha ini dapat dicapai melalui tiga jalan (trimarga), yaitu:
1.
Karma-marga (dengan melakukan karya,
askese badani, yoga, tapa, taat pada aturan kasta dan samskara).
2.
Jnana-marga (dengan menyucikan diri
dalam bentuk askese budi, hening cipta, dan meditasi untuk semakin menyadari
kesatuan dirinya dengan Sang Brahma).
3.
Bhakti-marga (dengan menyerahkan diri
seutuhnya menuju pertemuan dalam cinta kasih dengan Tuhan).
Agama Hindu (di India) mengenal pembagian masyarakat
(caturwarna) yaitu brahmana (raja/bangsawan), ksatria (bangsawan), waiseya
(petani, prajurit, dan pedagang), dan sudra/jaba (rakyat jelata). Selain
ke-empat kasta tersebut masih ada kasta kelima yaitu paria (mereka yang
tersisih, tak memiliki tempat sosial, marjinal, dan terbuang). Sedangkan agama
Hindu Dharma (di Indonesia), pembagian tersebut tidak terlalu berarti lagi.
Hari raya agama Hindu terdiri dari:
Ø Hari raya Nyepi (hari untuk menyucikan diri dan memperkuat diri dari
pengaruh roh-roh jahat.
Ø Hari raya Galungan dan Wuku Dungulan yang bertujuan memohonkepada Ida
Sanghyang Widhi, Bhatara-bhatari, dan para leluhur agar pekerjaannya dianugrahi
keselamatan dan kesejahteraan.
B. Budha
Agak
berbeda dengan agama Hindu, ajaran
agama Budha terletak pada jalan guna memperoleh kebebasan dari lingkaran hukum
karmasamsara (lingkaran reinkarnasi yang ditentukan oleh perbuatan atau
karma masing-masing orang selama hidupnya). Dalam hukum ini manusia terikat
oleh perbuatannya pada roda kehidupannya (cakra).
Inti
pokok dari ajaran Budha mengenai hidup manusia tercantum dalam Catur Arya Satya (Empat
Kasunyatan/Kebenaran Mulia) yaitu:
Ø Dukkha-Satya : Hidup dalam segala bentuk adalah penderitaan
Ø Samudaya-Satya : Penderitaan disebabkan karena manusi
memiliki keinginan dan nafsu.
Ø Nirodha-Satya : Penderitaan itu dapat dilenyapkan dan orang
mencapai nirvana.
Ø Marga-Satya : jalan untuk mencapai pelenyapan
penderitaan adalah Delapan Jalan Utama, yaitu keyakinan yang benar, pikiran
yang benar, perkataan yang benar, perbuatan yang benar, penghidupan yang benar,
daya upaya yang benar, perhatian yang benar, dan semedi yang benar.
Dengan
menjalani Marga-Satya, orang dapat
mencapai penerangan tertinggi (bodhi), yakni bila jiwa, batin, atau diri
manusia secara sempurna dibebaskan dari segala ikatan ketiga ilusi besar
tentang adanya roh, diri, dan dunia. Ketiganya hanyalah ilusi besar yang harus
digantikan dengan tiga kebenaran yakni anatman (tanpa diri), anitya (tiada
apa-apa), dan sunya (kekosongan sempurna) sehingga orang mencapai kebahagiaan,
keamanan, dan kedamaian. Inilah yang disebut dengan Nirvana, yakni kelenyapan
diri total, jati segalanya dan kebahagiaan sempurna.
Terdapat 3 aliran pokok budhisme
(tryana) yaitu:
Ø Theravada/Hinayana
(penganut-penganutnya mencari keselamatan secara individual)
Ø Mahayana (orang yang
sudah memperoleh penerangan tertinggi menunda saat mencapai nirvana guna
menolong orang lain mecapai tingkat ini).
Ø Wajrayana/Tantrayana
(Budha dipandang sebagai ‘dhat’ yang menjadi asal dan tujuan hidup manusia).
Hari raya
umat Budha
yang terpenting adalah Waisak yang merupakan pesta peringatan kelahiran,
pencerahan, dan wafat Sang Budha.
C. Konghucu
Konghucu
adalah nabi dan pendiri agama Konghucu. Ia lahir di kota Tsow di negeri Lu di
dataran China. Konghucu sangat
mementingkan ajaran moral. Jika setiap orang dapat mengusahakan
keharmonisan dengan sesama, dengan alam, dan dengan Tuhan maka akan tercipta
perdamaian ilahi. Tujuan hidup yang dicita-citakan dalam Konghucu adalah menjadi seorang Kuncu (manusia budiman)
Seorang Kuncu adalah orang yang memiliki moralitas Sang Nabi (Konghucu). Agama
Konghucu sangat menghormati arwah
leluhur dan Tuhan yang Maha Esa.
D. Aliran
Kepercayaan
Aliran-aliran kepercayaan di Indonesia bersumber dari tradisi
agama-agama asli. Tujuan yang ingin dicapai oleh aliran-aliran
kepercayaan adalah mencapai budi luhur untuk mencapai kesempurnaan hidup. Untuk
itu sikap batin yang berkisar pada ilham dari diri sendiri menjadi begitu
penting. Sikap batin itu
mencakup tiga hal yaitu:
Ø Peningkatan integrasi
manusia.
Ø Pengalaman batin bahwa
diri pribadi beralih ke kesatuan dan persatuan yang lebih tinggi
Ø Partisipasi dalam tata
tertib sempurna yang mengatasi daya kemampuan manusia biasa.
Unsur
ibadat menjadi amat sederhana sebab yang
pokok adalah kesadaran, keyakinan serta hati nurani. Oleh sebab itu,
pertemuan-pertemuan diarahkan pertama-tama kepada pembinaan hati; meneguhkan
tekad dan kewaspadaan batin serta menghaluskan budi pekerti dalam tata
pergaulan.
F. Konklusi
Setiap
agama tentu saja memiliki hal-hal positif yang dapat kita pelajari, misalnya:
Ø Dari agama Hindu dan
Budha (juga aliran kepercayaan) kita dapat belajar tentang hal-hal yang
bersifat pengembangan bathiniah seperti doa batin, meditasi, kontemplasi.
Ø Dari agama Konghucu dan
Budha kita dapat belajar tentang penghayatan hidup moral dan perilaku.
Ø Dari aliran kepercayaan
dan agama asli kita dapat belajar tentang kedekatan pada lingkungan hidup serta
keharmonisan seluruh kosmis. Kita dapat menimba inspirasi tentang pelestarian
ekologi dari agama-agama asli.
Gereja Katolik tidak menolak apa
pun yang dalam agama-agama non-Kristen tersebut dianggap benar dan suci.
Bahkan, dengan sikap
hormat yang tulus, Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup,
kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran yang memang berbeda dengan Gereja Katolik
tetapi tidak jarang memantulkan sinar Kebenaran yang menerangi semua orang.
Oleh sebab itu, Gereja mendorong para umatNya supaya dengan bijaksana dan penuh
kasih melalui dialog dan
kerjasama memberi kesaksian tentang iman serta perihidup Kristiani, serta
mengakui, memelihara,dan mengembangkan harta kekayaan rohani, moral dan
nilai-nilai sosio-budaya yang terdapat pada agama-agama tersebut.