Cari Blog Ini

Kamis, 21 Januari 2021

KEKHASAN AGAMA-AGAMA DI INDONESIA

 

KEKHASAN AGAMA-AGAMA DI INDONESIA

 

BERDIALOG DENGAN UMAT KRISTEN PROTESTAN

 

Hal-hal yang memicu munculnya Protestantisme adalah keadaan Gereja yang sangat jelek, yaitu:

Ø  Paus memegang kekuasaan dalam berbagai urusan Gerejani dan kenegaraan.

Ø  Pemilihan Paus yang tidak pantas (Paus Alexander VI dan Leo IX).

Ø  Terjadi kasus korupsi dan komersialisasi jabatan Gereja.

Ø  Banyak pejabat Gereja yang menjadi pangeran duniawi dan melalaikan tugas rohani.

Ø  Imam-imam paroki tidak terdidik, bodoh, tidak mampu berkhotbah dan mengajar umat, dan hidup dengan istri gelap.

Ø  Banyak persoalan teologi mengambang dan tidak pasti.

Ø  Iman bercampur takhyul dan yang profan bercampur dengan yang sakral.

 

Dalam situasi seperti itu banyak orang ingin memperbaharui hidup Gereja. Termasuk Martin Luther. Semua ditolak oleh Luther karena tidak bermanfaat untuk memperoleh keselamatan.

 

Ajaran-ajaran para teolog yang mendukung perbuatan-perbuatan saleh mulai diragukan oleh Luther, yaitu:

Ø  Indulgensi

Ø  Stipendia untuk misa arwah

Ø  Sumbangan pembangunan gereja dan patung-patung

Ø  Pajak untuk Roma

Ø  Ziarah dan puasa

Ø  Relikui dan patung-patung

Ø  Selibat, hidup membiara dan kaul-kaul serta 7 sakramen tidak berguna lagi.

 

Yang perlu hanya satu yaitu beriman. Orang yang percaya (beriman) dibenarkan oleh Allah tanpa mengindahkan perbuatan baik manusia. Hanya “iman” dan “iman karena mendengarkan”  (sola fide – fides ex audito) sudah cukup untuk menjamin keselamatan.

 

Ciri-ciri protestantisme:

Ø  Orang yang beriman akan memperoleh keselamatan oleh karena imannya (soal fide).

Ø  Kitab Suci adalah prinsip formal Protestantisme. Kitab Suci adalah satu-satunya sumber ajaran dan susunan Gereja (sola scriptura).

Ø  Pembenaran orang dari semula sampai selesai semata-mata karena rahmat ilahi (sola gratia)

Ø  Transsubstantiatio tidak dikenal.

Ø  Pendeta dan orang awam hanya berbeda menurut fungsi saja tanpa perbedaan rohani secara eksistensial.

Persamaan antara Gereja Katolik dan Gereja Protestan jelas sangat banyak dan menyangkut hal-hal yang sangat fundamental karena berasal dari Yesus Kristus yang diakui oleh keduanya sebagai Kepala Gereja. Keduanya mengakui Allah yang sama, para nabi, Kitab Suci, dan Syahadat yang sama. Hanya ada sejumlah perbedaan penafsiran dan penekanan, yaitu:

 

KATOLIK

PROTESTAN

Tekanan ada pada sakramen dan pada segi sakramen (tanda kelihatan) dari karya keselamatan Allah.

Tekanan pada sabda/pewartaan dan pada segi misteri karya Allah.

Kultis, yang mementingkan kurban (Ekaristi). Hubungan dengan Gereja menentukan hubungan dengan Kristus.

Profetis, yang terpusat pada sabda (pewartaan). Hubungan dengan Kristus menentukan hubungan dengan Gereja

Gereja secara hakiki bersifat hirarkis

Segala pelayanan gerejawi adalah ciptaan manusia

Kitab Suci dibaca dan dipahami di bawah pimpinan hirarki

Setiap orang membaca dan mengartikan Kitab Suci

Jumlah Kitab Suci 73, termasuk Deuterokanonika.

Jumlah Kitab Suci 66 buah, tidak menerima Deuterokanonika.

Ada 7 sakramen

Ada 2 sakramen yaitu sakramen baptis dan ekaristi / perjamuan.

Ada devosi kepada para kudus.

Tidak menerima devosi para kudus.

 

              Gerakan ekumenis adalah kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha yang diadakan dan ditujukan untuk mendukung kesatuan umat Kristen. Sejalan dengan saran dari Dekrit tentang Ekumene (UR art. 4) maka untuk mendukung kesatuan umat Kristen itu yang dapat kita lakukan antara lain:

Ø  Menghindari kata-kata, penilaian, perbuatan yang dapat menimbulkan hubungan yang kurang baik antar-umat Kristiani.

Ø  Melaksanakan dialog, baik dialog kehidupan maupun dialog karya.

Ø  Mengadakan dialog di bidang doktrin dan teologi sehingga masing-masing agama dapat saling belajar dan saling mengisi.

Ø  Doa bersama atau ibadat bersama sejauh memungkinkan dapat dirayakan sebagai puncak dari suatu kegiatan yang bersifat ekumenis.

 

BERDIALOG DENGAN UMAT ISLAM

              Islam (bah. Arab) berarti penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, masuk dalam suasana damai, sejahtera, dan hubungan serasi, baik antar sesama manusia maupun antara manusia dan Allah. Orang-orang muslimin merupakan sebuah kelompok yang terjalin erat berkat iman pada agama yang sama. Persekutuan umat tersebut disebut ummah atau ummat. Ikatan berdasarkan agama yang sama ini disebut ukhuwah islamiyah.

 

              Sebagai agama yang monoteis, Islam sangat menekankan keesaan dan dan kebesaran Allah sehingga tak ada toleransi sedikitpun terhadap apa pun juga yang dapat mengaburkan keesaan Allah. Dosa yang terbesar adalah menempatkan sesuatu sejajar atau di samping Allah, betapa pun kecilnya. Ini disebut dengan syirk (men-syarikat-kan Allah).

 

              Dalam Islam dikenal 6 rukun iman yaitu:

Ø  Syahadat (kesaksian akan Allah yang Maha Esa dan kesaksian akan Muhammad sebagai Rasul Allah)

Ø  Kepercayaan pada Malaikat

Ø  Iman akan Kitab Suci (Al-Quran yang memuat Wahyu Ilahi secara sempurna)

Ø   Iman akan Rasul (yaitu Nabi yang diutus untuk mewartakan Wahyu Allah yang diterimanya kepada semua orang).

Ø  Iman akan Hari Kiamat

Ø  Iman akan adanya Takdir Ilahi

 

Selain rukun iman, umat Islam juga mengenal 5 rukun Islam yang merupakan kewajiban-kewajiban pokok umat Islam, yaitu: mengucapkan kalimat syahadat, shalat lima waktu, saum (puasa dalam bulan Ramadhan), zakat, dan menunaikan ibadah haji bagi yang mampu.

Tujuan hidup manusia adalah mencari perkenaan Allah (Ridha Ilahi). Jika Allah berkenan atas perbuatan manusia maka akan mendatangkan pahala bagi pelakunya tetapi jika tidak maka akan menimbulkan kemarahan dari Allah. Semua itu tergantung pada haram atau halalnya suatu hal. Berkaitan dengan hal tersebut, ada 5 hukum Islam yaitu:

Ø  Wajib atau Fardh (harus dilakukan)

Ø  Sunnah atau Mustahab (sebaiknya dilakukan)

Ø  Mubah atau Jaiz (diperbolehkan sebagai akibat dari keraguan)

Ø  Makruh (sebaiknya tidak dilakukan)

Ø  Haram (dilarang)

Dalam hubungan dengan agama lain, agama Islam mempunyai sikap dasar toleransi yang tinggi. Toleransi Islam digariskan langsung oleh Allah dalam Al-Quran. Misalnya :

Ø  Surat Al Baqarah 62 yang menyatakan bahwa orang-orang Nasrani (Kristen) adalah orang yang percaya pada Allah  dan berhak atas pahala karena kepercayaan mereka pada Allah, hari kiamat, dan beramal saleh.

Ø  Surat Al Maidah 82 yang mennyatakan bahwa orang-orang Nasrani adalah orang-orang yang juga memiliki rasa kasih sayang.

 

Dalam Dekrit Konsili Vatikan II tentang hubungan Gereja Katolik dengan agama-agama non-Kristen, terutama dalam NA art. 3 nampak jelas bagaimana sikap Gereja Katolik terhadap Islam. Inti artikel tersebut adalah :

1.      Gereja Katolik menghargai umat Islam karena:

Ø  Umat Islam menyembah Allah satu-satunya yang Mahakuasa dan menciptakan langit dan bumi.

Ø  Kaum muslimin selalu berusaha menyerahkan diri dengan segenap hati pada ketetapan-ketetapan Allah yang bersifat rahasia.

Ø  Mereka menghormati Yesus sebagai Nabi dan Maria Bunda-Nya yang tetap perawan.

Ø  Mereka juga mendambakan Hari Pengadilan Terakhir dimana Allah akan mengganjar semua orang, maka mereka juga menjunjung tinggi kehidupan susila dan berbakti pada Allah dalam doa, sedekah, dan puasa.

2.      Gereja mendorong semua saja untuk menghindari pertikaian dan permusuhan tetapi dengan tulus hati melatih diri saling memahami dan bersama-sama membela serta mengembangkan keadilan sosial, nilai-nilai moral, maupun perdamaian dan kebebasan.

Untuk itu, diperlukan beberapa bentuk dialog dengan umat Islam, yakni:

a.      Dialog Kehidupan (saling bertegur sapa dan hidup rukun dengan saudara-saudara yang beragama Islam).

b.      Dialog Karya (bekerjasama untuk kepentingan umum dan demi kemanusiaan).

c.       Dialog Iman  dan Teologis (saling sharing tentang ajaran-ajaran agama masing-masing, tanpa prasangka dan selalu berpikir positif).

Hal-hal yang dapat menghambat pelaksanaan dialog antara Kristen dan Islam antara lain:

Ø  Sikap saling curiga kepada satu sama lain

Ø  Issue Kristenisasi dan Islamisasi

Ø  Takut dan rasa benci satu terhadap yang lain

Ø  Menutup diri

Ø  Menganggap diri paling baik dan yang lain salah,

Ø  Dsb.

Kita dapat menghilangkan sikap saling curiga dan antara lain dengan cara:

Ø  Saling membuka diri, berusaha saling mengenal

Ø  Saling mengunjungi dalam kesempatan-kesempatan tertentu, misalnya hari raya.

Ø  Bahu-membahu untuk menyelesaikan masalah bersama.

Ø  Saling menghargai dan menghormati pemeluk agama yang berbeda-beda.

 

 

BERDIALOG DENGAN UMAT HINDU, BUDHA, KONGHUCU DAN ALIRAN KEPERCAYAAN

A. Hindu

              Sejak tahun 1959, agama Hindu di Indonesia yang semula berkembang di Bali diakui pemerintah sebagai salah satu agama resmi di Indonesia. Tradisi Hindu di Bali sangat mementingkan keseimbangan antara roh baik (dharma) dan roh jahat (adharma). Agama Hindu memiliki bangunan-bangunan pura yang tidak hanya merupakan tempat upacara ibadah dilaksanakan tetapi juga menjadi pusat kebudayaan dan hidup sosial.

 

              Dalam Hindu Dharma dikenal beberapa tulisan suci yaitu Kitab Weda, Usana Bali, dan Upanishad. Kitab-kitab ini sebagian besar berisikan doa, hymne, dan ajaran mengenai yang Mahatinggi (Brahman), dewa-dewa, alam, dan manusia. Ajaran-ajaran ini tidak mengikat secara dogmatis sehingga ada ada beraneka-ragam aliran dan pandangan dalam ajaran Hindu.

 

              Adapun tujuan pokok hidup manusia menurut Hindu Dharma adalah moksha (pembebasan dari lingkaran reinkarnasi yang tiada habisnya atau samsara). Moksha ini dapat dicapai melalui tiga jalan (trimarga), yaitu:

1.      Karma-marga (dengan melakukan karya, askese badani, yoga, tapa, taat pada aturan kasta dan samskara).

2.      Jnana-marga (dengan menyucikan diri dalam bentuk askese budi, hening cipta, dan meditasi untuk semakin menyadari kesatuan dirinya dengan Sang Brahma).

3.      Bhakti-marga (dengan menyerahkan diri seutuhnya menuju pertemuan dalam cinta kasih dengan Tuhan).

Agama Hindu (di India) mengenal pembagian masyarakat (caturwarna) yaitu brahmana (raja/bangsawan), ksatria (bangsawan), waiseya (petani, prajurit, dan pedagang), dan sudra/jaba (rakyat jelata). Selain ke-empat kasta tersebut masih ada kasta kelima yaitu paria (mereka yang tersisih, tak memiliki tempat sosial, marjinal, dan terbuang). Sedangkan agama Hindu Dharma (di Indonesia), pembagian tersebut tidak terlalu berarti lagi.

 

Hari raya agama Hindu terdiri dari:

Ø  Hari raya Nyepi (hari untuk menyucikan diri dan memperkuat diri dari pengaruh roh-roh jahat.

Ø  Hari raya Galungan dan Wuku Dungulan yang bertujuan memohonkepada Ida Sanghyang Widhi, Bhatara-bhatari, dan para leluhur agar pekerjaannya dianugrahi keselamatan dan kesejahteraan.

 

B. Budha

Agak berbeda dengan agama Hindu, ajaran agama Budha terletak pada jalan guna memperoleh kebebasan dari lingkaran hukum karmasamsara (lingkaran reinkarnasi yang ditentukan oleh perbuatan atau karma masing-masing orang selama hidupnya). Dalam hukum ini manusia terikat oleh perbuatannya pada roda kehidupannya (cakra).

 

Inti pokok dari ajaran Budha mengenai hidup manusia tercantum dalam Catur Arya Satya (Empat Kasunyatan/Kebenaran Mulia) yaitu:

Ø  Dukkha-Satya  : Hidup dalam segala bentuk adalah penderitaan

Ø  Samudaya-Satya          : Penderitaan disebabkan karena manusi memiliki keinginan dan nafsu.

Ø  Nirodha-Satya : Penderitaan itu dapat dilenyapkan dan orang mencapai nirvana.

Ø  Marga-Satya    : jalan untuk mencapai pelenyapan penderitaan adalah Delapan Jalan Utama, yaitu keyakinan yang benar, pikiran yang benar, perkataan yang benar, perbuatan yang benar, penghidupan yang benar, daya upaya yang benar, perhatian yang benar, dan semedi yang benar.

 

              Dengan menjalani Marga-Satya, orang  dapat mencapai penerangan tertinggi (bodhi), yakni bila jiwa, batin, atau diri manusia secara sempurna dibebaskan dari segala ikatan ketiga ilusi besar tentang adanya roh, diri, dan dunia. Ketiganya hanyalah ilusi besar yang harus digantikan dengan tiga kebenaran yakni anatman (tanpa diri), anitya (tiada apa-apa), dan sunya (kekosongan sempurna) sehingga orang mencapai kebahagiaan, keamanan, dan kedamaian. Inilah yang disebut dengan Nirvana, yakni kelenyapan diri total, jati segalanya dan kebahagiaan sempurna.

 

              Terdapat 3 aliran pokok budhisme (tryana) yaitu:

Ø  Theravada/Hinayana (penganut-penganutnya mencari keselamatan secara individual)

Ø  Mahayana (orang yang sudah memperoleh penerangan tertinggi menunda saat mencapai nirvana guna menolong orang lain mecapai tingkat ini).

Ø  Wajrayana/Tantrayana (Budha dipandang sebagai ‘dhat’ yang menjadi asal dan tujuan hidup manusia).

 

Hari raya umat Budha yang terpenting adalah Waisak yang merupakan pesta peringatan kelahiran, pencerahan, dan wafat Sang Budha.

 

C. Konghucu

Konghucu adalah nabi dan pendiri agama Konghucu. Ia lahir di kota Tsow di negeri Lu di dataran China. Konghucu sangat mementingkan ajaran moral. Jika setiap orang dapat mengusahakan keharmonisan dengan sesama, dengan alam, dan dengan Tuhan maka akan tercipta perdamaian ilahi. Tujuan hidup yang dicita-citakan dalam Konghucu  adalah menjadi seorang Kuncu (manusia budiman) Seorang Kuncu adalah orang yang memiliki moralitas Sang Nabi (Konghucu). Agama Konghucu sangat menghormati arwah leluhur dan Tuhan yang Maha Esa.

 

D. Aliran Kepercayaan

Aliran-aliran kepercayaan di Indonesia bersumber dari tradisi agama-agama asli. Tujuan yang ingin dicapai oleh aliran-aliran kepercayaan adalah mencapai budi luhur untuk mencapai kesempurnaan hidup. Untuk itu sikap batin yang berkisar pada ilham dari diri sendiri menjadi begitu penting. Sikap batin itu mencakup tiga hal yaitu:

Ø  Peningkatan integrasi manusia.

Ø  Pengalaman batin bahwa diri pribadi beralih ke kesatuan dan persatuan yang lebih tinggi

Ø  Partisipasi dalam tata tertib sempurna yang mengatasi daya kemampuan manusia biasa.

 

Unsur ibadat menjadi amat sederhana sebab yang pokok adalah kesadaran, keyakinan serta hati nurani. Oleh sebab itu, pertemuan-pertemuan diarahkan pertama-tama kepada pembinaan hati; meneguhkan tekad dan kewaspadaan batin serta menghaluskan budi pekerti dalam tata pergaulan.

 

F. Konklusi

Setiap agama tentu saja memiliki hal-hal positif yang dapat kita pelajari, misalnya:

Ø  Dari agama Hindu dan Budha (juga aliran kepercayaan) kita dapat belajar tentang hal-hal yang bersifat pengembangan bathiniah seperti doa batin, meditasi, kontemplasi.

Ø  Dari agama Konghucu dan Budha kita dapat belajar tentang penghayatan hidup moral dan perilaku.

Ø  Dari aliran kepercayaan dan agama asli kita dapat belajar tentang kedekatan pada lingkungan hidup serta keharmonisan seluruh kosmis. Kita dapat menimba inspirasi tentang pelestarian ekologi dari agama-agama asli.

 

              Gereja Katolik tidak menolak apa pun yang dalam agama-agama non-Kristen tersebut dianggap benar dan suci. Bahkan, dengan sikap hormat yang tulus, Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran yang memang berbeda dengan Gereja Katolik tetapi tidak jarang memantulkan sinar Kebenaran yang menerangi semua orang. Oleh sebab itu, Gereja mendorong para umatNya supaya dengan bijaksana dan penuh kasih melalui dialog dan kerjasama memberi kesaksian tentang iman serta perihidup Kristiani, serta mengakui, memelihara,dan mengembangkan harta kekayaan rohani, moral dan nilai-nilai sosio-budaya yang terdapat pada agama-agama tersebut.

 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar