Cari Blog Ini

Kamis, 28 Januari 2021

DIALOG ANTAR UMAT BERAGAMA DAN BERKEPERCAYAAN LAIN

 

DIALOG ANTAR UMAT BERAGAMA DAN BERKEPERCAYAAN LAIN

 

Hans Kung, seorang penggagas rumusan etika global, mengatakan bahwa:

”Tidak akan ada perdamaian dunia tanpa adanya perdamaian agama-agama, tidak akan ada perdamaian agama tanpa adanya dialog antaragama, tidak akan ada dialog antaragama tanpa melacak nilai fundamental dari setiap agama.”

 

Perkataan tersebut masih relevan dengan dunia sekarang. Kasus-kasus kekerasan antar sekolompok umat beragama di Indonesia bisa menjadi bukti pembenaran hipotesis Hans Kung tersebut. Karena itu, dialog antarumat beragama dan kepercayaan lain di Indonesia menjadi sangat penting, bahkan menjadi sebuah kebutuhan dalam hidup bermasyarakat.

 

Nilai-nilai fundamental dari setiap agama di Indonesia memang sebaiknya diajarkan kepada seluruh anak bangsa, sehingga mereka dapat memahami dan menghargai keberadaan agama-agama lain.

 

Pada pokok bahasan sebelumnya, peserta didik telah diajarkan tentang ciri khas ajaran setiap agama di Indonesia. Tujuannya agar para peserta didik mengenal, memahami serta dapat bersikap positif terhadap agama-agama lain, sehingga dapat bergaul tanpa curiga serta membangun  komunitas masyarakat yang damai dan sejahtera serta bebas dari kekerasan.

 

Kompendium Ajaran Sosial Gereja juga melarang kekerasan atas nama agama dengan menyatakan: Tindak kekerasan tidak pernah menjadi tanggapan yang benar. Dengan keyakinan akan imannya di dalam Kristus dan dengan kesadaran akan misinya, Gereja mewartakan “bahwa tindak kekerasan adalah kejahatan, bahwa tindak kekerasan tidak dapat diterima sebagai suatu jalan keluar atas masalah, bahwa tindak kekerasan tidak layak bagi manusia. Tindak kekerasan adalah sebuah dusta, karena ia bertentangan dengan kebenaran iman kita, kebenaran tentang kemanusiaan kita. Tindak kekerasan justru merusakkan apa yang diklaim dibelanya: martabat, kehidupan, kebebasan manusia”.

 

Ajaran Gereja Katolik tentang Dialog Antarumat Beragama dalam Dokumen Konsili Vatikan II, Dekrit Nostra Aetate art. 2 berikut ini:

“Gereja Katolik tidak menolak apapun yang benar dan suci di dalam agama- agama ini. Dengan sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar Kebenaran, yang menerangi semua orang. Namun Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib mewartakan Kristus, yakni “jalan, kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6); dalam Dia manusia menemukan kepenuhan hidup keagamaan, dalam Dia pula Allah mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya. Maka Gereja mendorong para puteranya, supaya dengan bijaksana dan penuh kasih, melalui dialog dan kerja sama dengan para penganut agama-agama lain, sambil memberi kesaksian tentang iman serta perihidup kristiani, mengakui, memelihara dan mengembangkan harta-kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio-budaya, yang terdapat pada mereka.” (NA.2)

 

Sikap Gereja

“Gereja Katolik tidak menolak apapun yang benar dan suci di dalam agama- agama ini. Dengan sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang memantulkan sinar Kebenaran, yang menerangi semua orang”.

 

Bentuk-Bentuk Dalog

1.       Dialog Kehidupan

Kita sering hidup bersama dengan umat beragama lain dalam suatu lingkungan atau daerah. Dalam hidup bersama itu, kita tentu berusaha untuk bertegur sapa, bergaul, dan saling mendukung serta saling membantu satu sama lain. Hal itu dilakukan bukan saja demi tuntutan sopan santun dan etika pergaulan, tetapi juga tuntutan iman kita. Dengan demikian terjadilah dialog kehidupan.

2.       Dialog Karya

Dalam  hidup  bersama  dengan  umat  beragama  lain,  kita  sering  diajak dan didorong untuk bekerja sama demi kepentingan bersama atau kepentingan yang lebih luas dan luhur. Kita bekerja sama dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, kegiatan sosial karitatif, kegiatan rekreatif, dsb. Dalam kegiatan-kegiatan seperti itu, kita dapat lebih saling mengenal dan menghargai.

3.       Dialog Iman

Dalam hal hidup beriman, kita dapat saling memperkaya, walaupun kita berbeda  agama. Ada  banyak  ajaran  iman  yang  sama,  ada  banyak  visi dan misi agama kita yang sama. Lebih dari itu semua, kita mempunyai perjuangan yang sama dalam menghayati ajaran iman kita. Dalam hal ini, kita dapat saling belajar, saling meneguhkan, dan saling memperkaya. Dari pihak kita, umat Katolik, dapat memberikan kesaksian iman kita tentang bagaimana kita menghayati nilai-nilai Injili seperti: cinta kasih, solidaritas, pengampunan, pemaafan, kebenaran, kejujuran, keadilan, perdamaian, dsb.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar