Cari Blog Ini

Selasa, 02 Februari 2021

GAMBARAN TENTANG KERAJAAN ALLAH PADA ZAMAN YESUS

 

GAMBARAN TENTANG KERAJAAN ALLAH PADA ZAMAN YESUS

 

Pada saat Yesus memulai misi mewartakan Kerajaan Allah, bangsa Yahudi hidup di bawah penjajahan bangsa Romawi. Selain ditindas oleh para penjajah, mereka juga ditindas oleh bangsa sendiri, terutama oleh raja-raja boneka yang diangkat oleh para penjajah.

Situasi tersebut menyebabkan:

·       kemiskinan semakin meluas,

·       korupsi dan kriminalitas semakin banyak, dan

·  munculnya kelompok-kelompok masyarakat yang memanfaatkan  situasi tersebut  demi  kepentingan kelompoknya.

Dalam situasi tertindas seperti itu, muncullah tokoh-tokoh  yang menawarkan diri sebagai seorang pemimpin dengan mengusung paham masing- masing tentang impian masyarakat yang ideal. Perbedaan paham ini menyebabkan impian mereka tentang kondisi masyarakat yang ideal terpecah-pecah, sehingga dengan mudah dapat dipatahkan oleh penjajah.

 

a.    Mendalami Pewartaan Yesus tentang Kerajaan Allah dalam konteks Masyarakat Yahudi pada Zaman-Nya

 

Latar Belakang Kehidupan Masyarakat pada Zaman Yesus

Untuk memahami Kerajaan Allah yang diwartakan dan diperjuangkan oleh Yesus, alangkah baiknya jika kita memahami situasi zaman Yesus yang meliputi latar belakang geografis, politik, ekonomi, sosial, dan religiusnya. Hal itu perlu karena warta Kerajaan Allah yang diperjuangkan oleh Yesus tidak dapat lepas dari situasi-situasi yang terjadi dan melingkupi kehidupan bangsa Israel.

1.       Keadaan Geografis

Pada abad pertama masehi “tanah Israel” secara resmi disebut Yudea. Akan tetapi sesudah perang Yahudi tahun 135 disebut “Siria-Palestina”, lalu menjadi “Palestina”. Palestina pada zaman Yesus meliputi beberapa wilayah, yaitu Yudea, Samaria, dan Galilea. Wilayah Yudea terletak di Palestina Selatan dan merupakan daerah pegunungan yang terletak di sekitar Yerusalem dan Bait Allah. Lahan daerah ini gersang dan kering. Di sini dibudidayakan buah zaitun dan lain-lain, sedangkan peternakan kambing dan domba merupakan kegiatan yang tersebar luas.

Wilayah Samaria terletak di Palestina bagian tengah. Daerah itu dihuni  oleh  orang-orang  Samaria,  yang  menurut   keyakinan  orang Yahudi dianggap bukan Yahudi asli, melainkan sudah keturunan campuran antara orang Yahudi dan bangsa kafir. Orang-orang Samaria tidak diperbolehkan merayakan ibadat di Bait Allah di Yerusalem. Itulah sebabnya mereka mempunyai tempat ibadat dan upacara sendiri.

Wilayah yang ketiga adalah Galilea yang terletak di Palestina bagian Utara. Di Galilea inilah terdapat  desa Nazaret, tempat  tinggal Yesus. Daerah ini merupakan  bentangan  lahan yang subur  dan  merupakan tanah yang luas untuk  tanaman  gandum dan jagung atau peternakan besar. Di daerah ini terdapat rute perdagangan dari Damsyik menuju ke Laut, dan dari Damsyik menuju ke Yerusalem. Pedagang-pedagang asing berpengaruh besar di daerah ini. Di daerah ini terdapat danau Galilea (Tiberias) yang merupakan salah satu sumber hidup bagi masyarakat.

2.       Keadaan Ekonomi

Penduduk  Palestina  pada  zaman  Yesus berjumlah  kurang  lebih 500.000 jiwa dan penduduk kota Yerusalem 300.000 jiwa. Dari jumlah penduduk itu terdapat 18.000 orang imam dan Lewi, 6.000 orang Farisi, dan 4.000 orang Eseni. Dengan keluarga mereka, kelompok-kelompok tersebut mencakup 20% dari seluruh penduduk.

Penduduk  desa umumnya  memiliki lahan-lahan  kecil pertanian. Sebagian besar tanah  dikuasai oleh para  tuan  tanah  yang tinggal di kota. Lahan-lahan itu digunakan untuk menanam gandum, jagung, dan peternakan  yang besar. Rakyat kebanyakan  menjadi  penggarap  atau gembala. Selain para petani  dan  gembala, masih terdapat  pengrajin- pengrajin kecil yang umumnya melakukam perdagangan dengan sistem barter.

Di kota-kota terdapat tiga sektor ekonomi: pertama, para pengrajin tekstil, makanan, wangi-wangian, dan perhiasan; kedua, mereka yang bekerja di bidang konstruksi; ketiga, para pedagang (baik besar maupun kecil).

Sebagian besar penduduk Palestina adalah rakyat kecil yang keadaan ekonominya cukup parah, karena penghasilan mereka terlalu kecil. Situasi seperti itu masih diperparah Iagi dengan beban berbagai pajak dan  pungutan  untuk  pemerintah,  untuk  angkatan  perang  Romawi, untuk para aristokrat setempat, dan untuk Bait Allah. Konon pajak dan pungutan itu mencapai 40% dari penghasilan rakyat.

3.       Keadaan Politik

Enam  abad  sebelum  Yesus, Palestina  selalu  berada  di  bawah penjajahan Kerajaan Persia (538 - 332 SM), Yunani (332 - 62/50 SM) dan kekaisaran Romawi (62/50 SM sampai zaman kekristenan Sesudah Masehi). Secara internal masyarakat Palestina dikuasai oleh raja-raja dan pejabat-pejabat “boneka” yang ditunjuk oleh penguasa Roma. Di samping pejabat-pejabat “boneka” ini masih ada tuan-tuan tanah yang kaya raya dan  kaum  rohaniwan  kelas tinggi yang suka menindas  rakyat demi kepentingan dan kedudukan mereka. Golongan-golongan ini senantiasa memihak penjajah, supaya mereka tidak kehilangan hak istimewa dan nama baik di mata penjajah, karena penguasa Roma memiliki kekuasaan untuk mencabut hak milik seseorang.

Struktur  kekuasaan dapat  digambarkan  secara piramidal  dengan puncak  kekuasaan  politik  adalah  prokurator  Yudea (ia  harus  orang Romawi) dan berwenang menunjuk Imam Agung yang dipilih dari empat kalangan  keluarga yang mempunyai  pengaruh  di  dalam  masyarakat waktu itu. Di Yudea, Imam Agung berperan secara politis sebagai raja selain sebagai pemimpin  agama. Di Galilea, kekuasaan dipegang oleh raja Herodes Antipas, yang juga “boneka” Roma.

Selain itu ada pejabat-pejabat yang menjadi perantara yang ditunjuk langsung  oleh  penguasa  Romawi dan  pada  umumnva  diambil  dari kalangan sesepuh Sanhedrin (Majelis/Mahkamah Agama) serta majelis rendah yang diambil dari kelas bawah.

4.       Keadaan Sosial Budaya

Masyarakat Palestina terbagi dalam kelas-kelas. Di daerah pedesaan terdapat tiga kelas, yaitu: tuan tanah; pemilik tanah kecil dan perajin; kaum buruh dan budak. Di daerah perkotaan terdapat tiga lapisan juga: lapisan yang tertinggi yaitu kaum aristokrat yang terdiri atas para imam, pedagang-pedagang besar, dan pejabat-pejabat tinggi; lapisan menengah bawah yang terdiri atas para perajin, pejabat-pejabat rendah, awam atau imam, dan kaum Lewi; dan lapisan yang paling bawah, terdapat kaum buruh.

Selain itu masih terdapat kaum proletar marjinal yang tidak terintegrasi dalam kegiatan ekonomi, yang terdiri atas orang-orang yang dikucilkan oleh masyarakat karena suatu sebab yang bukan ekonomis. Mereka itu misalnya: para pendosa publik seperti: pelacur dan pemungut cukai, penderita kusta yang menurut keyakinan orang Yahudi disebabkan oleh dosa si penderita  atau  dosa orang  tuanya. Menurut  pandangan orang Yahudi, dosa juga dapat berjangkit seperti kuman penyakit. Oleh sebab itu, orang “baik-baik” sebaiknya tidak bergaul dengan orang-orang berdosa, supaya tidak tertulari dosanya.

Selain kelas-kelas sosial di atas, pada masyarakat Palestina terdapat pula berbagai diskriminasi, antara lain: diskriminasi rasial, diskriminasi seksual (perendahan martabat perempuan), diskriminasi dalam pekerjaan, diskriminasi terhadap anak-anak, dan diskriminasi terhadap orang yang menderita.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebanyakan rakyat Palestina pada zaman Yesus sangat tertindas baik secara politis, sosial, ekonomi, maupun  religius keagamaannya. Oleh karena itu kita perlu menyadari, mengapa orang Yahudi kebanyakan sangat mendambakan kedatangan sang Pembebas, yang mereka beri gelar Mesias.

5.       Dari Segi Religius Keagamaan

Hukum Taurat sangat mewarnai hidup religius orang-orang Yahudi. Kaum Farisi dan para imam, misalnya, berusaha menjaga warisan dan jati diri Yahudi. Mereka menyoroti ketaatan pada setiap pasal hukum. Bagi mereka, menjadi umat Allah berarti ketaatan yang ketat pada setiap detail hukum. Mereka berusaha menerapkan hukum pada setiap keadaan hidupnya.

Mereka sangat memilih-milih dalam ketaatan mereka, yaitu Hukum Taurat yang memusatkan perhatiannya pada peraturan-peraturan ritual dan ibadah keagamaan. Orang-orang Farisi gemar memperluas tuntutan- tuntutan kebersihan yang berlaku bagi para imam ke seluruh masyarakat Yahudi. Mereka menafsirkan dan kadang-kadang memanipulasi Hukum Taurat demi kepentingan mereka sendiri, sehingga sering mendatangkan beban yang tidak tertahankan bagi rakyat kecil. Mereka ingin mengaku diri sebagai umat Allah, sehingga Allah dengan sendirinya akan melakukan apa yang tidak mampu mereka lakukan sendiri. Tuhan akan membawa keadilan hukum dalam masyarakat dan akan membebaskan tanah terjanji dari orang-orang kafir.

Dalam masyarakat Yahudi, fungsi religius melampaui  jangkauan kehidupan beragama. Fungsi ini juga merambah dalam bidang lain seperti ekonomi, sosial, dan politik. Itulah sebabnya tidak mungkin bertindak dalam bidang agama tanpa sekaligus bertindak di bidang lainnya. Contoh: bila  Yesus membela  kaum  miskin,  kita  harus  mengetahui  siapakah yang disebut kaum miskin di Palestina pada waktu itu. Demikian juga perlawanan Yesus terhadap kaum Saduki dan Farisi tidak boleh diartikan sebagai pertentangan dalam konsep keagamaan saja. Begitu juga pilihan para rasul mempunyai arti simbolis dalam hal seperti itu sebenarnya menjadi gejala umum. Ketika suatu bangsa tertindas, hampir sebagian besar orang merindukan  kedatangan tokoh yang dapat membebaskan rakyat dari jeratan penindasan itu. Untuk itu, gambaran situasi dan latar belakang ketika Yesus mewartakan Kerajaan Allah sangat mempengaruhi perkembangan,  begitu juga tekanan,  gugatan,  dan  halangan  tentang bagaimana perjuangan-Nya itu.

 

b.    Paham Kerajaan Allah dalam Masyarakat Yahudi Zaman Yesus

Konteks dan latar belakang situasi yang ada dalam masyarakat sebagaimana diuraikan  di  atas, secara langsung maupun  tidak  langsung berdampak pada munculnya berbagai paham Kerajaan Allah pada zaman Yesus. Paham Kerajaan Allah itu dipengaruhi oleh paham kelompok tertentu, budaya, dan kepentingan tertentu juga. Dan inilah beberapa paham Kerajaan Allah yang muncul ke permukaan:

·       Paham Kerajaan Allah bersifat nasionalistis

Kaum Zelot adalah sekelompok orang Israel/Yahudi yang tidak suka negaranya dijajah oleh Romawi, kaum kafir, karena alasan keagamaan. Sehingga mereka selalu berusaha memberontak untuk mengusir kaum penjajah dan membebaskan diri dari penjajahan Romawi, agar mereka tidak ditindas oleh kaum kafir. Mereka memiliki harapan bahwa perjuangan mereka akan memperoleh kemenangan dengan kedatangan sang Mesias yang akan mewujudkan Kerajaan Allah, yaitu Kerajaan Israel yang merdeka dan bebas dari penjajahan Romawi, bebas dari penjajahan kaum kafir.

         Paham Kerajaan Allah bersifat Apokaliptik

Kelompok ini adalah orang-orang yang amat menantikan datangnya akhir zaman, untuk memahami zaman yang sudah rusak ini, sehingga muncullah zaman baru. Aliran ini percaya akan datangnya penghakiman Allah yang sudah dekat, karena dunia ini sudah jahat dan akan digantikan oleh dunia baru.

Penghakiman itu akan dilaksanakan oleh Allah melalui utusan-Nya yaitu Mesias. Dalam dunia baru itu, yang hidupnya baik akan dianugerahi kebakaan dan yang hidupnya jahat akan dihukum. Menurut aliran itu, Kerajaan Allah adalah sebuah kenyataan yang akan menjadi kenyataan pada akhir zaman. Dunia ini atau zaman ini sudah terlalu jahat dan jelek. Setelah zaman yang jahat ini lenyap dibinasakan oleh Allah, maka Kerajaan Allah akan menjadi kenyataan di bumi, selanjutnya langit dan bumi baru yang dijanjikan Allah akan muncul.

         Paham Kerajaan Allah bersifat legalistik

Para rabi adalah sekelompok orang Israel yang berkedudukan sebagai pengajar (guru). Menurut  pandangan para rabi, Allah sekarang sudah meraja secara hukum, sedangkan di akhir zaman Allah akan menyatakan kekuasaan-Nya sebagai raja semesta alam dengan menghakimi segala bangsa. Bangsa Israel dikuasai  oleh  orang-orang  kafir (dijajah  oleh bangsa Romawi yang dianggap kafir) akibat dari  dosa-dosanya. Jika bangsa Israel melaksanakan Hukum Taurat dengan benar, maka penjajah akan dapat dikalahkan. Oleh karena itu, mereka yang sekarang taat pada hukum Taurat sudah menjadi warga Kerajaan Allah. Tetapi, jika tidak melaksanakan Hukum Taurat, maka bangsa Israel akan terus dijajah dan diperintah  oleh kaum kafir.

 

Demikian paham tentang Kerajaan Allah yang dimiliki oleh beberapa kaum atau kelompok yang kuat dan saat itu berpengaruh dalam kebudayaan Israel.

 

 

c.     Perhatikan kutipan Kitab Suci, berikut:

Lukas 10:1-11

1 Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. 2 Kata-Nya kepada mereka: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. 3 Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah- tengah serigala. 4 Janganlah membawa  pundi-pundi  atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. 5 Kalau kamu  memasuki  suatu  rumah,  katakanlah  lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. 6 Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. 7 Tinggallah dalam rumah  itu, makan  dan minumlah  apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. 8 Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, 9 dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu. 10 Tetapi jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu tidak diterima di situ, pergilah ke jalan-jalan raya kota itu dan serukanlah: 11 Juga debu kotamu yang melekat pada kaki kami, kami kebaskan di depanmu; tetapi ketahuilah ini: Kerajaan Allah sudah dekat.

 

Paham Kerajaan Allah dalam Pewartaan Yesus

Mewartakan dan mewujudkan Kerajaan Allah merupakan misi kedatangan Yesus ke dunia. Berkali-kali Yesus menegaskan: “Kerajaan Allah sudah  dekat”. Dalam pewartaan-Nya Yesus menekankan  bahwa Kerajaan Allah adalah situasi di mana Allah merajai hidup  manusia. Allah meraja, terutama dalam diri Yesus, terutama melalui Sabda dan tindakan-Nya, dan akan mencapai kepenuhan-Nya  pada akhir zaman. Sabda dan  perbuatan Yesus menyatakan bahwa Kerajaan Allah sudah datang.

      Kerajaan  Allah  adalah  Allah  yang  meraja  atau  memerintah.  Oleh karena itu, manusia harus mengakui kekuasaan Allah dan menyerahkan diri  (percaya) kepada-Nya, sehingga terciptalah  kebenaran,  keadilan, kesejahteraan, dan kedamaian.

      Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus akan mencapai kepenuhannya pada akhir zaman. Di akhir zaman itulah, Allah benar-benar akan meraja. Dalam rangka ini, Kerajaan Allah terkait dengan penghakiman terakhir dan ukuran penghakiman  adalah  tindakan  kasih.  Mereka yang melaksanakan  tindakan  kasih masuk  ke dalam  Kerajaan Allah (bandingkan Matius 25: 31-45).

      Kerajaan Allah yang mencapai kepenuhannya pada akhir zaman itu kini sudah dekat, bahkan sudah datang dalam sabda dan karya Yesus. Tuhan memberikan tanda-tanda alam, sebagai salah satu tanda kehadiranNya. Oleh karena itu, orang harus menanggapinya dengan bertobat dan percaya kepada warta yang dibawa oleh Yesus (Injil).

      Kerajaan Allah adalah kabar mengenai masa depan dunia, di mana yang miskin tidak lagi miskin, yang lapar akan dipuaskan, yang tertindas tidak akan menderita lagi, yang tertawan  akan dibebaskan. Namun,  untuk mencapai masa depan yang demikian perlu perjuangan. Itulah sebabnya, Yesus terus-menerus  berjuang  supaya hal  itu  benar-benar  terwujud. Selama hidup-Nya Yesus terus-menerus berjuang supaya hal itu benar- benar terwujud.

      Perjuangan Yesus itu belum selesai, Yesus memberi tugas kepada para pengikut-Nya untuk melanjutkan perjuangan itu, agar Allah sungguh-sungguh meraja.

 

Pertanyaan:

1.       Sebutkan dan jelaskan secara singkat paham-paham Kerajaan Allah dalam masyarakat Yahudi pada zaman Yesus!

2.       Bagaimanakah paham Kerajaan Allah menurut Yesus?

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar