Cari Blog Ini

Selasa, 23 Februari 2021

KEBANGKITAN YESUS

 

KEBANGKITAN YESUS

 

Pendahuluan

Kepercayaan bahwa kematian bukan akhir segalanya bagi hidup  manusia tersebar dalam semua agama dan kepercayaan. Mereka percaya bahwa sesudah kematian, sesungguhnya manusia masih hidup dan terus hidup, walaupun dalam wujud lain. Bahkan dalam banyak kepercayaan roh orang yang sudah meninggal masih sering hadir dalam dunia manusia, atau bisa juga secara sengaja dihadirkan. Roh nenek moyang bahkan bisa diminta bantuannya untuk peristiwa-peristiwa khusus hidup manusia.

Sebagai manusia, Yesus pun mengalami kematian. Ia wafat dan dikuburkan sebagaimana manusia pada umumnya. Tetapi kematian bukan akhir segalanya tentang  Yesus, sebab Yesus dibangkitkan  Allah dari  kematian.  Warta  tentang kebangkitan Yesus Kristus tersebut merupakan dasar paling penting dalam iman Kristen, sebab “jika Kristus tidak bangkit, maka sia-sialah seluruh iman kita” (bandingkan 1Korintus 15: 14). Kebangkitan Yesus merupakan bukti harapan bagi Gereja bahwa kematian bukan akhir segalanya, sebab melalui baptisan, kita telah dipersatukan dengan wafat Yesus Kristus dan kelak akan menikmati kebangkitan bersama  Kristus. Bahkan bukan  itu  saja, sebagaimana Kristus masuk  dalam kemuliaan Allah di Surga, demikian pula setiap orang yang percaya kepadaNya.

Sayangnya, Kitab Suci Perjanjian  Baru tidak  memberikan  bukti  autentik tentang  peristiwa kebangkitan  Yesus itu  sendiri.  Berkaitan  dengan  peristiwa kebangkitan Yesus, Perjanjian Baru hanya menyuguhkan dua peristiwa penting, yakni: peristiwa makam kosong dan penampakan Yesus kepada para murid-Nya. Oleh karena itu pemahaman kita tentang kebangkitan Yesus bisa bertitik tolak dari kedua peristiwa tersebut. Pada materi kali ini, kita hanya akan membahas tentang kebangkitan Kristus.

 

Mendalami Pengalaman Kehadiran Orang yang Sudah Meninggal

Mari membaca cerita berikut:

 

Tetap Hadir, Sekalipun Sudah Tiada

Ketika memasuki minggu pertama masuk di kelas X SMA, Bertha tiba-tiba disusul tetangganya untuk meninggalkan pelajaran dan pulang ke rumahnya. Bagaikan petir di siang bolong, ia mendengar kabar yang menyedihkan, ayah kesayangannya dipanggil Tuhan untuk selama-lamanya akibat penyakit yang dideritanya. Hatinya sangat terpukul dan ia pun tak dapat menyembunyikan kesedihannya. Sambil melangkah meninggalkan gerbang sekolah ia menangis meronta-ronta. Sesampai di rumah, kesedihannya tak lagi dapat dibendung, ia menangis sambil memeluk jasad ayahnya. Demikian pula, sesusai pemakaman ayahnya, di rumah Bertha terus menangis.

Tetapi Bertha beruntung memiliki  seorang Ibu yang sangat tegar dan sangat menyayanginya. “Anakku, bukankah kita sudah diajari bahwa setiap orang yang percaya kepada Kristus akan hidup kekal selamanya? Ayah memang sudah meninggalkan kita, tetapi ia akan tetap berada bersama kita. Kalau engkau rindu sama ayah, peluklah foto ayah dan katakan apa saja yang ingin kamu katakan kepadanya!” kata Ibunya kepada Bertha.

Awalnya Bertha tidak percaya dan tidak mengerti akan kata-kata Ibunya. Mungkin karena kesedihan yang sangat dalam akibat ditinggal ayahnya. Tetapi seminggu setelahnya, ia mulai melakukan apa yang dikatakan ibunya. Pada saat hendak berangkat ke sekolah, Bertha memandang  foto ayahnya, lalu berkata: “Ayah, Bertha ke sekolah dulu ya..doakan supaya Bertha jadi anak yang baik dan pintar! Doakan juga ibu supaya punya rezeki untuk membiayai kuliah Bertha!”  Akhirnya  hal itu  menjadi  kebiasaan. Setiap kali  melakukannya, Bertha merasa seolah ayahnya tersenyum. Bahkan ketika sedang sedih, atau saat ia mengalami kegembiraan, ia pun menceritakan apa saja yang dialaminya kepada ”ayahnya” itu.

Bertha sungguh merasakan bahwa ayahnya tetap hadir. Hal itulah yang membuat  dia  sangat bersemangat. Ia  sangat yakin  bahwa ayahnya  tetap bersamanya.

 

Peneguhan

Kematian memang memisahkan  manusia  yang hidup  dan  yang mati secara  fisik. Tetapi  pengalaman  menunjukkan   bahwa  secara  batin komunikasi dapat berjalan terus. Dan itu semua hanya dapat dialami oleh orang-orang yang mempunyai kedekatan khusus dengan orang yang sudah meninggal.

 

Memahami Peristiwa dan Makna Kebangkitan dan Kenaikan Yesus ke Surga

Markus: 16:1-20

1Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus. 2Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur. 3Mereka berkata seorang kepada yang lain: “Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?”

4Tetapi ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah terguling. 5Lalu mereka masuk ke dalam kubur dan mereka melihat seorang muda yang memakai jubah putih duduk di sebelah kanan. Mereka pun sangat terkejut, 6tetapi orang muda itu berkata kepada mereka: “Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia. Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu.”

8Lalu mereka keluar dan lari meninggalkan kubur itu, sebab gentar dan dahsyat menimpa mereka. Mereka tidak mengatakan apa-apa kepada siapa pun juga karena takut.  Dengan singkat mereka sampaikan semua pesan itu  kepada Petrus dan teman-temannya. Sesudah itu Yesus sendiri dengan perantaraan murid-murid-Nya memberitakan dari Timur ke Barat berita yang kudus dan tak terbinasakan tentang keselamatan yang kekal itu.

9Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan. 10Lalu perempuan itu pergi memberitahukannya kepada mereka yang selalu mengiringi Yesus, dan yang pada waktu itu sedang berkabung dan menangis. 11Tetapi ketika  mereka mendengar, bahwa Yesus hidup  dan  telah dilihat olehnya, mereka tidak percaya. 12Sesudah itu Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari mereka, ketika keduanya dalam perjalanan ke luar kota.

13Lalu kembalilah mereka dan memberitahukannya kepada teman-teman yang lain, tetapi kepada mereka pun teman-teman itu tidak percaya. 14Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya. 15Lalu Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.

16Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.

17 Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa- bahasa yang baru bagi mereka, 18mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum  racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.”

19Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke surga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. 20Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.

 

Kebangkitan Yesus:

Kebangkitan Yesus merupakan peristiwa sejarah

Perjanjian Baru menegaskan bahwa kebangkitan Yesus dari alam maut merupakan kejadian yang benar-benar terjadi dalam sejarah manusia dan sejarah keselamatan. Malahan Santo Paulus telah menulis kepada umat di Korintus sekitar tahun 56: “Yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima  sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; dan bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan  kemudian  kepada kedua belas murid-Nya”  (1 Korintus  15:3-4). Rasul Paulus berbicara di sini tentang  tradisi yang hidup mengenai kebangkitan, yang ia dengar sesudah pertobatannya di depan pintu gerbang Damaskus (bandingkan Kisah Para Rasul 9:3-18).

Dalam 1 Korintus 12:3-8, Paulus mau menekankan beberapa hal :

1)     Paulus mau membuktikan bahwa Yesus sungguh bangkit

2)     Paulus mau membela kemungkinan adanya tuduhan seolah-olah apa yang dikatakannya hanya isapan jempol.

 

 

 

Kubur kosong menandai Kristus yang bangkit.

Kitab Suci Perjanjian Baru menceritakan  tentang makam kosong sebagai titik awal kisah kebangkitan Yesus. Tetapi kejadian makam kosong ini tidak langsung dengan sendirinya menjadi bukti tentang kebangkitan. Perempuan-perempuan yang melihat makam Yesus yang kosong, awalnya berpikir bahwa jenazah Yesus diambil orang (bandingkan Yohanes 20:13; Matius 28:11-15). Walaupun demikian, makam kosong itu adalah satu bukti yang sangat penting untuk semua orang. Dengan melihat kejadian makam kosong, dan melihat “kain kafan terletak di tanah” (Yohanes 20:6), maka mereka menjadi percaya bahwa Yesus benar-benar bangkit (Yohanes 20:8). Mereka akhirnya percaya, bahwa jenazah Yesus tidak diambil oleh manusia, dan  bahwa Yesus tidak kembali lagi ke suatu kehidupan duniawi seperti Lasarus (bandingkan Yohanes 11:44).

Yesus menampakkan Diri

Kisah bahwa Yesus bangkit dikuatkan dengan kisah penampakan Yesus. Pertama  kali  Yesus menampakkan   diri  kepada  Maria  dari Magdala, Maria Ibu Yakobus dan Salome (bandingkan  Matius 28:9-10; Yohanes 20:11-18). Merekalah saksi kebangkitan Yesus yang pertama kali. Sesudah itu Yesus menampakkan  diri kepada Petrus, kemudian kepada kedua belas murid-Nya (bandingkan 1 Korintus 15:5).

Mengapa Kristus Bangkit?

St. Thomas Aquinas menjelaskan bahwa ada lima alasan mengapa Kristus bangkit:

1)      Pertama, untuk menyatakan keadilan Allah. Kristus yang rela taat pada kehendak Allah, menderita dan wafat sudah selayaknya ditinggikan dengan kebangkitan-Nya yang mulia.

2)      Kedua, untuk memperkuat iman kita. Rasul Paulus menuliskan, “Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan  kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.” (1Korintus 15:14) Dengan kebangkitan-Nya, maka Kristus sendiri membuktikan bahwa Dia adalah Tuhan, dan membuktikan bahwa kematian-Nya bukanlah  satu kekalahan, namun  merupakan  satu kemenangan  yang membawa kehidupan.

3)      Ketiga, untuk memperkuat pengharapan. Karena Kristus membuktikan  bahwa Dia bangkit dan  membawa orang-orang  kudus bersama dengan-Nya, maka kita dapat mempunyai pengharapan yang kuat, bahwa pada saatnya, kitapun akan dibangkitkan oleh Kristus. Dan inilah yang menjadi pewartaan para rasul, seperti yang dikatakan oleh rasul Paulus “Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan,  bahwa tidak  ada  kebangkitan  orang  mati?” (1Korintus 15:12). Bersama-sama dengan Ayub, kita dapat berkata “Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu. yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikan- Nya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana karena rindu.” (Ayub 19:25,27).

4)      Keempat, agar kita dapat hidup dengan baik. St. Thomas mengutip Roma 6:4, “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” Dengan demikian, kebangkitan Kristus mengajarkan kita untuk senantiasa hidup dalam hidup yang baru, yaitu hidup dalam Roh.

5)      Kelima, untuk menuntaskan karya keselamatan Allah. Karya keselamatan Allah tidak berakhir pada kematian Kristus di kayu salib, namun berakhir pada kemenangan Kristus, yaitu dengan kebangkitan- Nya. Rasul Paulus menuliskan “yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan  dibangkitkan  karena  pembenaran  kita.” (Roma 4:25)

 

Seperti Apakah Kebangkitan Yesus?

Tubuh  kebangkitan  Kristus  bukanlah  seperti  hantu,  namun tubuh-Nya yang sama, yang disiksa dan disalibkan, hanya tubuh tersebut sudah dimuliakan.

Yesus yang telah bangkit berhubungan langsung dengan murid- murid-Nya:  Ia  membiarkan  diri-Nya  diraba  (bandingkan  Lukas 24:39; Yohanes 20:27). dan Ia makan bersama mereka (bandingkan Lukas 24:30.41-43; Yohanes 21:9.13-15). Ia mengajak mereka untuk memastikan  bahwa  Ia  bukan  hantu  (bandingkan  Lukas 24:39), sebaliknya untuk  membenarkan  bahwa tubuh  yang baru bangkit sebagaimana Ia berdiri di depan mereka, adalah benar-benar tubuh yang sama dengan yang disiksa dan disalibkan, karena Ia masih menunjukkan  bekas-bekas kesengsaraan-Nya (bandingkan  Lukas 24:40; Yohanes 20:20.27). Tetapi tubuh  yang benar dan sungguh- sungguh ini serentak pula memiliki sifat-sifat tubuh baru yang sudah dimuliakan: Yesus tidak lagi terikat pada tempat dan waktu, tetapi dapat ada sesuai dengan kehendak-Nya, di mana dan bilamana Ia kehendaki (bandingkan Matius 28:9.16-17; Lukas 24:15.36; Yohanes 20:14.19.26; 21:4). Tubuh  kebangkitan adalah tubuh  illahi. Itulah sebabnya Yesus yang bangkit juga bebas untuk menampakkan Diri, sesuai dengan kehendak-Nya: dalam sosok tubuh  seorang tukang kebun (bandingkan Yohanes 20:14-15) atau “dalam satu bentuk lain” (Markus 16:12) dari bentuk yang sudah terbiasa untuk para murid.

Kebangkitan  Yesus  bukan  berarti  Yesus  kembali  ke  kehidupan duniawi.

Kebangkitan Yesus tidak  berarti  bahwa Yesus ke kehidupan duniawi seperti yang dialami oleh puteri Yairus, pemuda Naim, dan Lasarus sesaat setalah mereka dibangkitkan Yesus sebelum wafatNya. Tindakan Yesus terhadap mereka semata-mata untuk memberikan bukti  kekuasaan Yesus sebagai utusan  Bapa. Kelak mereka yang telah dibangkitkan oleh Yesus akan mati lagi. Kebangkitan Kristus memang lain sifatnya. Tubuh Yesus yang bangkit adalah tubuh yang dipenuhi dengan kekuasaan Roh Kudus, tubuh yang ilahi, atau dalam istilah Paulus “Yang surgawi” (bandingkan 1 Korintus 15:35-50).

 

Kata “kebangkitan” atau “bangkit” kata yang menunjukkan keadaan orang yang tidur lalu bangun, bangkit/dibangunkan. Bagi orang Yahudi kata “bangkit” dikaitkan dengan akhir zaman yakni orang mati menjadi hidup. Sedangkan orang kristen menganggap “bangkit” untuk menekan bahwa Yesus benar-benar mati dan dikubur (lih. 1Kor 155:4)

 

1)     Makna Kebangkitan Yesus bagi iman kita

a.      Kebangkitan Yesus mensahkan dan melegitimasi apa yang dilakukan dan diajarkanNya. Semua kebenaran yang diajarkaNya mendapat pembenaran.

b.      Kebangkitan Yesus, terpenuhilah nubuat-nubuat Perjanjian Lama (bdk. Luk 24:26-27) dan juga apa yang dijanjikan Yesus sendiri semasa hidupNya di dunia (bdk. Mat 28:6).

c.      Kebangkitan Yesus menegaskan ke-Allahan Yesus (lih. Yoh 8:28). Kebangkitan Yesus menerangkapn bahwa Ia sungguh-sungguh Putra Allah

2)     Makna kebangkitan Yesus bagi perjuangan hidup manusia di dunia :

a.      Kita menerima Allah sebagai Raja, kekuatan, dan dukungan. Yesus selalu mengandalkan Allah dalam seluruh hidupNya. Oleh karena itu Yesus tidak pernah gentar menghadapi tandangan hidup termasuk kematian. Yesus mengajak kita untuk selalu juga mendoakan Allah dalam seluruh perjuangan hidup di dunia ini.

b.      Mencintai sesama tanpa batas. Yesus semasa hidupNya mencintai semua orang tanpa batas, tanpa melihat perbedaan termasuk musuh-musuhNya.

c.      Berjuang untuk memerdekakan manusia. Yesus sangat menjunjung martabat manusia. Yesus sangat tidak menginginkan manusia dilecehkan oleh hukum dan peraturan Hukum diabdikan untuk manusia dan bukan sebaliknya. Yesus mengajak orang untuk berjuang menjunjung tinggi martabat setiap orang

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar