KEBANGKITAN YESUS
Pendahuluan
Kepercayaan bahwa kematian
bukan akhir segalanya bagi hidup manusia
tersebar dalam semua agama dan kepercayaan. Mereka percaya bahwa sesudah
kematian, sesungguhnya manusia masih hidup dan terus hidup, walaupun dalam
wujud lain. Bahkan dalam banyak kepercayaan roh orang yang sudah meninggal
masih sering hadir dalam dunia manusia, atau bisa juga secara sengaja
dihadirkan. Roh nenek moyang bahkan bisa diminta bantuannya untuk
peristiwa-peristiwa khusus hidup manusia.
Sebagai manusia, Yesus pun mengalami kematian.
Ia wafat dan dikuburkan sebagaimana manusia pada umumnya. Tetapi kematian bukan akhir
segalanya tentang Yesus, sebab Yesus
dibangkitkan Allah dari kematian. Warta
tentang kebangkitan
Yesus Kristus tersebut merupakan dasar paling penting dalam iman Kristen,
sebab “jika Kristus tidak bangkit, maka sia-sialah seluruh iman kita”
(bandingkan 1Korintus 15: 14). Kebangkitan
Yesus merupakan bukti harapan bagi Gereja bahwa kematian bukan akhir segalanya,
sebab melalui baptisan, kita telah dipersatukan dengan wafat Yesus Kristus dan
kelak akan menikmati kebangkitan bersama
Kristus. Bahkan bukan
itu saja, sebagaimana Kristus masuk dalam kemuliaan Allah di Surga, demikian pula
setiap orang yang percaya kepadaNya.
Sayangnya, Kitab Suci
Perjanjian Baru tidak memberikan
bukti autentik tentang peristiwa kebangkitan Yesus itu
sendiri. Berkaitan
dengan peristiwa kebangkitan
Yesus, Perjanjian Baru hanya menyuguhkan dua peristiwa penting, yakni:
peristiwa makam kosong dan penampakan Yesus kepada para murid-Nya. Oleh
karena itu pemahaman kita tentang kebangkitan Yesus bisa bertitik tolak dari
kedua peristiwa tersebut. Pada materi kali ini, kita hanya akan membahas
tentang kebangkitan Kristus.
Mendalami Pengalaman Kehadiran Orang yang Sudah Meninggal
Mari membaca cerita berikut:
Tetap Hadir, Sekalipun Sudah
Tiada
Ketika memasuki minggu pertama
masuk di kelas X SMA, Bertha tiba-tiba disusul tetangganya untuk meninggalkan
pelajaran dan pulang ke rumahnya. Bagaikan petir di siang bolong, ia mendengar
kabar yang menyedihkan, ayah kesayangannya dipanggil Tuhan untuk selama-lamanya
akibat penyakit yang dideritanya. Hatinya sangat terpukul dan ia pun tak dapat
menyembunyikan kesedihannya. Sambil melangkah meninggalkan gerbang sekolah ia
menangis meronta-ronta. Sesampai di rumah, kesedihannya tak lagi dapat
dibendung, ia menangis sambil memeluk jasad ayahnya. Demikian pula, sesusai
pemakaman ayahnya, di rumah Bertha terus menangis.
Tetapi Bertha beruntung
memiliki seorang Ibu yang sangat tegar
dan sangat menyayanginya. “Anakku, bukankah kita sudah diajari bahwa setiap
orang yang percaya kepada Kristus akan hidup kekal selamanya? Ayah memang sudah
meninggalkan kita, tetapi ia akan tetap berada bersama kita. Kalau engkau rindu
sama ayah, peluklah foto ayah dan katakan apa saja yang ingin kamu katakan
kepadanya!” kata Ibunya kepada Bertha.
Awalnya Bertha tidak percaya
dan tidak mengerti akan kata-kata Ibunya. Mungkin karena kesedihan yang sangat
dalam akibat ditinggal ayahnya. Tetapi seminggu setelahnya, ia mulai melakukan
apa yang dikatakan ibunya. Pada saat hendak berangkat ke sekolah, Bertha
memandang foto ayahnya, lalu berkata:
“Ayah, Bertha ke sekolah dulu ya..doakan supaya Bertha jadi anak yang baik dan
pintar! Doakan juga ibu supaya punya rezeki untuk membiayai kuliah Bertha!” Akhirnya
hal itu menjadi kebiasaan. Setiap kali melakukannya, Bertha merasa seolah ayahnya
tersenyum. Bahkan ketika sedang sedih, atau saat ia mengalami kegembiraan, ia
pun menceritakan apa saja yang dialaminya kepada ”ayahnya” itu.
Bertha sungguh merasakan bahwa
ayahnya tetap hadir. Hal itulah yang membuat
dia sangat bersemangat. Ia sangat yakin
bahwa ayahnya tetap bersamanya.
Peneguhan
Kematian memang memisahkan manusia
yang hidup dan yang mati secara fisik. Tetapi pengalaman
menunjukkan bahwa secara batin komunikasi dapat
berjalan terus. Dan itu semua hanya dapat dialami oleh orang-orang yang
mempunyai kedekatan khusus dengan orang yang sudah meninggal.
Memahami Peristiwa dan Makna Kebangkitan dan Kenaikan Yesus ke Surga
Markus:
16:1-20
1Setelah lewat hari
Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli
rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus. 2Dan
pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah
mereka ke kubur. 3Mereka berkata seorang kepada yang lain: “Siapa
yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?”
4Tetapi ketika
mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah
terguling. 5Lalu mereka masuk ke dalam kubur dan mereka melihat
seorang muda yang memakai jubah putih duduk di sebelah kanan. Mereka pun sangat
terkejut, 6tetapi orang muda itu berkata kepada mereka: “Jangan
takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit.
Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia. Tetapi
sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia
mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah
dikatakan-Nya kepada kamu.”
8Lalu mereka keluar
dan lari meninggalkan kubur itu, sebab gentar dan dahsyat menimpa mereka.
Mereka tidak mengatakan apa-apa kepada siapa pun juga karena takut. Dengan singkat mereka sampaikan semua pesan
itu kepada Petrus dan teman-temannya.
Sesudah itu Yesus sendiri dengan perantaraan murid-murid-Nya memberitakan dari
Timur ke Barat berita yang kudus dan tak terbinasakan tentang keselamatan yang
kekal itu.
9Setelah Yesus
bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan
diri-Nya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh
setan. 10Lalu perempuan itu pergi memberitahukannya kepada mereka
yang selalu mengiringi Yesus, dan yang pada waktu itu sedang berkabung dan
menangis. 11Tetapi ketika
mereka mendengar, bahwa Yesus hidup
dan telah dilihat olehnya, mereka
tidak percaya. 12Sesudah itu Ia menampakkan diri dalam rupa yang
lain kepada dua orang dari mereka, ketika keduanya dalam perjalanan ke luar
kota.
13Lalu kembalilah
mereka dan memberitahukannya kepada teman-teman yang lain, tetapi kepada mereka
pun teman-teman itu tidak percaya. 14Akhirnya Ia menampakkan diri
kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela
ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya
kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya. 15Lalu
Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada
segala makhluk.
16Siapa yang
percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan
dihukum.
17 Tanda-tanda ini
akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi
nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa- bahasa yang baru bagi mereka, 18mereka
akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum
racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan
tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.”
19Sesudah Tuhan
Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke surga, lalu duduk di
sebelah kanan Allah. 20Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke
segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan
tanda-tanda yang menyertainya.
Kebangkitan Yesus:
Kebangkitan Yesus merupakan
peristiwa sejarah
Perjanjian Baru menegaskan bahwa kebangkitan Yesus dari
alam maut merupakan kejadian yang benar-benar terjadi dalam sejarah manusia dan
sejarah keselamatan. Malahan Santo Paulus telah menulis kepada umat di
Korintus sekitar tahun 56: “Yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu,
yaitu apa yang telah kuterima sendiri,
ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab Suci,
bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang
ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; dan bahwa Ia telah menampakkan diri kepada
Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya” (1 Korintus
15:3-4). Rasul
Paulus berbicara di sini tentang tradisi
yang hidup mengenai kebangkitan, yang ia dengar sesudah pertobatannya di depan
pintu gerbang Damaskus (bandingkan Kisah Para Rasul 9:3-18).
Dalam
1 Korintus 12:3-8, Paulus mau menekankan beberapa hal :
1) Paulus mau membuktikan bahwa
Yesus sungguh bangkit
2) Paulus mau membela kemungkinan
adanya tuduhan seolah-olah apa yang dikatakannya hanya isapan jempol.
Kubur kosong menandai Kristus
yang bangkit.
Kitab Suci Perjanjian Baru
menceritakan tentang makam kosong sebagai titik awal
kisah kebangkitan Yesus. Tetapi kejadian makam kosong ini tidak langsung
dengan sendirinya menjadi bukti tentang kebangkitan. Perempuan-perempuan yang
melihat makam Yesus yang kosong, awalnya berpikir bahwa jenazah Yesus diambil
orang (bandingkan Yohanes 20:13; Matius 28:11-15). Walaupun demikian, makam
kosong itu adalah satu bukti yang sangat penting untuk semua orang. Dengan
melihat kejadian makam kosong, dan melihat “kain kafan terletak di tanah”
(Yohanes 20:6), maka mereka menjadi percaya bahwa Yesus benar-benar bangkit
(Yohanes 20:8). Mereka akhirnya percaya, bahwa jenazah Yesus tidak diambil oleh
manusia, dan bahwa Yesus tidak kembali
lagi ke suatu kehidupan duniawi seperti Lasarus (bandingkan Yohanes 11:44).
Yesus menampakkan Diri
Kisah bahwa Yesus bangkit dikuatkan dengan kisah
penampakan Yesus. Pertama
kali Yesus menampakkan diri
kepada Maria dari Magdala, Maria Ibu Yakobus dan Salome
(bandingkan Matius 28:9-10; Yohanes
20:11-18). Merekalah saksi kebangkitan Yesus yang pertama kali. Sesudah itu
Yesus menampakkan diri kepada Petrus,
kemudian kepada kedua belas murid-Nya (bandingkan 1 Korintus 15:5).
Mengapa Kristus Bangkit?
St. Thomas Aquinas menjelaskan
bahwa ada lima alasan mengapa Kristus bangkit:
1) Pertama,
untuk menyatakan keadilan Allah. Kristus yang rela taat pada kehendak
Allah, menderita dan wafat sudah selayaknya ditinggikan dengan kebangkitan-Nya
yang mulia.
2) Kedua,
untuk memperkuat iman kita. Rasul Paulus menuliskan, “Tetapi andaikata
Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.”
(1Korintus 15:14) Dengan kebangkitan-Nya, maka Kristus sendiri membuktikan
bahwa Dia adalah Tuhan, dan membuktikan bahwa kematian-Nya bukanlah satu kekalahan, namun merupakan
satu kemenangan yang membawa
kehidupan.
3) Ketiga, untuk
memperkuat pengharapan. Karena Kristus membuktikan bahwa Dia bangkit dan membawa orang-orang kudus bersama dengan-Nya, maka kita dapat mempunyai
pengharapan yang kuat, bahwa pada saatnya, kitapun akan dibangkitkan oleh
Kristus. Dan inilah yang menjadi pewartaan para rasul, seperti yang dikatakan
oleh rasul Paulus “Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan
dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang
mengatakan, bahwa tidak ada
kebangkitan orang mati?” (1Korintus 15:12). Bersama-sama dengan
Ayub, kita dapat berkata “Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia
akan bangkit di atas debu. yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku;
mataku sendiri menyaksikan- Nya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana
karena rindu.” (Ayub 19:25,27).
4) Keempat, agar kita dapat hidup
dengan baik. St. Thomas mengutip Roma 6:4, “Dengan demikian kita telah
dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama
seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa,
demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” Dengan demikian,
kebangkitan Kristus mengajarkan kita untuk senantiasa hidup dalam hidup yang
baru, yaitu hidup dalam Roh.
5) Kelima, untuk menuntaskan karya
keselamatan Allah. Karya keselamatan Allah tidak berakhir pada kematian
Kristus di kayu salib, namun berakhir pada kemenangan Kristus, yaitu dengan kebangkitan-
Nya. Rasul Paulus menuliskan “yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena
pelanggaran kita dan dibangkitkan karena
pembenaran kita.” (Roma 4:25)
Seperti Apakah Kebangkitan Yesus?
Tubuh kebangkitan
Kristus bukanlah seperti
hantu, namun tubuh-Nya yang sama,
yang disiksa dan disalibkan, hanya tubuh tersebut sudah dimuliakan.
Yesus yang telah bangkit
berhubungan langsung dengan murid- murid-Nya:
Ia membiarkan diri-Nya
diraba (bandingkan Lukas 24:39; Yohanes 20:27). dan Ia makan
bersama mereka (bandingkan Lukas 24:30.41-43; Yohanes 21:9.13-15). Ia mengajak
mereka untuk memastikan bahwa Ia
bukan hantu (bandingkan
Lukas 24:39), sebaliknya untuk
membenarkan bahwa tubuh yang baru bangkit sebagaimana Ia berdiri di
depan mereka, adalah benar-benar tubuh yang sama dengan yang disiksa dan
disalibkan, karena Ia masih menunjukkan
bekas-bekas kesengsaraan-Nya (bandingkan
Lukas 24:40; Yohanes 20:20.27). Tetapi tubuh yang benar dan sungguh- sungguh ini serentak
pula memiliki sifat-sifat tubuh baru yang sudah dimuliakan: Yesus tidak lagi
terikat pada tempat dan waktu, tetapi dapat ada sesuai dengan kehendak-Nya, di
mana dan bilamana Ia kehendaki (bandingkan Matius 28:9.16-17; Lukas 24:15.36;
Yohanes 20:14.19.26; 21:4). Tubuh
kebangkitan adalah tubuh illahi.
Itulah sebabnya Yesus yang bangkit juga bebas untuk menampakkan Diri, sesuai
dengan kehendak-Nya: dalam sosok tubuh
seorang tukang kebun (bandingkan Yohanes 20:14-15) atau “dalam satu
bentuk lain” (Markus 16:12) dari bentuk yang sudah terbiasa untuk para murid.
Kebangkitan Yesus
bukan berarti Yesus
kembali ke kehidupan duniawi.
Kebangkitan Yesus tidak berarti
bahwa Yesus ke kehidupan duniawi seperti yang dialami oleh puteri
Yairus, pemuda Naim, dan Lasarus sesaat setalah mereka dibangkitkan Yesus
sebelum wafatNya. Tindakan Yesus terhadap mereka semata-mata untuk memberikan
bukti kekuasaan Yesus sebagai
utusan Bapa. Kelak mereka yang telah
dibangkitkan oleh Yesus akan mati lagi. Kebangkitan Kristus memang lain
sifatnya. Tubuh Yesus yang bangkit adalah tubuh yang dipenuhi dengan kekuasaan
Roh Kudus, tubuh yang ilahi, atau dalam istilah Paulus “Yang surgawi”
(bandingkan 1 Korintus 15:35-50).
Kata “kebangkitan” atau “bangkit” kata yang
menunjukkan keadaan orang yang tidur lalu bangun, bangkit/dibangunkan. Bagi
orang Yahudi kata “bangkit” dikaitkan dengan akhir zaman yakni orang mati
menjadi hidup. Sedangkan orang kristen menganggap “bangkit” untuk menekan bahwa
Yesus benar-benar mati dan dikubur (lih. 1Kor 155:4)
1)
Makna Kebangkitan Yesus bagi iman kita
a. Kebangkitan Yesus
mensahkan dan melegitimasi apa yang dilakukan dan diajarkanNya. Semua kebenaran yang diajarkaNya mendapat pembenaran.
b. Kebangkitan Yesus,
terpenuhilah nubuat-nubuat Perjanjian Lama (bdk.
Luk 24:26-27) dan juga apa yang dijanjikan Yesus sendiri semasa hidupNya di
dunia (bdk. Mat 28:6).
c. Kebangkitan Yesus
menegaskan ke-Allahan Yesus (lih. Yoh
8:28). Kebangkitan Yesus menerangkapn bahwa Ia sungguh-sungguh Putra Allah
2)
Makna kebangkitan Yesus bagi perjuangan hidup manusia di
dunia :
a. Kita menerima Allah
sebagai Raja, kekuatan, dan dukungan.
Yesus selalu mengandalkan Allah dalam seluruh hidupNya. Oleh karena itu Yesus
tidak pernah gentar menghadapi tandangan hidup termasuk kematian. Yesus
mengajak kita untuk selalu juga mendoakan Allah dalam seluruh perjuangan hidup
di dunia ini.
b. Mencintai sesama
tanpa batas. Yesus semasa hidupNya
mencintai semua orang tanpa batas, tanpa melihat perbedaan termasuk
musuh-musuhNya.
c. Berjuang untuk
memerdekakan manusia. Yesus sangat
menjunjung martabat manusia. Yesus sangat tidak menginginkan manusia dilecehkan
oleh hukum dan peraturan Hukum diabdikan untuk manusia dan bukan sebaliknya.
Yesus mengajak orang untuk berjuang menjunjung tinggi martabat setiap orang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar