YESUS MEWARTAKAN DAN MEMPERJUANGKAN
KERAJAAN ALLAH
Dalam masyarakat kerap kita
temui, banyak calon pemimpin atau wakil rakyat di pemerintahan maupun
legislatif, yang pada saat berkampanye mempertunjukkan orasi yang luar biasa. Semangat mereka sangat
berapi-api, janji-janji untuk
menyejahterakan rakyat,
untuk menegakkan keadilan, untuk
menciptakan masyarakat yang toleran sangat luar biasa. Tetapi seiring
perjalanan waktu, seringkali rakyat dikecewakan oleh mereka. Janji-janji yang
pernah diucapkan itu tidak mereka buktikan sendiri. Setelah mereka benar-benar
terpilih menjadi pemimpin atau wakil rakyat, mereka yang seharusnya
memperjuangkan kesejahteraan rakyat banyak malah menyejahterakan diri sendiri,
keluarganya, kelompoknya atau partainya. Mereka yang seharusnya memperjuangkan
dan menegakkan keadilan justru berbuat
tidak adil. Mereka yang seharusnya memperjuangkan toleransi, malah
menjadi intoleran dan menjadi pemicu pertentangan antarmasyarakat,
antargolongan dan antaragama. Masyarakat ke- cewa karena banyak pemimpin dan
wakil rakyatnya bersikap NATO (No action, Talk only = hanya bicara tanpa
berbuat). Bila demikian halnya yang terjadi, maka lama-kelamaan tingkat
kepercayaan mereka makin menipis, dan pada akhirnya mereka tidak akan diikuti.
Kitab Suci Perjanjian Baru
memperlihatkan kenyataan
yang sangat berbeda antara sikap para pemimpin atau wakil rakyat yang digambarkan di atas,
dengan sikap Yesus
dalam perjuangannya mewartakan
dan mewujudkan Kerajaan Allah, Yesus tidak hanya
menyampaikan pengajaran melalui kata-kata maupun perumpamaan, melainkan
juga melalui tindakan konkret. Perkataan dan perbuatan Yesus merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan (lihat Matius 11: 5-6; bandingkan Lukas 11: 5-6). Perkataan atau sabda Yesus menjelaskan atau menerangkan
perbuatan-perbuatan-Nya, sebaliknya
perbuatan Yesus mewujudnyatakan perkataan-Nya. Dalam mewartakan Kerajaan Allah, Yesus tidak
hanya berkeinginan agar masyarakat-Nya memahami
konsep-konsep Kerajaan Allah, melainkan berupaya agar masyarakat-Nya dapat melihat sendiri tanda- tanda
kehadiran Kerajaan Allah itu dan terutama merasakan sendiri pengalaman akan Allah yang hadir dan
menunjukkan kuasa-Nya yang menyelamatkan. Bagi Yesus Kerajaan Allah bukan sekedar
janji-janji di masa depan, melainkan realitas yang bisa dihadirkan dan
dirasakan di dunia, sambil menunggu kepenuhannya pada akhir zaman.
Makna Perumpamaan dalam Hidup Sehari-hari:
• Kiasan
atau perumpamaan sering dipergunakan hanya sebagai salah satu sarana
penyampaian ajaran, nasehat, peneguhan atau sindiran. Ketika disampaikan, orang
yang mendengarnya bisa menafsirkan sendiri
• Kiasan
atau perumpamaan biasanya tidak bersifat
langsung menunjuk pada orangnya.
• Penggunaan perumpamaan
atau kiasan dianggap
mudah ditangkap terutama oleh
orang sederhana sekalipun
• Dalam
pengajaran atau pewartaan pemanfaatan bahasa yang dimengerti pendengar sangat penting. Tetapi yang lebih penting lagi kesesuaian antara hidup pengajar dengan
yang diajarkannya
Menyimak sebuah Kisah
Penceramah yang Ditinggalkan Pendengarnya
Dalam kesempatan
memperingati hari besar
keagamaan, Panitia mengundang masyarakat
untuk mendengarkan ceramah dari seorang
penceramah yang sudah sangat terkenal. Tetapi nama penceramah itu sengaja
dirahasiakan oleh Panitia. Ketenaran sang penceramah memang tidak diragukan
lagi. Selain karena parasnya yang elok, ia pun selalu membuat ceramahnya
menarik untuk di dengar, bahasanya
mudah dicerna, contoh-contohnya
menyentuh kehidupan konkret,
penyampaiannya menyenangkan karena sering membuat pendengarnya bisa tertawa
terpingkal-pingkal.
Ketika masyarakat sudah
berkumpul, muncullah dari arah belakang mereka
penceramah yang dinantikan. Sebagian orang kaget, lalu
mulai berbisik satu sama lain. “Lho kok dia? Apa nggak salah?”. Tanpa
ada yang menggerakkan, satu persatu orang yang hendak mendengarkan ceramah itu
mundur dan pulang. Panitia menjadi bingung. Lalu bertanya kepada beberapa orang
yang hendak pulang. “Ada apa? Mengapa kalian pulang, bukankah orang yang akan
memberi ceramah itu orang yang hebat dan terkenal? Bahkan kami pun berani bayar
mahal untuk mendatangkan dia!”
Salah seorang menjawab: “Pak
kami tidak butuh teori, kami butuh bukti! Apakah Bapak tidak mendengar berita
di media massa tentang dia? Anaknya terlibat masalah narkoba, dia sendiri
terlibat dalam kasus bisnis gelap. Jadi apanya yang bisa kami percayai?
Panitia pun tidak bisa
menghalangi warga yang hendak pulang. Akhirnya ceramahpun dibatalkan karena
pesertanya bubar
Mendalami Pewartaan Yesus Melalui Perumpamaan dan Tindakan-Nya
Matius
13:1-53
1 Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di
tepi danau.
2 Maka datanglah
orang banyak berbondong-bondong
lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik
ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai.
3 Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada
mereka. Kata- Nya: “Adalah seorang penabur keluar untuk menabur.
4 Pada waktu ia
menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan
memakannya sampai habis.
5 Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak
banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya
tipis.
6 Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi
kering karena tidak berakar.
7 Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin
besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati.
8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada
yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh
kali lipat.
9 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!”
10 Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: “Mengapa Engkau
berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?”
11 Jawab Yesus: “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui
rahasia Kerajaan Surga, tetapi kepada mereka tidak.
12 Karena siapa yang
mempunyai, kepadanya akan
diberi, sehingga ia
berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya
akan diambil dari padanya.
13 Itulah sebabnya Aku
berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat,
mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak
mengerti.
14 Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi:
Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan
melihat, namun tidak menanggap.
15 Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat
mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan
matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu
berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. 16 Tetapi berbahagialah matamu karena
melihat dan telingamu
karena mendengar. 17 Sebab Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya
banyak nabi dan
orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya,
dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya. 18 Karena
itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. 19 Kepada setiap orang
yang mendengar firman tentang Kerajaan Surga, tetapi tidak mengertinya,
datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah
benih yang ditaburkan di pinggir jalan. 20 Benih yang ditaburkan di
tanah yang berbatu-batu ialah
orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. 21
Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang
penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad. 22
Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman
itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu
sehingga tidak berbuah. 23 Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah
orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada
yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh
kali lipat.” 24 Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi
kepada mereka, kata- Nya: “Hal Kerajaan Surga itu seumpama orang yang menaburkan
benih yang baik di ladangnya. 25 Tetapi pada waktu semua orang
tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu
pergi. 26 Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak
jugalah lalang itu. 27 Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu
kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang
tuan? Dari manakah lalang itu? 28 Jawab tuan itu: Seorang musuh yang
melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan
supaya kami pergi mencabut lalang itu? 29 Tetapi ia berkata:
Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut
tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. 30 Biarkanlah keduanya
tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para
penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk
dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.” 31 Yesus membentangkan
suatu perumpamaan lain
lagi kepada mereka, kata-Nya:
“Hal Kerajaan Surga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang
di ladangnya. 32 Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis
benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran
yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang
bersarang pada cabang-cabangnya.” 33 Dan Ia menceriterakan
perumpamaan ini juga kepada mereka: “Hal Kerajaan Surga itu seumpama ragi yang
diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat
sampai khamir seluruhnya.” 34 Semuanya itu disampaikan Yesus kepada
orang banyak dalam perumpamaan, dan tanpa perumpamaan suatu pun tidak
disampaikan-Nya kepada mereka, 35 supaya genaplah firman yang
disampaikan oleh nabi: “Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan, Aku
mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan.” 36 Maka
Yesus pun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-murid- Nya datang
dan berkata kepada-Nya: “Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di
ladang itu.” 37 Ia menjawab, kata-Nya: “Orang yang menaburkan benih
baik ialah Anak Manusia; 38 ladang ialah dunia. Benih yang baik itu
anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. 39 Musuh yang
menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para
penuai itu malaikat. 40 Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan
dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. 41 Anak Manusia
akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu
yang menyesatkan dan semua
orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. 42 Semuanya
akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan
kertakan gigi. 43 Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya
seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia
mendengar!”
44 “Hal Kerajaan Surga itu seumpama harta yang terpendam di
ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya
pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. 45 Demikian
pula hal Kerajaan Surga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang
indah. 46 Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun
pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.” 47 “Demikian
pula hal Kerajaan Surga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu
mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. 48 Setelah penuh, pukat itu
pun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang
baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang. 49 Demikianlah juga pada
akhir zaman: Malaikat-malaikat akan
datang memisahkan orang jahat dari orang benar, 50 lalu
mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan
dan kertakan gigi. 51 Mengertikah kamu semuanya itu?” Mereka
menjawab: “Ya, kami mengerti.” 52 Maka berkatalah Yesus kepada
mereka: “Karena itu setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran dari hal
Kerajaan Surga itu seumpama tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan
yang lama dari perbendaharaannya.” 53Setelah Yesus selesai
menceriterakan perumpamaan-perumpamaan
itu, Ia pun pergi dari situ.
Penjelasan:
• Dalam
banyak kesempatan Yesus
mewartakan Kerajaan Allah dengan menggunakan perumpamaan-perumpamaan.
Perumpamaan itu diambil dari hal-hal yang sangat dekat dengan dunia
pendengarnya, misalnya dengan menggunakan simbol penabur, biji sesawi, dsb.
Sesungguhnya bila Yesus menyampaikan
warta tentang Kerajaan Allah, Ia berharap agar siapapun yang
mendengarnya dapat mengerti kehendak Allah yang tersembunyi di balik
perumpamaan tersebut (bandingkan Ayat 34-35)
• Tetapi
pewartaan Yesus melalui
perumpamaan baru akan dimengerti bila manusia memiliki sikap mau mendengarkan,
tidak sekedar mendengar, tetapi
memperhatikan dengan seksama, dan
tidak sekedar melihat. Hanya mereka yang memiliki
keterbukaan hati bagi kehendak Allah
yang dapat menemukan pesan tersembunyi dari perumpamaan tersebut. (bandingkan
Ayat 13)
• Perumpamaan
penabur sudah dijelaskan Yesus dalam ayat 19-23. Melalui perumpamaan yang
serupa, pada ayat 24-30, Yesus hendak menegaskan bahwa perjuangan menegakkan
Kerajaan Allah bukanlah tindakan yang mudah.
Perjuangan menegakkan
Kerajaan Allah kerap mendapatkan halangan dan rintangan, terutama
dari kekuatan jahat (musuh) yang
menentang kebaikan dan kebenaran.
Tetapi Yesus menegaskan bahwa kita harus kuat sehingga mampu mengalahkan kekuatan
jahat apapun dan dari siapapun.
• Perumpamaan
biji sesawi dan ragi hendak mengajarkan kepada kita, bahwa kadang-kadang
perjuangan menegakkan
Kerajaan Allah bisa dimulai dari
hal-hal kecil, hal-hal yang nampak sepele. Tetapi bila yang sederhana itu
ditekuni dan dibiasakan akan mampu
memberi dampak kebaikan yang lebih besar.
• Perumpamaan harta
terpendam dan mutiara
berharga, hendak mengatakan
bahwa bilamana Kerajaan
Allah itu sebagai sesuatu yang penting
dan berharga siapapun akan berusaha mencapainya, bahkan
dengan berani berkorban
meninggalkan dan menjual
miliknya yang selama ini dianggap berharga.
• Yesus tidak
memakai paksaan dan
kekerasan dalam mewartakan Kerajaan Allah. Walaupun
demikian, melalui perumpamaan pukat, di
akhir zaman, manusia akan diadili dan dipisahkan antara yang menerima dan
melakukan Kerajaan Allah dengan yang menolaknya
• Kerajaan baru bermakna
dan membangun hidup
kita bila kita mau mengosongkan diri, membongkar hidup kita yang lama,
meninggalkan apa yang selama dianggap paling baik dan berguna
bagi hidup, dan sepenuhnya
menerima Yesus sebagai Juru Selamat yang lebih berharga dari segala-galanya
dalam hidup.
Yohanes 11:17. 19-45
17 Maka ketika Yesus tiba, didapati-Nya Lazarus telah empat
hari berbaring di dalam kubur.
19 Di situ banyak orang Yahudi telah datang kepada Marta dan
Maria untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya.
20 Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi
mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah.
21 Maka kata Marta kepada Yesus: “Tuhan, sekiranya Engkau
ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.
22 Tetapi sekarang pun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan
kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya.”
23 Kata Yesus kepada Marta: “Saudaramu akan bangkit.”
24 Kata Marta kepada-Nya: “Aku tahu bahwa ia akan bangkit
pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman.”
25 Jawab Yesus: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa
percaya kepada- Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati,
26 dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku,
tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?”
27 Jawab Marta:
“Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah
Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.”
28 Dan sesudah berkata demikian ia pergi memanggil
saudaranya Maria dan berbisik kepadanya: “Guru ada di sana dan Ia memanggil
engkau.”
29 Mendengar itu Maria segera bangkit lalu pergi mendapatkan
Yesus.
30 Tetapi waktu itu Yesus belum sampai ke dalam kampung itu.
Ia masih berada di tempat Marta menjumpai Dia.
31 Ketika orang-orang Yahudi yang bersama-sama dengan Maria
di rumah itu untuk menghiburnya, melihat bahwa Maria segera bangkit dan pergi
ke luar, mereka mengikutinya, karena mereka menyangka bahwa ia pergi ke kubur
untuk meratap di situ.
32 Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia,
tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: “Tuhan, sekiranya
Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.”
33 Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang
Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat
terharu dan berkata:
34 “Di manakah dia kamu baringkan?” Jawab mereka: “Tuhan,
marilah dan lihatlah!”
35 Maka menangislah Yesus.
36 Kata orang-orang Yahudi: “Lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya!”
37 Tetapi beberapa orang di antaranya berkata: “Ia yang memelekkan mata orang buta, tidak
sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati?”
38 Maka masygullah pula hati Yesus, lalu Ia pergi ke kubur
itu. Kubur itu adalah sebuah gua yang ditutup dengan batu.
39 Kata Yesus: “Angkat batu itu!” Marta, saudara orang yang
meninggal itu, berkata kepada-Nya: “Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat
hari ia mati.”
40 Jawab Yesus: “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau
engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?”
41 Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke
atas dan berkata: “Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu,
karena Engkau telah mendengarkan Aku.
42 Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi
oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku
mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah
mengutus Aku.”
43 Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara
keras: “Lazarus, marilah ke luar!”
44 Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan
tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada
mereka: “Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi.”
45 Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat
Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya
kepada-Nya.
Penjelasan:
• Tindakan Yesus yang dikisahkan
diatas merupakan peristiwa mukjizat. Yesus membangkitkan Lazarus yang
sudah empat hari mati dan dikuburkan. Orang-orang Yahudi mempunyai keyakinan,
bahwa kuasa untuk membangkitkan orang mati hanya dimiliki Allah, karena
Allahlah yang berkuasa atas kehidupan dan kematian. Maka ketika Yesus mampu
melakukan itu, mereka heran.
• Injil Yohanes
hendak menegaskan, bahwa
mukjizat Yesus menjadi tanda
heran, yang membuat orang bertanya siapa gerangan yang memampukan Yesus
bisa melakukan hal itu? Bukankah hanya Allah yang bisa melakukannya? Kalau
demikian siapa Dia?
• Tanda
heran itu mengantar kepada iman akan Allah (bdk. Ayat 40). Bahkan
lebih dari itu, mereka
akhirnya percaya akan
Yesus sebagai Mesias utusan Bapa
(bandingkan Ayat 45). Karya keselamatan Allah
diwujudnyatakan dalam diri Yesus.
• Dengan
membangkitkan orang mati Yesus menunjukkan kepada dunia bahwa Allah berkuasa atas hidup dan
kematian manusia, dan bahwa Ia tidak akan membiarkan manusia dikungkung oleh
kematian, maka Ia membangkitkannya. Maka selayaknyalah manusia bersujud
syukur atas karya Allah tersebut.
CATATAN:
Tujuan sebuah perumpamaan:
1.
Dengan perumpamaan pendengar lebih mudah menangkap pesan yang ingin
disampaikan Yesus.
2.
Perumpamaan membuat orang tertantang untuk mencari dan menemukan pesan
yang berkaitan dengan Kerajaan Allah dan kedatangannya bagi manusia, arti
hidup, dan kselamatan.
3.
Perumpamaan tidak bersifat memaksa, melainkan orang bebas
menanggapinya.
4.
Melalui perumpamaan, Yesus ingin mengungkapkan kenyataan hidup yang
tersembunyi bagi indera manusiawi bahwa Allah manusia.
Kerajaan Allah bersifat
misteri: karena mencakup seluruh kekayaan realitas Allah dan berbagai realitas
manusia serta melampaui seluruh kemampuan berpikir manusia. Karena itu Kerajaan
Allah tidak cukup diungkapkan hanya dengan satu perumpamaan saja, melainkan
dengan banyak perumpamaan.
Perumpamaan Yesus mengenai
Kerajaan Allah mau menyampaikan hal-hal berikut:
1. Kerajaan
Allah sudah dekat: ketika Yesus berkeliling untuk mewartakan kabar baik
sebenarnya Kerajaan Allah mulai tampak ditengah umat manusia, (bdk. Luk
10:23-24). Contoh perumpamaan tentang Kerajaan Allah yang sudah dekat misalnya:
tentang Pohon Ara (Mrk. 13:28-32; Luk 12:57-58).
2. Kerajaan
Allah menuntut sikap pasrah/iman manusia kepada Allah: Kerajaan Allah menuntut
sikap iman manusia terhadap Allah. Artinya Allahlah yang menjadi harapan, biji
sesawi, sandaran, dan andalan bagi manusia. Berbeda dengan sikap Orang Farisi
yang terlalu mengandalkan kekuatan dirinya sendiri.
3. Kerajaan
Allah adalah suatu karunia: Kerajaan Allah adalah suatu karunia dari Allah. Dan
bukan jasa manusia. Hal itu Nampak dalam beberapa perumpamaan seperti: Benih
yang tumbuh (Mrk 4:26-29); ragi (Mat 13:33 dst); biji sesawi (Mat 13:31-32);
dan penabur (Mrk 4:1-9). Kerajaan Allah sebagai karunia Allah harus
diperjuangkan dan dikembangkan oleh manusia sebagai nilai yang paling tinggi
(bdk. Mat 13:44-46, tentang perumpamaan harta yang terpendam perdam mutiara
yang berharga).
Yesus Mewujudkan Kerajaan
Allah Dengan Mukjizat
Yesus mewartakan Kerajaan Allah tidak hanya dengan
sabdaNya tetapi juga melalui Mukjizat. Mukjizat adalah kejadian atau perbuatan luar biasa yang
bagi orang percaya menangkapnya sebagai pernyataan kuasa Allah Penyelamat.
Dengan Mukjizat, Allah menyatakan kekuasaan penyelamatanNya.
Muzijat yang dilakukan Yesus
menunjukkan :
1. Mukjizat
yang dilakukan Yesus dalam rangka pemberitaan Allah. Yesus tidak pernah
mengerjakan Mukjizat dengan tujuan menunjukkan kuasaNya. Dengan mengadakan Mukjizat
Yesus memperlihatkan bahwa Kerajaan Allah sudah datang dan akan mencapai
kepenuhannya pada akhir jaman.
2. Mukjizat
yang dilakukan Yesus mempunyai arti Mesias. Artinya Mukjizat itu mau
menunjukkan bahwa Yesus adalah mesias yang dinanti-nantikan. Dalam diri Yesus
genaplah nubuat para nabi tentang Mesias yang dijanjikan kepada leluhur Israel.
Melalui penyembuhan orang sakit, dan pengusiran roh-roh jahat menjadi nyata
bahwa zaman mesias sudah dimulai.
3. Mukjizat
Yesus menunjukkan solidaritas Allah
dengan manusia dalam segala situasi yang dialami manusia.
4. Mukjizat
Yesus menunjukkan bahwa Yesus tidak hanya menyampaikan kabar gembira,tetapi ia
sendirilah kabar gembira. Ia sendirilah keselamatan.
5. Mukjizat
Yesus menunjukkan kuasa Yesus atas alam, penyakit, setan, dan atas hidup
manusia.
6. Mukjizat
ialah perisiwa di mana manusia dalam penderitaan dan kedosaannya bertemu dan
mengalami kehadiran Allah secara luar biasa. Dengan demikian Mukjizat juga
memberi kesempatan kepada manusia untuk bertobat, percaya kepada Allah.
Menghayati Pewartaaan
Nilai-Nilai Kerajaan Allah yang dilakukan Yesus dalam Kehidupan Sehari-hari
Nilai-Nilai Duniawi dan
Nilai-Nilai Kerajaan Allah
Uang dan harta kekayaan
Siapa orangnya,
yang pada zaman sekarang ini tidak membutuhkan uang dan harta? Bahkan ada
sebagian orang berani mengorbankan kebersamaan dengan keluarganya, tetangganya
dan orang-orang yang dikasihinya demi
mengejar uang, mereka menggunakan
seluruh waktunya, bahkan dengan
menghalalkan segala cara untuk mengejar
dan mengumpulkan uang dan harta kekayaan. Demi uang dan harta
kekayaan, banyak orang lupa akan tugas mengembangkan imannya, mereka lupa
berdoa, mereka lupa berbagi, mereka lupa akan Tuhannya. Mereka menganggap
seolah-olah uang dapat menjamin segalanya.
Dalam Injil
Markus, (Markus 10: 24-25), Yesus pernah memperingatkan orang yang hidupnya
dikuasai nafsu akan uang dan harta kekayaan “Alangkah sukarnya orang yang
beruang masuk ke dalam
Kerajaan Allah.”, Yesus
mengulangi dan menegaskan sekali lagi “Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke
dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada
seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.”
Uang dan harta
kekayaan tentu saja perlu
untuk hidup, tetapi Yesus mengajak kita untuk tidak
diperbudak uang dan harta kekayaan.
Kekuasaan dan Jabatan
Siapa orangnya,
yang pada zaman sekarang tidak tergiur dengan kekuasaan dan jabatan.
Bahkan untuk
memperolehnya, banyak orang berani membayar mahal, banyak orang meminta bantuan
paranormal dan memenuhi berbagai syarat yang dimintanya.
Dengan kekuasaan
dan jabatan, banyak orang bisa mendapatkan segala yang diinginkannya.
Dengan kekuasaan
dan jabatan banyak orang merasa senang karena ditakuti, dihormati,
disanjung oleh orang lain.
Dengan kekuasaan
dan jabatan banyak orang merasa dapat memperlakukan orang lain sesuai dengan
keinginannya.
Sebagai Anak
Allah, Yesus mempunyai kuasa dan jabatan melebihi kuasa dan jabatan manusia,
bahkan lebih tinggi dari malaikat.
Tetapi semuanya
itu tidak Ia gunakan melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan
mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.(Filipi 2:7)
Harga Diri dan Kehormatan
Harga diri,
kehormatan atau gengsi tentu saja
penting bila ukurannya didasari kebenaran dan kelayakan serta diperoleh dengan
cara yang baik atas dasar tertentu, diri seseorang perlu dihargai, tidak boleh
dilecehkan, tidak boleh dihinakan.
Tetapi dalam
zaman sekarang ini harga diri, kehormatan
atau gengsi sering disalah artikan.
Banyak orang
mengukur harga diri dari apa yang dimilikinya: pangkat, kedudukan, harta bukan
atas dasar kepribadian, dan keteladanannya
Demi menjaga
harga diri, orang yang bersalah berani berbohong dan mengaku seolah-olah benar.
Demi menjaga
harga diri seorang pimpinan menimpakan
kesalahan pada bawahannya.
Demi menjaga
harga diri orang berani menjelekkan, atau merendahkan orang lain agar seolah
dirinyalah yang paling hebat.
Dalam pewartaan
tentang Kerajaan Allah, Yesus telah
mengingatkan: “….sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak
kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam kerajaan Surga” (Matius 18: 1-4).
Harga diri seseorang justru terletak pada kerendahan hatinya, yang mau bersikap
seperti anak kecil: polos, jujur, bersahaja, tidak menutup-nutupi kekurangan,
dan tidak membohongi diri sendiri dan orang lain.
Harga diri justru
terletak pada kesediaan berdiri sama tinggi duduk sama rendah dengan sesama,
hidup dalam kebersamaan tanpa sekat, tanpa merasa lebih baik atau lebih suci.
Yesus menunjukkan hal tersebut saat ia
makan bersama dengan orang berdosa, seperti dengan Lewi si pemungut cukai (Lukas 5: 29), dan menumpang di rumah
Zakeus (Lukas 19: 5-7)
Kasih
Kerajaan Allah
ditandai dengan kasih antar manusia, kasih yang tidak lagi dibatasi atas dasar
kesamaan suku, agama, ras, semata. Kasih yang diperjuangkan
Yesus adalah kasih yang universal dan terbuka, kasih yang juga tertuju pada
orang-orang yang memusuhi, menganiaya, memfitnah, atau menganiaya.
“Tetapi Aku berkata kepadamu: kasihilah musuhmu
dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Matius 5: 44). “Kasihilah
musuhmu, berbuatlah baik kepada orang
yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu, berdoalah
untuk orang yang mencaci kamu” (Lukas 6: 27-28). Model kasih yang diperjuangkan
Yesus itulah yang membuat komunitas kita
berbeda. “Dan jika kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu?
Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi
mereka” (Lukas 6: 32).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar