MEMBANGUN PERSAUDARAAN SEJATI MELALUI KERJA
SAMA ANTARUMAT BERAGAMA DAN KEPERCAYAAN LAIN
Kehidupan rukun dan damai
antar pemeluk agama menjadi dambaan seluruh masyarakat. Namun kehidupan rukun dan damai tersebut belum
dapat dinikmati sepenuhnya. Karena masih ada konflik yang bernuansa agama baik di dalam maupun di
luar negeri. Konflik ini terjadi antara lain karena orang sering kali menyalahgunakan agama untuk
kepentingan tertentu, misalnya
demi kekuasaan. Selain
itu, orang kurang mendalami agamanya dan kurang
memahami agama orang lain sehingga mudah diadu domba.
Dilihat dari fungsi-fungsi agama yaitu
mewartakan keselamatan, arti
hidup serta mengajarkan cara hidup yang
baik, maka sulit kita pahami bahwa ada kerusuhan dan bencana yang disebabkan
oleh agama. Hal itu dapat terjadi hanya kalau agama itu ditunggangi oleh
kepentingan lain atau tidak dipahami. Maka diharapkan supaya semua penganut
agama-agama menyadari fungsi agama yang sebenarnya dan berusaha untuk menjalin
kerja sama dalam persaudaraan yang sejati, karena cita-cita semua agama
sebenarnya sama, yaitu keselamatan manusia.
Dalam Kitab Suci kita dapat
menyaksikan bahwa semasa hidup-Nya, Yesus senantiasa menyapa dan bersahabat dengan siapa saja apa pun
keyakinan dan agamanya. Ia menyapa dan berdialog dengan wanita Samaria, menolong perwira
Romawi dari Kapernaum yang hambanya sakit serta mendengarkan permohonan wanita
Siro-Fenesia yang anak perempuannya kerasukan roh jahat. Yesus tidak
mempersoalkan agama tetapi belas
kasih dan persaudaraan.
Konsili Vatikan II dalam
dokumen Nostra Aetate Art. 1 dan 2 mengatakan bahwa kita hendaknya menghormati agama-agama dan
kepercayaan lain, sebab dalam agama-agama itu terdapat pula kebenaran dan keselamatan.
Kita hendaknya berusaha dan bersatu dalam persaudaraan yang sejati demi
keselamatan manusia dan bumi tempat tinggal kita ini.
Mendalami Masalah-masalah dalam kehidupan beragama
1) Berbagai
Fakta Kerusuhan Antarpemeluk Agama
a) Di
Irlandia Utara sering terjadi kerusuhan dan perang antara umat Katolik dan umat
Protestan. Kerusuhan ini sudah berlangsung sangat lama.
b) Di
Khasmir sering ada kerusuhan dan perang antara umat Hindu dan Islam.
c) Di
beberapa negara Timur Tengah hingga kini terjadi kekerasan terhadap
penganut-penganut agama kristen. Banyak umat kristen telah diusir atau dipaksa
masuk agama tertentu. Begitupun di Afrika sering terjadi kerusuhan
antar-pemeluk agama Kristen dan Islam.
d) Di Eropa
dan Amerika sering
terjadi intimidasi terhadap
agama minoritas (Islam).
e) Di
Tanah Air sudah sering terjadi kerusuhan antar-pemeluk agama, khususnya antara
umat Islam dan Kristen di beberapa tempat, baik dalam skala kecil maupun besar.
2)
Sebab-Sebab Kerusuhan Antarpemeluk Agama
Ada banyak
sebab terjadinya kerusuhan bernuansa agama, antara lain;
a)
Agama
sering diperalat atau ditunggangi demi kepentingan lain yang bersifat politis
dan ekonomis.
b)
Fanatisme
sempit karena kurang memahami agamanya sendiri dan agama orang lain.
c)
Merasa
posisi dan pengaruhnya terancam karena adanya agama lain. Merasa agama lain
sebagai saingan.
d)
Pencemaran
simbol-simbol agama oleh pemeluk agama lain. Hal ini sering membakar emosi
massa, karena agama sering diyakini sebagai benteng terakhir untuk menegakkan
martabat pribadi atau kelompoknya.
3)
Akibat Kerusuhan Antarpemeluk Agama
Kerusuhan
antar-pemeluk agama dapat terjadi sangat lama dan sangat kejam. Akibat dari
kerusuhan ini dapat sangat parah dan fatal, antara lain:
a)
Hilangnya
banyak nyawa secara sia-sia, bahkan nyawa orang- orang yang tidak berdosa.
b)
Terjadinya
gelombang pengungsian, sebab mereka takut dan sudah kehilangan segala-galanya.
c)
Hancurnya sarana-sarana
ibadat serta rumah-rumah
penduduk serta properti lainnya.
d)
Trauma yang
berkepanjangan bagi mereka
yang telah meng- alaminya.
e)
Kegiatan
baik ekonomi, pendidikan, maupun keagamaan terganggu sehingga menyengsarakan
masyarakat pada umumnya.
4)
Masalah-masalah mendasar dalam kehidupan agama
Berdasarkan masalah-masalah yang dikemukan di atas, maka
dapat dilihat tiga masalah pokok yang kiranya menjadi sumber permasalahan agama
sekarang ini yaitu, fanatisme, takhayul, dan fatalisme.
a) Fanatisme
• Fanatisme
adalah sikap yang hanya menonjolkan agamanya sendiri dengan kecenderungan
menghina agama lain dan mengurangi hak hidupnya. Fanatisme sering mengarah ke
dominasi politik dan cita-cita mendirikan negara agama. Sebab-sebab dari
fanatisme agama itu kompleks. Antara lain: kurang mengenal agama lain karena
hidup dalam daerah tertutup, pendidikan agama yang sempit dan defensif yang
mencari-cari kejelekan dari agama lain, rasa bangga yang berlebihan atas
kejayaan agamanya sendiri dengan tidak melihat kekurangan-kekurangan diri, rasa
takut akan kemajuan agama lain, dan lain-lain. Sebab-sebab ini umumnya kurang
disadari, sehingga fanatisme bisa sampai menutup diri sama sekali terhadap agama
lain, membabibuta dan bertahan lama sekali. Sebab yang utama dari fanatisme
agama adalah tidak adanya keyakian yang tenang, dewasa, realistis dan terbuka.
• Fanatisme
adalah sikap mental yang paling berbahaya untuk perkembangan pribadi, kesatuan
bangsa dan kerukunan internasional. Perkembangan pribadi dicekik, karena
fanatisme membelenggu orang-orang dalam
pandangan hidup yang tetap sama, statis, tertutup, sehingga
tidak ada evolusi dan perluasan pandangan yang sangat dibutuhkan untuk mencapai
kedewasaan akhlak. Fanatisme ini juga cenderung mencurigai hasil-hasil ilmu
pengetahuan dan dengan demikian menanam kebodohan.
• Sejarah
agama-agama besar banyak dinodai oleh fanatisme agama. Tak ada satu agama
besarpun yang bersih dalam hal ini. Perang-perang dashyat dicetuskan oleh
fanatisme. Misalnya, Perang Salib pada abad pertengahan, yang berkobar antara
bangsa-bangasa penganut agama Kristen dan Islam.
b) Takhayul
• Takhayul
adalah kepercayaan yang terlalu besar akan benda atau perayaan tertentu, untuk
dengan demikian mendapat bantuan dari Tuhan. Orang sebetulnya lebih percaya
akan benda atau perayaan tertentu daripada akan Tuhan sendiri. Takhayul
terutama merajalela dikalangan bangsa yang menganut agama primitif, yaitu
animisme. Manusia, hampir
selalu dengan perantaraan seorang
imam atau dukun, dengan perayaan- perayaan tertentu, seperti pengorbanan,
persembahan, penyiksaan, bertapa, matiraga, berusaha mencegah pengaruh roh-roh
jahat dan mendapat bantuan dari roh-roh yang baik.
• Tempat-tempat tertentu,
lebih-lebih kuburan dianggap keramat. Diambil tanah dari situ
untuk mendapatkan berkat. Atau sebaliknya tempat-tempat tertentu dianggap
angker. Orang-orang berpandangan bahwa tempat-tempat itu diduduki oleh roh-roh
jahat.
• Takhayul dapat
berkembang menuju ilmu
hitam jika ia bermaksud dengan bantuan dari roh-roh
merugikan sesama manusia, dimana ia mengabdikan Tuhan, atau kekuasaan
adikodrati untuk kepentingannya sendiri. Tuhan harus melayani kepentingan
manusia.
• Dengan perayaan
tertentu, misalnya dengan
mengucapkan mantera, ia seakan-akan
mau memaksa Tuhan
atau roh untuk melakukan sesuatu
baginya. Takhayul merusak iman yang sejati, menutup terhadap ilmu pengetahuan,
dan sering memboroskan uang.
• Tak
dapat disangkal bahwa takhayul di Indonesia, baik di kota maupun di daerah,
masih cukup kuat. Takhayul membelenggu jiwa dalam ketakutan.
c)
Fatalisme
• Fatalisme
adalah sikap mudah menyerah pada nasib. Sebab- sebabnya sering kali adalah
kekurangan tenaga dibantu oleh alasan-alasan religius. Nasib dianggap
ditakdirkan oleh Tuhan.
• Sikap fatalistis
mengakibatkan manusia kurang
berusaha menentang sengsara, terlalu mudah menghibur diri dengan
perayaan-perayaan keagamaan dan menantikan surga. Orang- orang fatalis
mempunyai pandangan tentang Tuhan yang picik dan paham yang tidak realistis
tentang dunia. Tuhan seakan- akan menakdirkan segala nasib buruk. Ia mudah lari
ke dalam impian idealistis. Misalnya, jika dalam perkawinan ada suatu
ketegangan, cepat diambil kesimpulan bahwa jodoh ini memang tidak ditakdirkan
oleh Tuhan, jadi baiknya diceraikan saja.
• Fatalisme di
Indonesia yang bercokol
di belakang topeng agama melumpuhkan daya tekun, kekuatan
untuk melawan rintangan-rintangan, dan jelas menghambat pembangunan nasional di
segala bidang.
Mendalami fungsi-fungsi agama
1) Dalam kerusuhan
yang bernuansa agama
itu, banyak orang
mulai mempertanyakan lagi apa sebenarnya fungsi agama. Bukankah semua
agama mengajarkan cinta kasih, kerukunan, dan persaudaraan yang sejati? Mengapa
justru kerusuhan bernuansa agama dapat terjadi dan sering berlangsung sangat
lama dan sangat kejam?
2)
Fungsi agama pada dasarnya adalah:
a) Mewartakan keselamatan. Semua agama mewartakan dan
menjanjikan keselamatan, bukan bencana. Karena mewartakan dan menjanjikan
keselamatan itulah, maka manusia memeluk suatu agama. Manusia mendambakan
keselamatan.
b) Mewartakan arti hidup. Agama-agama memberikan pandangan hidup dan meyakinkan
penganut-penganutnya untuk menghayati pandangan hidup itu. Agama memberi
jawaban atas pertanyaan hidup: dari mana asal hidup manusia, apa makna hidup
manusia, apa tujuan hidup manusia, dsb. Menghayati pandangan hidup menurut
agamanya akan membuat manusia bahagia dan selamat.
c) Mengajarkan cara hidup. Semua
agama mengajarkan kepada para penganutnya untuk hidup baik; hidup beretika dan
hidup bermoral; hidup yang baik akan membahagiakan dan menyelamatkan.
3) Dilihat
dari fungsi-fungsi agama itu, sebenarnya sulit dipahami bahwa ada kerusuhan dan bencana yang
disebabkan oleh agama. Hal itu dapat terjadi hanya kalau agama itu
ditunggangi oleh kepentingan lain atau tidak
dipahami. Maka, semua
penganut agama-agama diharapkan untuk menyadari fungsi agama yang sebenarnya dan berusaha
untuk menjalin kerja sama dalam persaudaraan yang sejati, karena cita-cita
semua agama sebenarnya sama, yaitu keselamatan manusia.
Ajaran Kitab Suci dan Ajaran Gereja tentang Membangun Persaudaraan
Antarpemeluk Agama
Injil
Lukas 10:25-37 : Orang Samaria yang murah hati
25 Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk
mencobai Yesus, katanya: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh
hidup yang kekal?" 26 Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang
tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" 27 Jawab
orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu,
dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." 28 Kata
Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan
hidup." 29 Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata
kepada Yesus: "Dan siapakah sesamaku manusia?" 30 Jawab
Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke
tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang
juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. 31
Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu,
tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. 32 Demikian juga seorang
Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari
seberang jalan. 33 Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam
perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya
oleh belas kasihan. 34 Ia pergi kepadanya lalu membalut
luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia
menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke
tempat penginapan dan merawatnya. 35 Keesokan harinya ia menyerahkan
dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika
kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. 36
Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama
manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" 37 Jawab
orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya."
Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"
Peneguhan
Sikap Yesus tegas dalam hal
membangun persaudaraan sejati tanpa mengenal latarbelakang, atau asal usul
seseorang. Hal itu tampak dalam perumpamaan tentang orang Samaria yang baik
hati. Orang Samaria itu sanggup menjadi sesama bagi orang lain yang menderita,
tanpa memandang asal-usul dan latar belakang hidupnya. Orang yang berbeda suku,
agama, cara beribadah, dan berbeda kebudayaannya ditolongnya, dikasihinya
sepenuh hati dengan segenap jiwa dan akal budinya. Itulah persaudaraan sejati.
Persaudaraan sejati antara manusia dan sesama makhluk Tuhan. Persaudaraan
sejati tidak dibatasi oleh ikatan darah, suku, atau agama. Setiap manusia siapa
pun dia sungguh harus dikasihi sebagai saudara dan sesama.
Menggali Ajaran Gereja
a) Nostra
Aetate art. 1
“Pada zaman kita bangsa manusia
semakin erat bersatu dan hubungan-hubungan antara pelbagai bangsa
berkembang. Gereja mempertimbangkan dengan lebih cermat, manakah hubungannya
dengan agama-agama bukan kristiani. Dalam tugasnya mengembangkan kesatuan dan
cinta kasih antarmanusia, bahkan antarbangsa, gereja disini terutama
mempertimbangkan manakah hal-hal yang pada umumnya terdapat pada bangsa
manusia, dan yang mendorong semua untuk bersama-sama menghadapi situasi
sekarang. Sebab semua bangsa
merupakan satu masyarakat,
mempunyai satu asal,
sebab Allah menghendaki segenap umat manusia mendiami seluruh muka bumi.
Semua juga mempunyai satu tujuan terakhir, yakni Allah, yang
penyelenggaraan-Nya, bukti-bukti kebaikan-Nya dan rencana penyelamatn-Nya
meliputi semua orang, sampai orang yang terpilih dipersatukan dalam Kota suci,
yang akan diterangi oleh kemuliaan Allah; di sana bangsa-bangsa akan berjalan
dalam cahaya-Nya...
b) Nostra
Aetate art. 2
“...Maka
Gereja mendorong para puteranya, supaya dengan bijaksana dan penuh kasih, melalui
dialog dan kerja sama dengan para penganut agama-agama lain, sambil memberi
kesaksian tentang iman serta perihidup
kristiani, mengakui, memelihara dan mengembangkan harta- kekayaan rohani dan
moral serta nilai-nilai sosio-budaya, yang terdapat pada mereka...”.
Peneguhan
1) Konsili
Vatikan II dalam dokumen Nostra Aetate Art. 1 dan 2 mengatakan bahwa kita
hendaknya menghormati
agama-agama dan kepercayaan lain, sebab dalam agama-agama itu terdapat
pula kebenaran dan keselamatan. kita hendaknya berusaha dan bersatu dalam persaudaraan sejati
demi keselamatan manusia dan bumi tempat tinggal kita.
2) Nostra
Aetate juga menegaskan bahwa setiap orang yang tidak mencintai sesamanya dan
tidak mau bersikap sebagai saudara dengan umat dari agama yang lain, maka ia
tidak mengenal Allah. Hal ini terinspirasi dari Injil.
3) Gereja
melalui dokumen ini ingin mengecam
segala bentuk diskriminasi berdasarkan keturunan atau warna kulit,
kondisi hidup atau agama, atau lainnya yang berlawanan dengan semangat Kristus.
Usaha-usaha kongkrit untuk Membangun Persaudaraan Sejati antar-Pemeluk Agama
dan Kepercayaan lain.
Dewasa ini dialog agama-agama
terasa amat kuat pengaruhnya. Pengaruhnya nyata tidak hanya dalam hidup Gereja
partikular Asia yang menganut pola masyarakat pluri-religius, melainkan juga
telah mewarnai Gereja
universal pada umumnya. Sebab gerakan dialog dengan agama-agama lain
telah, sedang dan pasti akan dirintis di mana-mana mulai dari tingkat yang
paling kecil yaitu keluarga, kampung, dan desa sampai tingkat yang lebih luas
nasional dan internasional.
a. Dialog Kehidupan
Dialog kehidupan diperuntukkan bagi semua orang dan sekaligus merupakan
level dialog yang paling mendasar. Sebab ciri kehidupan bersama sehari-hari
dalam masyarakat majemuk yang paling umum dan mendasar ialah ciri dialogis.
Kita sering hidup bersama dengan umat beragama lain dalam suatu lingkungan atau
daerah. Dalam hidup bersama itu, kita tentu berusaha untuk bertegur sapa,
bergaul, saling mendukung dan saling membantu satu sama lain. Hal itu dilakukan
bukan saja demi tuntutan sopan santun dan etika pergaulan, tetapi juga tuntutan
iman kita.
b. Dialog Karya
1) Dimaksudkan
dengan dialog karya adalah kerjasama yang lebih intens dan mendalam
dengan para pengikut
agama-agama lain. Sasaran yang hendak diraih jelas dan tegas,
yakni pembangunan manusia dan peningkatan martabat manusia. Bentuk dialog
semacam ini sekarang kerap berlangsung dalam kerangka kerjasama
organisasi-organisasi internasional, di mana orang-orang Kristen dan para
pengikut agama- agama lain bersama-sama menghadapi masalah-masalah dunia.
2) Dalam
hidup bersama dengan umat beragama lain, kita sering diajak dan didorong untuk
bekerja sama demi kepentingan bersama atau kepentingan yang lebih luas dan
luhur. Kita bekerja sama dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, kegiatan sosial
karitatif, kegiatan rekreatif, dan sebagainya. Dalam kegiatan-kegiatan seperti
itu, kita dapat lebih saling mengenal dan menghargai.
c. Dialog Pengalaman Iman
1) Dialog pengalaman
iman atau pengalaman
keagamaan merupakan dialog
tingkat tinggi. Dialog pengalaman iman dimaksudkan untuk saling memperkaya dan
memajukan penghayatan nilai-nilai tertinggi dan cita-cita rohani masing-masing
pribadi.
2) Dalam hidup
beriman, kita dapat
saling memperkaya, walaupun berbeda agama. Ada banyak ajaran
iman yang sama, ada banyak visi dan misi agama yang sama. Lebih dari itu, semua
orang ternyata mempunyai perjuangan yang sama dalam menghayati ajaran imannya,
dan dalam hal ini kita dapat saling belajar, saling meneguhkan, dan saling memperkaya.
3) Kita
dapat memperoleh banyak hal dari apa yang kita pelajari dari agama Islam,
Hindu, Buddha, Khonghucu, Aliran Kepercayaan dan agama asli, yaitu:
·
Dari agama Islam, kita dapat belajar sikap
pasrah, kepercayaan yang teguh pada Allah Yang Maha Esa, ketekunan dalam berdoa
secara teratur, dan sikap tegar menolak kemaksiatan.
·
Dari agama Hindu dan Buddha (juga Aliran
Kepercayaan), kita dapat belajar, misalnya, tentang penekanan pada hal-hal
batin. Agama Hindu dan Buddha (demikian juga agama-agama orientalis
lainnya) sangat menekankan
doa batin, meditasi,
konteplasi. Yoga dan berbagai seni bermeditasi lainnya sangat disukai
dan dipraktekkan di seluruh dunia.
·
Dari agama Konghucu (juga agama Buddha), kita
dapat belajar tentang penekanan dan penghayatan umatnya pada hidup moral dan
perilaku. Mereka sangat menekankan praktek hidup yang baik. Agama Konghucu dan
agama Buddha adalah agama moral.
·
Dari
Aliran Kepercayaan dan
agama asli, kita
dapat belajar tentang kedekatan
mereka pada alam lingkungan hidup. Agama asli percaya akan keharmonisan seluruh
kosmis. Ada mata rantai kehidupan yang melingkupi seluruh alam raya, yang tidak
boleh dirusakkan. Maka, umat agama asli selalu membuat upacara sebelum mereka
mengolah tanah atau menebang pohon, semacam tindakan minta izin kepada sesama
saudara sekehidupan. Dalam gerakan melestarikan ekologi saat ini rupanya kita
perlukan menimba inspirasi dari agama asli ini.
d. Sikap-sikap yang perlu kita
miliki
1) Bersikap
dewasa, kritis, agar agama tidak diperalat demi kepentingan politik dan
ekonomi.
2) Menjauhkan
diri dari setiap provokasi yang muncul dari fanatisme buta.
3) Berani mencegah
terjadinya pencemaran terhadap
simbol-simbol agama mana pun.
PERTANYAAN:
1. Apa
makna yang dapat kita gali dari Injil Lukas 10:25-37?
2. Semua penganut
agama-agama diharapkan untuk menyadari
fungsi agama yang sebenarnya dan berusaha untuk menjalin kerja sama dalam
persaudaraan yang sejati. Sebutkan tiga fungsi agama berkaitan dengan hal
tersebut! Jelaskan masing-masing!
3. Apa
saja sikap-sikap yang perlu kita miliki untuk membangun persaudaraan sejati antar-pemeluk
agama dan kepercayaan lain?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar