GAMBARAN TENTANG KERAJAAN ALLAH PADA ZAMAN
YESUS
Pada saat Yesus memulai misi
mewartakan Kerajaan Allah, bangsa Yahudi hidup di bawah penjajahan bangsa Romawi.
Selain ditindas oleh para penjajah, mereka juga ditindas oleh bangsa sendiri, terutama
oleh raja-raja boneka yang
diangkat oleh para penjajah.
Situasi tersebut menyebabkan:
·
kemiskinan semakin meluas,
·
korupsi dan kriminalitas semakin banyak, dan
· munculnya kelompok-kelompok masyarakat yang
memanfaatkan situasi tersebut demi
kepentingan kelompoknya.
Dalam situasi tertindas
seperti itu, muncullah
tokoh-tokoh yang menawarkan diri
sebagai seorang pemimpin dengan mengusung paham masing- masing tentang impian masyarakat yang
ideal. Perbedaan paham ini menyebabkan impian mereka tentang kondisi masyarakat yang ideal
terpecah-pecah, sehingga dengan mudah dapat dipatahkan oleh penjajah.
a.
Mendalami
Pewartaan Yesus tentang Kerajaan Allah dalam konteks Masyarakat Yahudi pada
Zaman-Nya
Latar
Belakang Kehidupan Masyarakat pada Zaman Yesus
Untuk memahami Kerajaan Allah
yang diwartakan dan diperjuangkan oleh Yesus, alangkah baiknya jika kita memahami situasi zaman Yesus
yang meliputi latar belakang geografis, politik, ekonomi, sosial, dan
religiusnya. Hal itu perlu karena warta Kerajaan Allah yang diperjuangkan oleh
Yesus tidak dapat lepas dari situasi-situasi yang terjadi dan melingkupi
kehidupan bangsa Israel.
1.
Keadaan
Geografis
Pada abad
pertama masehi “tanah Israel” secara resmi disebut Yudea. Akan tetapi sesudah
perang Yahudi tahun 135 disebut “Siria-Palestina”, lalu menjadi “Palestina”. Palestina pada zaman Yesus
meliputi beberapa wilayah, yaitu Yudea, Samaria, dan Galilea. Wilayah Yudea terletak di Palestina Selatan dan
merupakan daerah pegunungan yang
terletak di sekitar Yerusalem dan Bait Allah. Lahan daerah ini gersang dan kering. Di sini
dibudidayakan buah zaitun dan lain-lain, sedangkan peternakan kambing dan domba
merupakan kegiatan yang tersebar luas.
Wilayah Samaria terletak di Palestina
bagian tengah. Daerah itu dihuni
oleh orang-orang Samaria, yang
menurut keyakinan orang Yahudi dianggap bukan Yahudi asli,
melainkan sudah keturunan campuran
antara orang Yahudi dan bangsa kafir. Orang-orang Samaria tidak
diperbolehkan merayakan ibadat di Bait Allah di Yerusalem. Itulah sebabnya
mereka mempunyai tempat ibadat dan upacara sendiri.
Wilayah
yang ketiga adalah Galilea
yang terletak di Palestina bagian Utara. Di Galilea inilah terdapat desa Nazaret, tempat tinggal Yesus.
Daerah ini merupakan bentangan lahan yang subur dan
merupakan tanah yang luas untuk
tanaman gandum dan jagung atau
peternakan besar. Di daerah ini terdapat rute perdagangan dari Damsyik menuju
ke Laut, dan dari Damsyik menuju ke Yerusalem. Pedagang-pedagang asing
berpengaruh besar di daerah ini. Di daerah ini terdapat danau Galilea
(Tiberias) yang merupakan salah satu sumber hidup bagi masyarakat.
2. Keadaan Ekonomi
Penduduk Palestina
pada zaman Yesus berjumlah kurang
lebih 500.000 jiwa dan penduduk kota Yerusalem 300.000 jiwa. Dari jumlah
penduduk itu terdapat 18.000 orang imam dan Lewi, 6.000 orang Farisi, dan 4.000
orang Eseni. Dengan keluarga mereka, kelompok-kelompok tersebut mencakup 20%
dari seluruh penduduk.
Penduduk desa umumnya
memiliki lahan-lahan kecil
pertanian. Sebagian besar
tanah dikuasai oleh para tuan
tanah yang tinggal di kota.
Lahan-lahan itu digunakan untuk menanam gandum, jagung, dan peternakan yang besar. Rakyat kebanyakan menjadi
penggarap atau gembala. Selain
para petani dan gembala, masih terdapat pengrajin- pengrajin kecil yang umumnya
melakukam perdagangan dengan sistem barter.
Di
kota-kota terdapat tiga sektor ekonomi: pertama, para pengrajin tekstil,
makanan, wangi-wangian, dan perhiasan; kedua, mereka yang bekerja di bidang
konstruksi; ketiga, para pedagang (baik besar maupun kecil).
Sebagian besar penduduk
Palestina adalah rakyat kecil yang keadaan ekonominya cukup parah, karena
penghasilan mereka terlalu kecil. Situasi seperti itu masih diperparah
Iagi dengan beban berbagai pajak dan
pungutan untuk pemerintah,
untuk angkatan perang
Romawi, untuk para aristokrat setempat, dan untuk Bait Allah. Konon
pajak dan pungutan itu mencapai 40% dari penghasilan rakyat.
3.
Keadaan
Politik
Enam abad
sebelum Yesus, Palestina selalu
berada di bawah penjajahan Kerajaan Persia (538
- 332 SM), Yunani (332 - 62/50 SM) dan kekaisaran Romawi (62/50 SM sampai zaman
kekristenan Sesudah Masehi). Secara internal masyarakat Palestina dikuasai oleh
raja-raja dan pejabat-pejabat “boneka” yang ditunjuk oleh penguasa Roma. Di
samping pejabat-pejabat “boneka” ini masih ada tuan-tuan tanah yang kaya raya
dan kaum
rohaniwan kelas tinggi yang suka
menindas rakyat demi kepentingan dan
kedudukan mereka. Golongan-golongan ini senantiasa memihak penjajah, supaya
mereka tidak kehilangan hak istimewa dan nama baik di mata penjajah, karena
penguasa Roma memiliki kekuasaan untuk mencabut hak milik seseorang.
Struktur kekuasaan dapat digambarkan
secara piramidal dengan
puncak kekuasaan politik
adalah prokurator
Yudea (ia harus orang Romawi) dan berwenang menunjuk Imam Agung yang dipilih
dari empat kalangan keluarga yang
mempunyai pengaruh di
dalam masyarakat waktu itu. Di Yudea, Imam Agung berperan secara
politis sebagai raja selain sebagai pemimpin
agama. Di Galilea, kekuasaan dipegang oleh raja Herodes Antipas, yang
juga “boneka” Roma.
Selain itu
ada pejabat-pejabat yang
menjadi perantara yang ditunjuk langsung
oleh penguasa Romawi dan
pada umumnva diambil
dari kalangan sesepuh
Sanhedrin (Majelis/Mahkamah Agama) serta majelis rendah yang diambil dari kelas
bawah.
4.
Keadaan
Sosial Budaya
Masyarakat
Palestina terbagi dalam kelas-kelas. Di daerah pedesaan terdapat tiga kelas, yaitu: tuan tanah; pemilik tanah kecil dan perajin; kaum buruh dan budak. Di daerah perkotaan
terdapat tiga lapisan juga: lapisan yang tertinggi yaitu kaum aristokrat yang
terdiri atas para imam, pedagang-pedagang besar, dan pejabat-pejabat tinggi; lapisan menengah bawah
yang terdiri atas para perajin, pejabat-pejabat rendah, awam atau imam, dan
kaum Lewi; dan lapisan
yang paling bawah, terdapat kaum buruh.
Selain itu
masih terdapat kaum
proletar marjinal yang tidak terintegrasi dalam kegiatan ekonomi, yang
terdiri atas orang-orang
yang dikucilkan oleh masyarakat karena suatu sebab yang bukan ekonomis.
Mereka itu misalnya: para pendosa publik seperti: pelacur dan pemungut cukai,
penderita kusta yang menurut keyakinan orang Yahudi disebabkan oleh dosa si
penderita atau dosa orang
tuanya. Menurut pandangan orang
Yahudi, dosa juga dapat berjangkit seperti kuman penyakit. Oleh sebab itu,
orang “baik-baik” sebaiknya tidak bergaul dengan orang-orang berdosa, supaya
tidak tertulari dosanya.
Selain
kelas-kelas sosial di atas, pada masyarakat Palestina terdapat pula berbagai diskriminasi, antara lain: diskriminasi rasial,
diskriminasi seksual (perendahan martabat perempuan), diskriminasi dalam
pekerjaan, diskriminasi terhadap anak-anak, dan diskriminasi terhadap orang
yang menderita.
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa kebanyakan rakyat Palestina pada zaman Yesus
sangat tertindas baik secara politis, sosial, ekonomi, maupun religius keagamaannya. Oleh karena itu kita
perlu menyadari, mengapa orang Yahudi kebanyakan sangat mendambakan kedatangan
sang Pembebas, yang mereka beri gelar Mesias.
5.
Dari
Segi Religius Keagamaan
Hukum Taurat sangat
mewarnai hidup religius orang-orang Yahudi. Kaum Farisi dan para imam, misalnya, berusaha
menjaga warisan dan jati diri Yahudi. Mereka menyoroti ketaatan pada setiap pasal hukum. Bagi
mereka, menjadi umat Allah berarti ketaatan yang ketat pada setiap detail
hukum. Mereka berusaha menerapkan hukum pada setiap keadaan hidupnya.
Mereka
sangat memilih-milih dalam ketaatan mereka, yaitu Hukum Taurat yang memusatkan
perhatiannya pada peraturan-peraturan ritual dan ibadah keagamaan. Orang-orang
Farisi gemar memperluas
tuntutan- tuntutan kebersihan yang berlaku bagi para imam ke seluruh masyarakat
Yahudi. Mereka menafsirkan dan kadang-kadang memanipulasi Hukum Taurat demi kepentingan mereka
sendiri, sehingga sering mendatangkan beban yang tidak tertahankan bagi
rakyat kecil. Mereka ingin mengaku diri sebagai umat Allah, sehingga Allah
dengan sendirinya akan melakukan apa yang tidak mampu mereka lakukan sendiri.
Tuhan akan membawa keadilan hukum dalam masyarakat dan akan membebaskan tanah
terjanji dari orang-orang kafir.
Dalam
masyarakat Yahudi, fungsi
religius melampaui jangkauan kehidupan
beragama. Fungsi ini juga merambah dalam bidang lain seperti ekonomi, sosial, dan politik.
Itulah sebabnya tidak mungkin bertindak dalam bidang agama tanpa sekaligus
bertindak di bidang lainnya. Contoh: bila
Yesus membela kaum miskin,
kita harus mengetahui
siapakah yang disebut kaum miskin di Palestina pada waktu itu. Demikian
juga perlawanan Yesus terhadap kaum Saduki dan Farisi tidak boleh diartikan
sebagai pertentangan dalam konsep keagamaan saja. Begitu juga pilihan para
rasul mempunyai arti simbolis dalam hal seperti itu sebenarnya menjadi gejala
umum. Ketika suatu bangsa tertindas, hampir sebagian besar orang
merindukan kedatangan tokoh yang dapat
membebaskan rakyat dari jeratan penindasan itu. Untuk itu, gambaran situasi dan
latar belakang ketika Yesus mewartakan Kerajaan Allah sangat mempengaruhi
perkembangan, begitu juga tekanan, gugatan,
dan halangan tentang bagaimana perjuangan-Nya itu.
b.
Paham
Kerajaan Allah dalam Masyarakat Yahudi Zaman Yesus
Konteks dan latar belakang situasi yang ada dalam
masyarakat sebagaimana diuraikan
di atas, secara langsung maupun tidak
langsung berdampak pada munculnya
berbagai paham Kerajaan Allah pada zaman Yesus. Paham Kerajaan Allah itu
dipengaruhi oleh paham
kelompok tertentu, budaya, dan kepentingan tertentu juga. Dan inilah
beberapa paham Kerajaan Allah yang muncul ke permukaan:
·
Paham
Kerajaan Allah bersifat nasionalistis
Kaum Zelot
adalah sekelompok orang Israel/Yahudi yang tidak suka negaranya dijajah oleh
Romawi, kaum kafir, karena alasan keagamaan. Sehingga mereka selalu berusaha
memberontak untuk mengusir kaum penjajah dan membebaskan diri dari penjajahan
Romawi, agar mereka tidak ditindas oleh kaum kafir. Mereka memiliki harapan bahwa perjuangan mereka akan
memperoleh kemenangan dengan kedatangan sang Mesias yang akan mewujudkan
Kerajaan Allah, yaitu Kerajaan Israel yang merdeka dan bebas dari penjajahan
Romawi, bebas dari penjajahan kaum kafir.
•
Paham
Kerajaan Allah bersifat Apokaliptik
Kelompok
ini adalah orang-orang yang amat menantikan datangnya akhir zaman, untuk memahami zaman yang sudah
rusak ini, sehingga muncullah zaman baru. Aliran ini percaya akan datangnya penghakiman Allah yang
sudah dekat, karena dunia ini sudah jahat dan akan digantikan oleh dunia baru.
Penghakiman
itu akan dilaksanakan oleh Allah melalui utusan-Nya yaitu Mesias. Dalam dunia
baru itu, yang hidupnya baik akan dianugerahi kebakaan dan yang hidupnya jahat
akan dihukum. Menurut aliran itu, Kerajaan Allah adalah sebuah kenyataan yang akan menjadi kenyataan pada
akhir zaman. Dunia ini atau zaman ini sudah terlalu jahat dan jelek.
Setelah zaman yang jahat ini lenyap dibinasakan oleh Allah, maka Kerajaan Allah
akan menjadi kenyataan di bumi, selanjutnya langit dan bumi baru yang
dijanjikan Allah akan muncul.
•
Paham
Kerajaan Allah bersifat legalistik
Para rabi
adalah sekelompok orang Israel yang berkedudukan sebagai pengajar (guru).
Menurut pandangan para rabi, Allah sekarang sudah meraja secara
hukum, sedangkan di akhir zaman Allah akan menyatakan kekuasaan-Nya sebagai
raja semesta alam dengan menghakimi segala bangsa. Bangsa Israel
dikuasai oleh orang-orang
kafir (dijajah oleh bangsa Romawi
yang dianggap kafir) akibat dari
dosa-dosanya. Jika bangsa Israel melaksanakan Hukum Taurat dengan benar,
maka penjajah akan dapat dikalahkan. Oleh karena itu, mereka yang sekarang taat
pada hukum Taurat sudah menjadi warga Kerajaan Allah. Tetapi, jika tidak
melaksanakan Hukum Taurat, maka bangsa Israel akan terus dijajah dan
diperintah oleh kaum kafir.
Demikian paham tentang
Kerajaan Allah yang dimiliki oleh beberapa kaum atau kelompok yang kuat dan saat
itu berpengaruh dalam kebudayaan Israel.
c.
Perhatikan
kutipan Kitab Suci, berikut:
Lukas
10:1-11
1 Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid
yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan
tempat yang hendak dikunjungi-Nya. 2 Kata-Nya kepada mereka: “Tuaian
memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang
empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. 3 Pergilah,
sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah- tengah serigala. 4
Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi
salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. 5 Kalau kamu memasuki
suatu rumah, katakanlah
lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. 6 Dan jikalau
di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan
tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. 7 Tinggallah
dalam rumah itu, makan dan minumlah
apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat
upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. 8 Dan jikalau kamu masuk
ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan
kepadamu, 9 dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan
katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu. 10 Tetapi
jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu tidak diterima di situ,
pergilah ke jalan-jalan raya kota itu dan serukanlah: 11 Juga debu
kotamu yang melekat pada kaki kami, kami kebaskan di depanmu; tetapi ketahuilah
ini: Kerajaan Allah sudah dekat.
Paham Kerajaan Allah dalam
Pewartaan Yesus
Mewartakan dan mewujudkan
Kerajaan Allah merupakan misi kedatangan Yesus ke dunia. Berkali-kali Yesus
menegaskan: “Kerajaan Allah sudah dekat”.
Dalam pewartaan-Nya Yesus menekankan
bahwa Kerajaan Allah adalah situasi di mana Allah merajai hidup manusia. Allah meraja, terutama dalam diri
Yesus, terutama melalui Sabda dan tindakan-Nya, dan akan mencapai
kepenuhan-Nya pada akhir zaman. Sabda
dan perbuatan Yesus menyatakan bahwa
Kerajaan Allah sudah datang.
• Kerajaan Allah
adalah Allah
yang meraja atau
memerintah. Oleh karena
itu, manusia harus mengakui kekuasaan Allah dan menyerahkan diri (percaya) kepada-Nya, sehingga terciptalah kebenaran,
keadilan, kesejahteraan, dan kedamaian.
• Kerajaan
Allah yang diwartakan oleh Yesus akan mencapai kepenuhannya pada akhir zaman. Di akhir zaman
itulah, Allah benar-benar akan meraja. Dalam rangka ini, Kerajaan Allah terkait
dengan penghakiman terakhir dan ukuran penghakiman adalah
tindakan kasih. Mereka yang melaksanakan tindakan
kasih masuk ke dalam Kerajaan Allah (bandingkan Matius 25: 31-45).
• Kerajaan
Allah yang mencapai kepenuhannya pada akhir zaman itu kini sudah dekat, bahkan sudah datang
dalam sabda dan karya Yesus. Tuhan memberikan tanda-tanda alam, sebagai
salah satu tanda kehadiranNya. Oleh karena itu, orang harus menanggapinya
dengan bertobat dan percaya kepada warta yang dibawa oleh Yesus (Injil).
• Kerajaan
Allah adalah kabar mengenai
masa depan dunia, di mana yang miskin tidak lagi miskin, yang lapar akan dipuaskan, yang tertindas
tidak akan menderita lagi, yang tertawan
akan dibebaskan. Namun,
untuk mencapai masa depan yang demikian perlu perjuangan. Itulah
sebabnya, Yesus terus-menerus
berjuang supaya hal itu
benar-benar terwujud. Selama
hidup-Nya Yesus terus-menerus berjuang supaya hal itu benar- benar terwujud.
• Perjuangan Yesus itu belum
selesai, Yesus memberi tugas
kepada para pengikut-Nya untuk melanjutkan perjuangan itu, agar Allah sungguh-sungguh
meraja.
Pertanyaan:
1. Sebutkan
dan jelaskan secara singkat paham-paham Kerajaan Allah dalam masyarakat Yahudi pada
zaman Yesus!
2. Bagaimanakah
paham Kerajaan Allah menurut Yesus?