Cari Blog Ini

Kamis, 04 Februari 2021

MEMBANGUN PERSAUDARAAN SEJATI MELALUI KERJA SAMA ANTARUMAT BERAGAMA DAN KEPERCAYAAN LAIN

 

MEMBANGUN PERSAUDARAAN SEJATI MELALUI KERJA SAMA ANTARUMAT BERAGAMA DAN KEPERCAYAAN LAIN

 

Kehidupan rukun dan damai antar pemeluk agama menjadi dambaan seluruh masyarakat. Namun kehidupan rukun dan damai tersebut belum dapat dinikmati sepenuhnya. Karena masih ada konflik yang bernuansa agama baik di dalam maupun di luar negeri. Konflik ini terjadi antara lain karena orang sering kali menyalahgunakan agama  untuk  kepentingan  tertentu,  misalnya  demi  kekuasaan.  Selain  itu,  orang kurang mendalami agamanya dan kurang memahami agama orang lain sehingga mudah diadu domba.

 

Dilihat dari fungsi-fungsi agama yaitu mewartakan keselamatan, arti hidup serta mengajarkan cara hidup  yang baik, maka sulit kita pahami bahwa ada kerusuhan dan bencana yang disebabkan oleh agama. Hal itu dapat terjadi hanya kalau agama itu ditunggangi oleh kepentingan lain atau tidak dipahami. Maka diharapkan supaya semua penganut agama-agama menyadari fungsi agama yang sebenarnya dan berusaha untuk menjalin kerja sama dalam persaudaraan yang sejati, karena cita-cita semua agama sebenarnya sama, yaitu keselamatan manusia.

 

Dalam Kitab Suci kita dapat menyaksikan bahwa semasa hidup-Nya, Yesus senantiasa menyapa dan bersahabat dengan siapa saja apa pun keyakinan dan agamanya. Ia menyapa dan berdialog dengan wanita Samaria, menolong perwira Romawi dari Kapernaum yang hambanya sakit serta mendengarkan permohonan wanita Siro-Fenesia yang anak perempuannya kerasukan roh jahat. Yesus tidak mempersoalkan agama tetapi belas kasih dan persaudaraan.

 

Konsili Vatikan II dalam dokumen Nostra Aetate Art. 1 dan 2 mengatakan bahwa kita hendaknya menghormati agama-agama dan kepercayaan lain, sebab dalam agama-agama itu terdapat pula kebenaran dan keselamatan. Kita hendaknya berusaha dan bersatu dalam persaudaraan yang sejati demi keselamatan manusia dan bumi tempat tinggal kita ini.

 

Mendalami Masalah-masalah dalam kehidupan beragama

1)    Berbagai Fakta Kerusuhan Antarpemeluk Agama

a)    Di Irlandia Utara sering terjadi kerusuhan dan perang antara umat Katolik dan umat Protestan. Kerusuhan ini sudah berlangsung sangat  lama.

b)    Di Khasmir sering ada kerusuhan dan perang antara umat Hindu dan Islam.

c)     Di beberapa negara Timur Tengah hingga kini terjadi kekerasan terhadap penganut-penganut agama kristen. Banyak umat kristen telah diusir atau dipaksa masuk agama tertentu. Begitupun di Afrika sering terjadi kerusuhan antar-pemeluk agama Kristen dan Islam.

d)    Di  Eropa  dan  Amerika  sering  terjadi  intimidasi  terhadap  agama  minoritas (Islam).

e)    Di Tanah Air sudah sering terjadi kerusuhan antar-pemeluk agama, khususnya antara umat Islam dan Kristen di beberapa tempat, baik dalam skala kecil maupun besar.

 

2)    Sebab-Sebab Kerusuhan Antarpemeluk Agama

Ada banyak sebab terjadinya kerusuhan bernuansa agama, antara lain;

a)    Agama sering diperalat atau ditunggangi demi kepentingan lain yang bersifat politis dan ekonomis.

b)    Fanatisme sempit karena kurang memahami agamanya sendiri dan agama orang lain.

c)     Merasa posisi dan pengaruhnya terancam karena adanya agama lain. Merasa agama lain sebagai saingan.

d)    Pencemaran simbol-simbol agama oleh pemeluk agama lain. Hal ini sering membakar emosi massa, karena agama sering diyakini sebagai benteng terakhir untuk menegakkan martabat pribadi atau kelompoknya.

 

3)    Akibat Kerusuhan Antarpemeluk Agama

Kerusuhan antar-pemeluk agama dapat terjadi sangat lama dan sangat kejam. Akibat dari kerusuhan ini dapat sangat parah dan fatal, antara lain:

a)    Hilangnya banyak nyawa secara sia-sia, bahkan nyawa orang- orang yang tidak berdosa.

b)    Terjadinya gelombang pengungsian, sebab mereka takut dan sudah kehilangan segala-galanya.

c)     Hancurnya  sarana-sarana  ibadat  serta  rumah-rumah  penduduk serta properti lainnya.

d)    Trauma  yang  berkepanjangan  bagi  mereka  yang  telah  meng- alaminya.

e)    Kegiatan baik ekonomi, pendidikan, maupun keagamaan terganggu sehingga menyengsarakan masyarakat pada umumnya.

 

4)    Masalah-masalah mendasar dalam kehidupan agama

Berdasarkan   masalah-masalah yang dikemukan di atas, maka dapat dilihat tiga masalah pokok yang kiranya menjadi sumber permasalahan agama sekarang ini yaitu, fanatisme, takhayul, dan fatalisme.

a)  Fanatisme

      Fanatisme adalah sikap yang hanya menonjolkan agamanya sendiri dengan kecenderungan menghina agama lain dan mengurangi hak hidupnya. Fanatisme sering mengarah ke dominasi politik dan cita-cita mendirikan negara agama. Sebab-sebab dari fanatisme agama itu kompleks. Antara lain: kurang mengenal agama lain karena hidup dalam daerah tertutup, pendidikan agama yang sempit dan defensif yang mencari-cari kejelekan dari agama lain, rasa bangga yang berlebihan atas kejayaan agamanya sendiri dengan tidak melihat kekurangan-kekurangan diri, rasa takut akan kemajuan agama lain, dan lain-lain. Sebab-sebab ini umumnya kurang disadari, sehingga fanatisme bisa sampai menutup diri sama sekali terhadap agama lain, membabibuta dan bertahan lama sekali. Sebab yang utama dari fanatisme agama adalah tidak adanya keyakian yang tenang, dewasa, realistis dan terbuka.

      Fanatisme adalah sikap mental yang paling berbahaya untuk perkembangan pribadi, kesatuan bangsa dan kerukunan internasional. Perkembangan pribadi dicekik, karena fanatisme membelenggu  orang-orang  dalam  pandangan  hidup  yang tetap sama, statis, tertutup, sehingga tidak ada evolusi dan perluasan pandangan yang sangat dibutuhkan untuk mencapai kedewasaan akhlak. Fanatisme ini juga cenderung mencurigai hasil-hasil ilmu pengetahuan dan dengan demikian menanam kebodohan.

      Sejarah agama-agama besar banyak dinodai oleh fanatisme agama. Tak ada satu agama besarpun yang bersih dalam hal ini. Perang-perang dashyat dicetuskan oleh fanatisme. Misalnya, Perang Salib pada abad pertengahan, yang berkobar antara bangsa-bangasa penganut agama Kristen dan Islam.

b)  Takhayul

      Takhayul adalah kepercayaan yang terlalu besar akan benda atau perayaan tertentu, untuk dengan demikian mendapat bantuan dari Tuhan. Orang sebetulnya lebih percaya akan benda atau perayaan tertentu daripada akan Tuhan sendiri. Takhayul terutama merajalela dikalangan bangsa yang menganut agama primitif,  yaitu  animisme.  Manusia,  hampir  selalu  dengan perantaraan seorang imam atau dukun, dengan perayaan- perayaan tertentu, seperti pengorbanan, persembahan, penyiksaan, bertapa, matiraga, berusaha mencegah pengaruh roh-roh jahat dan mendapat bantuan dari roh-roh yang baik.

      Tempat-tempat    tertentu,    lebih-lebih    kuburan    dianggap keramat. Diambil tanah dari situ untuk mendapatkan berkat. Atau sebaliknya tempat-tempat tertentu dianggap angker. Orang-orang berpandangan bahwa tempat-tempat itu diduduki oleh roh-roh jahat.

      Takhayul  dapat  berkembang  menuju  ilmu  hitam  jika  ia bermaksud dengan bantuan dari roh-roh merugikan sesama manusia, dimana ia mengabdikan Tuhan, atau kekuasaan adikodrati untuk kepentingannya sendiri. Tuhan harus melayani kepentingan manusia.

      Dengan  perayaan  tertentu,  misalnya  dengan  mengucapkan mantera,  ia  seakan-akan  mau  memaksa  Tuhan  atau  roh untuk melakukan sesuatu baginya. Takhayul merusak iman yang sejati, menutup terhadap ilmu pengetahuan, dan sering memboroskan uang.

      Tak dapat disangkal bahwa takhayul di Indonesia, baik di kota maupun di daerah, masih cukup kuat. Takhayul membelenggu jiwa dalam ketakutan.

c)   Fatalisme

      Fatalisme adalah sikap mudah menyerah pada nasib. Sebab- sebabnya sering kali adalah kekurangan tenaga dibantu oleh alasan-alasan religius. Nasib dianggap ditakdirkan oleh Tuhan.

      Sikap  fatalistis  mengakibatkan  manusia  kurang  berusaha menentang sengsara, terlalu mudah menghibur diri dengan perayaan-perayaan keagamaan dan menantikan surga. Orang- orang fatalis mempunyai pandangan tentang Tuhan yang picik dan paham yang tidak realistis tentang dunia. Tuhan seakan- akan menakdirkan segala nasib buruk. Ia mudah lari ke dalam impian idealistis. Misalnya, jika dalam perkawinan ada suatu ketegangan, cepat diambil kesimpulan bahwa jodoh ini memang tidak ditakdirkan oleh Tuhan, jadi baiknya diceraikan saja.

      Fatalisme  di  Indonesia  yang  bercokol  di  belakang  topeng agama melumpuhkan daya tekun, kekuatan untuk melawan rintangan-rintangan, dan jelas menghambat pembangunan nasional di segala bidang.

 

Mendalami fungsi-fungsi agama

1)    Dalam  kerusuhan  yang  bernuansa  agama  itu,  banyak  orang  mulai mempertanyakan lagi apa sebenarnya fungsi agama. Bukankah semua agama mengajarkan cinta kasih, kerukunan, dan persaudaraan yang sejati? Mengapa justru kerusuhan bernuansa agama dapat terjadi dan sering berlangsung sangat lama dan sangat kejam?

2)    Fungsi agama pada dasarnya adalah:

a)    Mewartakan keselamatan.   Semua agama mewartakan dan menjanjikan keselamatan, bukan bencana. Karena mewartakan dan menjanjikan keselamatan itulah, maka manusia memeluk suatu agama. Manusia mendambakan keselamatan.

b)    Mewartakan arti hidup. Agama-agama  memberikan pandangan hidup dan meyakinkan penganut-penganutnya untuk menghayati pandangan hidup itu. Agama memberi jawaban atas pertanyaan hidup: dari mana asal hidup manusia, apa makna hidup manusia, apa tujuan hidup manusia, dsb. Menghayati pandangan hidup menurut agamanya akan membuat manusia bahagia dan selamat.

c)     Mengajarkan cara hidup. Semua agama mengajarkan kepada para penganutnya untuk hidup baik; hidup beretika dan hidup bermoral; hidup yang baik akan membahagiakan dan menyelamatkan.

3)    Dilihat dari fungsi-fungsi agama itu, sebenarnya sulit dipahami bahwa ada kerusuhan dan bencana yang disebabkan oleh agama. Hal itu dapat terjadi hanya kalau agama itu ditunggangi oleh kepentingan lain atau tidak  dipahami.  Maka,  semua  penganut  agama-agama  diharapkan untuk menyadari fungsi agama yang sebenarnya dan berusaha untuk menjalin kerja sama dalam persaudaraan yang sejati, karena cita-cita semua agama sebenarnya sama, yaitu keselamatan manusia.

 

Ajaran Kitab Suci dan Ajaran Gereja tentang Membangun Persaudaraan Antarpemeluk Agama

Injil Lukas 10:25-37 : Orang Samaria yang murah hati

25 Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" 26 Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" 27 Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." 28 Kata Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup." 29 Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: "Dan siapakah sesamaku manusia?" 30 Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. 31 Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. 32 Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. 33 Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. 34 Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. 35 Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. 36 Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" 37 Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"

 

Peneguhan

Sikap Yesus tegas dalam hal membangun persaudaraan sejati tanpa mengenal latarbelakang, atau asal usul seseorang. Hal itu tampak dalam perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati. Orang Samaria itu sanggup menjadi sesama bagi orang lain yang menderita, tanpa memandang asal-usul dan latar belakang hidupnya. Orang yang berbeda suku, agama, cara beribadah, dan berbeda kebudayaannya ditolongnya, dikasihinya sepenuh hati dengan segenap jiwa dan akal budinya. Itulah persaudaraan sejati. Persaudaraan sejati antara manusia dan sesama makhluk Tuhan. Persaudaraan sejati tidak dibatasi oleh ikatan darah, suku, atau agama. Setiap manusia siapa pun dia sungguh harus dikasihi sebagai saudara dan sesama.

 

Menggali  Ajaran Gereja

a)    Nostra Aetate art. 1

“Pada  zaman kita bangsa   manusia   semakin erat bersatu dan hubungan-hubungan antara pelbagai bangsa berkembang. Gereja mempertimbangkan dengan lebih cermat, manakah hubungannya dengan agama-agama bukan kristiani. Dalam tugasnya mengembangkan kesatuan dan cinta kasih antarmanusia, bahkan antarbangsa, gereja disini terutama mempertimbangkan manakah hal-hal yang pada umumnya terdapat pada bangsa manusia, dan yang mendorong semua untuk bersama-sama menghadapi  situasi  sekarang.  Sebab  semua bangsa  merupakan  satu  masyarakat,  mempunyai  satu  asal,  sebab Allah menghendaki segenap umat manusia mendiami seluruh muka bumi. Semua juga mempunyai satu tujuan terakhir, yakni Allah, yang penyelenggaraan-Nya, bukti-bukti kebaikan-Nya dan rencana penyelamatn-Nya meliputi semua orang, sampai orang yang terpilih dipersatukan dalam Kota suci, yang akan diterangi oleh kemuliaan Allah; di sana bangsa-bangsa akan berjalan dalam cahaya-Nya...

 

b)   Nostra Aetate art. 2

“...Maka Gereja mendorong para puteranya, supaya dengan bijaksana dan penuh kasih, melalui dialog dan kerja sama dengan para penganut agama-agama lain, sambil memberi kesaksian tentang iman serta perihidup kristiani, mengakui, memelihara dan mengembangkan harta- kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio-budaya, yang terdapat pada mereka...”.

 

Peneguhan

1)    Konsili Vatikan II dalam dokumen Nostra Aetate Art. 1 dan 2 mengatakan bahwa kita hendaknya menghormati agama-agama dan kepercayaan lain, sebab dalam agama-agama itu terdapat pula kebenaran dan keselamatan. kita hendaknya berusaha dan bersatu dalam persaudaraan sejati demi keselamatan manusia dan bumi tempat tinggal kita.

2)    Nostra Aetate juga menegaskan bahwa setiap orang yang tidak mencintai sesamanya dan tidak mau bersikap sebagai saudara dengan umat dari agama yang lain, maka ia tidak mengenal Allah. Hal ini terinspirasi dari Injil.

3)    Gereja melalui dokumen ini ingin mengecam segala bentuk diskriminasi berdasarkan keturunan atau warna kulit, kondisi hidup atau agama, atau lainnya yang berlawanan dengan semangat Kristus.

 

Usaha-usaha kongkrit untuk Membangun Persaudaraan Sejati antar-Pemeluk Agama dan Kepercayaan lain.

Dewasa ini dialog agama-agama terasa amat kuat pengaruhnya. Pengaruhnya nyata tidak hanya dalam hidup Gereja partikular Asia yang menganut pola masyarakat pluri-religius, melainkan  juga  telah  mewarnai  Gereja  universal pada umumnya. Sebab gerakan dialog dengan agama-agama lain telah, sedang dan pasti akan dirintis di mana-mana mulai dari tingkat yang paling kecil yaitu keluarga, kampung, dan desa sampai tingkat yang lebih luas nasional dan internasional.

a.       Dialog Kehidupan

Dialog kehidupan diperuntukkan bagi semua orang dan sekaligus merupakan level dialog yang paling mendasar. Sebab ciri kehidupan bersama sehari-hari dalam masyarakat majemuk yang paling umum dan mendasar ialah ciri dialogis. Kita sering hidup bersama dengan umat beragama lain dalam suatu lingkungan atau daerah. Dalam hidup bersama itu, kita tentu berusaha untuk bertegur sapa, bergaul, saling mendukung dan saling membantu satu sama lain. Hal itu dilakukan bukan saja demi tuntutan sopan santun dan etika pergaulan, tetapi juga tuntutan iman kita.

b.      Dialog Karya

1)    Dimaksudkan dengan dialog karya adalah kerjasama yang lebih intens dan  mendalam  dengan  para  pengikut  agama-agama  lain.  Sasaran yang hendak diraih jelas dan tegas, yakni pembangunan manusia dan peningkatan martabat manusia. Bentuk dialog semacam ini sekarang kerap berlangsung dalam kerangka kerjasama organisasi-organisasi internasional, di mana orang-orang Kristen dan para pengikut agama- agama lain bersama-sama menghadapi masalah-masalah dunia.

2)    Dalam hidup bersama dengan umat beragama lain, kita sering diajak dan didorong untuk bekerja sama demi kepentingan bersama atau kepentingan yang lebih luas dan luhur. Kita bekerja sama dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, kegiatan sosial karitatif, kegiatan rekreatif, dan sebagainya. Dalam kegiatan-kegiatan seperti itu, kita dapat lebih saling mengenal dan menghargai.

c.       Dialog Pengalaman Iman

1)    Dialog  pengalaman  iman  atau  pengalaman  keagamaan  merupakan dialog tingkat tinggi. Dialog pengalaman iman dimaksudkan untuk saling memperkaya dan memajukan penghayatan nilai-nilai tertinggi dan cita-cita rohani masing-masing pribadi.

2)    Dalam  hidup  beriman,  kita  dapat  saling  memperkaya,  walaupun berbeda agama. Ada banyak ajaran iman yang sama, ada banyak visi dan misi agama yang sama. Lebih dari itu, semua orang ternyata mempunyai perjuangan yang sama dalam menghayati ajaran imannya, dan dalam hal ini kita dapat saling belajar, saling meneguhkan, dan saling memperkaya.

3)    Kita dapat memperoleh banyak hal dari apa yang kita pelajari dari agama Islam, Hindu, Buddha, Khonghucu, Aliran Kepercayaan dan agama asli, yaitu:

·     Dari agama Islam, kita dapat belajar sikap pasrah, kepercayaan yang teguh pada Allah Yang Maha Esa, ketekunan dalam berdoa secara teratur, dan sikap tegar menolak kemaksiatan.

·     Dari agama Hindu dan Buddha (juga Aliran Kepercayaan), kita dapat belajar, misalnya, tentang penekanan pada hal-hal batin. Agama Hindu dan Buddha (demikian juga agama-agama orientalis lainnya)  sangat  menekankan  doa  batin,  meditasi,  konteplasi. Yoga dan berbagai seni bermeditasi lainnya sangat disukai dan dipraktekkan di seluruh dunia.

·     Dari agama Konghucu (juga agama Buddha), kita dapat belajar tentang penekanan dan penghayatan umatnya pada hidup moral dan perilaku. Mereka sangat menekankan praktek hidup yang baik. Agama Konghucu dan agama Buddha adalah agama moral.

·     Dari  Aliran  Kepercayaan  dan  agama  asli,  kita  dapat  belajar tentang kedekatan mereka pada alam lingkungan hidup. Agama asli percaya akan keharmonisan seluruh kosmis. Ada mata rantai kehidupan yang melingkupi seluruh alam raya, yang tidak boleh dirusakkan. Maka, umat agama asli selalu membuat upacara sebelum mereka mengolah tanah atau menebang pohon, semacam tindakan minta izin kepada sesama saudara sekehidupan. Dalam gerakan melestarikan ekologi saat ini rupanya kita perlukan menimba inspirasi dari agama asli ini.

 

d.      Sikap-sikap yang perlu kita miliki

1)    Bersikap dewasa, kritis, agar agama tidak diperalat demi kepentingan politik dan ekonomi.

2)    Menjauhkan diri dari setiap provokasi yang muncul dari fanatisme buta.

3)    Berani  mencegah  terjadinya  pencemaran  terhadap  simbol-simbol agama mana pun.

 

PERTANYAAN:

1.       Apa makna yang dapat kita gali dari Injil Lukas 10:25-37?

2.       Semua  penganut  agama-agama  diharapkan untuk menyadari fungsi agama yang sebenarnya dan berusaha untuk menjalin kerja sama dalam persaudaraan yang sejati. Sebutkan tiga fungsi agama berkaitan dengan hal tersebut! Jelaskan masing-masing!

3.       Apa saja sikap-sikap yang perlu kita miliki untuk membangun persaudaraan sejati antar-pemeluk agama dan kepercayaan lain?