Cari Blog Ini

Rabu, 21 Juli 2021

HIDUP MANUSIA YANG BERMAKNA

 

HIDUP MANUSIA YANG BERMAKNA

Pemikiran Dasar

Setiap orang, cepat atau lambat pasti akan bertanya seperti ini di dalam hatinya “Untuk apa sih, saya hidup di dunia ini?

Pada dasarnya pertanyaan seperti ini  merupakan pertanyaan refleksi pribadi bagi dirinya sendiri untuk menemukan makna  dan tujuan hidupnya di dunia. Dengan bertanya tentang tujuan hidup, kita dapat  mencari jawaban tentang makna sesungguhnya hidup kita di dunia. Sesungguhnya bahwa Tuhan sendiri yang membimbing manusia untuk mencari tujuan akhir hidupnya. Tuhan yang menciptakan kita, menanamkan di dalam hati kita kerinduan hati untuk kembali kepada-Nya, darimana kita berasal, dan tujuan akhir tempat kita berpulang. Tuhan menginginkan semua manusia hidup berbahagia. Semua manusia umumnya mencari kebahagiaan, dan ini adalah sesuatu yang normal. Maka, ketika kita menghadapi cobaan dalam hidup, meski itu berat sekalipun, kita hendaknya tetap bersandar pada Tuhan, karena Dia adalah sumber kebahagiaan hidup kita. Artinya, kita jangan sampai jatuh dalam keputusasaan yang membelenggu hidup kita sehingga  membuat hidup kita tidak bermakna.

Dalam Kitab Suci, kita menemukan banyak pesan tentang makna hidup manusia yang sangat bermakna. Yesus sendiri mengajarkan bahwa hidup kita sangat bermakna, sangat berharga apabila kita hidup sesuai kehendak Allah, dengan demikian kita  menjadi orang yang hidup penuh kebahagiaan (bdk. Mat 5:3-12).

 

1.    Menggali pengalaman manusiawi  tentang makna hidup manusia

a)    Bangkit dari keterpurukan

“Pada tahun 2000, bulan Juli, suami saya, ayah dari anak-anak meninggalkan kami untuk selama-lamanya kembali ke haribaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Betapa kiamatnya hidup saya menyaksikan anak-anak yang masih kecil-kecil yang benar-benar membutuhkan kehadiran kedua orang tua mereka. Sampai kira-kira satu tahun, saya dalam keadaan seperti orang yang tidak waras, tidak mempedulikan diri sendiri, serta benar-benar merasakan panjangnya malam.

Pada suatu hari, kira-kira jam 09.00 pagi, saya bersiap-siap akan menjemput  anak kedua saya, yang bersekolah di Taman Kanak-Kanak. Waktu saya membuka lemari untuk berganti pakaian, terlihat sekilas piyama (baju tidur) almarhum suaminya. Piyama itu sangat disayangi oleh suami. Ketika mengenakan piyama itulah, saya melepaskan arwah suami saya. Hati saya luluh, piyama itu saya dekap erat-erat untuk melepaskan rindu dan haru, air mata berderai membasahi piyama.

Saya baru sadar, waktu mendengar suara anak sulung saya yang baru pulang dari sekolah menanyakan adiknya, “Ma, mana adik? Ini saya bawa permen untuknya.” Saya kaget mendengar si sulung menanyakan adiknya. Ternyata saya bersimpuh mendekap piyama itu selama hampir tiga jam. Saya bergegas meninggalkan rumah untuk menjemput adiknya. Waktu saya tiba di sekolah, ternyata sudah sepi dan anak saya pun tidak ada di sana. Dua hari saya dilanda beban perasaan serba bingung entah ke mana harus saya cari. Tiba-tiba ada orang yang menghantarkan anak saya ke rumah. Rupanya waktu itu anak saya pulang sendiri dan tersesat. Beruntung ada orang berbaik hati membawa dia pulang.

Sejak peristiwa itu, saya berjanji pada diri sendiri akan mencurahkan kasih sayang dan perhatian saya kepada ketiga anak saya. Untuk itu keadaan di rumah saya ubah. Bahkan tidurpun saya pindah ke kamar belakang bersama anak-anak. Melalui perantaraan Bunda Maria, aku berdoa setiap hari memohon kekuatan serta berkat dari Yesus Puteranya agar dapat berjuang melanjutkan hidup ini sebagai orang tua tunggal, guna membesarkan dan mendidik anak-anak untuk menyongsong masa depannya. (MM)

Sumber cerita : Buletin Motivasi, Vol.1 no.5 Thn. 2014 dengan saduran penulis.

 

b)    Pendalaman cerita

1)      Apa yang membuat ibu itu sedih berkepanjangan?

2)      Apa yang membuatnya sadar?

3)      Apa yang dilakukannya kemudian?

4)      Apa pendapat kamu tentang kisah ini?

5)      Adakah pengalaman pribadimu atau pengalaman dari orang lain yang kamu dengar tentang pemaknaan hidup dalam suatu peristiwa kehidupan?

 

c)    Peneguhan

1)      Pengalaman kehilangan anak ada hikmahnya bagi sang ibu. Ia bangkit dari keputusasaan yang mendera hidupnya setelah ditinggalkan suami tercinta. Ia merasa hidupnya tidak bermakna, tidak berharga, tidak berguna lagi. Namun setelah peristiwa anaknya hilang karena egoismenya itu, ia pun sadar, bersemangat kembali atas dasar kasihnya kepada anak-anaknya yang masih kecil, yang sangat membutuhkan sang ibu untuk menjaga, membesarkan, mendidik mereka dengan penuh cinta sampai mereka dewasa. Bunda Maria dijadikan teladan hidupnya untuk merawat hidup keluarganya.

2)      Di sinilah sang ibu menemukan makna hidup sebenarnya. Ia ingin bekerja keras untuk kebahagiaankeluarganya. Ia mau menjadi saluran berkat bagi anak-anaknya yang sedang bertumbuh dan berkembang.

 

2.    Menggali Ajaran Kitab Suci tentang Makna Hidup Manusia.

a)    Menelusuri Ajaran Kitab Suci

1)    Ayub 2:4;

2)    Markus 8:37;

3)    Matius 5:1-12.

 

b)    Delapan Sabda Bahagia Yesus (Matius 5:1 – 12)

1“Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. 2Maka Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya. 3“Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. 4Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. 5Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. 6Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. 7Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. 8Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. 9Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. 10Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. 11Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. 12Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu”.

 

c)    Pendalaman

1)    Apa pesan yang disampaikan dalam teks Kitab Suci itu?

2)    Apa saja sabda bahagia yang disampaikan Yesus?

3)    Apa maksud Sabda bahagia Yesus itu?

4)    Bagaimana upaya–upaya mu sebagai pengikut Yesus untuk membuat hidupmu bermakna di dunia ini?

 

d)    Peneguhan

1)    Yesus mengajarkan bahwa hidup kita sangat bermakna, sangat berharga apabila kita hidup sesuai kehendak Allah, dengan demikian kita menjadi orang yang hidup penuh kebahagiaan (bdk. Mat 5:3-12).

2)    Tantangan dari ‘Sabda-sabda Bahagia’ adalah agar kita membuka hati bagi Allah dan memperkenankan-Nya mengubah hidup kita.

3)    Tuhan Yesus memberikan kelegaan pada mereka yang terpanggil untuk memasuki KerajaanNya. Sekalipun hidup terasa sangat sengsara, bernasib sial, dan tidak pernah nyaman akan dunia ini, namun sebagai pengikut Yesus yang sejati, kita akan berbahagia, karena kasih Allah tidak pernah terlepas dari awal sampai akhir.

4)    Perlu kita sadari bahwa ketenteraman hidup dunia adalah berkat dari Allah yang membuat kita senang, namun penderitaan dunia juga adalah berkat yang membuat kita semakin bertumbuh.