HIDUP MANUSIA YANG BERMAKNA
Pemikiran Dasar
Setiap
orang, cepat atau lambat pasti akan bertanya seperti ini di dalam hatinya “Untuk
apa sih, saya hidup di dunia ini?
Pada
dasarnya pertanyaan seperti ini
merupakan pertanyaan refleksi pribadi bagi dirinya sendiri untuk
menemukan makna dan tujuan hidupnya di
dunia. Dengan bertanya tentang tujuan hidup, kita dapat mencari jawaban tentang makna sesungguhnya
hidup kita di dunia. Sesungguhnya bahwa Tuhan sendiri yang membimbing manusia
untuk mencari tujuan akhir hidupnya. Tuhan yang menciptakan kita, menanamkan di
dalam hati kita kerinduan hati untuk kembali kepada-Nya, darimana kita berasal,
dan tujuan akhir tempat kita berpulang. Tuhan menginginkan semua manusia hidup
berbahagia. Semua manusia umumnya mencari kebahagiaan, dan ini adalah sesuatu
yang normal. Maka, ketika kita menghadapi cobaan dalam hidup, meski itu berat sekalipun,
kita hendaknya tetap bersandar pada Tuhan, karena Dia adalah sumber kebahagiaan
hidup kita. Artinya, kita jangan sampai jatuh dalam keputusasaan yang membelenggu
hidup kita sehingga membuat hidup kita
tidak bermakna.
Dalam Kitab
Suci, kita menemukan banyak pesan tentang makna hidup manusia yang sangat
bermakna. Yesus sendiri mengajarkan bahwa hidup kita sangat bermakna, sangat
berharga apabila kita hidup sesuai kehendak Allah, dengan demikian kita menjadi orang yang hidup penuh kebahagiaan
(bdk. Mat 5:3-12).
1.
Menggali
pengalaman manusiawi tentang makna hidup
manusia
a)
Bangkit
dari keterpurukan
“Pada
tahun 2000, bulan Juli, suami saya, ayah dari anak-anak meninggalkan kami untuk
selama-lamanya kembali ke haribaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Betapa kiamatnya
hidup saya menyaksikan anak-anak yang masih kecil-kecil yang benar-benar
membutuhkan kehadiran kedua orang tua mereka. Sampai kira-kira satu tahun, saya
dalam keadaan seperti orang yang tidak waras, tidak mempedulikan diri sendiri,
serta benar-benar merasakan panjangnya malam.
Pada suatu
hari, kira-kira jam 09.00 pagi, saya bersiap-siap akan menjemput anak kedua saya, yang bersekolah di Taman
Kanak-Kanak. Waktu saya membuka lemari untuk berganti pakaian, terlihat sekilas
piyama (baju tidur) almarhum suaminya. Piyama itu sangat disayangi oleh suami.
Ketika mengenakan piyama itulah, saya melepaskan arwah suami saya. Hati saya
luluh, piyama itu saya dekap erat-erat untuk melepaskan rindu dan haru, air
mata berderai membasahi piyama.
Saya baru
sadar, waktu mendengar suara anak sulung saya yang baru pulang dari sekolah
menanyakan adiknya, “Ma, mana adik? Ini saya bawa permen untuknya.” Saya kaget
mendengar si sulung menanyakan adiknya. Ternyata saya bersimpuh mendekap piyama
itu selama hampir tiga jam. Saya bergegas meninggalkan rumah untuk menjemput
adiknya. Waktu saya tiba di sekolah, ternyata sudah sepi dan anak saya pun
tidak ada di sana. Dua hari saya dilanda beban perasaan serba bingung entah ke
mana harus saya cari. Tiba-tiba ada orang yang menghantarkan anak saya ke
rumah. Rupanya waktu itu anak saya pulang sendiri dan tersesat. Beruntung ada
orang berbaik hati membawa dia pulang.
Sejak peristiwa
itu, saya berjanji pada diri sendiri akan mencurahkan kasih sayang dan
perhatian saya kepada ketiga anak saya. Untuk itu keadaan di rumah saya ubah.
Bahkan tidurpun saya pindah ke kamar belakang bersama anak-anak. Melalui
perantaraan Bunda Maria, aku berdoa setiap hari memohon kekuatan serta berkat
dari Yesus Puteranya agar dapat berjuang melanjutkan hidup ini sebagai orang
tua tunggal, guna membesarkan dan mendidik anak-anak untuk menyongsong masa
depannya. (MM)
Sumber cerita : Buletin Motivasi, Vol.1
no.5 Thn. 2014 dengan saduran penulis.
b)
Pendalaman
cerita
1) Apa
yang membuat ibu itu sedih berkepanjangan?
2) Apa
yang membuatnya sadar?
3) Apa
yang dilakukannya kemudian?
4) Apa
pendapat kamu tentang kisah ini?
5) Adakah
pengalaman pribadimu atau pengalaman dari orang lain yang kamu dengar tentang
pemaknaan hidup dalam suatu peristiwa kehidupan?
c)
Peneguhan
1) Pengalaman
kehilangan anak ada hikmahnya bagi sang ibu. Ia bangkit dari keputusasaan yang
mendera hidupnya setelah ditinggalkan suami tercinta. Ia merasa hidupnya tidak
bermakna, tidak berharga, tidak berguna lagi. Namun setelah peristiwa anaknya
hilang karena egoismenya itu, ia pun sadar, bersemangat kembali atas dasar
kasihnya kepada anak-anaknya yang masih kecil, yang sangat membutuhkan sang ibu
untuk menjaga, membesarkan, mendidik mereka dengan penuh cinta sampai mereka
dewasa. Bunda Maria dijadikan teladan hidupnya untuk merawat hidup keluarganya.
2) Di
sinilah sang ibu menemukan makna hidup sebenarnya. Ia ingin bekerja keras untuk
kebahagiaankeluarganya. Ia mau menjadi saluran berkat bagi anak-anaknya yang
sedang bertumbuh dan berkembang.
2.
Menggali
Ajaran Kitab Suci tentang Makna Hidup Manusia.
a)
Menelusuri
Ajaran Kitab Suci
1) Ayub
2:4;
2) Markus
8:37;
3) Matius
5:1-12.
b)
Delapan
Sabda Bahagia Yesus (Matius 5:1 – 12)
1“Ketika
Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk,
datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. 2Maka Yesus pun mulai berbicara dan
mengajar mereka, kata-Nya. 3“Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah,
karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. 4Berbahagialah orang yang
berdukacita, karena mereka akan dihibur. 5Berbahagialah orang yang lemah
lembut, karena mereka akan memiliki bumi. 6Berbahagialah orang yang lapar dan
haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. 7Berbahagialah orang yang
murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. 8Berbahagialah orang yang
suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. 9Berbahagialah orang yang
membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. 10Berbahagialah
orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan
Sorga. 11Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan
kepadamu difitnahkan segala yang jahat. 12Bersukacita dan bergembiralah, karena
upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang
sebelum kamu”.
c)
Pendalaman
1) Apa
pesan yang disampaikan dalam teks Kitab Suci itu?
2) Apa
saja sabda bahagia yang disampaikan Yesus?
3) Apa
maksud Sabda bahagia Yesus itu?
4) Bagaimana
upaya–upaya mu sebagai pengikut Yesus untuk membuat hidupmu bermakna di dunia
ini?
d)
Peneguhan
1) Yesus
mengajarkan bahwa hidup kita sangat bermakna, sangat berharga apabila kita
hidup sesuai kehendak Allah, dengan demikian kita menjadi orang yang hidup
penuh kebahagiaan (bdk. Mat 5:3-12).
2) Tantangan
dari ‘Sabda-sabda Bahagia’ adalah agar kita membuka hati bagi Allah dan memperkenankan-Nya
mengubah hidup kita.
3) Tuhan
Yesus memberikan kelegaan pada mereka yang terpanggil untuk memasuki
KerajaanNya. Sekalipun hidup terasa sangat sengsara, bernasib sial, dan tidak
pernah nyaman akan dunia ini, namun sebagai pengikut Yesus yang sejati, kita
akan berbahagia, karena kasih Allah tidak pernah terlepas dari awal sampai
akhir.
4) Perlu
kita sadari bahwa ketenteraman hidup dunia adalah berkat dari Allah yang
membuat kita senang, namun penderitaan dunia juga adalah berkat yang membuat
kita semakin bertumbuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar