Cari Blog Ini

Selasa, 02 November 2021

GEREJA YANG MELAYANI (DIAKONIA)

 

GEREJA YANG MELAYANI (DIAKONIA)

 

Kompetensi Dasar

1.4 Beriman  pada Yesus Kristus sebagai  pokok  iman Gereja yang memberi  peran kepada setiap anggota Gereja sesuai  kedudukannya  masing-masing.

2.4 Responsif dan proaktif pada tugas pokok Gereja sesuai dengan kedudukan dan peranannya sebagai murid Yesus Kristus.

3.4 Memahami   tugas pokok Gereja sesuai dengan kedudukan dan peranannya sebagai murid Yesus Kristus.

4.4 Melakukan    aktivitas    (misalnya    menuliskan    refleksi/doa/puisi/membuat rangkuman) tentang keterlibatan diri dalam tugas pokok Gereja sesuai dengan kedudukan dan peranannya sebagai murid Yesus Kristus.

 

Indikator

1.       Mendeskripsikan isi/pesan Injil Mrk 10:35-45 dalam kaitannya dengan semangat pelayanan bagi orang Katolik.

2.       Menjelaskan  tugas pelayanan sebagai tanggung jawab murid-murid Kristus

3.       Mendeskripsikan ciri-ciri pelayanan Gereja.

4.       Menyebutkan macam-macam bentuk pelayanan Gereja Katolik.

5.       Menceritakan tokoh-tokoh Gereja yang mencurahkan hidupnya untuk pelayanan kepada kaum miskin dan tertindas.

6.       Mendeskripsikan  bentuk partisipasi dalam tugas pelayanan Gereja.

 

Bahan Kajian

1.       Pengalaman siswa dalam melayani orang lain.

2.       Menguasai atau melayani dalam Injil (Mrk 10: 35-45).

3.       Tanggung jawab murid-murid Kristus.

4.       Ciri-ciri pelayanan Gereja.

5.       Bentuk-bentuk pelayanan dalam Gereja Katolik.

6.       Tokoh-tokoh Gereja pelayan kaum miskin dan tertindas.

7.       Partisipasi siswa dalam tugas pelayanan Gereja.

 

Sumber Belajar

1.       Pengalaman hidup peserta didik dan guru

2.       Kitab Suci (Kis 4:41-47; Yoh 13:13-14; Mrk 10:45; 1Yoh 2:6; Flp 2:7; Mrk 9:35; Luk 17:10)

3.       Konferensi Waligereja Indonesia. 1995. Iman Katolik, Yogyakarta: Kanisius

4.       Propinsi Gerejani Ende (Penterj). 1995. Katekismus Gereja Katolik. Ende: Nusa Indah

5.       R. Hardowiryono, SJ (Penterj). 1993. Dokumen Konsili Vatikan II, Jakarta: Dokpen KWI dan Obor

 

Pendekatan

Kateketis dan saintifik

 

Sarana

1.       Kitab Suci (Alkitab)

2.       Buku Siswa SMA/SMK, Kelas XI,  Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.

 

Pemikiran Dasar

Dalam hidup sehari-hari telinga kita akrab mendengar kata pelayan dan melayani. Dalam dunia pemerintahan negara, semua aparat negara bahkan disebut sebagai pelayan masyarakat. Namun, dalam kenyataan, kita menjumpai banyak aparat negara berperilaku sebaliknya yaitu ingin selalu dilayani sebagai tuan-tuan, atau sebagai bos. Perilaku seperti ini tentu bertentangan dengan sumpah jabatan mereka sebagai pelayan atau abdi masyarakat.

Gereja (Umat Allah) dipanggil untuk melayani manusia, seluruh umat manusia. “Melayani” adalah kata penting dalam ajaran Yesus. Pada Malam Perjamuan Terakhir, Yesus membasuh kaki para murid-Nya. Sikap ini menunjukkan bahwa para pengikut Yesus harus merendahkan diri dan rela menjadi pelayan bagi sesamanya. Jika orang ingin menjadi terkemuka, ia harus rela menjadi pelayan. Yesus sendiri menegaskan: “Anak manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani” (Mrk 10:45). Itulah sikap yang diharapkan oleh Yesus terhadap murid-murid-Nya.Gereja mempunyai tanggung jawab untuk melayani manusia. Dasar pengabdian Gereja adalah imannya akan Kristus. Barang siapa menyatakan diri murid Kristus, “ia wajib hidup seperti Kristus” (1Yoh 2: 6). Kristus yang “mengambil rupa seorang hamba” (Flp 2: 7) tidak ada artinya jika murid-murid-Nya mengambil rupa seorang penguasa. Melayani berarti mengikuti jejak Kristus.

Melalui pelajaran ini, kita belajar untuk menyadari panggilan sebagai pengikut Kristus untuk menjadi pelayan bagi sesamanya.

 

Doa Pembukaan

Bapa yang Maharahim, Yesus Kristus Putra-Mu telah memberikan teladan tentang bagaimana seharusnya kami hidup saling melayani.  Karena itu ya Bapa, bimbinglah kami dalam pelajaran ini agar mampu memahami ajaran Yesus tentang melayani yang diwariskan kepada Gereja sehingga selanjutnya kami mampu menjadi pelayan satu terhadap yang lain atas dasar kasih Yesus sendiri sendiri. Amin.

 

1.       Mendalami Makna Gereja yang Melayani

a.    Menyimak kisah pelayanan seorang dokter Katolik berikut ini:

dr. Lie Augustinus Dharmawan, Peduli Kaum Pinggiran

LABUAN BAJO, FBC- Keprihatinan terhadap kaum pinggiran yakni mereka yang miskin dan termarjinal telah mendorong  dr. Augustinus Dharmawan, Ph.d, FICF, SpB, Sp B.T.K.V mengabdikan diri tanpa pamrih dengan memberikan pelayanan medis secara gratis kepada ribuan masyarakat miskin di desa-desa di seluruh wilayah Indonesia.

Untuk  mempermudah  aktivitas  pelayanan  medis,  ia  mendirikan  sebuah  wadah yakni Yayasan Doctor Share (share accessible health and care) yang berkedudukan di Jakarta. “Saya terpanggil untuk melayani mereka yang miskin dan terpinggirkan. Saya terpanggil untuk mengabdikan diri untuk masyarakat kita yang sebagian besar masih hidup dalam kemiskinan terutama anak-anak. Mereka harus diselamatkan dari kematian terutama karena malnutrisi,” ujar dr. Lie demikian ia biasa disapa ketika berbincang-bincang dengan FBC di Labuan Bajo, Sabtu pekan lalu.

Keprihatinan terhadap kaum miskin dan terpinggirkan merupakan panggilan jiwa dr. Lie untuk memberikan diri sepenuhnya melayani orang-orang sakit. Ia berkeliling Indonesia memberikan pertolongan medis secara gratis. dr, Lie adalah seorang ahli bedah dan telah menghabiskan waktu dan tenaga untuk melayani masyarakat miskin di seluruh Indonesia. Ia berjalan dari kampung ke kampung untuk melayani mereka yang sakit dan menderita. Ia sudah menjelajahi separuh wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

Ia mengaku selama menjalankan pelayanan medis, ia menghadapi berbagai tantangan dan halangan terutama tantangan alam yang sering tidak bersahabat. Namun ia mengaku kekuatan Tuhan telah menuntun perjalanan dan karya luhurnya melayani sesama.

Pengagum berat Muder Theresa dari Kalkuta ini menyatakan, NTT termasuk wilayah yang  mendapatkan  pelayanan  dari  yayasannya  karena  daerah  NTT  merupakan salah satu daerah paling tertinggal di Indonesia selain Papua dan Maluku. Di NTT sejumlah daerah telah ia kunjungi seperti Atambua di Pulau Timor dan Manggarai Barat di Flores.

Kata dia, manusia tentu saja menghadapi banyak persoalan, namun persoalan tersebut bukanlah untuk dihindari melainkan untuk diatasi. Ia mengaku sejak Yayasan ini didirikan pada tahun 2008 lalu, sudah ribuan pasien yang mendapatkan pelayanan secara gratis. Dalam tugas pelayanan itu ditemukan beragam penyakit mulai dari penyakit yang ringan sampai yang berat seperti penyakit kanker.

Atas dedikasi dan pelayanan tanpa pamrih itu pada tahun 2011 lalu, ia mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) karena berhasil menolong pasien secara gratis sebanyak 12.380 orang pasien.

Dokter ahli bedah yang tampil low profile itu mengatakan, Indonesia semestinya tidak boleh miskin dan menderita kalau semua orang termasuk pemerintah peduli pada mereka yang miskin dan terpinggirkan. Manusia Indonesia harus sehat secara rohani, jasmani, dan spiritualnya.

Untuk mendukung karya pelayanan, yayasan telah merancang sebuah kapal laut untuk dijadikan rumah sakit terapung. Rumah sakit itu untuk melayani masyarakat di wilayah-wilayah terpencil terutama masyarakat yang tinggal di pulau-pulau terpencil di seluruh Indonesia.

“Kami sudah punya rumah sakit terapung tetapi kami tidak datang bersama kapal karena cuaca buruk. Namun ke depan kami akan melakukan pelayanan di atas kapal yang sudah tersedia. Dengan adanya rumah sakit terapung, masyarakat di pulau-pulau akan mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa harus ke darat,” ujarnya. (Kornelius Rahalaka)

http://www.floresbangkit.com/2012/08/dr-lie-augustinus-dharmawan-peduli-kaum-pinggiran/

 

b.    Pendalaman Cerita

1)      Apa pesan  cerita tersebut?

2)      Apa motivasi dr. Lie membangu  rumah sakit terapung?

3)      Sebagai anggota Gereja Katolik, tugas apakah yang telah dan sedang dr. Lea lakukan Berikan analisis Anda!

4)      Semangat apa yang dapat Anda teladani dalam hidupmu sebagai anggota Gereja?

 

2.       Mendalami    Ajaran  Kitab  Suci  tentang  Gereja  yang Melayani

 

a.     Menyimak Cerita Kitab Suci

Bukan Memerintah Melainkan Melayani (Mrk 10: 35-45)

35Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: “Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!” 36Jawab-Nya kepada mereka: “Apa yang kamu kehendaki, Aku perbuat bagimu?” 37Lalu kata mereka: “Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan- Mu kelak, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu. 38Tetapi kata Yesus kepada mereka: “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?” 39Jawab mereka: “Kami dapat.” Yesus berkata kepada mereka: “Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Ku-minum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima. 40Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak atau memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan”. 41Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes. 42Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: “Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. 43Tidaklah demikian di antara kamu. Barang siapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, 44dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. 45Karena anak manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

 

b.    Pendalaman Cerita Kitab Suci

1)      Apa isi pesan Kitab Suci yang telah dibaca?

2)      Sikap apakah yang diajarkan Yesus kepada kita?

3)      Salah satu tugas Gereja adalah melayani. Apakah ciri-ciri pelayanan Gereja itu?

4)      Apa sajakah bentuk-bentuk pelayanan Gereja Katolik  di Indonesia?

 

c.     Kesimpulan atas Pendalaman Kitab Suci

Yesus mengajari kita untuk saling melayani dengan kerendahan hati. Demikian juga sebagai pemimpin. Seorang pemimpin dipilih untuk melayani umat atau masyarakat dan bukan sebaliknya untuk dilayani.

 

d.    Penjelasan

Semangat pelayanan itu diteruskan di dalam Gereja-Nya. Hal itu ditekankan lagi oleh Konsili Vatikan II. Tugas kegembalaan atau kepemimpinan dalam Gereja adalah tugas pelayanan.

1)       Dasar Pelayanan dalam Gereja

a)    Dasar  pelayanan  dalam  Gereja  adalah  semangat  pelayanan  Kristus  sendiri. Barangsiapa menyatakan diri murid, “ia wajib hidup sama seperti hidup Kristus (1Yoh 2: 6). Yesus yang “mengambil rupa seorang hamba” (Flp 2: 7) tidak ada artinya jika para murid-Nya mengambil rupa para penguasa. Pelayanan berarti mengikuti jejak Yesus. Perwujudan iman Kristiani adalah pelayanan. Yesus bersabda: “Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan” (Luk 17: 10).

b)   Pelayanan Kristiani adalah sikap pokok para pengikut Yesus. Dengan kata lain, melayani sesama adalah tanggung jawab setiap orang Kristiani sebagai konsekuensi dari imannya. Dengan demikian, orang Kristen tidak hanya bertanggung jawab terhadap Allah dan Putra-Nya, Yesus Kristus, tetapi juga bertanggung jawab terhadap orang lain dengan menjadi sesamanya.

2)      Ciri-Ciri Pelayanan Gereja:

a)    Bersikap sebagai pelayan

Yesus menyuruh para murid-Nya selalu bersikap sebagai “yang paling rendah dari semua dan sebagai pelayan dari semua” (Mrk 9: 35). Yesus sendiri memberi teladan dan menerangkan bahwa demikianlah kehendak Bapa. Menjadi pelayanan adalah sikap iman yang radikal.

b)   Kesetiaan kepada Kristus sebagai Tuhan dan Guru

Ciri religius pelayanan Gereja ialah menimba kekuatannya dari sari teladan Yesus Kristus.

c)    Orientasi pelayanan Gereja terutama ditunjukkan kepada kaum miskin.

Dalam usaha pelayanan kepada kaum miskin janganlah mereka menjadi objek belas kasihan. Pelayanan berarti kerja sama, di dalamnya semua orang merupakan subjek yang ikut bertanggung jawab. Yang pokok adalah harkat, martabat, harga diri, bukan kemajuan dan bantuan spiritual ataupun sosial, yang hanyalah sarana. Tentu sarana-sarana juga penting, dan tidak dapat ditinggalkan begitu saja, tetapi yang pokok ialah sikap pelayanan itu sendiri.

d)   Kerendahan hati

Dalam pelayanan, Gereja (kita) harus tetap bersikap rendah hati. Gereja tidak boleh berbangga diri, tetapi tetap melihat dirinya sebagai “hamba yang tak berguna” (Luk 17: 10)

 

3)      Bentuk-Bentuk Pelayanan Gereja

Pelayanan Gereja dapat bersifat ke dalam, tetapi juga ke luar.

a)      Pelayanan ke dalam adalah pelayanan untuk membangun jemaat. Pelayanan ini pada dasarnya dipercayakan kepada hierarki, tetapi awam pun diharapkan berpartisipasi di dalamnya, misalnya dengan melibatkan diri dalam kepengurusan Dewan Keuskupan, Dewan Paroki, dan Pengurus Wilayah/ Lingkungan.

b)      Pelayanan ke luar yang lebih difokuskan adalah pelayanan demi kepentingan masyarakat luas. Bentuk-bentuk pelayanan Gereja Katolik Indonesia untuk masyarakat luas antara lain; Pelayanan di bidang kebudayaan dan pendidikan, bidang kesejahteraan, politik dan hukum.

 

Doa Penutup

Ya Bapa, terima kasih untuk segala berkat dan rahmat-Mu yang Engkau limpahkan kepada kami dalam pertemuan ini. Semoga dalam hidup sehari-hari, kami sanggup melayani   sesama baik dalam kata-kata maupun perbuatan demi kemuliaan-Mu, sepanjang segala masa. Amin.

 

Pertanyaan Panduan dari materi ini:

1.       Berdasarkan kutipan Mrk 10: 35-45, sikap apakah yang diajarkan Yesus kepada kita?

2.       Jelaskan dasar-dasar pelayanan dalam Gereja!

3.       Apa saja ciri-ciri pelayanan Gereja?

4.       Apa saja bentuk-bentuk pelayanan Gereja?