GEREJA YANG MELAYANI (DIAKONIA)
Kompetensi Dasar
1.4 Beriman pada Yesus Kristus sebagai pokok
iman Gereja yang memberi peran
kepada setiap anggota Gereja sesuai
kedudukannya masing-masing.
2.4 Responsif dan proaktif
pada tugas pokok Gereja sesuai dengan kedudukan dan peranannya sebagai murid
Yesus Kristus.
3.4 Memahami tugas pokok Gereja sesuai dengan kedudukan
dan peranannya sebagai murid Yesus Kristus.
4.4 Melakukan aktivitas
(misalnya menuliskan refleksi/doa/puisi/membuat rangkuman)
tentang keterlibatan diri dalam tugas pokok Gereja sesuai dengan kedudukan dan
peranannya sebagai murid Yesus Kristus.
Indikator
1. Mendeskripsikan
isi/pesan Injil Mrk 10:35-45 dalam kaitannya dengan semangat pelayanan bagi
orang Katolik.
2. Menjelaskan tugas pelayanan sebagai tanggung jawab
murid-murid Kristus
3. Mendeskripsikan
ciri-ciri pelayanan Gereja.
4. Menyebutkan
macam-macam bentuk pelayanan Gereja Katolik.
5. Menceritakan
tokoh-tokoh Gereja yang mencurahkan hidupnya untuk pelayanan kepada kaum miskin
dan tertindas.
6. Mendeskripsikan bentuk partisipasi dalam tugas pelayanan
Gereja.
Bahan Kajian
1. Pengalaman
siswa dalam melayani orang lain.
2. Menguasai
atau melayani dalam Injil (Mrk 10: 35-45).
3. Tanggung
jawab murid-murid Kristus.
4. Ciri-ciri
pelayanan Gereja.
5. Bentuk-bentuk
pelayanan dalam Gereja Katolik.
6. Tokoh-tokoh
Gereja pelayan kaum miskin dan tertindas.
7. Partisipasi
siswa dalam tugas pelayanan Gereja.
Sumber Belajar
1. Pengalaman
hidup peserta didik dan guru
2. Kitab
Suci (Kis 4:41-47; Yoh 13:13-14; Mrk 10:45; 1Yoh 2:6; Flp 2:7; Mrk 9:35; Luk
17:10)
3. Konferensi
Waligereja Indonesia. 1995. Iman Katolik, Yogyakarta: Kanisius
4. Propinsi
Gerejani Ende (Penterj). 1995. Katekismus Gereja Katolik. Ende: Nusa Indah
5. R.
Hardowiryono, SJ (Penterj). 1993. Dokumen Konsili Vatikan II, Jakarta: Dokpen
KWI dan Obor
Pendekatan
Kateketis dan saintifik
Sarana
1. Kitab
Suci (Alkitab)
2. Buku
Siswa SMA/SMK, Kelas XI, Pendidikan
Agama Katolik dan Budi Pekerti.
Pemikiran Dasar
Dalam hidup sehari-hari
telinga kita akrab mendengar kata pelayan dan melayani. Dalam dunia
pemerintahan negara, semua aparat negara bahkan disebut sebagai pelayan
masyarakat. Namun, dalam kenyataan, kita menjumpai banyak aparat negara
berperilaku sebaliknya yaitu ingin selalu dilayani sebagai tuan-tuan, atau
sebagai bos. Perilaku seperti ini tentu bertentangan dengan sumpah jabatan
mereka sebagai pelayan atau abdi masyarakat.
Gereja (Umat Allah) dipanggil untuk melayani manusia,
seluruh umat manusia. “Melayani” adalah kata penting dalam ajaran Yesus.
Pada Malam Perjamuan
Terakhir, Yesus membasuh kaki para murid-Nya. Sikap ini menunjukkan bahwa para
pengikut Yesus harus merendahkan diri dan rela menjadi pelayan bagi sesamanya.
Jika orang ingin menjadi terkemuka, ia harus rela menjadi pelayan. Yesus
sendiri menegaskan: “Anak manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk
melayani” (Mrk 10:45). Itulah sikap yang diharapkan oleh Yesus terhadap
murid-murid-Nya.Gereja mempunyai tanggung jawab untuk melayani manusia. Dasar
pengabdian Gereja adalah imannya akan Kristus. Barang siapa menyatakan diri
murid Kristus, “ia wajib hidup seperti Kristus” (1Yoh 2: 6). Kristus yang
“mengambil rupa seorang hamba” (Flp 2: 7) tidak ada artinya jika
murid-murid-Nya mengambil rupa seorang penguasa. Melayani berarti mengikuti
jejak Kristus.
Melalui pelajaran ini, kita
belajar untuk menyadari panggilan sebagai pengikut Kristus untuk menjadi
pelayan bagi sesamanya.
Doa Pembukaan
Bapa yang Maharahim, Yesus
Kristus Putra-Mu telah memberikan teladan tentang bagaimana seharusnya kami
hidup saling melayani. Karena itu ya
Bapa, bimbinglah kami dalam pelajaran ini agar mampu memahami ajaran Yesus
tentang melayani yang diwariskan kepada Gereja sehingga selanjutnya kami mampu
menjadi pelayan satu terhadap yang lain atas dasar kasih Yesus sendiri sendiri.
Amin.
1.
Mendalami
Makna Gereja yang Melayani
a. Menyimak
kisah pelayanan seorang dokter Katolik berikut ini:
dr.
Lie Augustinus Dharmawan, Peduli Kaum Pinggiran
LABUAN
BAJO, FBC- Keprihatinan terhadap kaum pinggiran yakni mereka yang miskin dan
termarjinal telah mendorong dr.
Augustinus Dharmawan, Ph.d, FICF, SpB, Sp B.T.K.V mengabdikan diri tanpa pamrih
dengan memberikan pelayanan medis secara gratis kepada ribuan masyarakat miskin
di desa-desa di seluruh wilayah Indonesia.
Untuk mempermudah
aktivitas pelayanan medis,
ia mendirikan sebuah
wadah yakni Yayasan Doctor Share (share accessible health and care) yang
berkedudukan di Jakarta. “Saya terpanggil untuk melayani mereka yang miskin dan
terpinggirkan. Saya terpanggil untuk mengabdikan diri untuk masyarakat kita
yang sebagian besar masih hidup dalam kemiskinan terutama anak-anak. Mereka
harus diselamatkan dari kematian terutama karena malnutrisi,” ujar dr. Lie
demikian ia biasa disapa ketika berbincang-bincang dengan FBC di Labuan Bajo,
Sabtu pekan lalu.
Keprihatinan
terhadap kaum miskin dan terpinggirkan merupakan panggilan jiwa dr. Lie untuk
memberikan diri sepenuhnya melayani orang-orang sakit. Ia berkeliling Indonesia
memberikan pertolongan medis secara gratis. dr, Lie adalah seorang ahli bedah
dan telah menghabiskan waktu dan tenaga untuk melayani masyarakat miskin di
seluruh Indonesia. Ia berjalan dari kampung ke kampung untuk melayani mereka
yang sakit dan menderita. Ia sudah menjelajahi separuh wilayah Indonesia dari
Sabang sampai Merauke.
Ia mengaku
selama menjalankan pelayanan medis, ia menghadapi berbagai tantangan dan
halangan terutama tantangan alam yang sering tidak bersahabat. Namun ia mengaku
kekuatan Tuhan telah menuntun perjalanan dan karya luhurnya melayani sesama.
Pengagum
berat Muder Theresa dari Kalkuta ini menyatakan, NTT termasuk wilayah yang mendapatkan
pelayanan dari yayasannya
karena daerah NTT
merupakan salah satu daerah paling tertinggal di Indonesia selain Papua
dan Maluku. Di NTT sejumlah daerah telah ia kunjungi seperti Atambua di Pulau
Timor dan Manggarai Barat di Flores.
Kata dia,
manusia tentu saja menghadapi banyak persoalan, namun persoalan tersebut
bukanlah untuk dihindari melainkan untuk diatasi. Ia mengaku sejak Yayasan ini
didirikan pada tahun 2008 lalu, sudah ribuan pasien yang mendapatkan pelayanan
secara gratis. Dalam tugas pelayanan itu ditemukan beragam penyakit mulai dari
penyakit yang ringan sampai yang berat seperti penyakit kanker.
Atas
dedikasi dan pelayanan tanpa pamrih itu pada tahun 2011 lalu, ia mendapat
penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) karena berhasil menolong pasien
secara gratis sebanyak 12.380 orang pasien.
Dokter ahli
bedah yang tampil low profile itu mengatakan, Indonesia semestinya tidak boleh
miskin dan menderita kalau semua orang termasuk pemerintah peduli pada mereka
yang miskin dan terpinggirkan. Manusia Indonesia harus sehat secara rohani,
jasmani, dan spiritualnya.
Untuk
mendukung karya pelayanan, yayasan telah merancang sebuah kapal laut untuk
dijadikan rumah sakit terapung. Rumah sakit itu untuk melayani masyarakat di
wilayah-wilayah terpencil terutama masyarakat yang tinggal di pulau-pulau
terpencil di seluruh Indonesia.
“Kami sudah
punya rumah sakit terapung tetapi kami tidak datang bersama kapal karena cuaca
buruk. Namun ke depan kami akan melakukan pelayanan di atas kapal yang sudah
tersedia. Dengan adanya rumah sakit terapung, masyarakat di pulau-pulau akan
mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa harus ke darat,” ujarnya. (Kornelius
Rahalaka)
http://www.floresbangkit.com/2012/08/dr-lie-augustinus-dharmawan-peduli-kaum-pinggiran/
b. Pendalaman
Cerita
1) Apa
pesan cerita tersebut?
2) Apa
motivasi dr. Lie membangu rumah sakit
terapung?
3) Sebagai
anggota Gereja Katolik, tugas apakah yang telah dan sedang dr. Lea lakukan
Berikan analisis Anda!
4) Semangat
apa yang dapat Anda teladani dalam hidupmu sebagai anggota Gereja?
2.
Mendalami Ajaran
Kitab Suci tentang
Gereja yang Melayani
a. Menyimak Cerita Kitab Suci
Bukan
Memerintah Melainkan Melayani (Mrk 10: 35-45)
35Lalu Yakobus dan Yohanes,
anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: “Guru, kami harap
supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!” 36Jawab-Nya
kepada mereka: “Apa yang kamu kehendaki, Aku perbuat bagimu?” 37Lalu
kata mereka: “Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan- Mu kelak, yang seorang
di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu. 38Tetapi
kata Yesus kepada mereka: “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu
meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus
Kuterima?” 39Jawab mereka: “Kami dapat.” Yesus berkata kepada
mereka: “Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Ku-minum dan akan dibaptis
dengan baptisan yang harus Kuterima. 40Tetapi hal duduk di sebelah
kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak atau memberikannya. Itu akan
diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan”. 41Mendengar
itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes. 42Tetapi
Yesus memanggil mereka lalu berkata: “Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut
pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan
pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. 43Tidaklah
demikian di antara kamu. Barang siapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah
ia menjadi pelayanmu, 44dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka
di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. 45Karena
anak manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan
untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”
b. Pendalaman
Cerita Kitab Suci
1) Apa
isi pesan Kitab Suci yang telah dibaca?
2) Sikap
apakah yang diajarkan Yesus kepada kita?
3) Salah
satu tugas Gereja adalah melayani. Apakah ciri-ciri pelayanan Gereja itu?
4) Apa
sajakah bentuk-bentuk pelayanan Gereja Katolik
di Indonesia?
c. Kesimpulan
atas Pendalaman Kitab Suci
Yesus mengajari kita untuk
saling melayani dengan kerendahan hati. Demikian juga sebagai pemimpin. Seorang
pemimpin dipilih untuk melayani umat atau masyarakat dan bukan sebaliknya untuk
dilayani.
d. Penjelasan
Semangat
pelayanan itu diteruskan di dalam Gereja-Nya. Hal itu ditekankan lagi oleh
Konsili Vatikan II. Tugas kegembalaan atau kepemimpinan dalam Gereja adalah
tugas pelayanan.
1)
Dasar Pelayanan dalam Gereja
a) Dasar pelayanan
dalam Gereja adalah
semangat pelayanan Kristus
sendiri. Barangsiapa menyatakan diri murid, “ia wajib hidup sama
seperti hidup Kristus (1Yoh 2: 6). Yesus yang “mengambil rupa seorang hamba”
(Flp 2: 7) tidak ada artinya jika para murid-Nya mengambil rupa para penguasa. Pelayanan berarti mengikuti jejak
Yesus. Perwujudan iman Kristiani adalah pelayanan. Yesus bersabda:
“Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu,
hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya
melakukan apa yang harus kami lakukan” (Luk 17: 10).
b) Pelayanan Kristiani adalah sikap
pokok para pengikut Yesus. Dengan kata lain, melayani sesama adalah tanggung
jawab setiap orang Kristiani sebagai konsekuensi dari imannya. Dengan demikian,
orang Kristen tidak hanya bertanggung jawab terhadap Allah dan Putra-Nya, Yesus
Kristus, tetapi juga bertanggung jawab terhadap orang lain dengan menjadi
sesamanya.
2)
Ciri-Ciri Pelayanan Gereja:
a)
Bersikap
sebagai pelayan
Yesus
menyuruh para murid-Nya selalu bersikap sebagai “yang paling rendah dari semua
dan sebagai pelayan dari semua” (Mrk 9: 35). Yesus sendiri memberi teladan dan
menerangkan bahwa demikianlah kehendak Bapa. Menjadi pelayanan adalah sikap
iman yang radikal.
b)
Kesetiaan
kepada Kristus sebagai Tuhan dan Guru
Ciri
religius pelayanan Gereja ialah menimba kekuatannya dari sari teladan Yesus
Kristus.
c)
Orientasi
pelayanan Gereja terutama ditunjukkan kepada kaum miskin.
Dalam
usaha pelayanan kepada kaum miskin janganlah mereka menjadi objek belas
kasihan. Pelayanan berarti kerja sama, di dalamnya semua orang merupakan subjek
yang ikut bertanggung jawab. Yang pokok adalah harkat, martabat, harga diri,
bukan kemajuan dan bantuan spiritual ataupun sosial, yang hanyalah sarana.
Tentu sarana-sarana juga penting, dan tidak dapat ditinggalkan begitu saja,
tetapi yang pokok ialah sikap pelayanan itu sendiri.
d)
Kerendahan
hati
Dalam
pelayanan, Gereja (kita) harus tetap bersikap rendah hati. Gereja tidak boleh
berbangga diri, tetapi tetap melihat dirinya sebagai “hamba yang tak berguna”
(Luk 17: 10)
3)
Bentuk-Bentuk Pelayanan Gereja
Pelayanan
Gereja dapat bersifat ke dalam, tetapi juga ke luar.
a) Pelayanan ke dalam adalah pelayanan
untuk membangun jemaat. Pelayanan ini pada dasarnya dipercayakan kepada
hierarki, tetapi awam pun diharapkan berpartisipasi di dalamnya, misalnya
dengan melibatkan diri dalam kepengurusan Dewan Keuskupan, Dewan Paroki, dan
Pengurus Wilayah/ Lingkungan.
b) Pelayanan ke luar yang lebih
difokuskan adalah pelayanan demi kepentingan masyarakat luas. Bentuk-bentuk
pelayanan Gereja Katolik Indonesia untuk masyarakat luas antara lain; Pelayanan
di bidang kebudayaan dan pendidikan, bidang kesejahteraan, politik dan hukum.
Doa Penutup
Ya Bapa, terima kasih untuk
segala berkat dan rahmat-Mu yang Engkau limpahkan kepada kami dalam pertemuan
ini. Semoga dalam hidup sehari-hari, kami sanggup melayani sesama baik dalam kata-kata maupun perbuatan
demi kemuliaan-Mu, sepanjang segala masa. Amin.
Pertanyaan Panduan dari materi
ini:
1. Berdasarkan
kutipan Mrk 10: 35-45, sikap apakah yang diajarkan Yesus kepada kita?
2. Jelaskan
dasar-dasar pelayanan dalam Gereja!
3. Apa
saja ciri-ciri pelayanan Gereja?
4. Apa
saja bentuk-bentuk pelayanan Gereja?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar