Cari Blog Ini

Senin, 29 Maret 2021

YESUS SAHABAT SEJATI DAN TOKOH IDOLA

 

YESUS SAHABAT SEJATI DAN TOKOH IDOLA

 

A.      PENDAHULUAN

Seorang sahabat lebih dari sekedar teman dan setiap orang membutuhkan sahabat. Setiap orang bisa membangun persahabatan entah itu antara dua pribadi maupun lebih dari satu pribadi. Persahabatan itu muncul karena berbagai alasan, antara lain: adanya kesamaan ide, hobi, sifat atau karakter dan juga sikap saling membutuhkan dan cocok dalam pergaulan. Tentu masih banyak alasan lain yang bisa dijumpai dalam kehidupan nyata. Kepada sahabat seseorang dapat menceritakan sesuatu yang pribadi yang tidak biasa diceritakan kepada semua orang.

Persahabatan itu membutuhkan suatu proses. Ia tidak terjadi begitu saja, karena itu persahabatan itu bisa saja berlangsung hanya sebentar saja atau bisa juga berlangsung dalam rentang waktu yang lama. Semuanya tergantung kesanggupan masing-masing pribadi untuk membangun dan mempertahankan hubungan persahabatan tersebut.

Selain setiap orang membutuhkan sahabat, juga membutuhkan seorang tokoh idola. Dari seorang tokoh idola, seseorang termotivasi untuk berbuat dan bersikap, bertingkah laku seperti sang tokoh idola, bahkan orang mencoba meniru kehidupan seseorang tokoh idola. Kadang kala orang ingin menjadi seperti sang tokoh idola. Kita membutuhkan seorang tokoh idola dalam hidup untuk dapat dijadikan panutan. Panutan dari segi ajarannya, pandangan hidupnya, kepribadiannya, perbuatannya yang luhur, dll .

 

B.      YESUS SAHABAT SEJATI

Membangun Persahabatan pada Umumnya

Ada beberapa pokok pikiran penting tentang hal-hal yang mesti dilakukan dan hal-hal yang wajib dihindari dalam membangun persahabatan pada umumnya, antara lain:

1.       Sikap saling percaya.

Sikap ini menyatakan bahwa apa pun yang dilakukan oleh sahabat semata-mata demi kebaikan atau demi perkembangan ke arah yang positif. Dengan demikian, semua kritik, saran bahkan yang paling menyakitkan sekali pun haruslah diterima dengan hati yang terbuka. Dalam hal ini percaya jika tidak ada kebohongan dan maksud yang tidak baik yang tersembunyi dan terselubung dalam persahabatan

2.       Sikap saling menerima apa adanya.

Sikap ini wajib ada mengingat setiap orang memiliki keunikan masing-masing yang tentu saja berbeda satu sama lain. Menerima apa adanya berarti tidak menuntut teman atau sahabat menjadi seperti yang kita inginkan tetapi menerima kelebihan sekaligus kekurangannya.

3.       Sikap saling mengasihi.

Saling mengasihi berarti tidak meninggalkan sahabat pada saat dia mengalami masalah atau bencana tetapi sanggup memberikan bantuan secara tepat dan tanpa pamrih pribadi.

4.       Sikap saling menghormati dan memahami.

Menghormati dan memahami artinya memberi ruang dan waktu kapan harus bersama dan kapan harus sendiri, juga memahami bahwa ada hal-hal pribadi yang boleh diketahui dan yang tidak boleh diketahui, misalnya tidak membuka catatan harian, handphone atau tas tanpa izin sahabat.

 

Selain sikap yang harus dilakukan, ada juga sikap yang harus dihindari dalam membangun persahabatan, antara lain:

1.       Sikap Egoisme.

Sikap ini ditunjukan dalam bentuk mementingkan diri sendiri atau hanya mencari keuntungan diri sendiri. Dalam membangun persahabatan oreang perlu berpikir dan bertanya apakah yang saya lakukan merugikan atau membuat sahabat merasa terpaksa dan diperdaya. Inilah yang harus dihindari dalam membangun persahabatan yang sejati.

2.       Sikap Ketidak jujuran (Suka berbohong).

Dalam persahabatan perlu dibangun sikap jujur. Namun kejujuran itu perlu disampaikan secara bijaksana agar sahabat menerimanya secara ikhlas tanpa marah dan sakit hati.

 

Memahami Paham Yesus Kristus tentang Persahabatan Sejati

 

Untuk memahami paham Yesus Kristus tentang persahabatan sejati baiklah membaca terlebih dahulu Injil Yohanes 15: 12-16 berikut ini:

 

12Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. 13Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. 14Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. 15Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. 16Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku,diberikan-Nya kepadamu.

 

Setelah membaca perikop Injil di atas, dapat ditarik beberapa pokok pikiran berikut ini yang berkaitan dengan paham Yesus tentang persahabatan sejati, antara lain:

 

·       Yesus menyapa murid-muridNya sebagai sahabat. Ayat 14 dalam bacaan di atas: "Kamu adalah sahabatKu jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu." Pernyataan Yesus ini menunjukkan bahwa para murid Yesus baru bisa disebut sebagai sahabat bila mereka saling mengasihi sebagaimana yang diperintahkan Yesus Kristus sendiri.

·       Yesus telah lebih dahulu mengasihi para murid. Yesus mengasihi mereka dengan memberi mereka pengajaran, melihat tanda dan mukjizat yang tidak dilihat semua orang, Yesus mendoakan mereka dan kelak Yesus akan mengasihi mereka secara paripurna dan sehabis-habisnya dengan wafat di kayu salib.

·       Persahabatan Yesus dan para murid bukan sekedar persahabatan biasa. Persahabatan tersebut dilandasi oleh perjuangan bersama tentang apa yang telah didengar Yesus dari BapaNya dan yang telah diberitahukan Yeus kepada para muridNya, yakni perjuangan untuk mewartakan dan mewujudkan kerajaan Allah.

·       Para murid itu merupakan sahabat istimewa karena Yesus telah menetapkan atau memilih mereka secara khusus di antara banyak  orang yang percaya. Keistimewaan itu mengandung konsekuensi bahwa para murid diharapkan mampu menghasilkan buah-buah persabatannya dengan Yesus dalam kehidupan mereka. Keistimewaan itu diberikan kepada para murid sehingga apa pun yang mereka minta kepada Bapa dalam nama Yesus akan dikabulkan.

·       Persahabatan Yesus adalah persahabatan yang kekal yang tidak tergoyakan oleh pengkianatan sekalipun. Kepada Yudas Iskariot yang telah mengkianati Yesus, Yesus tetap menyapanya sebagai sahabat: "Hai sahabat untuk itukah engkau datang?" (Mat 26:50).

·       Sikap dan tindakan Yesus dalam persahabatan dengan para muridNya sungguh mengagumkan. Dengan demikian pantaslah Yesus kita jadikan sebagai idola dan model kita dalam mengembangkan diri dan dalam membangun persahabatan.

 

Dengan demikian, sikap Yesus sebagai seorang sahabat sejati menurut Injil Yoh 15:11-19

a.      Menyatu dengan sahabat-sahabatNya,… “sukacitaKu ada di dalam kamu dan suka citamu menjadi penuh”.

b.      Mengasihi sahabat-sahabatnya,… “ inilah perintahKu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengisihi kamu”.

c.      Menghendaki yang terbaik bagi sahabatNya.

d.      Menghargai sahabat-sahabatNya

e.      Mempercayai sahabat-sahabatNya, jujur kepada mereka.

f.      Memberikan kebebasan kepada sahabat-sahabatNya.

 

Hal-hal yang dilakukan dan dituntut Yesus dalam membina persahabatan:

a.      Yesus menuntut kepercayaan dari sahabat-sahabatNya

b.      Yesus sungguh mempercayai sahabatNya, walaupun sahabatNya mengecewakan Dia

c.      Yesus sangar menghormati sahabat-sahabatNya, Yesus menerima mereka apa adanya

d.      Yesus menuntut cinta dari sahabat-sahabatNya, dan Yesus mencintai mereka tanpa batas, cinta yang penuh pengampunan, penuh pengorbanan sampai mengorbankan nyawaNya di kayu salib.

 

C.      YESUS SEBAGAI IDOLA SEJATI

Setelah kita mendalami dan memahami paham Yesus tentang persahabatan sejati,secara jelas bisa dilihat bahwa Yesus adalah tokoh yang dapat dijadikan panutan bagi kaum remaja dan juga para orangtua dari semua lapisan dan golongan. Semua yang telah dilakukan dan dibuat Yesus seperti kepribadianNya, ajaranNya, dan tindakanNya dapat dijadikan sebagai contoh yang harus diikuti untuk diterapkan dalam kehidupan kita.

Mari kita melihat bersama sikap dan kepribadian Yesus berikut ini yang membuatNya pantas untuk menjadi idola kita:

a)      Yesus menerima semua orang terutama mereka yang tersingkir

Orang Yahudi terutama para pemimpin agama pada zaman Yesus melihat orang miskin, sakit dan berdosa serta kaum perempuan sebagai masyarakat kelas dua. Mereka dikucilkan dalam pergaulan luas karena dianggap najis. Sebaliknya Yesus bergaul dan makan bersama dengan mereka.

b)      Yesus dekat dengan sesama: seluruh cara dan sikap Yesus, tutur kataNya menunjukkan bahwa Ia sangat dekat dengan manusia, teristimewa rakyat biasa yang sederhana. Ia bersama orang dalam suasana pesta nikah ( lih. Yoh 2:2-12). Ia merasakan penderitaan orang yang sakit dan menyembuhkannya (lih. Mat 8:14-17). Mengenyangkan mereka yang lapar (lih. Mrk 6:30-44).  Ia mengajar dengan bahasa yang mudah dimengerti, bahkan sering menggunakan perumpamaan dalam mengajar orang.

c)       Yesus sangat terbuka terhadapat semua orang: Yesus sangat terbuk dengan siapa saja. Ia bergaul dengan semua orang tanpa membeda-bedakan. Ia berusaha untuk merangkul semua orang. Yesus menolk segala bentuk diskriminasi.

d)      Yesus berani mengkritik sikap para penguasa

Yesus berani menyebut raja Herodes sebagai serigala (Luk 13: 32). Yesus juga berani mengkritik ahli-ahli taurat dan orang Farisi sebagai kaum munafik (Mat 23: 27-28). Yesus memperjuangkan tatanan masyarakat yang adil dan beradab (Mrk 10: 43-44). Keberanian Yesus untuk mengkriti para penguasa bukan berarti Yesus anti penguasa. Yesus justru mendorong orang-orang untuk tetap melaksanakan kewajibannya sebagai penguasa. Namun pelaksanaan tugas sebagai penguasa jangan sampai melalaikan dan mengalahkan kewajiban kepada Allah (Mat 22:21). Hal yang dikritik Yesus adalah bukan soal kekuasaannya melainkan cara atau sikap orang dalam menjalankan kekuasaan. Kekuasaan seharusnya menyejahterakan masyarakat dan semakin mendekatkan manusia kepada Allah.

e)      Yesus berani membela kebenaran dan keadilan

Yesus berani membela rakyat kecil yang menderita. Yesus tidak segan-segan mengkritik penguasa yang menindas rakyat kecil. Bahkan Yesus berani mengecam Ahli Taurat, orang Farisi yang berlaku  tidak adil pada rakyat kecil (bdk. 23:27-28).

Namun Yesus bukanlah seseorang yang revolusioner yang mau mengubah keadaan sosial dan politik saat itu. Yesus melakukan itu dalam rangka mewartakan Kerajaan Allah. Yesus hanya mau menegakkan nilai-nilai Kerajaan Allah yakni keadilan, cinta kasih dan perdamaian.

f)        Yesus mengutamakan kasih dalam menjalankan aturan agama

Para pemimpin agama Yahudi terutama orang Farisi dan ahli taurat terjebak dalam fanatisme yang sempit dalam arti mereka merasa diri yang paling benar dan yang paling baik, karena merasa sudah menjalankan kewajiban keagamaan secara benar. Sikap ini ditantang oleh Yesus. Bagi Yesus aturan keagamaan penting sejauh membantu manusia untuk mencapai keselamatan seutuhnya. Yesus sangat menghormati hukum taurat terlebih menerapkannya secara benar (Mat 5: 17). Hal ini tampak jelas dalam sikap kritisnya terhadap ajaran-ajaran dalam Taurat, misalnya tentang soal membunuh (Mat 5: 21-22), soal mempersembahkan persembahan (Mat 5: 23-24), soal zinah (Mat 5: 27-30), soal perceraian (May 5: 31-32), soal balas dendam (Mat 5: 38-42), soal kasih kepada musuh (Mat 5: 43-48).

g)       Yesus adalah pribadi yang beriman

Orang yang beriman adalah orang yang mau melakukan apa saja yang dikehendaki Allah sekalipun seringkali  kehendak Allah itu tidak sama dengan kehendak dirinya sebagai manusia. Pengertian beriman seperti ini tampak dalam diri Yesus. Yesus mempunyai relasi yang erat dengan Allah Bapa dan relasi itu diupayakan antara lain dengan doa.

Yesus mempunyai gambaran tentang Allah yang unik yakni Allah yang dekat. Allah bukan hakim yang harus ditakuti, melainkan seorang Bapa yangb baik. Yesus mengajak pengikutNya untuk menyebut Allah dengan sebutan “Abba” yang berarti Bapa. Sebagai Bapa yang baik Yesus yakin bahwa Allah tidak  membeda-bedakan manusia.

Yesus selalu mengutamakan kehendak Allah dalam hidupNya apapun resikonya. Walaupun ada tantangan Yesus tetap dekat dengan Allah dan meyerahkan seluruh tantangan hidupNya pada Allah BapaNya (bdk. Luk 22:42; Mat 27:46). Itulah iman, selalu merupakan tantangan. Iman menjadi cemerlang justru melalui tantangan.

 

Berikut ini adalah contoh tindakan Yesus yang berdoa:

1)      Yesus berdoa saat sedang dibaptis (Luk 3: 21),

2)      Yesus berdoa pagi-pagi benar waktu hari masih gelap (Mrk 1: 5),

3)      Yesus beristirahat dari pekerjaanNya untuk berdoa (Mrk 6: 46, Luk 5: 16),

4)      Yesus berdoa pada malam hari (Luk 6: 12),

5)      Yesus berdoa seorang diri saja (Luk 9: 18),

6)      Yesus kadang mengajak para muridNya berdoa (Luk 9:28),

7)      Yesus tidak hanya berdoa untuk diri sendiri melainkan sering mendoakan muridNya dan semua manusia (Yoh 17:20)

Beriman berarti menyerahkan seluruh hidup secara total dan sadar untuk melakukan kehendak Bapa. Yesus berkata: MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-pekerjaanNya (Yoh 4: 34). Yesus juga melupakan keinginan diri sendiri demi kehendak Bapa: Bapa, kalau boleh jauhkanlah dari padaKu penderitaan yang harus Aku alami ini, tetapi jangan menurut kemauanKu, melainkan menurut kemauan Bapa saja (Luk 22: 42). Yesus juga menyerahkan seluruh jiwa raga kepada Bapa: Pada saat wafatNya Ia berseru dengan suara nyaring: Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu (Luk 23: 46)

 

D.      PENUTUP

Pribadi Yesus Kristus sangat mengagumkan. Karena itu sebagai orang yang beriman akan Yesus Kristus, hendaknya kita mengikuti teladanNya, menjadikanNya sebagai tokoh idola sekaligus sahabat sejati kita.