KELUHURAN MANUSIA SEBAGAI CITRA ALLAH (Bagian 1)
DOA PEMBUKAAN
Mohon Rahmat Persaudaraan (PS
198)
Allah Bapa kami Yang Maha
Pengasih dan Penyayang, Engkau telah menanamkan benih kasih dalam hati semua
orang.
Bahkan Engkau telah mengutus
Roh-Mu sendiri tinggal dalam hati setiap insan. Dan Engkau menghendaki kami
saling mengasihi sebagaimana kami mengasihi diri kami sendiri.
Kami bersyukur kepada-Mu atas
kasih-Mu. Engkau telah mengangkat semua orang menjadi anak-Mu dan mengasihi
mereka semua dengan kasih yang sama dan hidup rukun sebagai saudara.
Lebih-lebih kami bersyukur karena Yesus selalu berdoa bagi semua orang agar
mereka bersatu, seperti Yesus sendiri bersatu dengan Dikau. Kami mohon:
curahkanlah rahmat persaudaraan kepada semua orang agar mereka semua tekun
mengusahakan kedamaian, kerukunan, dan ketenteraman. Bebaskanlah umat-Mu dari
hal-hal yang melemahkan semangat persaudaraan: cekcok, iri hati, dengki,
fitnah, dan sikap hanya mementingkan diri kami sendiri.
Doa ini kami sampaikan
kepada-Mu dengan pengantaraan Kristus dalam persekutuan dengan Roh Kudus, kini
dan sepanjang masa. Amin.
PEMIKIRAN DASAR
Dalam pelajaran
yang lalu kita telah belajar bahwa Allah menempatkan laki-laki dan perempuan dalam kesetaraan.
Setiap orang mempunyai martabat yang sama di hadapan Allah. Pada pelajaran ini
akan dibahas kekhasan yang lain dari manusia, yang membedakan manusia dari
ciptaan lain di bumi ini dan yang membuat manusia lebih mirip dengan Sang
Penciptanya.
Di berbagai tempat kita sering mendengar bentuk-bentuk
pelanggaran martabat kemanusiaan yang muncul dikarenakan sikap fanatik dan
diskriminatif ras, suku, agama, budaya, dan kelompok sosial. Sikap ini dapat
menjalar pada siapa saja, tidak terkecuali orang muda. Oleh karena itu, mereka
perlu disadarkan bahwa sikap tersebut dapat melahirkan berbagai kekerasan dan
tindakan anarkis yang sungguh merusak dan sangat melukai martabat manusia
sebagai citra Allah.
Mazmur 8:1−10 ini, menggambarkan bagaimana Allah
menciptakan manusia dan menempatkan manusia secara istimewa di antara semua
ciptaan dan merefleksikan kemuliaan manusia. Mazmur ini merupakan kidung pujian
kepada Allah karena telah memberikan kepada manusia tanggung jawab dan
martabat. Kej. 1:1−2:3. Manusia ditempatkan Allah pada kedudukan yang sangat
istimewa. Ia diciptakan menurut
gambar dan rupa
Sang Pencipta (Kej.
1:26). Sebagai makhluk yang paling mulia,
manusia seharusnya juga mampu
menampakkan sifat-sifat yang mulia sebagaimana yag dimiliki oleh
Penciptanya. Sifat-sifat mulia itu tentu beraneka, di antaranya mampu
mensyukuri kebesaran kuasa Allah yang nyata dalam hidupnya, lingkungan
dan alam semesta. Selain itu juga
mampu memanfaatkan apa yang telah diciptakan Allah bagi dirinya secara
bertanggung jawab. Manusia dipanggil untuk membawa kembali pada tujuan semula
atas penciptaan. Dengan memberitakan kabar sukacita, semua umat Tuhan diharapkan
untuk ambil bagian dalam memulihkan keutuhan ciptaan-Nya.
Sebagai sesama citra Allah, setiap manusia mempunyai
martabat yang sama dan ia adalah bersaudara yang saling menghormati dan saling
mengasihi. Sikap ini seperti yang digambarkan Yesus dalam perumpamaan tentang
orang Samaria yang murah hati. Dalam perumpamaan itu dikisahkan bagaimana orang
Samaria yang baik hati itu telah memperlakukan orang Yahudi yang mendapat
bencana di jalan seperti saudaranya sendiri, bahkan lebih dari itu. Kisah ini
mengajarkan kita untuk mengasihi
sesama manusia dalam
situasi apapun. Kasih
tersebut harus lintas suku, agama, ras, dan lain-lain. Bahkan wajib
mengasihi orang yang membenci atau mencaci kita.
KGK 357 menegaskan bahwa karena ia diciptakan menurut
citra Allah, manusia memiliki martabat sebagai pribadi: ia bukan hanya sesuatu,
melainkan seorang. Ia mampu mengenal diri sendiri, menjadi tuan atas dirinya,
mengabdikan diri dalam kebebasan dan hidup dalam kebersamaan dengan orang lain,
dan karena rahmat ia sudah dipanggil ke dalam perjanjian dengan Penciptanya,
untuk memberi kepada-Nya jawaban iman dan cinta, yang tidak dapat diberikan
suatu makhluk lain sebagai penggantinya.
Selanjutnya manusia dipanggil Allah untuk ambil bagian
dalam karya keselamatan, yaitu dengan memberikan diri dan membangun kasih
persaudaraan sebagai makhluk yang bermartabat secara penuh. Persaudaraan sejati
tidak membedakan orang berdasarkan agama, suku, ras, ataupun golongan, karena
semua manusia adalah sama-sama umat Tuhan dan sama-sama dikasihi Tuhan. Maka
setiap orang yang membenci sesamanya, ia membenci Tuhan!
Dalam pelajaran ini, kita diharapkan dapat menyadari
martabatnya yang luhur sebagai citra Allah dan mensyukurinya.
INTI PEMBELAJARAN
Dalam pelajaran sebelumnya
sudah mendalami materi bahwa manusia itu
bukan sesuatu, melainkan seorang pribadi unik yang bernilai. Nilai seseorang
tidak ditentukan oleh materi, kedudukan atau status sosial, jenis kelamin dan
bukan pula oleh kebudayaan, suku, ras atau kebangsaannya. Akan tetapi dalam
kenyataannya kita masih menemukan banyaknya kasus pelanggaran martabat manusia
di dalam masyarakat. Dalam subbab ini kita akan belajar bersama tentang
keluhuran martabat manusia sebagai citra Allah. Marilah kita simak artikel
berikut ini!
Pertemuan
Santo Fransiskus dengan Sultan Malek Al-Kamil
HIDUPKATOLIK.com−Santo
Fransiskus dengan berani mendekati Sultan Mesir demi mengupayakan perdamaian,
sekalipun nyawanya menjadi taruhan.
Di tengah Perang Salib, Sultan
Mesir Malek al-Kamil, keponakan Saladin, menyatakan bahwa siapa pun yang
menyerahkan padanya kepala orang Kristen akan diberi imbalan sepotong emas
Bizantium. Pada Agustus 1219, pasukannya berhasil mempertahankan Benteng
Damietta dan menewaskan sekitar 5.000 tentara salib.
Lalu, datanglah Santo
Fransiskus dari Asisi. Awalnya, ia memohon kepada Kardinal Pelagius, komandan
pasukan Kristen, untuk menghentikan pertempuran ini. Namun, Pelagius menolak.
Fransiskus pun mengajak Bruder Illuminatus menemaninya melintasi garis
pertempuran dengan berani tanpa senjata. Tentara Sultan menangkap Fransiskus
dan Illuminatus, kemudian membawa keduanya ke hadapan Sultan.
Dalam tulisannya, St.
Bonaventura menggambarkan dalam pertemuan itu,
Sultan mengawali percakapan
dan bertanya oleh
siapa, mengapa, dalam kapasitas
apa mereka diutus, dan bagaimana mereka sampai di sana. Namun,
Fransiskus menjawab, mereka
diutus oleh Allah,
bukan oleh manusia, untuk menunjukkan jalan keselamatan kepada Sultan
dan rakyatnya, serta memberitakan kebenaran Injil. Ketika Sultan melihat
antusias dan keberaniannya, ia mendengarkan Fransiskus dengan sabar dan
mendesaknya untuk tetap bersamanya.
Fransiskus menyapa Sultan
dengan salam, “Semoga Tuhan memberimu kedamaian.” Ini mirip dengan salam
tradisional Muslim “Assalam o alaikum” atau ‘salam bagimu’. Salam yang sontak
mengejutkan Sultan, yang langsung terpesona oleh kekudusan Fransiskus.
Fransiskus pun melanjutkan dengan sebuah renungan dari Injil.
Sultan dapat melihat kasih
yang mengalir dari Fransiskus. Ia kagum akan keberaniannya. Mereka berbicara
bersama tentang kehidupan spiritual, dan merefleksikan tradisi masing-masing.
Fransiskus dan Illuminatus
kemudian tinggal di kamp Muslim selama beberapa hari. Sebelum mereka pergi,
Sultan memberi banyak hadiah berharga. Namun, karena spiritualitas
kesederhanaannya, Fransiskus menolak semuanya, kecuali satu hadiah istimewa:
tanduk gading. Tanduk gading itu biasa digunakan oleh muazin untuk menandakan
azan. Sekembalinya ke Italia, Fransiskus menggunakan tanduk gading untuk
memanggil umatnya berdoa atau saat ia ingin berkhotbah. Tanduk gading itu kini
dipajang di Asisi.
Fransiskus juga membagikan
rasa hormatnya yang baru dan mendalam terhadap saudara-saudari Muslimnya,
menghancurkan lingkaran permusu- han dan kesalahpahaman yang memicu Perang
Salib. Fransiskus terutama dikejutkan oleh Muslim yang berdoa lima kali sehari
dan bersujud untuk menyembah Allah. Surat-suratnya mendesak orang-orang Kristen
untuk mengadopsi praktik serupa: menjadikan doa sebagai bagian dari kehidupan
sehari-hari, untuk mengingat Allah dalam segala hal.
Pertemuan ini juga mengubah
Sultan. Ia meminta prajuritnya untuk mengawal Fransiskus, saat ia harus melalui
negara-negara Muslim. Sejak saat itu, Sultan memperlakukan tahanan perang
Kristen dengan kebaikan dan kemurahan hati.
Fransiskus dan
Sultan tidak ada yang
berpindah keyakinan. Tetapi, mereka bertemu sebagai manusia
ciptaan Allah. Tak lama setelah itu, ada beberapa ikonografi dari Timur yang
menunjukkan kedua pria ini. Salah satu penasihat spiritual Sultan, mempunyai tulisan
di nisannya bahwa yang mengubah hidupnya adalah pertemuan antara seorang
biarawan Kristiani dengan Sultan.
Hermina
Wulohering
Sumber: HIDUP NO.08 2019, 24
Februari 2019 Hidupkatolik.com/2019/03/26/34266/fransiskus-asisi-dan-malek-al-kamil/
a. Apa
yang mendasari/menggerakkan hati Santo Fransiskus menemui Sultan Malek
Al-Kamil?
b. Pilihlah
satu kalimat dalam kisah tersebut yang paling menarik bagimu! Dan berikan
alasannya!
c. Nilai
apa yang dapat kalian ambil dari perjumpaan Santo Fransiskus dengan Sultan
Malek Al-Kamil di atas? Berikan penjelasan singkat!
PENEGUHAN
a. Perang dan kebencian akan
membawa kehancuran apalagi seringkali dibumbui dengan fanatisme agama yang kadang buta dari
kebenaran ajaran agama yang sebenarnya.
b. Atas
dasar itulah Fransiskus berinisiatif melibatkan diri untuk mencoba ikut
menyelesaikan konflik dengan melakukan dialog dengan Sultan.
c. Sebuah tindakan
yang positif dari
setiap pemeluk agama
adalah representasi dari Tuhan yang ia sembah. Namun sebaliknya, setiap hal negatif yang dilakukan
oleh seorang yang mengaku ‘beragama’ jelas tidak mewakili Tuhan yang ia sembah
karena tidak ada kejahatan dalam Tuhan dan tidak ada keburukan dalam agama yang
mewakili Tuhan.
d. Pada akhirnya
Fransiskus harus pulang
sebagai seorang biarawan Kristen dan Sultan Malik Al-Kamil
tetap sebagai sultan Muslim. Mereka
telah memberi teladan pada kita untuk selalu mengutamakan dialog dalam setiap
pertikaian yang terjadi.
e. Dendam, kebencian,
dan permusuhan mungkin
memang pernah mewarnai sejarah
dunia, tapi perdamaian
dan persaudaraan sejati bukanlah sesuatu yang tidak mungkin selama manusia
memiliki hati dan pikiran terbuka untuk selalu berdialog.
f.
Di balik maraknya berbagai pelanggaran terhadap
keluhuran martabat manusia, kita
bersyukur karena muncul juga tokoh-tokoh yang memberikan pikiran dan pelayanannya
untuk membela dan memperjuangkan keluhuran martabat manusia. Carilah
informasi dari berbagai sumber tentang beberapa tokoh pejuang kemanusiaan
berikut ini, dan jelaskan pula nilai-nilai kemanusiaan apa yang
diperjuangkannya! Misalnya: Mahatma
Gandi, Bunda Teresa, Romo Mangun, Gus Dur, dan lain-lain.
g. Dalam setiap konflik atau
pertikaian yang terjadi di manapun, selalu muncul tokoh yang mengupayakan
dialog dan perdamaian. Hal ini sejatinya karena manusia selalu merindukan sebuah persaudaraan di
antara sesama sebagai makhluk yang bermartabat secara penuh.
h. Manusia adalah makhluk ciptaan
Tuhan yang bermartabat. Sebagai makhluk yang bermartabat, manusia
memiliki di dalam dirinya akal
budi, rasa, hati dan kehendak.
1) Manusia
menggunakan akal budi untuk mencari kebenaran.
2) Manusia
menggunakan perasaan untuk menilai kebaikan. Manusia menggunakan hatinya untuk
memutuskan apa yang baik.
3) Manusia
menggunakan kehendak untuk memilih kebaikan.
4) Antara
akal budi, rasa, hati dan kehendak ada penyatuan mutlak bagi manusia dalam
mencapai kebaikan umum, yaitu nilai-nilai keutamaan hidup yang berlaku bagi
semua orang.
i.
Istilah
martabat berasal dari
kata dignity (Inggris),
dignitas-dignus (Latin) yang berarti: layak, patut, wajar. Secara
singkat martabat berarti
konsep moralitas yang menyatakan tingkat nilai atau bobot seorang pribadi.
Karena bernilai itulah maka manusia tidak dapat dijadikan obyek, diperalat,
diperbudak atau dijadikan sarana untuk mencapai tujuan tertentu baik oleh
dirinya sendiri maupun oleh orang lain.
j.
St.
Thomas Aquinas memandang manusia sebagai makhluk bermartabat karena statusnya
sebagai citra Allah yang memiliki similitudo dan imago Dei. Similitudo adalah
keluhurannya atas makhluk ciptaaan yang lain, sedangkan imago lebih menunjuk
pada panggilan terdalam untuk bersatu dalam hidup Ilahi. Yang mencirikan
manusia sebagai makhluk bermartabat.
DOA PENUTUP
Marilah kita tutup pelajaran
kita dengan doa:
“Jadikanlah
Aku Pembawa Damai”
(Doa
St. Fransiskus) dari PS 221.
Tuhan,
Jadikanlah aku pembawa damai,
Bila terjadi kebencian,
jadikanlah aku pembawa cinta kasih,
Bila terjadi penghinaan,
jadikanlah aku pembawa pengampunan, Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku
pembawa kerukunan, Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian,
Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran,
Bila terjadi kecemasan,
jadikanlah aku pembawa harapan, Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku sumber
kegembiraan, Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang,
Tuhan semoga aku ingin
menghibur daripada dihibur, memahami daripada dipahami, mencintai daripada
dicintai, sebab dengan memberi aku menerima,
dengan mengampuni aku
diampuni, dengan mati suci aku bangkit lagi, untuk hidup selama-lamanya
Amin.
PERTANYAAN:
1) Manusia
memiliki akal budi, rasa, hati dan
kehendak. Jelaskan masing-masing peruntukannya!
2) Bagaimana
ketiga hal tersebut dapat membuat manusia menjadi bermartabat!
3) Apa
yang dimaksud dengan martabat?
4) Bagaimana
St. Thomas Aquinas memandang manusia?