Cari Blog Ini

Minggu, 22 Agustus 2021

KELUHURAN MANUSIA SEBAGAI CITRA ALLAH

 

KELUHURAN MANUSIA SEBAGAI CITRA ALLAH (Bagian 1)

 

DOA PEMBUKAAN

Mohon Rahmat Persaudaraan (PS 198)

Allah Bapa kami Yang Maha Pengasih dan Penyayang, Engkau telah menanamkan benih kasih dalam hati semua orang.

Bahkan Engkau telah mengutus Roh-Mu sendiri tinggal dalam hati setiap insan. Dan Engkau menghendaki kami saling mengasihi sebagaimana kami mengasihi diri kami sendiri.

Kami bersyukur kepada-Mu atas kasih-Mu. Engkau telah mengangkat semua orang menjadi anak-Mu dan mengasihi mereka semua dengan kasih yang sama dan hidup rukun sebagai saudara. Lebih-lebih kami bersyukur karena Yesus selalu berdoa bagi semua orang agar mereka bersatu, seperti Yesus sendiri bersatu dengan Dikau. Kami mohon: curahkanlah rahmat persaudaraan kepada semua orang agar mereka semua tekun mengusahakan kedamaian, kerukunan, dan ketenteraman. Bebaskanlah umat-Mu dari hal-hal yang melemahkan semangat persaudaraan: cekcok, iri hati, dengki, fitnah, dan sikap hanya mementingkan diri kami sendiri.

Doa ini kami sampaikan kepada-Mu dengan pengantaraan Kristus dalam persekutuan dengan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa. Amin.

 

PEMIKIRAN DASAR

Dalam pelajaran  yang lalu kita telah belajar bahwa Allah menempatkan  laki-laki dan perempuan dalam kesetaraan. Setiap orang mempunyai martabat yang sama di hadapan Allah. Pada pelajaran ini akan dibahas kekhasan yang lain dari manusia, yang membedakan manusia dari ciptaan lain di bumi ini dan yang membuat manusia lebih mirip dengan Sang Penciptanya.

Di berbagai tempat kita sering mendengar bentuk-bentuk pelanggaran martabat kemanusiaan yang muncul dikarenakan sikap fanatik dan diskriminatif ras, suku, agama, budaya, dan kelompok sosial. Sikap ini dapat menjalar pada siapa saja, tidak terkecuali orang muda. Oleh karena itu, mereka perlu disadarkan bahwa sikap tersebut dapat melahirkan berbagai kekerasan dan tindakan anarkis yang sungguh merusak dan sangat melukai martabat manusia sebagai citra Allah.

Mazmur 8:1−10 ini, menggambarkan bagaimana Allah menciptakan manusia dan menempatkan manusia secara istimewa di antara semua ciptaan dan merefleksikan kemuliaan manusia. Mazmur ini merupakan kidung pujian kepada Allah karena telah memberikan kepada manusia tanggung jawab dan martabat. Kej. 1:1−2:3. Manusia ditempatkan Allah pada kedudukan yang sangat istimewa. Ia  diciptakan  menurut  gambar  dan  rupa  Sang  Pencipta  (Kej.  1:26).  Sebagai makhluk  yang paling  mulia,  manusia  seharusnya  juga mampu  menampakkan sifat-sifat yang mulia sebagaimana yag dimiliki oleh Penciptanya. Sifat-sifat mulia itu tentu beraneka, di antaranya mampu mensyukuri kebesaran kuasa Allah yang nyata dalam hidupnya,  lingkungan  dan alam semesta.  Selain itu juga mampu memanfaatkan apa yang telah diciptakan Allah bagi dirinya secara bertanggung jawab. Manusia dipanggil untuk membawa kembali pada tujuan semula atas penciptaan. Dengan memberitakan kabar sukacita, semua umat Tuhan diharapkan untuk ambil bagian dalam memulihkan keutuhan ciptaan-Nya.

Sebagai sesama citra Allah, setiap manusia mempunyai martabat yang sama dan ia adalah bersaudara yang saling menghormati dan saling mengasihi. Sikap ini seperti yang digambarkan Yesus dalam perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati. Dalam perumpamaan itu dikisahkan bagaimana orang Samaria yang baik hati itu telah memperlakukan orang Yahudi yang mendapat bencana di jalan seperti saudaranya sendiri, bahkan lebih dari itu. Kisah ini mengajarkan kita  untuk  mengasihi  sesama  manusia  dalam  situasi  apapun.  Kasih  tersebut harus lintas suku, agama, ras, dan lain-lain. Bahkan wajib mengasihi orang yang membenci atau mencaci kita.

KGK 357 menegaskan bahwa karena ia diciptakan menurut citra Allah, manusia memiliki martabat sebagai pribadi: ia bukan hanya sesuatu, melainkan seorang. Ia mampu mengenal diri sendiri, menjadi tuan atas dirinya, mengabdikan diri dalam kebebasan dan hidup dalam kebersamaan dengan orang lain, dan karena rahmat ia sudah dipanggil ke dalam perjanjian dengan Penciptanya, untuk memberi kepada-Nya jawaban iman dan cinta, yang tidak dapat diberikan suatu makhluk lain sebagai penggantinya.

Selanjutnya manusia dipanggil Allah untuk ambil bagian dalam karya keselamatan, yaitu dengan memberikan diri dan membangun kasih persaudaraan sebagai makhluk yang bermartabat secara penuh. Persaudaraan sejati tidak membedakan orang berdasarkan agama, suku, ras, ataupun golongan, karena semua manusia adalah sama-sama umat Tuhan dan sama-sama dikasihi Tuhan. Maka setiap orang yang membenci sesamanya, ia membenci Tuhan!

Dalam pelajaran ini, kita diharapkan dapat menyadari martabatnya yang luhur sebagai citra Allah dan mensyukurinya.

 

INTI PEMBELAJARAN

Dalam pelajaran sebelumnya sudah mendalami materi bahwa  manusia itu bukan sesuatu, melainkan seorang pribadi unik yang bernilai. Nilai seseorang tidak ditentukan oleh materi, kedudukan atau status sosial, jenis kelamin dan bukan pula oleh kebudayaan, suku, ras atau kebangsaannya. Akan tetapi dalam kenyataannya kita masih menemukan banyaknya kasus pelanggaran martabat manusia di dalam masyarakat. Dalam subbab ini kita akan belajar bersama tentang keluhuran martabat manusia sebagai citra Allah. Marilah kita simak artikel berikut ini!

 

Pertemuan Santo Fransiskus dengan Sultan Malek Al-Kamil

HIDUPKATOLIK.com−Santo Fransiskus dengan berani mendekati Sultan Mesir demi mengupayakan perdamaian, sekalipun nyawanya menjadi taruhan.

Di tengah Perang Salib, Sultan Mesir Malek al-Kamil, keponakan Saladin, menyatakan bahwa siapa pun yang menyerahkan padanya kepala orang Kristen akan diberi imbalan sepotong emas Bizantium. Pada Agustus 1219, pasukannya berhasil mempertahankan Benteng Damietta dan menewaskan sekitar 5.000 tentara salib.

Lalu, datanglah Santo Fransiskus dari Asisi. Awalnya, ia memohon kepada Kardinal Pelagius, komandan pasukan Kristen, untuk menghentikan pertempuran ini. Namun, Pelagius menolak. Fransiskus pun mengajak Bruder Illuminatus menemaninya melintasi garis pertempuran dengan berani tanpa senjata. Tentara Sultan menangkap Fransiskus dan Illuminatus, kemudian membawa keduanya ke hadapan Sultan.

Dalam tulisannya, St. Bonaventura menggambarkan dalam pertemuan itu,  Sultan  mengawali  percakapan  dan  bertanya  oleh  siapa,  mengapa, dalam kapasitas apa mereka diutus, dan bagaimana mereka sampai di sana.  Namun,  Fransiskus  menjawab,  mereka  diutus  oleh  Allah,  bukan oleh manusia, untuk menunjukkan jalan keselamatan kepada Sultan dan rakyatnya, serta memberitakan kebenaran Injil. Ketika Sultan melihat antusias dan keberaniannya, ia mendengarkan Fransiskus dengan sabar dan mendesaknya untuk tetap bersamanya.

Fransiskus menyapa Sultan dengan salam, “Semoga Tuhan memberimu kedamaian.” Ini mirip dengan salam tradisional Muslim “Assalam o alaikum” atau ‘salam bagimu’. Salam yang sontak mengejutkan Sultan, yang langsung terpesona oleh kekudusan Fransiskus. Fransiskus pun melanjutkan dengan sebuah renungan dari Injil.

Sultan dapat melihat kasih yang mengalir dari Fransiskus. Ia kagum akan keberaniannya. Mereka berbicara bersama tentang kehidupan spiritual, dan merefleksikan tradisi masing-masing.

Fransiskus dan Illuminatus kemudian tinggal di kamp Muslim selama beberapa hari. Sebelum mereka pergi, Sultan memberi banyak hadiah berharga. Namun, karena spiritualitas kesederhanaannya, Fransiskus menolak semuanya, kecuali satu hadiah istimewa: tanduk gading. Tanduk gading itu biasa digunakan oleh muazin untuk menandakan azan. Sekembalinya ke Italia, Fransiskus menggunakan tanduk gading untuk memanggil umatnya berdoa atau saat ia ingin berkhotbah. Tanduk gading itu kini dipajang di Asisi.

Fransiskus juga membagikan rasa hormatnya yang baru dan mendalam terhadap saudara-saudari Muslimnya, menghancurkan lingkaran permusu- han dan kesalahpahaman yang memicu Perang Salib. Fransiskus terutama dikejutkan oleh Muslim yang berdoa lima kali sehari dan bersujud untuk menyembah Allah. Surat-suratnya mendesak orang-orang Kristen untuk mengadopsi praktik serupa: menjadikan doa sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, untuk mengingat Allah dalam segala hal.

Pertemuan ini juga mengubah Sultan. Ia meminta prajuritnya untuk mengawal Fransiskus, saat ia harus melalui negara-negara Muslim. Sejak saat itu, Sultan memperlakukan tahanan perang Kristen dengan kebaikan dan kemurahan hati.

Fransiskus  dan  Sultan tidak ada  yang berpindah  keyakinan.  Tetapi, mereka bertemu sebagai manusia ciptaan Allah. Tak lama setelah itu, ada beberapa ikonografi dari Timur yang menunjukkan kedua pria ini. Salah satu penasihat spiritual Sultan, mempunyai tulisan di nisannya bahwa yang mengubah hidupnya adalah pertemuan antara seorang biarawan Kristiani dengan Sultan.

Hermina Wulohering

Sumber: HIDUP NO.08 2019, 24 Februari 2019 Hidupkatolik.com/2019/03/26/34266/fransiskus-asisi-dan-malek-al-kamil/

a.       Apa yang mendasari/menggerakkan hati Santo Fransiskus menemui Sultan Malek Al-Kamil?

b.      Pilihlah satu kalimat dalam kisah tersebut yang paling menarik bagimu! Dan berikan alasannya!

c.       Nilai apa yang dapat kalian ambil dari perjumpaan Santo Fransiskus dengan Sultan Malek Al-Kamil di atas? Berikan penjelasan singkat!

 

PENEGUHAN

a.       Perang dan kebencian akan membawa kehancuran apalagi seringkali dibumbui dengan fanatisme agama yang kadang buta dari kebenaran ajaran agama yang sebenarnya.

b.      Atas dasar itulah Fransiskus berinisiatif melibatkan diri untuk mencoba ikut menyelesaikan konflik dengan melakukan dialog dengan Sultan.

c.       Sebuah  tindakan  yang  positif  dari  setiap  pemeluk  agama  adalah representasi dari Tuhan yang ia sembah. Namun sebaliknya, setiap hal negatif yang dilakukan oleh seorang yang mengaku ‘beragama’ jelas tidak mewakili Tuhan yang ia sembah karena tidak ada kejahatan dalam Tuhan dan tidak ada keburukan dalam agama yang mewakili Tuhan.

d.      Pada  akhirnya  Fransiskus  harus  pulang  sebagai  seorang  biarawan Kristen dan Sultan Malik Al-Kamil tetap sebagai sultan Muslim. Mereka telah memberi teladan pada kita untuk selalu mengutamakan dialog dalam setiap pertikaian yang terjadi.

e.       Dendam,  kebencian,  dan  permusuhan  mungkin  memang  pernah mewarnai sejarah dunia, tapi perdamaian dan persaudaraan sejati bukanlah sesuatu yang tidak mungkin selama manusia memiliki hati dan pikiran terbuka untuk selalu berdialog.

f.        Di balik maraknya berbagai pelanggaran terhadap keluhuran martabat manusia, kita bersyukur karena muncul juga tokoh-tokoh yang memberikan pikiran dan pelayanannya untuk membela dan memperjuangkan keluhuran martabat manusia. Carilah informasi dari berbagai sumber tentang beberapa tokoh pejuang kemanusiaan berikut ini, dan jelaskan pula nilai-nilai kemanusiaan apa yang diperjuangkannya! Misalnya: Mahatma Gandi, Bunda Teresa, Romo Mangun, Gus Dur, dan lain-lain.

g.       Dalam setiap konflik atau pertikaian yang terjadi di manapun, selalu muncul tokoh yang mengupayakan dialog dan perdamaian. Hal ini sejatinya karena manusia selalu merindukan sebuah persaudaraan di antara sesama sebagai makhluk yang bermartabat secara penuh.

h.      Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang bermartabat. Sebagai makhluk yang bermartabat, manusia memiliki di dalam dirinya akal budi, rasa, hati dan kehendak.

1)      Manusia menggunakan akal budi untuk mencari kebenaran.

2)      Manusia menggunakan perasaan untuk menilai kebaikan. Manusia menggunakan hatinya untuk memutuskan apa yang baik.

3)      Manusia menggunakan kehendak untuk memilih kebaikan.

4)      Antara akal budi, rasa, hati dan kehendak ada penyatuan mutlak bagi manusia dalam mencapai kebaikan umum, yaitu nilai-nilai keutamaan hidup yang berlaku bagi semua orang.

i.         Istilah  martabat  berasal  dari  kata  dignity  (Inggris),  dignitas-dignus (Latin) yang berarti: layak, patut, wajar. Secara singkat martabat berarti konsep moralitas yang menyatakan tingkat nilai atau bobot seorang pribadi. Karena bernilai itulah maka manusia tidak dapat dijadikan obyek, diperalat, diperbudak atau dijadikan sarana untuk mencapai tujuan tertentu baik oleh dirinya sendiri maupun oleh orang lain.

j.         St. Thomas Aquinas memandang manusia sebagai makhluk bermartabat karena statusnya sebagai citra Allah yang memiliki similitudo dan imago Dei. Similitudo adalah keluhurannya atas makhluk ciptaaan yang lain, sedangkan imago lebih menunjuk pada panggilan terdalam untuk bersatu dalam hidup Ilahi. Yang mencirikan manusia sebagai makhluk bermartabat.

 

DOA PENUTUP

Marilah kita tutup pelajaran kita dengan doa:

 

“Jadikanlah Aku Pembawa Damai”

(Doa St. Fransiskus) dari PS 221.

Tuhan,

Jadikanlah aku pembawa damai,

Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cinta kasih,

Bila terjadi penghinaan, jadikanlah aku pembawa pengampunan, Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan, Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian, Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran,

Bila terjadi kecemasan, jadikanlah aku pembawa harapan, Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku sumber kegembiraan, Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang,

 

Tuhan semoga aku ingin menghibur daripada dihibur, memahami daripada dipahami, mencintai daripada dicintai, sebab dengan memberi aku menerima,

dengan mengampuni aku diampuni, dengan mati suci aku bangkit lagi, untuk hidup selama-lamanya

 

Amin.

 

 

PERTANYAAN:

1)      Manusia memiliki akal budi, rasa, hati dan kehendak. Jelaskan masing-masing peruntukannya!

2)      Bagaimana ketiga hal tersebut dapat membuat manusia menjadi bermartabat!

3)      Apa yang dimaksud dengan martabat?

4)      Bagaimana St. Thomas Aquinas memandang manusia?

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar