KELUHURAN MANUSIA SEBAGAI CITRA ALLAH
(Bagian 2)
MENDALAMI KITAB SUCI DAN AJARAN GEREJA YANG
TENTANG KELUHURAN MARTABAT MANUSIA SEBAGAI CITRA ALLAH
DOA PEMBUKAAN
Mari mendaraskan Kitab Suci berikut:
Mazmur 8:2–10
2Ya Tuhan, Tuhan
kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! Keagungan- Mu yang mengatasi
langit dinyanyikan.
3Dari mulut
bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena
lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam.
4Jika aku melihat
langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan:
5apakah manusia, sehingga
Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?
6Namun Engkau
telah membuatnya hampir
sama seperti Allah,
dan telah memahkotainya dengan
kemuliaan dan hormat.
7Engkau membuat dia
berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kau letakkan di bawah
kakinya:
8kambing domba dan
lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang;
9burung-burung di
udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan.
10Ya TUHAN, Tuhan
kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi
Penjelasan:
Mazmur pujian ini lahir dari
kesadaran manusia akan besarnya karya-karya Tuhan kepada manusia. Tuhan telah menganugerahkan kepada
manusia untuk berkuasa atas ciptaan-ciptaan yang lain. Itulah keluhuran martabat manusia sebagai citra Allah.
Katekismus Gereja Katolik 357, 358, 360
357 Karena ia diciptakan menurut citra Allah, manusia memiliki
martabat sebagai pribadi: ia bukan hanya sesuatu, melainkan seorang. Ia mampu
mengenal diri sendiri, menjadi tuan atas dirinya, mengabdikan diri dalam
kebebasan dan hidup dalam kebersamaan dengan orang lain, dan karena rahmat ia
sudah dipanggil ke dalam perjanjian dengan Penciptanya, untuk memberi kepada-
Nya jawaban iman dan cinta, yang tidak dapat diberikan suatu makhluk lain sebagai
penggantinya.
358 Tuhan menciptakan segala sesuatu untuk manusia (Bdk. GS 12,1;
24,2; 39,1), tetapi manusia itu sendiri diciptakan untuk melayani Allah, untuk
mencintai- Nya dan untuk mempersembahkan seluruh ciptaan kepadaNya: “Makhluk
manakah yang diciptakan dengan martabat yang demikian itu? Itulah manusia,
sosok yang agung, yang hidup dan patut dikagumi, yang dalam mata Allah lebih
bernilai daripada segala makhluk. Itulah manusia; untuk dialah langit dan bumi
dan lautan dan seluruh ciptaan. Allah sebegitu prihatin dengan keselamatannya,
sehingga Ia tidak menyayangi Putra-Nya yang tunggal untuk dia. Allah malahan
tidak ragu-ragu, melakukan segala sesuatu, supaya menaikkan manusia kepada
diri-Nya dan memperkenankan ia duduk di sebelah kanan-Nya” (Yohanes
Krisostomus, Serm. in Gen. 2,1).
360 Umat manusia merupakan satu kesatuan karena asal yang sama.
Karena Allah “menjadikan dari satu orang saja semua bangsa dan umat manusia”
(Kis. 17:26, Bdk. Tob 8:6). Pandangan yang menakjubkan, yang memperlihatkan kepada
kita umat manusia dalam kesatuan asal yang sama dalam Allah dalam kesatuan
kodrat, bagi semua disusun sama dari badan jasmani dan jiwa rohani yang tidak
dapat mati dalam kesatuan tujuan yang langsung dan tugasnya di dunia; dalam
kesatuan pemukiman di bumi, dan menurut hukum kodrat semua manusia berhak
menggunakan hasil-hasilnya, supaya dengan demikian bertahan dalam kehidupan dan
berkembang; dalam kesatuan tujuan adikodrati: Allah sendiri, dan semua orang
berkewajiban untuk mengusahakannya: dalam kesatuan daya upaya, untuk mencapai
tujuan ini;… dalam kesatuan tebusan, yang telah dilaksanakan Kristus untuk
semua orang” (Pius XII Ens. “Summi Pontificatus”) Bdk. NA 1.
Penjelasan
a. Mazmur
8:1⎯10
ini, menggambarkan bagaimana Allah
menciptakan manusia dan menempatkan manusia secara istimewa di antara semua
ciptaan dan merefleksikan kemuliaan manusia. Mazmur ini merupakan kidung
pujian kepada Allah karena
telah memberikan kepada manusia
tanggung jawab dan martabat. Kej. 1:1⎯2:3.
Manusia ditempatkan Allah pada
kedudukan yang sangat istimewa. Ia diciptakan
menurut gambar dan
rupa Sang Pencipta (Kej. 1:26).
b. Di
zaman kuno “gambar”
digunakan untuk mengacu pada patung raja yang di tempat di seluruh penjuru
kekuasaannya, tempat dia tidak dapat hadir, sebagai wakil kehadirannya.
Demikianlah manusia adalah
wakil Allah di dunia ini untuk berkuasa atas alam sesuai dengan kehendak yang
diwakilinya. Menurut Sir. 17:3⎯4 melihat kesamaan itu dalam
kekuatan yang memungkinkan pelaksanaan sebagai raja atas ciptaan lain.
Sedangkan menurut Keb. 2:23 kesamaan terletak dalam kebakaan manusia. Maka kedudukan manusia adalah tuan atau
raja atas segenap ciptaan, semacam wakil Allah untuk tugas itu. Hal ini
diperkuat oleh Mzm. 8 yang mengerti kesamaan dengan Allah juga dalam yang
berkuasa atas ciptaan yang lain. Namun demikian manusia juga harus menggambarkan Allah dalam kebaikan,
kasih, dan kemurahan hati.
c. Dengan
demikian manusia sebagai
citra Allah berarti manusia diberi tugas untuk melakukan apa yang Allah buat
yaitu berkuasa atas ciptaan lain. Manusia sungguh akan menjadi gambar Allah kalau ia sungguh
melaksanakan tugasnya itu sesuai dengan kehendak Sang Pencipta.
Maka tugas manusia ialah
meneruskan karya penciptaan
Allah di dunia ini dengan
meneruskan dan melestarikan kehidupan serta melaksanakan kekuasaan atas ciptaan
lain. Untuk dapat
melaksanakan tugas itu manusia dibekali oleh Allah yaitu berkat-Nya dan
terutama dengan kemampuan intelektual.
d. Karena manusia
diciptakan sebagai citra
Allah, manusia memiliki martabat sebagai pribadi: ia bukan hanya sesuatu, melainkan
seseorang. Ia mengenal diri sendiri, menjadi tuan atas diri sendiri,
mengabdikan diri dalam kebebasan, dan hidup dalam kebersamaan dengan orang
lain, dan dipanggil
membangun relasi dengan
Allah, penciptanya (KGK
357).
e. Persaudaraan sejati
tidak membedakan orang
berdasarkan agama, suku, ras,
ataupun golongan, karena semua manusia adalah sama-sama umat Tuhan dan
sama-sama dikasihi Tuhan. Maka setiap orang yang membenci sesamanya, ia
membenci Tuhan.
Baca dan renungkanlah Kitab
Mazmur 139:7−17 berikut ini dalam suasana hening!
Mazmur 139:7−17
7Ke mana aku dapat
pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?
8Jika aku mendaki
ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati,
di situ pun Engkau.
9Jika aku terbang
dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut,
10juga di sana
tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku.
11Jika aku berkata:
“Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam,”
12maka kegelapan
pun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang;
kegelapan sama seperti terang.
13Sebab Engkaulah
yang membentuk buah
pinggangku, menenun aku
dalam kandungan ibuku.
14Aku bersyukur
kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan
jiwaku benar-benar menyadarinya.
15Tulang-tulangku tidak
terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku
direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah;
16mata-Mu melihat
selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan
dibentuk, sebelum ada satu pun dari padanya.
17Dan bagiku,
betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya!
Rangkuman dan Refleksi:
Pada hari ini kita telah
belajar bersama tentang keluhuran martabat manusia sebagai citra Allah. Kita
sadar akan cinta Allah yang luar biasa dan menempatkan manusia di tempat yang
sangat istimewa, yakni secitra dengan-Nya. Keluhuran martabat manusia inilah
yang menjadikan manusia saling mengasihi karena mereka semua adalah saudara di
hadapan Allah. Semoga setelah ini kita semua mampu menjadi contoh dalam
menjunjung tinggi martabat manusia dalam hidup sehari-hari.
DOA PENUTUP
Marilah kita tutup pelajaran
kita dengan doa:
“Jadikanlah
Aku Pembawa Damai”
(Doa
St. Fransiskus) dari PS 221.
Tuhan,
Jadikanlah aku pembawa damai,
Bila terjadi kebencian,
jadikanlah aku pembawa cinta kasih,
Bila terjadi penghinaan,
jadikanlah aku pembawa pengampunan, Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku
pembawa kerukunan, Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian,
Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran,
Bila terjadi kecemasan,
jadikanlah aku pembawa harapan, Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku sumber
kegembiraan, Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang,
Tuhan semoga aku ingin
menghibur daripada dihibur, memahami daripada dipahami, mencintai daripada
dicintai, sebab dengan memberi aku menerima,
dengan mengampuni aku
diampuni, dengan mati suci aku bangkit lagi, untuk hidup selama-lamanya
Amin.
PERTANYAAN:
1) Apa
keunggulan manusia dibandingkan ciptaan Allah yang lain?
2) Apa
yang dimaksud dengan manusia sebagai “gambar”/ citra Allah? Jelaskan jawabanmu!
3) Jelaskan
konsep bermartabat sebagai pribadi berdasarkan Katekismus Gereja Katolik?
4) Apa
yang dimaksud dengan “persaudaraan sejati”?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar