TANTANGAN
DAN PELUANG
UNTUK
MEMBANGUN KELUARGA YANG DICITA-CITAKAN
Ada pelbagai tantangan yang dihadapi
keluarga-keluarga pada zaman ini. Tantangan tersebut datang baik dari dalam keluarga itu sendiri
maupun dari luar lingkungan
keluarga. Tantangan paling dirasakan dalam keluarga-keluarga saat ini adalah komunikasi. Menurut
para pemerhati keluarga, tampaknya kini makin berkurangnya komunikasi
antaranggota keluarga; antara suami–isteri dan anak-anak yang karena kesibukan
kerja atau karena terpisah oleh tempat yang jauh telah melebarkan kelangkaan
kesempatan bertemu antaranggota keluarga. Di samping kebutuhan ekonomi yang menghimpit, kurangnya kesediaan berkorban,
mudahnya muncul perasaan
cemburu sebagai akibat dari kurangnya penghayatan akan sakramen perkawinan,
dan minimnya kemampuan
orangtua dalam mengembangkan iman anak telah menyeret keluarga keluar
dari misi utamanya yaitu semakin menghayati kasih Tuhan dan mengembangkannya.
Selain masalah komunikasi dan ekonomi dalam keluarga, persoalan kawin campur yang kini
menjadi suatu fenomena masyarakat karena kita hidup di tengah masyarakat yang
pluralistik, juga persoalan
keluarga berencana dengan menggunakan alat kontrasepsi yang tidak dikehendaki
Gereja, dapat memperparah kondisi ini.
Gereja Katolik memberikan perhatian yang sangat serius
pada kehidupan keluarga, karena keluarga adalah sel dari Gereja dan
masyarakat. Maka keluarga yang sejahtera adalah harapan sekaligus perjuangan
Gereja. Paus Yohanes Paulus II dalam Surat Apostoliknya “Familiaris Consortio” melihat keluarga sejahtera
dalam kesetiaan pada rencana Allah sebagai sebuah perkawinan. Ditegaskan
pula bahwa pribadi manusia
sebagai citra Allah diciptakan untuk mencintai. Keluarga, menurut Paus, adalah suatu komunitas pribadi-pribadi
yang membentuk masyarakat dan Gereja.
Pada kegiatan pembelajaran
ini, kalian dibimbing untuk memahami berbagai tantangan dalam hidup berkeluarga
pada jaman ini dan bagaimana berupaya secara terpadu dan berkesinambungan untuk
mengatasi dan mengangkat keluarga pada posisi ideal atau keluarga yang
dicita-citakan.
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Doa Pembuka
Tuhan Yesus, Engkau
menguduskan hidup berkeluarga dengan hidup sendiri dalam keluarga Santo Yusuf
di Nazaret. Berkatilah kami pada kegiatan pembelajaran ini agar dapat memahami
makna keluarga sejati sebagaimana yang Engkau
kehendaki. Semoga kami hidup menurut pedoman injilMu, rukun, bijaksana,
sederhana, saling menyayangi, saling menghormati, saling menolong dengan senang
hati. Berilah supaya keramahan dan cinta kasih, semangat pengorbanan,
kerajinan, dan penghasilan yang cukup selalu berada dalam keluarga kami masing-
masing. Semoga keluarga kami menjadi garam serta terang bagi keluarga- keluarga
di sekitar kami. Berkatilah kami agar janganlah seorang diantara keluarga kami
menjauh dari padaMu, satu-satunya sumber kebahagiaan kami. Dikau kami puji
bersama Bapa dan Roh Kudus, sekarang dan selama- lamanya. Amin.
MENGGALI TANTANGAN-TANTANGAN YANG DIHADAPI KELUARGA SAAT INI
1. Menyimak
berita
“Sebuah
konferensi tentang keluarga yang disponsori oleh Vatikan berakhir pada Jumat di
Manila dengan seruan bagi umat Katolik Asia untuk melawan aborsi, kontrasepsi
dan pernikahan sesama jenis sebagai “ancaman terhadap eksistensi keluarga”.
Dokumen
empat halaman itu, yang dikeluarkan oleh 551 peserta dari 14 negara Asia,
termasuk 28 uskup, mengklaim bahwa advokasi untuk pernikahan sesama jenis
“mencoba untuk mengurangi pernikahan antara orang-orang sesama jenis”.
“Aborsi
membunuh kehidupan yang akan mengancam eksistensi keluarga,” tulis dokumen itu,
seraya menambahkan bahwa kontrasepsi dan sterilisasi mengancam “tujuan
prokreasi perkawinan dan keluarga”.
Dokumen ini
dirilis pada akhir pertemuan empat hari, yang diselenggarakan oleh Dewan
Kepausan untuk Keluarga dan Konferensi Waligereja Filipina, untuk membahas
“Piagam Hak-hak Keluarga yang dikeluarkan Vatikan 30 tahun lalu.”
Konferensi
ini diadakan di Filipina setelah pertempuran panjang antara Gereja dan
pemerintah terkait Undang-Undang Kesehatan Reproduksi yang membuka jalan bagi
pendanaan kontrasepsi dan pendidikan seks di negara ini.
Dokumen
konferensi itu mengecam pemerintah dan lembaga sosial lainnya yang membuat
kebijakan “yang bertentangan dengan kehidupan dan keluarga melalui
langkah-langkah koersif yang bertentangan dengan hak-hak individu, pasangan dan
keluarga untuk berkembang sesuai dengan hukum alam dan hukum Gereja.”
“Pemerintah
yang mempromosikan kontrasepsi, aborsi, sterilisasi, keluarga berencana buatan,
perceraian, pernikahan sesama jenis dan euthanasia, menghancurkan keluarga
bahwa mereka berkewajiban untuk melindungi dan mendorong,” kata dokumen
tersebut.
Dokumen
tersebut menegaskan bahwa keluarga “didasarkan pada pernikahan … di antara
seorang pria dan seorang wanita” dan merupakan “lembaga alami yang misinya
meneruskan kehidupan.
“Kami
mendesak pemerintah untuk mempertimbangkan serius ‘Piagam Hak-hak Keluarga’ ini
dalam perumusan kebijakan yang mempengaruhi keluarga,” tulis dokumen itu.
Uskup Jean
Laffitte, sekretaris Dewan Kepausan untuk Keluarga Vatikan, mengatakan meskipun
berbagai upaya dilakukan
oleh pemimpin Gereja, namun ”hak untuk meneruskan kehidupan
tidak selalu dihormati” di sejumlah negara Asia.
Sumber: UCA News http://indonesia.ucanews.com/2014/05/19/umat-katolik-asia-didesak-melawan-ancaman-terhadap-eksistensi-keluarga/
2. Peneguhan
a. Inti
persoalan yang dihadapi keluarga-keluarga saat ini menurut artikel di atas
adalah; Kontrasepsi, aborsi, sterilisasi, keluarga berencana
buatan, perceraian, pernikahan sesama jenis dan euthanasia.
b. Dengan
melihat persoalan-persoalan seperti yang ditemukan dalam cerita tersebut, maka sebagai orang Katolik kita harus
sungguh memahami makna keluarga yang sesungguhnya menurut ajaran Gereja Katolik
sehingga mampu membangun keluarga sesuai cita- cita harapan Gereja itu sendiri.
Mendalami Ajaran Gereja tentang Keluarga yang dicita-citakan
1. Menyimak
artikel
Gereja
menganjurkan pengaturan kelahiran yang alamiah, jika pasangan suami istri
memiliki alasan yang kuat untuk membatasi kelahiran anak. Pengaturan keluarga
berencana (KB) secara alamiah ini dilakukan antara lain dengan cara pantang
berkala, yaitu tidak melakukan hubungan suami istri pada masa subur istri. Hal
ini sesuai dengan pengajaran Alkitab, yaitu “Janganlah kamu saling menjauhi,
kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat
kesempatan untuk berdoa” (1Kor 7:5). Dengan demikian suami istri dapat hidup
didalam kekudusan dan menjaga kehormatan perkawinan dan tidak mencemarkan
tempat tidur (lih. Ibr 13:4).
Dengan
menerapkan KB Alamiah, pasangan diharapkan untuk dapat lebih saling mengasihi
dan memperhatikan. Pantang berkala pada masa subur istri dapat diisi dengan
mewujudkan kasih dengan cara yang lebih sederhana dan bervariasi. Suami menjadi
lebih mengenal istri dan peduli akan kesehatan istri. Latihan penguasaan diri
ini dapat pula menghasilkan kebajikan lain seperti kesabaran, kesederhanaan,
kelemah-lembutan, kebijaksanaan, dll yang semuanya baik untuk kekudusan suami
istri. Istripun dapat merasa ia dikasihi dengan tulus, dan bukannya hanya
dikasihi untuk maksud tertentu. Teladan kebajikan suami istri ini nantinya akan
terpatri di dalam diri anak-anak, sehingga merekapun bertumbuh menjadi pribadi
yang beriman dan berkembang dalam berbagai kebajikan.
Perkawinan
Katolik mengandung makna yang sangat indah dan dalam, karena melaluinya Tuhan
mengikutsertakan manusia untuk mengalami misteri kasih-Nya dan turut mewujudkan
karyaNya dalam penciptaan kehidupan baru; yaitu janin yang memiliki jiwa yang
kekal. Perkawinan merupakan sakramen, karena menjadi gambaran persatuan Kristus
dan Gereja-Nya. Hanya dengan menyadari kedalaman arti Perkawinan ini, yaitu
untuk maksud persatuan (union) suami istri dengan pemberian diri mereka secara
total, dan turut sertanya mereka dalam karya penciptaan Tuhan (pro-creation),
kita lebih dapat memahami pengajaran Gereja Katolik yang menolak aborsi,
kontrasepsi dan sterilisasi. Karena semua praktek tersebut merupakan
pelanggaran terhadap kehendak Tuhan dan martabat manusia, baik pasangan suami
istri maupun janin keturunan mereka. Aborsi dan penggunaan alat-alat
kontrasepsi merendahkan nilai luhur seksualitas manusia, dengan melihat wanita
dan janin sebagai hanya seolah-olah ‘tubuh’ tanpa jiwa. Penggunaaan alat
kontrasepsi menghalangi union suami istri secara penuh dan peranan mereka dalam
pro-creation, sehingga kesucian persatuan perkawinan menjadi taruhannya. Betapa
besar perbedaan cara pandang yang seperti ini dengan rencana awal Tuhan, yang
menciptakan manusia menurut gambaran-Nya: manusia pria dan wanita sebagai
mahluk spiritual yang mampu memberikan diri secara total, satu dengan lainnya,
yang dapat mengambil bagian dalam karya penciptaan dan pengaturan dunia.
(Ingrid Listiati/ http://katolisitas.org/313/humanae-vitae-itu-benar)
2. Peneguhan
Untuk hidup
dan bertumbuh dengan baik, suatu lembaga, apa pun namanya, membutuhkan
perencanaan. Tanpa perencanaan lembaga itu akan hancur berantakan. Demikian
pula dengan keluarga sebagai suatu lembaga. Maka itu, kita berbicara tentang
KB.
Pelaksanaan KB sungguh-sungguh
suatu tuntutan moral masa kini yang sangat penting untuk diperhatikan oleh
semua pihak yang bertanggung jawab, baik dalam bidang kependudukan secara luas,
maupun dalam inti sel masyarakat, yaitu keluarga. Hanya dengan menjalankan KB, khususnya
pengaturan kelahiran sesuai dengan aspirasi setiap manusia, akan tercipta suatu
hidup yang makmur dan bahagia.
Namun, KB
tidak lepas dari masalah moral. Dalam melaksanakan KB kita hendaknya berpegang
teguh pada prinsip-prinsip moral kita, yaitu moral Katolik.
a.
Pandangan Gereja Mengenai KB
Gereja merasa mempunyai tanggung
jawab untuk mendukung dan melaksanakan
KB pada masa
ini. Secara khusus,
Gereja Indonesia melalui
uskup-uskupnya menegaskan: ”Bukan hanya pemerintah yang bertugas menyelesaikan
persoalan ini. Gereja merasa terlibat juga dan ikut bertanggung jawab untuk
mengusahakan pemecahan .…”. Pimpinan
Gereja di Indonesia sepakat menyatakan perlunya pengaturan kelahiran demi
kesejahteraan keluarga dan karena itu merasa penting membina sikap bertanggung
jawab di bidang ini (Pastoral Keluarga, KWI, 1976 No. 22–23).
b.
Alasan-alasan mengapa KB sangat penting
Alasan
pertama mengapa KB harus dipromosikan ialah kesejahteraan keluarga sebagai sel
yang paling kecil dari masyarakat. Dengan KB, ”mutu kehidupan” dapat ditingkatkan.
1)Dengan KB
kesehatan ibu bisa
agak dijamin. Kesehatan di
sini dipahami secara fisik maupun psikis. Setiap persalinan dan
kehamilan memerlukan tenaga ibu. Kehamilan dan persalinan yang terus-menerus
dapat menguras daya jasmani rohani ibu, khususnya jika gizi ibu kurang
diperhatikan.
2)Dengan KB relasi suami-istri bisa
semakin kaya. Kalau kehamilan dan kelahiran terjadi secara
terus-menerus, tugas utama suami-istri seolah- olah hanya terpaut pada urusan
pengadaan dan pendidikan anak. Waktu untuk membangun keintiman dan kasih sayang
di antara keduanya menjadi sangat terbatas.
3)Dengan KB taraf hidup yang lebih
pantas dapat dibangun. Semakin banyak anak berarti semakin banyak mulut
dan kepala yang memerlukan makanan, pakaian, rekreasi, perawatan kesehatan, dan
sebagainya. Pengeluaran yang begitu banyak, apalagi kalau sering terjadi secara
tak terduga, tentu saja akan mempersulit pengaturan kesejahteraan keluarga.
4)Dengan KB pendidikan anak dapat
lebih dijamin. Semua orang tua yang
mencintai anak-anaknya pasti
ingin memberikan pendidikan yang sesuai dengan masa modern ini
supaya nasib anak-anaknya lebih baik
daripada nasib mereka
sendiri. Akan tetapi, seringkali
untuk menyekolahkan anak-anak kita harus mempertaruhkan segala-galanya,
apalagi kalau memiliki banyak anak.
5)Dengan KB
tidak hanya menjamin
kesejahteraan keluarga, tetapi juga kesejahteraan masyarakat dan umat
manusia. Menurut pendapat para ahli, pelaksanaan KB merupakan salah satu
sarana yang penting untuk mengantar suatu bangsa dari keterbelakangan,
kemiskinan, dan ketidakadilan. Kemajuan di berbagai bidang akan sia-sia kalau
ledakan penduduk tidak dihambat. Ledakan penduduk membawa banyak problem:
problem lapangan kerja, papan, sandang, pangan, kesehatan, dan sebagainya.
c. Tanggungjawab
dalam KB
Ada beberapa kelompok orang yang
dianggap sangat bertanggung jawab dalam hal KB ini.
1)Para Pasutri (Pasangan Suami-Istri). Yang mempunyai tanggung jawab terbesar dalam
hal KB adalah pasangan suami-istri sendiri, yang memiliki potensi vital untuk
mengadakan anak.
2)Pemerintah. Pemerintah jelas mempunyai hak dan kewajiban
sekitar masalah kependudukan di negaranya, dalam batas wewenangnya.
3)Pimpinan agama.
Pimpinan semua agama
sebagai instansi yang berkepentingan menanamkan nilai-nilai
luhur dan ilahi juga bertanggung jawab untuk menyuluh, membimbing, dan
mendampingi para penganut agamanya, khususnya pasutri, dalam pelaksanaan KB
yang wajar.
d. Penilaian
moral tentang metode pada umumnya
Walaupun ajaran Gereja pada
umumnya hanya mengakui metode KB alamiah, namun Gereja Indonesia melalui
uskup-uskupnya mengatakan bahwa dalam keadaan terjepit para suami-istri dapat menggunakan metode lain,
asalkan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1)Tidak merendahkan martabat istri
atau suami. Misalnya, suami-istri tidak boleh dipaksa untuk menggunakan
salah satu metode.
2)Tidak berlawanan dengan hidup
manusia. Jadi, metode-metode yang bersifat abortif jelas ditolak.
3)Dapat dipertanggungjawabkan secara
medis, tidak membawa
efek samping yang menyebabkan kesehatan atau nyawa ibu berada dalam
bahaya.
e. Penilaian
moral untuk masing-masing metode
1)Gereja sangat menganjurkan metode KB
alamiah seperti:
a) metode
kalender;
b) metode
pengukuran suhu basal (metode temperatur);
c) metode
ovulasi Billings; dan
d) metode
simptotermal (gabungan).
2)Metode yang dilarang Gereja karena
bersifat abortif, antara lain:
1) abortus
provocatus: pengguguran dengan sengaja;
2) spiral;
dan
3) pil
mini.
Doa Penutup
Yesusku, Terima kasih Engkau
beri aku Ayah dan Ibu yang baik. Yang dengan sabar mendidik dan membesarkan
aku. Mereka sangat menyayangi aku. Aku mohon, berkatilah mereka, dalam usahanya
mencukupi kebutuhan kami. Baik jasmani maupun rohani. Bimbinglah mereka dengan
kekuatan Roh Kudus-Mu. Terangilah jalan hidup mereka. Sehingga mereka selalu
berada di jalan-Mu. Jalan ke kehidupan kekal.
Jauhkan mereka dari penyakit. Lindungi
mereka dari kejahatan dan kecelakaan. Hiburlah mereka di saat susah. Kuatkan
pengharapan mereka dalam penderitaan. Semoga kami sekeluarga tetap bersatu,
dalam cinta kasih-mu yang
abadi. Amin.
PERTANYAAN:
1. Bagaimanakah
pandangan Gereja mengenai KB?
2. Sebutkan
5 alasan mengapa KB sangat penting!
3. Sebutkan
3 kelompok orang yang dianggap sangat bertanggung jawab dalam hal KB!
4. Bagaimana
penilaian moral sesuai ajaran Gereja tentang metode KB pada umumnya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar