KESETARAAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN (Bagian 2)
DOA PEMBUKAAN
Allah Bapa Yang Mahabaik, Engkau menciptakan kami sebagai laki-laki dan
perempuan, semartabat, secitra, dan sederajat. Sekalipun kami memiliki kekhasan dan
perbedaan, Engkau tetap menghendaki kami bersatu dan saling melengkapi. Engkau mencintai kami dan memanggil kami untuk
senantiasa saling membantu dan mengembangkan, sehingga kami semakin sempurna. Berkatilah
kami, ya Tuhan, supaya kami tidak kenal lelah selalu mengusahakan yang terbaik
dan menjunjung martabat satu sama lain sesuai dengan kehendak-Mu. Amin
PANDANGAN KITAB SUCI DAN AJARAN GEREJA
1.
Kitab
Kejadian 2: 18−23
18TUHAN
Allah berfirman: “Tidak
baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong
baginya, yang sepadan dengan dia.”
19Lalu
TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di
udara. Dibawa-Nyalah semuanya
kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama
yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup,
demikianlah nanti nama makhluk itu.
20Manusia
itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada
segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia.
21Lalu
TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu
rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging.
22Dan
dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya
kepada manusia itu.
23Lalu
berkatalah manusia itu: “Inilah
dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan,
sebab ia diambil dari laki-laki.”
2.
Katekismus
Gereja Katolik
371.
Allah
menciptakan pria dan wanita secara bersama dan menghendaki yang satu untuk yang
lain. Sabda Allah menegaskan itu bagi kita melalui berbagai tempat dalam
Kitab Suci: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan
menjadikan penolong baginya yang sepadan dengan dia” (Kej. 2:18). Dari antara
binatang-binatang manusia tidak menemukan satu pun yang sepadan dengan dia
(Kej. 2:19-20). Wanita yang Allah “bentuk” dari rusuk pria, dibawa kepada
manusia. Lalu berkatalah manusia yang begitu bahagia karena persekutuan
dengannya, “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku” (Kej.
2:23). Pria menemukan
wanita itu sebagai aku yang lain, sebagai sesama manusia.
372.
Pria dan wanita diciptakan “satu untuk yang
lain”, bukan seakan-akan Allah membuat mereka sebagai manusia setengah-setengah
dan tidak lengkap, melainkan Ia
menciptakan mereka untuk satu persekutuan pribadi, sehingga kedua orang itu
dapat menjadi “penolong” satu untuk yang lain, karena di satu pihak mereka itu
sama sebagai pribadi (“tulang dari tulangku”), sedangkan di lain pihak mereka saling melengkapi dalam
kepriaan dan kewanitaannya. Dalam perkawinan Allah mempersatukan mereka
sedemikian erat, sehingga mereka “menjadi satu daging” (Kej. 2:24) dan dapat meneruskan kehidupan manusia:
“Beranak-cuculah dan bertambah banyaklah; penuhilah bumi” (Kej. 1:28). Dengan
meneruskan kehidupan kepada anak-anaknya, pria dan wanita sebagai suami isteri
dan orang-tua bekerja sama dengan karya Pencipta atas cara yang sangat khusus.
373.
Menurut rencana Allah, pria dan wanita memiliki panggilan supaya sebagai
“wakil” yang ditentukan Allah, “menaklukkan dunia”. Keunggulan ini tidak boleh menjadi
kelaliman yang merusak. Diciptakan menurut citra Allah, yang “mengasihi segala
yang ada” (Keb. 11:24), pria
dan wanita terpanggil untuk mengambil bagian dalam penyelenggaraan ilahi untuk
makhluk-makhluk lain. Karena itu, mereka bertanggung jawab untuk dunia yang dipercayakan
Allah kepada mereka.
PENJELASAN
a. Pria dan wanita diciptakan Tuhan
untuk saling melengkapi, untuk menjadi
teman hidup. Pria
saja tidaklah lengkap.
Allah sendiri berkata: “Tidaklah baik, kalau manusia
itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan seorang penolong baginya, yang
sepadan dengan dia" (Kej. 2:18). Untuk menyatakan bahwa wanita sungguh-sungguh merupakan
kesatuan dengan pria, maka Tuhan menciptakan wanita itu bukan dari bahan lain,
tetapi dari tulang rusuk pria itu. Maka, pria itu kemudian berkata
tentang wanita itu demikian: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari
dagingku” (Kejadian 2: 23). Dari kutipan Kitab Suci ini jelaslah bahwa hubungan pria dan wanita adalah
hubungan yang suci dan sepadan.
b. Dalam
Katekismus Gereja Katolik Artikel 371⎯373 disebutkan bahwa pria dan
wanita diciptakan “satu untuk yang lain”, bukan seakan-akan Allah membuat mereka sebagai manusia
setengah-setengah dan tidak lengkap, melainkan Ia menciptakan mereka untuk satu persekutuan pribadi,
sehingga kedua orang itu dapat menjadi “penolong” satu untuk yang lain, karena
di satu pihak mereka itu sama sebagai pribadi (“tulang dari tulangku”), sedangkan di lain pihak mereka
saling melengkapi dalam kepriaan dan kewanitaannya. Dalam perkawinan
Allah mempersatukan mereka sedemikian
erat, sehingga mereka
“menjadi satu daging” (Kej. 2:24) dan dapat meneruskan kehidupan
manusia: “Beranak-cuculah dan bertambah banyaklah; penuhilah bumi” (Kej. 1:28).
Dengan meneruskan kehidupan kepada anak-anaknya, pria dan wanita sebagai suami
isteri dan orang tua bekerja sama dengan karya Pencipta atas cara yang sangat
khusus.
c. Panggilan Tuhan atas laki-laki
atau perempuan adalah: masing-masing berkembang dan memperkembangkan diri
menjadi laki-laki sejati dan perempuan sejati.
d. Penolong
itu adalah yang “sepadan” dengan dia, artinya yang memiliki kedudukan yang sama dan itu adalah MANUSIA
YANG LAIN. Dengan adanya manusia yang lain memungkinkan manusia membangun
relasi dengan yang lain.
PERTANYAAN
1. Siapa
yang menghendaki supaya manusia (laki-laki) tidak seorang diri? Mengapa?
2. Siapa
yang menjadikan penolong bagi laki-laki? Apakah yang satu lebih tinggi dari
yang lain?
3. Lihat
ayat 23, apakah ini pengakuan sederajat atau menganggap yang satu lebih hebat
dari yang lain? Apakah yang dimaksud dengan penolong yang sepadan menurut
Katekismus Gereja Katolik?
DOA PENUTUP
Mazmur 113
Tuhan
Meninggikan Orang yang Rendah
1Haleluya! Pujilah, hai hamba-hamba TUHAN, pujilah nama
TUHAN!
2Kiranya nama TUHAN dimasyhurkan, sekarang ini dan
selama-lamanya.
3Dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari
terpujilah nama TUHAN.
4TUHAN tinggi mengatasi segala bangsa, kemuliaan-Nya
mengatasi langit.
5Siapakah seperti TUHAN, Allah kita, yang diam di
tempat yang tinggi,
6yang merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke
bumi?
7Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan
mengangkat orang yang miskin dari lumpur,
8untuk mendudukkan dia bersama-sama dengan para
bangsawan, bersama-sama
dengan para bangsawan
bangsanya.
9Ia mendudukkan perempuan yang mandul di rumah sebagai
ibu anak-anak,
penuh sukacita. Haleluya!
Kemuliaan
kepada Bapa, Putra, dan Roh Kudus
Seperti pada
permulaan, sekarang, selalu, dan sepanjang segala abad. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar