Cari Blog Ini

Senin, 16 Agustus 2021

KESETARAAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN (Bagian 2)

KESETARAAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN (Bagian 2)

 

DOA PEMBUKAAN

Allah Bapa Yang Mahabaik,  Engkau menciptakan kami sebagai laki-laki dan perempuan, semartabat, secitra, dan sederajat.  Sekalipun kami memiliki kekhasan dan perbedaan, Engkau tetap menghendaki kami bersatu dan saling melengkapi.  Engkau mencintai kami dan memanggil kami untuk senantiasa saling membantu dan mengembangkan, sehingga kami semakin sempurna. Berkatilah kami, ya Tuhan, supaya kami tidak kenal lelah selalu mengusahakan yang terbaik dan menjunjung martabat satu sama lain sesuai dengan kehendak-Mu.  Amin

 

 

PANDANGAN KITAB SUCI DAN AJARAN GEREJA

 

1.    Kitab Kejadian 2: 18−23

18TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”

19Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu.

20Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia.

21Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging.

22Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu.

23Lalu berkatalah manusia itu: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.”

 

2.    Katekismus Gereja Katolik

371.        Allah menciptakan pria dan wanita secara bersama dan menghendaki yang satu untuk yang lain. Sabda Allah menegaskan itu bagi kita melalui berbagai tempat dalam Kitab Suci: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya yang sepadan dengan dia” (Kej. 2:18). Dari antara binatang-binatang manusia tidak menemukan satu pun yang sepadan dengan dia (Kej. 2:19-20). Wanita yang Allah “bentuk” dari rusuk pria, dibawa kepada manusia. Lalu berkatalah manusia yang begitu bahagia karena persekutuan dengannya, “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku” (Kej. 2:23). Pria menemukan wanita itu sebagai aku yang lain, sebagai sesama manusia.

372.        Pria dan wanita diciptakan “satu untuk yang lain”, bukan seakan-akan Allah membuat mereka sebagai manusia setengah-setengah dan tidak lengkap, melainkan Ia menciptakan mereka untuk satu persekutuan pribadi, sehingga kedua orang itu dapat menjadi “penolong” satu untuk yang lain, karena di satu pihak mereka itu sama sebagai pribadi (“tulang dari tulangku”), sedangkan di lain pihak mereka saling melengkapi dalam kepriaan dan kewanitaannya. Dalam perkawinan Allah mempersatukan mereka sedemikian erat, sehingga mereka “menjadi satu daging” (Kej. 2:24) dan dapat meneruskan kehidupan manusia: “Beranak-cuculah dan bertambah banyaklah; penuhilah bumi” (Kej. 1:28). Dengan meneruskan kehidupan kepada anak-anaknya, pria dan wanita sebagai suami isteri dan orang-tua bekerja sama dengan karya Pencipta atas cara yang sangat khusus.

373.        Menurut rencana Allah, pria dan wanita memiliki panggilan supaya sebagai “wakil” yang ditentukan Allah, “menaklukkan dunia”. Keunggulan ini tidak boleh menjadi kelaliman yang merusak. Diciptakan menurut citra Allah, yang “mengasihi segala yang ada” (Keb. 11:24), pria dan wanita terpanggil untuk mengambil bagian dalam penyelenggaraan ilahi untuk makhluk-makhluk lain. Karena itu, mereka bertanggung jawab untuk dunia yang dipercayakan Allah kepada mereka.

 

PENJELASAN

a.       Pria dan wanita diciptakan Tuhan untuk saling melengkapi, untuk menjadi  teman  hidup.  Pria  saja  tidaklah  lengkap.  Allah  sendiri berkata: “Tidaklah baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan seorang penolong baginya, yang sepadan dengan dia" (Kej. 2:18). Untuk menyatakan bahwa wanita sungguh-sungguh merupakan kesatuan dengan pria, maka Tuhan menciptakan wanita itu bukan dari bahan lain, tetapi dari tulang rusuk pria itu. Maka, pria itu kemudian berkata tentang wanita itu demikian: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku” (Kejadian 2: 23). Dari kutipan Kitab Suci ini jelaslah bahwa hubungan pria dan wanita adalah hubungan yang suci dan sepadan.

b.      Dalam Katekismus Gereja Katolik Artikel 371373 disebutkan bahwa pria dan wanita diciptakan “satu untuk yang lain”, bukan seakan-akan Allah membuat mereka sebagai manusia setengah-setengah dan tidak lengkap, melainkan Ia menciptakan mereka untuk satu persekutuan pribadi, sehingga kedua orang itu dapat menjadi “penolong” satu untuk yang lain, karena di satu pihak mereka itu sama sebagai pribadi (“tulang dari tulangku”), sedangkan di lain pihak mereka saling melengkapi dalam kepriaan dan kewanitaannya. Dalam perkawinan Allah mempersatukan  mereka  sedemikian  erat,  sehingga  mereka  “menjadi satu daging” (Kej. 2:24) dan dapat meneruskan kehidupan manusia: “Beranak-cuculah dan bertambah banyaklah; penuhilah bumi” (Kej. 1:28). Dengan meneruskan kehidupan kepada anak-anaknya, pria dan wanita sebagai suami isteri dan orang tua bekerja sama dengan karya Pencipta atas cara yang sangat khusus.

c.       Panggilan Tuhan atas laki-laki atau perempuan adalah: masing-masing berkembang dan memperkembangkan diri menjadi laki-laki sejati dan perempuan sejati.

d.      Penolong itu adalah yang “sepadan” dengan dia, artinya yang memiliki kedudukan yang sama dan itu adalah MANUSIA YANG LAIN. Dengan adanya manusia yang lain memungkinkan manusia membangun relasi dengan yang lain.

 

PERTANYAAN

1.       Siapa yang menghendaki supaya manusia (laki-laki) tidak seorang diri? Mengapa?

2.       Siapa yang menjadikan penolong bagi laki-laki? Apakah yang satu lebih tinggi dari yang lain?

3.       Lihat ayat 23, apakah ini pengakuan sederajat atau menganggap yang satu lebih hebat dari yang lain? Apakah yang dimaksud dengan penolong yang sepadan menurut Katekismus Gereja Katolik?

 

DOA PENUTUP

 

Mazmur 113

Tuhan Meninggikan Orang yang Rendah

1Haleluya! Pujilah, hai hamba-hamba TUHAN, pujilah nama TUHAN!

2Kiranya nama TUHAN dimasyhurkan, sekarang ini dan selama-lamanya.

3Dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari terpujilah nama TUHAN.

4TUHAN tinggi mengatasi segala bangsa, kemuliaan-Nya mengatasi langit.

5Siapakah seperti TUHAN, Allah kita, yang diam di tempat yang tinggi,

6yang merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke bumi?

7Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur,

8untuk mendudukkan dia bersama-sama dengan para bangsawan, bersama-sama

dengan para bangsawan bangsanya.

9Ia mendudukkan perempuan yang mandul di rumah sebagai ibu anak-anak,

penuh sukacita. Haleluya!

Kemuliaan kepada Bapa, Putra, dan Roh Kudus

Seperti pada permulaan, sekarang, selalu, dan sepanjang segala abad. AMIN

 

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar