GEREJA YANG KATOLIK
Doa Pembukaan
Ya Bapa sumber kebijaksanaan
sejati, Dalam pertemuan ini
kami ingin memahami
lebih mendalam tentang
hakekat dan sifat-sifat Gereja,
teristimewa Gereja yang
Katolik. Kami
mohon kepada-Mu, anugerahkanlah
kepada kami hati dan budi yang suci, serta berilah semangat untuk mengikuti dan
ambil bagian dalam proses pembelajaran ini, agar kami dapat memahami kehadiran
Gereja-Mu di bumi ini. Engkau yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang segala
masa. Amin.
Pemikiran Dasar
Pada kegiatan
pembelajaran sebelumnya telah dibahas
tentang sifat Gereja yang “kudus”. Pada pelajaran ini akan dibahas sifat Gereja yang ketiga yaitu
“Katolik”. Sebagaimana makna dan
hakikat sifat Gereja yang satu dan kudus, apabila kita bertanya kepada umat
awam katolik, termasuk kaum muda Katolik, banyak yang belum memahami makna
kekatolikan yang mereka sandang. Ada yang mengatakan, yang penting saya ini
orang Katolik. Jawaban seperti ini akan menjadi kendala ketika berhadapan
dengan umat beragama lain dalam suatu forum dialog, atau hanya sekedar mendapat
pertanyaan spontan dari umat beragama lain yang mengetahui makna katolik.
Katolik dari kata Latin, catholicus yang berarti universal
atau umum. Nama
yang sudah dipakai sejak awal abad ke II M, pada masa St. Ignatius dari
Antiokia menjadi Uskup. Ciri katolik ini mengandung arti Gereja yang utuh, lengkap, tidak hanya setengah
atau sebagian dalam menerapkan sistem yang berlaku dalam Gereja. Bersifat
universal artinya, Gereja Katolik itu mencakup semua orang yang telah dibaptis
secara katolik di seluruh dunia, dimana setiap orang menerima pengajaran iman
dan moral serta berbagai tata liturgi yang sama di manpun berada. Kata
universal juga sering dipakai untuk menegaskan tidak adanya sekte-sekte dalam
Gereja Katolik. Konstitusi Lumen Gentium Konsili Vatikan ke II menegaskan arti kekatolikan itu : “Satu
umat Allah itu hidup di tengah segala bangsa di dunia, karena memperoleh
warganya dari segala bangsa. Gereja nemajukan dan menampung segala kemampuan,
kekayaan dan adat istiadat bangsa-bangsa sejauh itu baik. Gereja yang katolik
secara tepat guna dan tiada hentinya berusaha merangkum segenap umat manusia
beserta segala harta kekayaannya di bawah Kristus Kepala, dalam kesatuan
Roh-Nya” (LG. 13).
Melalui pelajaran ini, peserta
didik diharapkan memahami sifat kekatolikan Gereja sehingga
terdorong untuk ikut
serta mewujudkan nilai-nilai
luhur Injili dan memperjuangkan
suatu dunia yang lebih baik untuk seluruh umat manusia tanpa pandang bulu.
Peserta didik juga memahami bahwa Gereja dipanggil untuk menghormati
kebudayaan, adat istiadat, bahkan agama mana pun. Oleh karena itu, dirinya
sebagai orang Katolik ikut berjuang untuk kepentingan, kesejahteraan umum,
memajukan nilai-nilai luhur dan memperjuangkan satu dunia yang lebih baik untuk
seluruh umat manusia.
Menggali Makna Kekatolikan Gereja
Menyimak dan Mendalami
Cerita yang Mengungkapkan
Segi-Segi Kekatolikan Gereja
Simpul
Persaudaraan Kardinal Bergoglio
Ketika memangku reksa kegembalaan sebagai Uskup Agung Buenos Aires,
Bergoglio sudah memiliki kebiasaan dialog, menjalin relasi, kerja sama dan
persaudaraan dengan tradisi kepercayaan lain. Kardinal kelahiran Flores, Buenos
Aires, 17 Desember 1936 ini aktif mengadakan kunjungan secara berkala dan hadir
dalam acara-acara penting komunitas agama lain di Argentina. Bahkan, ia sering
menggelar acara bersama dengan para pemuka agama lain untuk mempererat tali
silaturahmi.
Tak segan-segan, Bergoglio berkunjung dan masuk ke masjid untuk berbaur
dengan saudara-saudari Muslim. Ia pun dengan senang hati menghadiri acara
keagamaan orang Yahudi. Pertemuan-pertemuan berskala nasional dengan banyak
denominasi Kristen dari berbagai aliran juga menjadi prioritas dalam agendanya.
Sikap keterbukaan dan
kehangatan sapaannya dalam
kancah dialog damai
dan persaudaraan terpatri begitu kuat dalam hati para pemuka agama di
Argentina.
Pada November 2012, simpul kedekatannya dengan komunitas tradisi agama
lain pun terkristalisasi dalam suatu pertemuan penuh makna. Bergoglio
mengundang para pemimpin umat agama lain dalam suatu pertemuan persaudaraan.
Perhelatan yang digelar di kompleks Katedral Buenos Aires ini menjadi ajakan
untuk merefleksikan roh pemersatu dalam persaudaraan sebagai komunitas umat
manusia. Undangannya itu pun mendapat sambutan hangat dari para tamunya. Kala
itu, perwakilan Islam, Yahudi, Orthodoks, dan sejumlah denominasi Gereja
Kristen Evangelis di Argentina berbondong-bondong menghadiri undangan
Bergoglio.
Para tamunya pun semakin terkesima ketika Sang Kardinal mengajak mereka
masuk ke Katedral Buenos Aires untuk berdoa bersama. Seakan-akan ia membuka
pintu Gereja Katedral lebar-lebar bagi umat beriman dan semua orang yang
berkehendak baik demi
perdamaian. Bergoglio merangkul
para pemuka agama untuk mendoakan perdamaian di Timur
Tengah yang dinodai dengan kebencian, permusuhan, penindasan, dan perang. Para
tokoh agama Argentina menyebutnya sebagai “pembuka pintu” untuk orang lain di
rumahnya, dan menawarkan sambutan hangat pada siapa pun yang bertamu.
(Catholic-news.com)
Pendalaman
1. Uskup
Agung Buenos Aires, Bergoglio memiliki kebiasaan dialog, menjalin relasi, kerjasama dan persaudaraan
dengan tradisi kepercayaan lain.
2. Mgr.
Bergoglio aktif mengadakan kunjungan secara berkala dan hadir dalam acara-acara
penting komunitas agama lain di Argentina. Bahkan, ia sering menggelar acara bersama dengan para pemuka
agama lain untuk mempererat tali silaturahmi. Sikap Mgr. Bergoglio ini menampakkan semangat kekatolikan dalam
hidupnya.
Menggali Makna Kekatolikan
menurut Ajaran Gereja
Menyimak Dokumen Gereja
“Semua orang dipanggil sebagai Umat Allah yang baru. Maka umat itu,
yang tetap satu dan tunggal, harus disebarluaskan keseluruh dunia dan melalui
segala abad, supaya terpenuhilah rencana kehendak Allah, yang pada awal mula
menciptakan satu kodrat manusia, dan menetapkan untuk akhirnya menghimpun dan
mempersatukan lagi anak-anak-Nya yang tersebar (lih. Yoh 11:52). Sebab demi
tujuan itulah Allah mengutus Putera-Nya, yang dijadikan-Nya ahli waris alam
semesta (lih. Ibr 1:2), agar Ia menjadi Guru, Raja dan Imam bagi semua orang,
Kepala umat anak-anak Allah yang baru dan universal. Demi tujuan itu pulalah
Allah mengutus Roh Putera- Nya, Tuhan yang menghidupkan, yang bagi seluruh
Gereja dan masing-masing serta segenap orang beriman menjadi azas penghimpun
dan pemersatu dalam ajaran para rasul dan persekutuan, dalam pemecahan roti,
dan doa-doa (lih. Kis 1:42 yun.).
Jadi satu Umat Allah itu hidup ditengah segala bangsa dunia, warga
Kerajaan yang tidak bersifat duniawi melainkan sorgawi. Sebab semua orang
beriman, yang tersebar diseluruh dunia, dalam Roh Kudus berhubungan dengan
anggota-anggota lain. Demikianlah “dia yang tinggal di Roma mengakui
orang-orang India sebagai saudaranya”[23]. Namun, karena Kerajaan Kristus bukan
dari dunia ini (lih. Yoh 18:36), maka Gereja dan Umat Allah, dengan membawa
masuk Kerajaan itu, tidak mengurangi sedikitpun kesejahteraan materiil bangsa
manapun juga. Malahan sebaliknya, Gereja memajukan dan menampung segala
kemampuan, kekayaan dan adat-istiadat bangsa-bangsa sejauh itu baik; tetapi
dengan menampungnya juga memurnikan, menguatkan serta mengangkatnya. Sebab
Gereja tetap ingat, bahwa harus ikut mengumpulkan bersama dengan Sang Raja,
yang diserahi segala bangsa sebagai warisan (lih. Mzm 2:8), untuk mengantarkan
persembahan dan upeti kedalam kota-Nya (lih. Mzm 71/72:10; Yes 60:4-7; Why 21:24).
Sifat universal, yang menyemarakkan Umat Allah itu, merupakan kurnia Tuhan
sendiri. Karenanya Gereja yang katolik secara tepat-guna dan tiada hentinya
berusaha merangkum segenap umat manusia beserta segala harta kekayaannya
dibawah Kristus Kepala, dalam kesatuan Roh-Nya.
Berkat ciri katolik itu setiap bagian Gereja menyumbangkan kepunyaannya
sendiri kepada bagian-bagian lainnya dan kepada seluruh Gereja. Dengan
demikian, Gereja semesta dan masing-masing bagiannya berkembang karena semuanya
saling berbagi dan serentak menuju kepenuhannya dalam kesatuan. Maka dari itu
umat Allah bukan hanya dihimpun dari pelbagai bangsa, melainkan dalam dirinya
sendiri pun tersusun dari aneka golongan.
Sebab di antara
para anggotanya terdapat
macam-ragam, bisa karena jabatan, sebab ada beberapa yang menjalankan
pelayanan suci demi kesejahteraan saudara-saudara mereka, bisa karena corak dan
tata-tertib kehidupan, sebab cukup banyak yang dalam status hidup bakti
(religius) menuju kesucian melalui jalan yang lebih sempit, yang mendorong
saudara-saudara dengan teladan mereka. Maka dalam persekutuan Gereja selayaknya
pula terdapat Gereja-Gereja khusus, yang memiliki tradisi mereka sendiri,
tetaplah utuh primat takhta Petrus, yang mengetuai segenap persekutuan cinta kasih[25],
melindungi keanekaragam yang wajar, dan sekaligus menjaga, agar hal-hal yang
khusus jangan merugikan kesatuan, melainkan justru menguntungkannya. Maka
antara pelbagai bagian Gereja perlu ada ikatan persekutuan yang mesra mengenai
kekayaan rohani para pekerja dalam kerasulan dan bantuan materiil. Sebab para
anggota umat Allah dipanggil untuk saling berbagi harta-benda, dan bagi
masing-masing Gereja pun berlaku amanat Rasul: “Layanilah seorang akan yang
lain, sesuai dengan kurnia yang telah diperoleh setiap orang, sebagai pengurus aneka rahmat Allah yang baik.”
(1Ptr. 4:10).
Jadi kepada kesatuan katolik umat Allah itulah, yang melambangkan dan
memajukan perdamaian semesta, semua orang dipanggil. Mereka termasuk ke
kesatuan itu, atau terarahkan kepadanya dengan aneka cara, baik kaum beriman
katolik, umat lainnya yang beriman akan Kristus, maupun semua orang tanpa
kecuali, yang karena rahmat Allah dipanggil kepada keselamatan. (Lumen
Gentium artikel 13)
Pendalaman
1. Katolik
makna aslinya berarti universal
atau umum. Arti universal dapat dilihat secara kwantitatif dan kualitatif.
2. Gereja itu
katolik karena Gereja
dapat hidup di
tengah segala bangsa
dan memperoleh warganya dari semua bangsa. Gereja sebagai sakramen
Roh Kudus mempunyai pengaruh dan daya pengudus yang tidak terbatas pada anggota
Gereja saja, melainkan juga terarah kepada seluruh dunia. Dengan
sifat katolik ini dimaksudkan bahwa Gereja mampu mengatasi keterbatasannya
sendiri untuk berkiprah ke seluruh penjuru dunia.
3. Gereja itu katolik karena
ajarannya dapat diwartakan kepada segala bangsa dan segala harta kekayaan
bangsa-bangsa dapat ditampungnya sejauh itu baik dan luhur. Gereja terbuka
terhadap semua kemampuan, kekayaan, dan adat-istiadat yang luhur tanpa
kehilangan jati dirinya. Sebenarnya, Gereja bukan saja dapat menerima
dan merangkum segala sesuatu, tetapi Gereja dapat menjiwai seluruh dunia
dengan semangatnya. Oleh sebab itu, yang katolik bukan saja Gereja
universal, melainkan juga setiap anggotanya, sebab dalam setiap jemaat hadirlah
seluruh Gereja. Setiap jemaat adalah Gereja yang lengkap, bukan sekedar
“cabang” Gereja universal. Gereja setempat merupakan seluruh Gereja yang
bersifat katolik.
4. Gereja bersifat katolik berarti
terbuka bagi dunia, tidak terbatas pada tempat tertentu, bangsa dan kebudayaan
tertentu, waktu atau golongan masyarakat tertentu. Kekatolikan Gereja
tampak dalam: Rahmat dan keselamatan yang ditawarkannya.
5. Iman dan ajaran Gereja yang
bersifat umum, dapat diterima dan dihayati oleh siapa pun juga.
6. Kekatolikan
Gereja
tidak berarti bahwa
Gereja meleburkan diri
ke dalam dunia. Dalam keterbukaan
itu, Gereja tetap mempertahankan identitas dirinya. Kekatolikan justru terbukti dengan kenyataan bahwa
identitas Gereja tidak tergantung pada bentuk lahiriah tertentu, melainkan
merupakan suatu identitas yang dinamis, yang selalu dan dimana-mana dapat
mempertahankan diri, bagaimanapun juga bentuk pelaksanaannya. Kekatolikan
Gereja bersumber dari firman Tuhan sendiri.
7. Gereja
itu bersifat dinamis. Maka Gereja
dapat dikembangkan lebih nyata atau
diwujudkan dengan cara: Bersikap terbuka dan menghormati kebudayaan,
adat-istiadat, bahkan agama bangsa mana pun. Bekerja sama dengan pihak mana pun
yang berkehendak baik untuk mewujudkan nilai-nilai yang luhur di dunia ini.
8.
Berusaha
untuk memprakarsai dan memperjuangkan suatu dunia yang lebih baik untuk umat
manusia. Terlibat dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga kita dapat memberi
kesaksian bahwa “katolik” artinya terbuka untuk apa saja yang baik dan siapa
yang berhendak baik.
Doa Penutup
Terima kasih ya Bapa, atas
penyertaan-Mu dalam pertemuan kami ini. Kini kami telah memahami rencana
penyelamatan-Mu untuk seluruh umat manusia melalui kehadiran Gereja Katolik, juga penyelamatan-Mu atas kami yang berpangkal
pada tradisi para rasul. Kami mohon ya Bapa, jadikanlah kami pewarta-pewarta
Kabar Sukacita di tengah-tengah masyarakat kami agar setiap orang menemukan
kebahagiaan sejati baik di dunia ini, maupun dalam kemuliaan kekal nanti. Demi
Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.
a. Apa makna Katolik menurut ajaran Gereja?
b. Mengapa Gereja disebut Katolik?
b. Bagaimana mewujudkan kekatolikan Gereja di
dunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar