Sifat-Sifat Gereja
GEREJA YANG SATU
DOA PEMBUKAAN
Ya Allah pokok keselamatan kami, Gereja-Mu telah menjadi
tanda keselamatan bagi banyak jiwa di bumi ini. Kehadiran Gereja yang bersifat:
Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik sebagaimana iman para Rasul yang telah kami
imani sampai saat ini, kini telah menyatukan kami dan menjadi tanda kehadiran-Mu
yang menguduskan kami semua. Kami
mohon kepada-Mu ya Bapa, hadirlah dalam
pertemuan ini agar kami semakin
mengenal, memahami teristimewa Gereja yang Satu serta selanjutnya dapat mengamalkan kehendak-Mu sebagai anggota
Gereja. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami. Amin.
A. PENDAHULUAN
Ajaran tradisional Gereja
Katolik menyebutkan bahwa sifat-sifat Gereja adalah :
a. Satu
b. Kudus
c. Katolik
d. Apostolik.
Apa
sesungguhnya arti dan makna Gereja yang satu itu? Menurut Ensiklopedi Gereja, “Gereja adalah satu karena
bersatu dalam iman, pembaptisan, perayaan ekaristi dan pimpinan di seluruh
dunia. Kesatuan ini harus dibina, dijaga, dipelihara dalam
semangat saling mengampuni
dan menghormati. Kesatuan ini bukan keseragaman yang dipaksakan atau tidak
mengindahkan kebebasan wajar
Gereja-gereja partikular. Oleh karena
itu ciri Gereja yang
satu menuntut suatu communio dengan Gereja Roma atau
sekurang-kurangnya tidak terpisah daripadanya (ex-communicatio).”
Gereja yang satu adalah Gereja
yang percaya akan kehendak Allah, sebagaimana tertulis dalam Kitab Suci,
bahwa orang-orang beriman
kepada Kristus hendaknya berhimpun menjadi Umat Allah (1Ptr 2:5-10) dan
menjadi satu Tubuh
(1Kor 12:12). Gereja Katolik
percaya bahwa kesatuan itu menjadi begitu kokoh dan kuat karena secara historis
bertolak dari penetapan Petrus sebagai penerima kunci Kerajaan Surga.
Setelah Petrus menyatakan pengakuannya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah
yang hidup, maka Yesuspun menyatakan akan mendirikan jemaat-Nya di atas batu
karang yang alam maut tidak akan menguasainya (Mat 16:16-19). Demikianlah
Petrus ditugaskan untuk menggembalakan domba-domba dengan cinta.
Secara
historis juga menjadi bagian dari kepercayaan bahwa para Paus merupakan pengganti Petrus (Paus yang pertama),
yang memimpin Gereja bersama
semua Uskup seluruh dunia secara kolegial disebut sebagai successio
apostolica. Konsili Vatikan II menegaskan corak kolegial tugas penggembalaan
ini yang bertanggungjawab bagi pelakasanaan tugas-tugas Gereja:
memimpin/melayani, mengajar, dan menguduskan.
B. MARI
MEMBACA KITAB SUCI
a)
1Petrus 2: 5-10
5 Dan biarlah kamu
juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi
suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan
persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.
6 Sebab ada
tertulis dalam Kitab Suci: “Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu
yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-
Nya, tidak akan dipermalukan.”
7 Karena itu bagi
kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: “Batu yang
telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga
telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan.”
8 Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak
taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan.
9 Tetapi kamulah
bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan
Allah sendiri, supaya kamu memberitakan
perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu
keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:
10 kamu, yang dahulu
bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat- Nya, yang dahulu
tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.
b)
1 Korintus 12:12
12 Karena sama seperti tubuh itu satu dan
anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan
satu tubuh, demikian pula Kristus.
c)
2 Timoteus 2:22
22 Sebab itu
jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai
bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.
d)
Efesus 4:3-6
3 Dan berusahalah
memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera:
4 satu tubuh, dan
satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang
terkandung dalam panggilanmu,
5 satu Tuhan, satu
iman, satu baptisan,
6 satu Allah dan
Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.
e)
Matius 16:16-19
16 Maka jawab Simon
Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!”
17 Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau
Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan
Bapa-Ku yang di sorga.
18 Dan Aku pun
berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan
mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.
19 Kepadamu akan
Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kau ikat di dunia ini akan terikat di
sorga dan apa yang kau lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”
C. MENGGALI
AJARAN KITAB SUCI TENTANG MAKNA KESATUAN GEREJA
a) Allah berkenan menghimpun orang-orang yang beriman akan Kristus menjadi
Umat Allah (lih. 1Ptr 2: 5-10) dan membuat mereka menjadi satu tubuh
(lih. 1Kor 12: 12). Tetapi, bagaimana rencana Allah itu dilaksanakan
oleh setiap orang Kristen? Semangat
persatuan harus selalu dipupuk dan diperjuangkan oleh setiap orang Kristen itu
sendiri.
b) Kesatuan Gereja pertama-tama
adalah kesatuan iman (lih. Ef 4: 3-6) yang mungkin dirumuskan dan diungkapkan
secara berbeda-beda.
c) Kristus
memang mengangkat Petrus menjadi ketua para rasul, supaya kolegialitas para
rasul tetap satu dan tidak terbagi. Di dalam diri Petrus, Kristus menetapkan asas dan dasar kesatuan iman
serta persekutuan yang tetap kelihatan. Kesatuan ini tidak boleh dilihat
pertama-tama secara universal. Tidak
hanya Paus tetapi masing-masing uskup
(pemimpin Gereja lokal)
menjadi asas dan dasar yang kelihatan dari kesatuan dalam
Gereja.
d) Kristus akan tetap
mempersatukan Gereja, tetapi dari pihak
lain disadari pula bahwa perwujudan konkret harus diperjuangkan dan
dikembangkan serta disempurnakan terus menerus. Oleh karena itu kesatuan
iman mendorong semua orang Kristen supaya mencari “persekutuan” dengan semua
saudara seiman.
e) Kesatuan Gereja
pertama-tama harus diwujudkan dalam
persekutuan konkret antara orang beriman
yang hidup bersama dalam satu negara atau daerah yang sama.
Tuntutan zaman dan tantangan
masyarakat merupakan
dorongan kuat untuk menggalang
kesatuan iman dalam menghadapi tugas bersama. Kesatuan Gereja terarah kepada kesatuan yang jauh melampaui
batas-batas Gereja dan terarah kepada kesatuan semua orang yang “berseru kepada
Tuhan dengan hati yang murni” (2Tim 2: 22).
f)
Kesatuan Gereja itu terungkap dalam:
1) Kesatuan iman para anggotanya; Kesatuan
iman ini bukan kesatuan yang statis, tetapi kesatuan yang dinamis. Iman adalah
prinsip kesatuan batiniah Gereja.
2) Kesatuan dalam pimpinannya, yaitu
hierarki; Hierarki mempunyai tugas untuk mempersatukan umat. Hierarki sering
dilihat sebagai prinsip kesatuan
lahiriah dari Gereja.
3) Kesatuan dalam kebaktian dan
kehidupan sakramental. Kebaktian dan sakramen-sakramen merupakan
ekspresi simbolis dari kesatuan Gereja itu (lih. Ef 4: 3-6).
D. MENGGALI
AJARAN GEREJA TENTANG MAKNA KESATUAN GEREJA
KEGEMBIRAAN DAN HARAPAN, duka
dan kecemasan orang-orang
zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita,
merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan
kecemasan para murid Kristus
juga. Tiada sesuatu pun yang sungguh
manusiawi, yang tak bergema di hati mereka. Sebab persekutuan mereka
terdiri dari orang-orang,
yang dipersatukan dalam Kristus, dibimbing oleh Roh Kudus dalam
peziarahan mereka menuju Kerajaan Bapa, dan telah menerima warta keselamatan
untuk disampaikan kepada semua orang. Maka persekutuan mereka itu mengalami
dirinya sungguh erat berhubungan dengan umat manusia serta sejarahnya. (Gaudium
et Spes (GS) artikel 1).
Penjelasan:
a. Umat Katolik merupakan satu
persekutuan dalam Roh Kudus. Umat terjalin satu sama lain dengan ikatan
iman dan sarana-sarana rahmat yang sama. Persatuan umat turut mengusahakan
persaudaraan, perdamaian dan cinta kasih serta pengembangan kehidupan
manusia yang lebih layak. Dengan
demikian umat turut menyumbangkan
terwujudnya Kerajaan Allah.
b. Semangat dan Roh Kristus adalah
semangat dan Roh cinta kasih harus menjadi pendorong seluruh jajaran
umat untuk mengabdi kepada persatuan, kesatuan dan solidaritas bangsa, untuk
membina toleransi dan kerukunan, untuk mengikhtiarkan kepentingan umum dan
turut membangun di segala sektor. Semuanya dilakukan sambil menghormati otonomi
dunia dalam terang cahaya Injil.
c. Gereja itu Ilahi sekaligus
insani, berasal dari Yesus dan berkembang dalam sejarah. Gereja itu
bersifat dinamis, tidak sekali jadi dan statis. Oleh karena itu, kesatuan
Gereja harus selalu diperjuangkan.
d. Kita
menyadari bahwa kenyataannya dalam Gereja sering terjadi perpecahan dan
keretakan-keretakan. Perpecahan
dan keretakan yang terjadi dalam Gereja itu tentu saja disebabkan oleh
perbuatan manusia.
e. Katekismus
Gereja Katolik (KGK) menjelaskan bahwa Gereja itu satu, karena tiga alasan.
i.
Gereja
itu satu menurut asalnya, yang adalah
Tritunggal Mahakudus, kesatuan Allah tunggal dalam tiga Pribadi - Bapa,
Putra dan Roh Kudus.
ii.
Gereja
itu satu menurut pendiri-Nya, Yesus
Kristus, yang telah mendamaikan
semua orang dengan Allah melalui darah-Nya di salib.
iii.
Gereja
itu satu menurut jiwanya, yakni Roh
Kudus, yang tinggal di hati umat beriman, yang menciptakan persekutuan
umat beriman, dan yang memenuhi
serta membimbing seluruh Gereja (KGK art.813).
f.
“Kesatuan” Gereja
juga kelihatan nyata.
Sebagai orang-orang Katolik, kita dipersatukan dalam pengakuan iman yang satu dan sama, dalam
perayaan ibadat bersama terutama sakramen-sakramen, dan
struktur hierarkis berdasarkan suksesi apostolik yang
dilestarikan dan diwariskan melalui Sakramen Tahbisan Suci. Sebagai
contoh, kita ikut ambil bagian dalam Misa di Surabaya, Larantuka, Alexandria,
San Francisco, Moscow, Mexico City, Etiopia
atau di manapun, Misanya sama; bacaan-bacaan, tata
perayaan, doa-doa, dan lain sebagainya terkecuali bahasa yang dipergunakan dapat
berbeda - dirayakan oleh orang-
orang percaya yang sama-sama beriman Katolik, dan dipersembahkan oleh Imam yang
dipersatukan dengan Uskupnya, yang dipersatukan dengan Bapa Suci, Paus, penerus
tahta St. Petrus.
g. Gereja yang
satu memiliki kemajemukan
yang luar biasa.
Umat beriman menjadi saksi iman
dalam panggilan hidup yang berbeda-beda dan beraneka bakat serta
talenta, tetapi saling bekerjasama untuk meneruskan misi Tuhan kita.
Keanekaragaman budaya dan tradisi memperkaya Gereja kita dalam ungkapan iman
yang satu. Pada intinya, cinta kasih haruslah merasuki Gereja, sebab melalui
cinta kasihlah para anggotanya saling dipersatukan dalam kebersamaan dan saling
bekerjasama dalam persatuan yang harmonis.
E. REFLEKSI
a.
Usaha-usaha yang dapat
digalakkan untuk menguatkan persatuan kita ke dalam adalah antara lain;
i.
Aktif berpartisipasi dalam kehidupan bergereja.
ii.
Berusaha setia dan taat kepada persekutuan umat,
termasuk hierarki, dsb.
b.
Usaha-usaha yang dapat digalakkan untuk menguatkan persatuan
antar-Gereja adalah antara lain;
i.
Lebih bersifat jujur dan terbuka kepada satu
sama lain.
ii.
Lebih melihat kesamaan daripada perbedaan.
iii.
Mengadakan berbagai kegiatan sosial dan
peribadatan bersama, dsb.
DOA PENUTUP
Terima kasih ya Tuhan
Yesus, juru selamat kami atas
pertemuan ini, yang telah
mengingatkan kami akan
sifat-sifat Gereja-Mu yang Satu, Kudus,
Katolik dan Apostolik sebagaimana iman
para Rasul. Kami mohon ya
Tuhan, tambahkanlah kepada kami iman,
agar kami semakin mampu untuk bersatu mempersiapkan masa depan kami dalam iman
akan Yesus Sang Putera yang telah mendirikan Gereja bagi kami. Engkau yang
hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin
sempurna materinya. terima kasih
BalasHapus