Cari Blog Ini

Minggu, 26 September 2021

SUARA HATI BAGIAN 3: SUARA HATI DALAM PANDANGAN KITAB SUCI DAN AJARAN GEREJA

 

SUARA HATI BAGIAN 3

SUARA HATI DALAM PANDANGAN KITAB SUCI DAN AJARAN GEREJA

 

Doa Pembukaan

Doa Mohon Kerendahan Hati (PS 141)

Allah yang Mahatinggi, Putra-Mu Yesus telah memberikan teladan kerendahan hati yang tiada tara. Walaupun Allah, Ia telah menghampakan diri-Nya, mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan-Nya sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dengan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Terima kasih, ya Bapa, atas teladan Yesus ini. Berilah kami semangat Yesus sendiri, agar dengan rendah hati kami menganggap orang lain lebih utama daripada kami sendiri.

Bebaskanlah kami dari kesombongan, dan berilah kami ketabahan kalau karena nama-Mu kami direndahkan. Semoga kami tidak sakit hati kalau kami kurang di hargai atau kurang dihormati, kalau kami diabaikan atau dilupakan. Sebaliknya, semoga kami ikut bahagia kalau orang lain berhasil dan mendapat pujian serta penghargaan.

Ya Bapa, jadikanlah hati kami seperti hati Yesus yang lembut dan rendah hati. Sebab Dialah Tuhan, pengantara kami. Amin

 

 

Mendalami Kitab Suci

Roma 2:14–16

14Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri.

15Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.

16Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus.

 

Mendalami Dokumen Konsili Vatikan II dan Katekismus Gereja Katolik

1.       Gaudium et Spes, art. 16

“Di lubuk hati nuraninya, manusia menemukan hukum, yang tidak diterimanya dari dirinya sendiri, melainkan harus  ditaati. Suara hati itu selalu menyerukan kepadanya untuk mencintai dan melaksanakan apa yang baik, dan menghindari apa yang jahat. Bilamana perlu, suara itu menggemakan dalam lubuk hatinya: jalankan ini, elakkan itu. Sebab dalam hatinya, manusia menemukan hukum yang ditulis oleh Allah. Martabatnya ialah mematuhi hukum itu, dan menurut hukum itu pula ia akan diadili.

Suara hati ialah inti manusia yang paling rahasia, sanggar suci; di situ ia seorang diri bersama Allah, yang pesan-Nya menggema dalam hatinya. Berkat hati nurani dikenallah secara ajaib hukum, yang dilaksanakan dalam cinta kasih terhadap Allah dan terhadap sesama. Atas kesetiaan terhadap hati nurani, umat Kristiani bergabung dengan sesama lainnya untuk mencari kebenaran, dan untuk dalam kebenaran itu memecahkan sekian banyak persoalan moral, yang timbul baik dalam hidup perorangan maupun dalam kehidupan kemasyarakatan.”

2.       Katekismus Gereja Katolik

a)      No. 1778: Hati nurani adalah keputusan akal budi, di mana manusia mengerti apakah satu perbuatan konkret yang ia rencanakan, sedang laksanakan, atau sudah laksanakan, baik atau buruk secara moral. Dalam segala sesuatu yang ia katakan atau lakukan, manusia berkewajiban mengikuti dengan seksama apa yang ia tahu, bahwa itu benar dan tepat. Oleh keputusan hati nurani manusia mendengar dan mengenal penetapan hukum ilahi.

b)      No. 1779: Supaya dapat mendengarkan dan mengikuti suara hati nurani, orang harus mengenal hatinya sendiri. Upaya mencari kehidupan batin menjadi lebih penting lagi, karena kehidupan sering kali mengalihkan perhatian kita dari setiap pertimbangan, dari pemeriksaan diri atau dari introspeksi.

 

Peneguhan

a.       Santo Paulus mengatakan kepada kita bahwa dalam diri kita ada dua hukum, yaitu hukum Allah dan hukum dosa. Kedua hukum itu saling bertentangan. Hukum Allah menuju kepada kebaikan, sedangkan hukum dosa menuju kepada kejahatan. Santo Paulus menyadari bahwa selalu ada pergulatan antara yang baik dan yang jahat dalam hati manusia (lihat Roma 7:13–26).

b.      Dalam GS art. 16 ditegaskan bahwa manusia tidak boleh tunduk dan mengalah pada situasi yang membelenggu suara hati. Dengan bantuan Roh Allah kita dimampukan untuk mengalahkan kekuatan dahsyat yang menguasai suara hati kita, yang oleh Santo Paulus dinamai kuasa/ keinginan daging.

c.       Dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK) 1778 ditekankan bahwa hati nurani adalah keputusan akal budi, di mana manusia mengerti apakah satu perbuatan konkret yang ia rencanakan, sedang laksanakan, atau sudah laksanakan, baik atau buruk secara moral.” Dalam segala sesuatu yang ia katakan atau lakukan, manusia berkewajiban mengikuti dengan seksama apa yang ia tahu, bahwa itu benar dan tepat. Oleh keputusan hati nurani manusia mendengar dan mengenal penetapan hukum ilahi. Suara hati merupakan hukum yang diberikan oleh Allah dalam hati manusia.

d.      Lewat hati nuraninya yang bersih, setiap orang dipanggil untuk bekerja sama memecahkan persoalan-persoalan dalam masyarakat, sehingga persoalan-persoalan dalam masyarakat seharusnya dipecahkan pertama-tama melalui dialog yang dilandasi hati nurani, karena hati nurani adalah hukum yang ditanam oleh Allah.

 

Langkah Ketiga: Refleksi dan Aksi

 

1.   Refleksi.

Harga Kejujuran

SATUHARAPAN.COM – Saat itu saya sedang menunggu taksi di pinggir jalan raya. Beberapa waktu menunggu, tiba-tiba sebuah taksi menepi dan berhenti tepat di depan saya. Seorang penumpangnya, perempuan muda, keluar  dan  menghampiri  saya  untuk  menanyakan  letak  sebuah  jalan di Jakarta Timur. Karena bukan warga setempat dan tidak hapal nama- nama jalan, dengan didahului permintaan maaf saya mengatakan tidak tahu. Bukannya terima kasih, perempuan itu justru tidak mau menerima ketidaktahuan saya. ”Nggak tahu jalan berdiri di sini!” katanya sambil meludah di depan saya.

Kejadian lain, di dalam sebuah taksi, Sang Pengemudi minta tolong saya untuk menjawab HP yang baru saja berbunyi. HP tersebut milik penumpang yang tertinggal. Ketika saya menghubungi nomor yang baru saja misscall ke HP tersebut, orang yang menjawab panggilan tersebut langsung memaki-maki dengan kata-kata kasar serta menuduh saya telah mencuri HP miliknya.

Kata kunci dari dua kejadian tadi adalah kejujuran. Kisah pertama berkata jujur dan kisah kedua berbuat jujur. Meski tampaknya berbeda, hasilnya sama yaitu maki-makian dengan kata-kata kasar, kemarahan dan penghinaan, bahkan tuduhan sebagai pencuri.

Apa pun resikonya, kejujuran harus kita junjung tinggi dan harus praktikkan dalam hidup sehari-hari. Sebab kejujuran merupakan salah satu refleksi dari rasa takut kita akan Tuhan. Selain itu, kejujuran juga merupakan salah satu bentuk kesaksian kita sebagai manusia terpilih yang harus mengabarkan Berita Kesukaan kepada lingkungan di sekitar kita.

Untuk itu, jika ya hendaklah kita berani berkata, ”Ya!” Jika tidak, hendaklah kita juga berani berkata, ”Tidak!”

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com http://www.satuharapan.com/read-detail/read/harga-kejujuran

 

Resapkanlah!

Suara hati adalah tempat di mana Allah membisikkan apa yang boleh kita lakukan dan apa yang tidak boleh kita lakukan. Maka, menaati suara hati sama artinya menaati Allah sendiri.

Ketaatan kepada suara hati atau ketaatan kepada Allah itu perlu dilatihkan mulai dari hal-hal kecil. Banyak orang tahu bahwa berbohong itu tidak baik tetapi banyak orang terbiasa melakukannya. Kalau kebiasaan itu tidak dikikis sejak awal, maka kebiasaan tersebut akan terbawa seumur hidup. Bahkan awalnya berbohong kecil-kecilan bisa menjadi bohong besar dan penipuan.

 

Doa Penutup

Mazmur 64:111

Hukum Allah kepada Orang yang Fasik

1Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud.

2Ya  Allah,  dengarlah  suaraku  pada  waktu  aku  mengaduh,  jagalah  nyawaku terhadap musuh yang dahsyat.

3Sembunyikanlah aku terhadap persepakatan orang jahat, terhadap kerusuhan orang-orang yang melakukan kejahatan,

4yang menajamkan lidahnya seperti pedang, yang membidikkan kata yang pahit seperti panah,

5untuk menembak orang yang tulus hati dari tempat yang tersembunyi; sekonyong- konyong mereka menembak dia dengan tidak takut-takut.

6Mereka berpegang teguh pada maksud yang jahat, mereka membicarakan hendak

memasang perangkap dengan sembunyi; kata mereka: “Siapa yang melihatnya?”

7Mereka merancang kecurangan-kecurangan: “Kami sudah siap, rancangan sudah

rampung.” Alangkah dalamnya batin dan hati orang!

8Tetapi  Allah  menembak  mereka  dengan  panah;  sekonyong-konyong  mereka terluka.

9Ia membuat mereka tergelincir karena lidah mereka; setiap orang yang melihat mereka menggeleng kepala.

10Maka semua orang takut dan memberitakan perbuatan Allah, dan mengakui pekerjaan-Nya.

11Orang benar akan bersukacita karena TUHAN dan berlindung pada-Nya; semua orang yang jujur akan bermegah.

Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus,

Seperti pada permulaan, sekarang dan sepanjang segala abad. Amin.

 

Pertanyaan

1.       Santo Paulus mengatakan kepada kita bahwa dalam diri kita ada dua hukum, yaitu hukum Allah dan hukum dosa. Jelaskan kedua hukum tersebut!

2.       Apa yang dimaksud dengan  hati nurani menurut Gaudium et Spes, art. 16?

3.       Apa yang dimaksud dengan  hati nurani menurut Katekismus Gereja Katolik (KGK) 1778 ?

4.       Bagaimana cara kita mendengarkan dan mengikuti suara hati nurani  menurut Katekismus Gereja Katolik (KGK) No. 1779?