PERAN ROH KUDUS
Tujuan
Pembelajaran:
Peserta didik mampu memahami peran Roh Kudus yang melahirkan, membimbing dan menghidupi
Gereja, baik yang terungkap dalam Kitab Suci maupun Tradisi, menghayatinya
dalam kehidupan pribadi serta mewujudkannya dengan menjalani hidup yang
diresapi dan diarahkan oleh Roh Kudus.
Media
Pembelajaran/Sarana:
Kitab Suci, Buku Siswa, Laptop, Proyektor.
Pendekatan:
Pendekatan Kateketis.
Melalui pendekatan yang diawali dengan pengalaman
sehari-hari yang dialami oleh peserta didik baik secara langsung dialami maupun
melalui pengamatan, pengalaman, cerita kehidupan orang lain. Selanjutnya
pengalaman tersebut didalami dalam terang Kitab Suci atau ajaran Gereja,
sehingga peserta didik dapat mengaplikasikan dalam hidup sehari-hari terhadap
nilai-nilai yang diperoleh dari pendalaman yang dilakukan.
Metode:
Dialog Partisipatif, Diskusi, Penugasan, Studi Pustaka,
Refleksi.
Gagasan Pokok:
Dalam kehidupan sehari-hari kita baru akan mengenal
sahabat kita secara benar dan utuh, apabila kita sudah bergaul lama dengan
sahabat kita itu. Pengenalan yang benar dan utuh, selain merupakan proses yang
tidak sebentar, juga mengandaikan pemahaman kita tentang berbagai aspek kehidupan yang diperlihatkan
sahabat kita itu. Kita tidak bisa menyimpulkan begitu saja tentang pribadi
sahabat kita hanya dengan mendengar, melihat atau mengalaminya dalam satu kali
peristiwa.
Demikian pula pengenalan kita akan Roh Kudus. Banyak
orang menyangka bahwa Roh Kudus baru muncul dalam Perjanjian Baru, seolah-olah
dalam Perjanjian Lama Roh
Kudus belum ada.
Tentu anggapan itu
sangat salah, sebab kemanunggalan
Bapa, Putra dan Roh Kudus sudah ada sejak semula. Sesungguhnya pengenalan kita
akan Roh Kudus tidak akan pernah dapat dilepaskan dalam kaitan dengan pribadi
Allah lainnya, Bapa dan Putra. Dalam Perjanjian Lama, Roh Kudus dikenal dengan
penamaan yang berbeda, dan peranannya masih terselubung. Roh kudus seperti yang
kita pahami saat ini, baru terkuak sempurna dalam Perjanjian Baru, khususnya
sejak peristiwa Pentakosta.
Dalam peristiwa Pentakosta, Roh Kudus yang dicurahkan
Bapa melalui Yesus Kristus memperlihatkan daya kekuatannya yang luar biasa. Ia
mempertobatkan banyak orang yang mendengar kesaksian para murid tentang Yesus
Kristus, membentuk mereka menjadi komunitas yang menjadi cikal bakal Gereja
Kristus. Selanjutnya daya kerja Roh Kudus senantiasa hadir dalam perjalanan
hidup dan pelayanan Gereja, baik sebagai pribadi anggota-anggotanya maupun
sebagai dalam kebersamaan sebagai. Kenyataan ini semakin membuktikan janji
Yesus sendiri, bahwa Ia akan menyertai Gereja-Nya sepanjang zaman.
Anugerah yang besar ini perlu dihayati sebagai panggilan
bagi Gereja dan setiap anggotanya, agar dalam setiap gerak langah pelayanannya,
tak henti- hentinya memohon penyertaan Roh Kudus.
Kegiatan
Pembelajaran:
Lagu Pembuka
Lagu Datanglah Roh Maha Kudus, dari Madah Bhakti 448:
Datanglah Roh Maha Kudus
Datanglah Roh Maha Kudus, masuki hati umatMu
Sirami jiwa yang layu, dengan embun kurniaMu
Roh cinta Bapa dan Putra, taburkanlah cinta mesra
Dalam hati manusia, cinta anak pada Bapa
Datanglah Roh Maha Kudus, bentara cinta Sang Kristus
Tolong kami jadi saksi, membawa cinta ilahi
Lidah api angin taufan, lambang Roh Kudus yang datang
Maka kami dibaharui, oleh Pembaharu yang suci
Roh Kristus ajari kami, bahasa cinta ilahi
Satulah bangsa semua, karena bahasa cinta
Cinta yang laksana api, kobarkan semangat kami
Agar musnalah terbasmi, jiwa angkuh hati dengki
Sang penghibur umat Allah, kuatkan iman yang lemah
Agar hati bergembira, walau dilanda derita
Penggerak pada RasulMu, lepaskan lidah yang kelu
Supaya kami wartakan, karya keselamatan Tuhan
Langkah Pertama:
Memahami sebutan
untuk Roh Kudus dan Perannya serta Pengalaman Merasakan Kehadiran Roh Kudus
a. Apa
saja sebutan lain dari Roh Kudus dalam lagu di atas?
b. Apa
saja peranan Roh Kudus yang diungkapkan dalam lagu tersebut?
c. Pernahkah
kalian merasakan kehadiran Roh Kudus dalam hidupmu? Cobalah kalian sharingkan!
Peneguhan:
a. Dalam
tiap bait terdapat sebutan Roh Kudus. Roh Kudus disebut:
1) Roh
Maha Kudus,
2) Roh
Cinta Bapa dan Putra, artinya Roh yang berasal dari Bapa dan Putra,
3) Bentara
cinta Sang Kristus. Kata “bentara” dalam KBBI artinya pembantu raja yg bertugas
melayani dan menyampaikan titah raja, atau abdi dalem. Jadi Roh Kudus itu
pelayan Allah,
4) Cinta
yang laksana api, Roh Kudus itu kasih Allah sendiri,
5) Sang
penghibur umat Allah,
6) Penggerak
pada rasul-Mu. Roh Kudus itu menggerakkan dan mengibarkan semangat para Rasul
Kristus.
b. Dalam lagu
tadi, diungkapkan juga
peran Roh Kudus,
baik dalam kehidupan pribadi
maupun komunitas:
1) Menyirami
jiwa untuk memberi ketenangan kesejukan dalam hati kita
2) Menaburkan
cinta dalam hati kita, sehingga kita menerima cinta bagaikan cinta Bapa pada
anak-Nya
3) Menolong
kita mampu menjadi saksi cinta Tuhan
4) Menguatkan
iman yang lemah terutama saat kita dilanda derita atau kesulitan
5) Menyucikan diri
kita sehingga mampu
mewartakan karya keselamatan
Tuhan
c. Injil
Yohanes menyebutkan bahwa Allah itu Roh (Yoh. 4:24). Karena Allah itu Roh maka
Allah itu tidak berbentuk, Allah bukan materi. Karena Allah adalah Roh maka
keberadaan Allah bersifat kekal.
d. Pewahyuan
akan Roh Kudus sebagai pribadi baru menjadi jelas dalam Perjanjian Baru, tetapi
sesungguhnya Roh Kudus dan karyanya
sudah ada sejak saat penciptaan.
Dalam Perjanjian Lama kata Roh
Kudus secara langsung baru muncul dalam Yes. 63:10-14. Kata Ibrani untuk
"Roh" adalah “ruah”, yang sering diterjemahkan dengan
"angin" atau "nafas". Maka Roh Allah artinya “nafas” Allah
atau “angin” dari Allah (mis. Kej. 2:7; Yeh. 37:9-10), kata- kata tersebut
mengacu kepada karya Roh Kudus. Walaupun demikian, secara cukup jelas bahwa Roh
Allah atau Roh Tuhan berbeda dengan Allah sendiri.
-
Roh Sebagai Daya Ilahi yang Menghidupkan dan
Menyelamat- kan Umat-Nya.
Dalam Kej. 1:1-2: “Pada
mulanya ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi masih belum berbentuk
dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang
di atas permukaan air.” Kutipan tersebut menegaskan bahwa dalam kisah penciptaan
Roh Allah adalah Roh yang menata dan memberi daya hidup terhadap semua ciptaan
Allah. Berkat Roh segala yang hidup terhubung dengan Allah (Kej. 2:7; 6:3. 17;
7:15.22).
-
Roh Allah hadir dalam tokoh-tokoh tertentu untuk
menjalankan tugas tertentu
Roh atau ”ruah” Allah hadir
dalam tokoh-tokoh tertentu, seperti para Hakim dan Nabi dan Raja. Dalam Kitab
Hakim-hakim 3:10 dikisahkan yang dipenuhi Roh Kudus untuk melawan musuh- musuh
Israel. Roh Allah juga menghinggapi Simson (Hak. 13:25) dan Yefta (Hak. 11:29).
Berkat kehadiran Roh dalam dirinya, mereka tampil sebagai pahlawan bagi Israel,
sebagaimana yang dialami Raja Saul (1Sam. 11:6). Roh Allah juga menganugerahi
seseorang untuk menduduki jabatan tertentu, seperti yang dialami oleh Daud
(1Sam. 16:13).
Kesimpulannya, Roh Allah itu
menghidupkan umat Allah dengan membangkitkan dan menguatkan tokoh-tokoh bangsa
Israel yang dibutuhkan demi keselamatan dan perkembangan umat.
e. Dalam
bagian awal Perjanjian Baru, kehadiran Roh dan peran Roh Kudus lebih banyak
berkaitan pada diri Yesus atau orang-orang yang diutus Allah untuk
mempersiapkan kedatangan dan pelaksanaan misi- Nya. Masing-masing kitab dalam
Perjanjian Baru memiliki penekanan yang berbeda tentang bagaimana Roh Kudus
bekerja pada diri Yesus.
1) Injil
Markus dan Injil Matius Kedua Injil ini menekankan bahwa Roh Kudus akan
dicurahkan sepenuhnya oleh Yesus Kristus, yakni melalui baptisan. Dalam Markus
1:8, Yohanes Pembaptis berkata: “Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan
membaptis kamu dengan Roh Kudus”. Ia yang dimaksudkan Yohanes di sini adalah
Yesus, Sang Mesias, yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama, dan yang mencurahkan
Roh Kudus ke atas jemaat-Nya.
2) Injil
Lukas dan Kisah Para Rasul, menekankan Yesus yang sejak awal dipersiapkan dan
dikandung oleh Roh Kudus. Itulah sebabnya, Yesus tidak hanya Ia dikandung dari
Roh Kudus, bahkan Maria yang akan mengandungnya pun sudah dicurahi Roh Kudus.
Kepada Bunda Maria, malaikat Gabriel berkata: “Roh Kudus akan turun atasmu dan
kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kau
lahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah” (Luk. 1:35). Secara khusus Allah
mencurahkan Roh Kudus di hadapan publik kepada Yesus saat dibaptis Yohanes.
Sejak saat itu Yesus penuh dengan Roh Kudus (Luk. 4:1). Dengan kata lain,
persatuan yang erat Yesus dengan Roh Kudus sudah terjadi sejak Ia dikandung
oleh Maria. Pencurahan Roh Kudus atas diri Yesus itulah yang menyebabkan
pengajaran maupun tindakan-Nya memperlihatkan daya kekuatan Roh kudus yang
bekerja dalam diri-Nya.
3) Injil
Yohanes menekankan bahwa Roh Kudus yang akan dicurahkan Yesus itulah yang akan
memimpin manusia ke dalam “seluruh kebenaran”, sebagaimana dijanjikan Yesus
sebelum naik ke surga Ia berkata: “Apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia
akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-
kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar- Nya itulah
yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan
datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang
diterima-Nya daripada-Ku. Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya;
sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya
daripada-Ku” (Yoh. 16:13⎯15)
4) Santo
Paulus dalam surat-suratnya memahami Roh Kudus sebagai anugerah Allah yang
dicurahkan berkat jasa Yesus Kristus (Rm. 5:5). Roh Kudus itulah yang hidup dan
bekerja dalam diri manusia agar manusia mampu mengenal dan percaya akan Yesus
Kristus. Dengan demikian, manusia
akan memahami seluruh
rahasia penyelamatan Allah hanya dengan percaya kepada-Nya dan mau
mengalami hidup seperti Yesus Kristus, sebab “Bapa menunjukkan kepada kita
kasih-Nya yang tak terlampaui dengan menyerahkan Putra-Nya” (Rm. 8:32.39).
Langkah Kedua:
Memahami Makna
Peristiwa Pentakosta dan
Karya Roh Kudus
dalam Gereja
Pengantar
a. Dalam Injil
Yohanes dituliskan bahwa
sebelum Yesus ditangkap, Yesus sudah memberitahukan bahwa
Ia harus kembali kepada Bapa. Tetapi Ia tidak akan membiarkan murid-murid-Nya
berjalan sendiri. Itulah sebabnya Ia menjanjikan akan mengutus Roh Kudus, yakni
Roh Kebenaran, Roh Penghibur (Yoh. 14:15. 15:26). Janji bahwa Yesus akan
menyertai para murid-Nya disebutkan juga dalam Injil Lukas sebelum Yesus
terangkat ke surga: “Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan
Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi
dengan kekuasaan dari tempat tinggi." (Luk. 24:49). Tetapi Injil Lukas
tidak secara langsung menyebut Roh Kudus.
b. Janji Yesus
itu dipenuhi dalam
peristiwa Pentakosta, sebagaimana dikisahkan dalam Kis. 2:1⎯13,
14⎯40
dan 41⎯47
Pentakosta
1Ketika tiba hari Pentakosta,
semua orang percaya berkumpul di satu tempat.
2Tiba-tiba turunlah
dari langit suatu
bunyi seperti tiupan
angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka
duduk;
3dan tampaklah kepada mereka
lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka
masing-masing.
4Maka penuhlah mereka dengan Roh
Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang
diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.
5Waktu itu di Yerusalem diam
orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit.
6Ketika turun bunyi itu,
berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing
mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri.
7Mereka semua tercengang-cengang
dan heran, lalu berkata: "Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu
orang Galilea?
8Bagaimana mungkin kita
masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa
yang kita pakai di negeri asal kita:
9kita orang Partia, Media, Elam,
penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia,
10Frigia dan Pamfilia, Mesir dan
daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan
Kirene,
pendatang-pendatang dari Roma,
11baik orang Yahudi maupun
penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka
berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang
dilakukan Allah."
12Mereka semuanya
tercengang-cengang dan sangat termangu-mangu sambil berkata seorang kepada yang
lain: "Apakah artinya ini?"
13Tetapi orang lain menyindir:
"Mereka sedang mabuk oleh anggur manis"
Khotbah Petrus
14Maka bangkitlah Petrus berdiri
dengan kesebelas rasul itu, dan dengan suara nyaring ia berkata kepada mereka:
"Hai kamu orang Yahudi dan kamu semua yang tinggal di Yerusalem,
ketahuilah dan camkanlah perkataanku ini.
15Orang-orang ini tidak mabuk seperti
yang kamu sangka, karena hari baru pukul sembilan,
16tetapi itulah yang difirmankan Allah
dengan perantaraan nabi Yoel:
17Akan terjadi pada hari-hari terakhir
– demikianlah firman Allah - bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua
manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan
teruna-terunamu akan mendapat penglihatan- penglihatan, dan orang-orangmu yang
tua akan mendapat mimpi.
18 Juga ke atas hamba-hamba-Ku
laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh- Ku pada hari-hari itu dan mereka
akan bernubuat.
19Dan Aku akan mengadakan mujizat-mujizat di atas, di langit dan tanda-tanda di bawah, di bumi: darah dan api dan gumpalan-gumpalan asap.
20Matahari akan berubah menjadi gelap
gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari Tuhan, hari yang besar
dan mulia itu.
21Dan barangsiapa yang berseru kepada
nama Tuhan akan diselamatkan.
22Hai orang-orang Israel, dengarlah
perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah
ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan
mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan
Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu.
23Dia yang diserahkan Allah menurut
maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan
bangsa-bangsa durhaka.
24Tetapi Allah membangkitkan Dia
dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada
dalam kuasa maut itu.
25Sebab Daud berkata tentang Dia: Aku
senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak
goyah.
26Sebab itu hatiku bersukacita dan
jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram,
27sebab Engkau tidak menyerahkan aku
kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat
kebinasaan.
28Engkau memberitahukan kepadaku jalan
kehidupan; Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu.
29Saudara-saudara, aku boleh
berkata-kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburannya masih ada pada kita sampai hari
ini.
30Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia
tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia
akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya.
31Karena itu ia telah melihat ke depan
dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia
tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak
mengalami kebinasaan.
32Yesus inilah yang dibangkitkan
Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi.
33Dan sesudah Ia ditinggikan oleh
tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka
dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini.
34Sebab bukan Daud yang naik ke sorga,
malahan Daud sendiri berkata: Tuhan
telah
berfirman kepada Tuanku:
35Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai
Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu.
36Jadi seluruh kaum Israel harus tahu
dengan pasti, bahwa Allah telah membuat
Yesus,
yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus."
37Ketika mereka mendengar hal itu hati
mereka sangat terharu, lalu mereka
bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah yang harus kami
perbuat, saudara-saudara?"
38Jawab Petrus kepada mereka:
"Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis
dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima
karunia Roh Kudus.
39Sebab bagi kamulah janji itu dan
bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan
dipanggil oleh Tuhan Allah kita."
40Dan dengan banyak perkataan lain
lagi ia memberi suatu kesaksian yang sungguh-sungguh dan ia mengecam dan
menasihati mereka, katanya: "Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan
yang jahat ini."
Cara Hidup Jemaat yang Pertama
41Orang-orang yang menerima
perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka
bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.
42Mereka bertekun dalam pengajaran
rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan
roti dan berdoa.
43Maka ketakutanlah mereka semua,
sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda.
44Dan semua orang yang telah menjadi
percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama,
45dan selalu ada dari mereka yang
menjual harta miliknya, lalu membagi- bagikannya kepada semua orang sesuai
dengan keperluan masing-masing.
46Dengan bertekun dan dengan sehati
mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di
rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan
dengan tulus hati,
47sambil memuji Allah. Dan mereka
disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan
orang yang diselamatkan.
Pertanyaan:
Bertolak dari ketiga bacaan tersebut:
1) Bagaimana Roh
Kudus turun atas para rasul dikisahkan?
2) Apa yang
dialami para rasul setelah Roh Kudus turun atas mereka?
3) Bagaimana
reaksi/ tanggapan orang-orang yang menyaksikan peristiwa tersebut?
4) Apa yang harus
orang-orang itu lakukan sebagai tanggapan mereka terhadap khotbah para rasul?
5) Apa dampak
Pentakosta terhadap perkembangan orang-orang yang percaya pada Yesus Kristus?
3. Guru memberi
kesempatan tiap kelompok mempresentasikan hasilnya.
Kesimpulan
a. Kata
Pentakosta berarti “hari kelima puluh”, yaitu 50 hari sesudah perayaan Paskah.
Lima puluh hari setelah kebangkitan-Nya Yesus memenuhi janji-Nya untuk
mencurahkan Roh Kudus kepada para rasul, sebagaimana Ia janjikan sebelum
kenaikan-Nya ke surga (Kis. 1:8;2:1⎯13).
b. Pada
hari itu, para rasul yang tadinya diliputi ketakutan, berkat turunnya Roh
Kudus, berubah menjadi berani tampil dengan gagah di hadapan publik. Hati
mereka berkobar-kobar. Mereka menjadi semakin percaya dengan semua yang diajarkan
dan dilakukan Yesus. Melalui kotbah kesaksian mereka, mereka berhasil
meyakinkan para pendengarnya kepada iman akan Yesus Kristus. Sehingga seketika
itu, jumlah mereka bertambah sampai tiga ribu jiwa (bdk. Kis. 2:41).
c. Jumlah mereka
yang awalnya terbatas
pada para rasul,
beberapa perempuan dan Bunda Maria (dan beberapa orang lain), berkat
Pentakosta menjadi ribuan. Itulah sebabnya Pentakosta sering dipandang sebagai
hari kelahiran Gereja.
d. Daya kekuatan
Roh Kudus yang
diterima oleh para
rasul dalam Pentakosta, dan yang
sekarang hadir dalam orang banyak yang telah menerima baptisan, dihayati dan
diwujudkan dalam cara hidup yang luar biasa. Hal ini pula yang menyebabkan
makin banyak orang percaya akan Yesus Kristus.
Membaca Kitab Suci:
1) Kis.
4
2) Kis.
10:44⎯48
3) Kis
6⎯7
4) Kis
15:1⎯34
Kesimpulan
a. Berbeda
dengan peran Roh Kudus dalam Perjanjian Lama, yang terbatas pada tokoh-tokoh
tertentu, sejak Pentakosta Roh Kudus benar-benar dicurahkan kepada semua orang
yang percaya. Dan daya Roh Kudus bekerja secara lebih dahsyat, sehingga berkat
kehadiran Roh Kudus mereka memiliki kekuatan dan keberanian untuk memberi
kesaksian akan iman tentang karya keselamatan Allah Bapa yang dinyatakan secara
penuh dalam dan melalui Yesus Kristus. Berkat Roh Kudus, Petrus dan Yohanes
mewartakan Injil dengan berani sekalipun mendapat ancaman (Kis. 4). Stefanus
dipenuhi Roh Kudus, sehingga dapat bersaksi sampai akhir hidupnya (Kis. 6 dan
7). Hal yang sama juga dialami Paulus dan Barnabas (lih. Kis. 13:2).
b. Roh
Kudus menggerakkan mereka melakukan mukjizat dan tanda- tanda yang membuat
orang percaya. Tetapi juga menggerakkan mereka melakukan karya-karya kreatif
yang menghadirkan keselamatan, seperti nampak dalam keinginan mereka melayani
dan memperhatikan orang-orang miskin di luar komunitas mereka (Kis. 6).
c. Roh
Kudus membimbing para rasul (Gereja) pada saat mereka harus mengambil keputusan
berkaitan dengan ajaran atau sikap terhadap suatu masalah yang dihadapi.
Misalnya, pada terjadi perbedaan pendapat tentang boleh-tidaknya membaptis
Kornelius, yang defacto seorang tentara Romawi (yang dianggap kafir). Petrus
dengan bimbingan Roh Kudus meyakinkan para rasul yang lain bahwa siapapun bisa
diterima sebagai murid Kristus (Kis. 10:44⎯48).
d. Roh
Kudus telah terbukti sebagai Pelindung dari serangan kaum bidaah yang berusaha
menyerang ajaran Gereja dan mengajarkan ajaran yang tidak sesuai dengan ajaran
Yesus sendiri. Roh Kudus bekerja melalui para Paus dan Santo-Santa untuk
mempertahankan ajaran yang benar. Contoh: pada waktu bidaah Arianisme, maka Roh
Kudus bekerja melalui St. Athanasius (373) melawan ajaran mereka; Roh Kudus juga
menyemangati Paus St. Gregorius VII untuk membenahi Gereja (1085); Roh Kudus
menguatkan iman St. Dominic (1221) untuk melawan bidaah Albigenses, melalui St.
Katharina dari Siena (1380) Gereja terhindar dari bahaya perpecahan, dan
sebagainya.
e. Gereja
mengimani bahwa Roh Kudus adalah mengajar Gereja untuk berani mewartakan
kebenaran serta menjamin
kebenaran ajaran yang ditetapkan
melalui para Paus. Banyak ajaran-ajaran Gereja yang memberi pengaruh pada sikap
dan pandangan para pemimpin agama yang lain, maupun para tokoh pemerintahan,
seperti tentang kebebasan beragama, hak asasi manusia, dan sebagainya.
f.
Roh Kudus yang dianugerahkan oleh Allah Bapa
berkat Yesus Kristus tinggal di dalam diri setiap orang beriman, yang
memungkinkan mereka memiliki cara pikir dan cara tindak seperti Allah. Paulus
mengatakan: “tubuhmu adalah bait
Roh Kudus yang
diam di dalam
kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh
dari Allah” (1Kor. 6:19). Roh itu pula yang membimbing kita bagaimana berdoa
(Rm. 8:26), dan menumbuhkan buah-buah roh (Gal. 5:22⎯23).
g. Dan
yang paling penting dari semuanya itu, Gereja percaya bahwa Roh Kuduslah yang
telah menjadikan kita anak-anak Allah, sehingga kita mempunyai relasi yang
sangat akrab dengan Allah, dan dengan penuh keyakinan boleh menyapa Allah
dengan "Abba, ya Bapa" (Rm. 8: 15⎯16). Dengan menjadi anak-anak
Allah hidup kita sepenuhnya dipimpin oleh- Nya dan memperoleh karunia kasih-Nya
(bdk. Rm. 8:14).
h. Pemberian
(Pengaruniaan) Roh Kudus kepada umat beriman. Gereja Katolik mengimani bahwa
Roh Kudus dikaruniakan secara khusus kepada umat beriman melalui Sakramen
Baptis dan Sakramen Penguatan. Dalam Sakramen Baptis, Roh Kudus yang kita
terima membersihkan dosa dan memberikan hidup baru kepada mereka, memungkinkan
kita mengalami persekutuan dengan hidup Allah Tritunggal (bdk. Yoh. 17:20⎯23).
Pada saat penerimaan Sakramen Penguatan, kita mendapat pencurahan Roh Kudus
dalam kelimpahannya, seperti dialami para rasul saat Pentakosta. (KGK 1320), ia
memampukan seseorang untuk menjadi murid Kristus yang memikul tanggung jawab
menjadi saksi Kristus.
Langkah Ketiga:
Memahami Lambang Kehadiran Roh Kudus Dalam Gereja, ada beberapa simbol yang
melambangkan Roh Kudus:
1)
Air
Dalam upacara Pembaptisan air
adalah lambang tindakan Roh Kudus,
karena sesudah menyerukan Roh Kudus, air menjadi tanda sakramental yang berdaya
guna bagi kelahiran kembali. Seperti pada kelahiran kita yang pertama kita
tumbuh dalam air ketuban, maka air Pembaptisan adalah tanda bahwa kelahiran
kita untuk kehidupan ilahi, dianugerahkan kepada kita dalam Roh Kudus.
“Dibaptis dalam satu Roh”, kita juga “diberi minum dari satu Roh” (1 Korintus
12:13). Jadi Roh dalam pribadi-Nya adalah air yang menghidupkan, yang mengalir,
dari Kristus yang disalibkan dan yang memberi kita kehidupan abadi.
2)
Urapan
Salah satu lambang Roh Kudus
adalah juga urapan dengan minyak, malahan sampai ia menjadi sinonim dengan-Nya.
Dalam inisiasi Kristen, urapan adalah tanda sakramental dalam Sakramen
Penguatan, yang karenanya dinamakan “Khrismation” dalam Gereja-gereja Timur.
Tetapi untuk mengerti
sepenuhnya bobot nilai dari
lambang ini, orang harus kembali ke urapan pertama, yang Roh Kudus kerjakan:
Urapan Yesus. “Khristos” (terjemahan dari
perkataan Ibrani “Messias”)
berarti yang “diurapi
dengan Roh Allah”. Dalam Perjanjian Lama sudah ada orang yang “diurapi”
Tuhan; terutama Daud adalah seorang yang diurapi. Tetapi Yesus secara khusus
adalah Dia yang diurapi Allah: kodrat manusiawi yang Putra terima, diurapi
sepenuhnya oleh “Roh Kudus”. Oleh Roh Kudus, Yesus menjadi “Kristus”. Perawan
Maria mengandung Kristus dengan perantaraan Roh Kudus, yang mengumumkan-Nya
melalui malaikat pada kelahiran-Nya sebagai Kristus, dan yang membawa Simeon ke
dalam kenisah, supaya ia dapat melihat yang diurapi Tuhan. Ia yang memenuhi
Kristus, dan kekuatan-Nya keluar dari Kristus, waktu Ia melakukan penyembuhan
dan karya-karya keselamatan. Pada akhirnya Ia jugalah yang membangkitkan Yesus
dari antara orang mati. Dalam kodrat manusiawi- Nya, yang adalah pemenang atas
kematian, setelah sepenuhnya dan seutuhnya menjadi “Kristus”, Yesus memberikan
Roh Kudus secara berlimpah ruah, sampai “orang-orang kudus” dalam persatuanNya
dengan kodrat manusiawi Putra Allah menjadi “manusia sempurna” dan “menampilkan
Kristus dalam kepenuhan-Nya” (Efesus 4:13): “Kristus paripurna”, seperti yang
dikatakan Santo Agustinus.
3)
Api
Sementara air melambangkan
kelahiran dan kesuburan kehidupan yang dianugerahkan dalam Roh Kudus, api
melambangkan daya transformasi perbuatan Roh Kudus. Nabi Elia, yang “tampil
bagaikan api dan perkataannya bagaikan obor yang menyala” (Sir. 48:1), dengan
perantaraan doanya menarik api turun atas korban di gunung Karmel - lambang api
Roh Kudus yang mengubah apa yang Ia sentuh. Yohanes Pembaptis, yang mendahului
Tuhan “dalam roh dan kuasa Elia” (Lukas 1:17) mengumumkan Kristus sebagai Dia,
yang “akan membaptis dengan Roh Kudus dan dengan api” (Lukas 3:16). Mengenai
Roh ini Yesus berkata: “Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapa Aku
harapkan, api itu telah menyala” (Lukas 12:49). Dalam “Lidah-lidah seperti api”
Roh Kudus turun atas para Rasul pada pagi hari Pentakosta dan memenuhi mereka
(Kisah Para Rasul 2:3⎯4). Dalam tradisi rohani, lambang
api ini dikenal sebagai salah satu lambang yang paling berkesan mengenai karya
Roh Kudus”. “Janganlah
padamkan Roh” (1 Tesalonika 5:19).
4)
Awan
dan Sinar
Kedua lambang ini selalu
berkaitan satu sama lain, kalau Roh Kudus menampakkan Diri. Sejak masa teofani
Perjanjian Lama, awan - baik yang gelap maupun yang cerah - menyatakan Allah
yang hidup dan menyelamatkan, dengan menyelubungi kemuliaan-Nya yang
adikodrati. Demikian juga dengan Musa di Gunung Sinai”, dalam kemah wahyu” dan
selama perjalanan di padang gurun”; pada Salomo waktu pemberkatan kenisah”.
Semua gambaran ini telah dipenuhi dalam Roh Kudus oleh Kristus. Roh turun atas
Perawan Maria dan “menaunginya”, supaya ia mengandung dan melahirkan Yesus
(Lukas 1:35). Di atas Gunung Transfigurasi Ia datang dalam awan, “yang
menaungi” Yesus, Musa, Elia, Petrus, Yakobus dan Yohanes, dan “satu suara
kedengaran dari dalam awan: Inilah Anak- Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia”
(Lukas 9:34⎯35). “Awan” yang sama itu akhirnya menyembunyikan Yesus pada hari
kenaikan- Nya ke Surga dari pandangan para murid (Kis. 1:9); pada hari
kedatangan-Nya awan itu akan menyatakan Dia sebagai Putra Allah dalam segala
kemuliaan-Nya.
5)
Meterai
Meterai adalah sebuah lambang,
yang erat berkaitan dengan pengurapan. Kristus telah disahkan oleh “Bapa dengan
meterai- Nya” (Yohanes 6:27) dan di dalam Dia, Bapa juga memeteraikan tanda
milik-Nya atas kita. Karena gambaran meterai [bahasa Yunani sphragis]
menandaskan akibat pengurapan Roh Kudus yang tidak terhapuskan dalam penerimaan
Sakramen Pembaptisan, Penguatan, dan Tahbisan, maka ia dipakai dalam beberapa
tradisi teologis untuk mengungkapkan “karakter”, yang tidak terhapuskan, tanda
yang ditanamkan oleh ketiga Sakramen yang tidak dapat diulangi itu.
6)
Tangan
Yesus menyembuhkan orang sakit
dan memberkati anak-anak kecil, dengan meletakkan tangan ke atas mereka. Atas
nama-Nya para Rasul melakukan yang sama. Melalui peletakan tangan para Rasul,
Roh Kudus diberikan. Surat kepada umat Ibrani memasukkan peletakan tangan dalam
“unsur-unsur pokok” ajarannya. Dalam epiklese sakramentalnya, Gereja
mempertahankan tanda pencurahan Roh Kudus ini yang mampu mengerjakan segala
sesuatu.
7)
Jari
“Dengan jari Allah” Yesus
mengusir setan (Lukas 11:20). Sementara perintah Allah ditulis dengan “jari
Allah” atas loh-loh batu (Keluaran 31:18), “surat Kristus” yang ditulis oleh
para rasul, “ditulis dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu,
melainkan pada loh-loh daging yaitu di dalam hati manusia” (2 Korintus 3:3).
Madah “Veni, Creator Spiritus” berseru kepada Roh Kudus sebagai “jari tangan
kanan Bapa”.
8)
Merpati
Pada akhir air bah (yang
adalah lambang Pembaptisan), merpati, yang diterbangkan oleh Nuh dari dalam
bahtera, - kembali dengan sehelai daun zaitun segar di paruhnya sebagai tanda
bahwa bumi sudah dapat didiami lagi. Waktu Kristus naik dari air Pembaptisan-
Nya, Roh Kudus dalam rupa merpati turun atas-Nya dan berhenti di atas-Nya. Roh
turun ke dalam hati mereka yang sudah dimurnikan oleh Pembaptisan dan tinggal
di dalamnya. Di beberapa Gereja, Ekaristi Suci disimpan dalam satu bejana logam
yang berbentuk merpati [columbarium] dan digantung di atas altar. Merpati dalam
ikonografi Kristen sejak dahulu adalah lambang Roh Kudus.
Langkah Keempat: Memahami Tujuh Karunia Roh Kudus
Yes.
11:1⎯2
1Suatu tunas akan keluar dari tunggul
Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah.
2Roh TUHAN akan ada padanya, roh
hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut
akan TUHAN;
Pertanyaan:
a. Temukan
karunia Roh Kudus yang ada dalam Yes. 11:2!
b. Sebutkan
ketujuh karunia Roh Kudus!
c. Apa
makna tujuh karunia itu?
Penjelasan
Dalam Tradisi Gereja, kita mengenal adanya tujuh karunia
Roh Kudus. Karunia-karunia Roh Kudus itu biasanya dihubungkan dengan Yes 11:2:
“Roh Tuhan akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan
keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan Tuhan.” Keenam kurnia roh yang
disebut dalam Yes. 11: 2 ini kemudian dilengkapi dengan roh kesalehan, sehingga
jumlahnya lengkap menjadi tujuh. Ketujuh karunia Roh Kudus itu adalah sebagai
berikut:
1)
Karunia
Takut akan Tuhan
Takut akan Tuhan adalah takut
akan penghukuman Tuhan, takut bahwa dirinya akan terpisah dari Tuhan. Ketakutan
pada tahap ini membantu seseorang dalam pertobatan awal. Namun, bukankah Rasul
Yohanes mengatakan bahwa dalam
kasih tidak ada
ketakutan? (lihat Yoh. 4:18) Takut akan penghukuman Tuhan akan
berubah menjadi takut menyedihkan hati Tuhan, kalau didasarkan pada kasih.
Inilah yang disebut takut karena kasih, seperti anak yang takut menyedihkan
hati bapanya.
2)
Karunia
Keperkasaan
Karunia keperkasaan adalah
keberanian untuk mengejar yang baik dan tidak takut dalam menghadapi
kesulitan-kesulitan yang menghalangi tercapainya kebaikan tersebut. Karunia
keperkasaan dari Roh Kudus adalah keberanian untuk mencapai misi yang diberikan
oleh Tuhan, bukan berdasarkan pada kemampuan diri sendiri, namun bersandar pada
kemampuan Tuhan. Inilah yang dikatakan oleh rasul Paulus, “Segala perkara dapat
kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Filipi 4:13). Juga,
“Jika Allah dipihak kita, siapakah yang akan melawan kita?” (Roma 8:31) Melalui
karunia ini, Roh Kudus memberikan kekuatan kepada kita untuk yakin dan percaya
akan kekuatan Allah. Allah dapat menggunakan kita yang terbatas dalam banyak
hal untuk memberikan kemuliaan bagi nama Tuhan. Sebab Allah memilih orang-orang
yang bodoh, yang lemah, agar kemuliaan Allah dapat semakin dinyatakan dan agar
tidak ada yang bermegah di hadapanNya (lihat 1 Korintus 1:27⎯29).
3)
Karunia
Kesalehan
Karunia kesalehan adalah
karunia Roh Kudus yang membentuk hubungan
kita dengan Allah
seperti anak dengan
bapa; dan pada saat yang bersamaan, membentuk hubungan
persaudaraan yang baik dengan sesama. Karunia ini menyempurnakan kebajikan
keadilan, yaitu keadilan kepada Allah, yang diwujudkan dengan agama, dan
keadilan kepada sesama. Karunia kesalehan memberikan kita kepercayaan kepada
Allah yang penuh kasih, sama seperti seorang anak percaya kepada bapanya. Hal
ini memungkinkan karena kita telah menerima Roh yang menjadikan kita anak-anak
Allah, yang dapat berseru “Abba, Bapa!” (lihat Roma 8:15). Dengan hubungan
kasih seperti ini, kita dapat melakukan apa saja yang diminta oleh Allah dengan
segera, karena percaya bahwa
Allah mengetahui yang terbaik. Dalam doa, orang ini menaruh kepercayaan yang
besar kepada Allah, karena percaya bahwa Allah memberikan yang terbaik, sama
seperti seorang bapa akan memberikan
yang terbaik bagi
anak-anaknya. Mereka yang
menerima karunia kesalehan akan memberikan penghormatan kepada Bunda Maria,
para malaikat, para kudus, Gereja, sakramen, karena mereka semua berkaitan
dengan Allah. Juga, mereka yang diberi karunia ini, juga akan membaca Kitab
Suci dengan penuh hormat dan kasih, karena Kitab Suci merupakan surat cinta
dari Allah kepada manusia. Dalam hubungannya dengan sesama, karunia kesalehan
dapat menempatkan sesama sebagai saudara/i di dalam Kristus, karena Allah mengasihi
seluruh umat manusia dan menginginkan agar mereka juga mendapatkan keselamatan.
Mereka yang saleh ini akan menjadi lebih bermurah hati kepada sesama. Dan dalam
derajat yang lebih tinggi, mereka bersedia memberikan dirinya demi kebaikan
bersama.
4)
Karunia
Nasihat
Karunia Roh Kudus ini adalah
karunia untuk mampu memberikan petunjuk jalan yang harus ditempuh seseorang
agar dapat memberikan kemuliaan yang lebih besar bagi nama Tuhan. Karunia ini menerangi kebajikan kebijaksanaan,
yang dapat memutuskan dengan baik, pada waktu, tempat dan keadaan tertentu.
Karunia ini perlu dijalankan dengan benar-benar mendengarkan Roh Kudus,
membiarkan diri dibimbing olehNya, sehingga apapun nasihat dan keputusan yang
kita berikan sesuai dengan kehendak Allah.
5)
Karunia
Pengenalan
Karunia pengenalan memberikan
kemampuan kepada kita untuk menilai ciptaan dengan semestinya dan melihat
kaitannya dengan Sang Penciptanya (bandingkan Keb. 13:1⎯5) Dengan
karunia ini, seseorang dapat memberikan makna akan hal-hal sederhana yang
dilakukannya setiap hari dan mengangkat ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu
sebagai jalan kekudusan. Ini berarti semua profesi harus dilakukan dengan jujur
dapat menjadi cara untuk bertumbuh dalam kekudusan. Semua hal di dunia ini
dapat dilihat dengan kaca mata Allah, dan dihargai sebagaimana Allah menghargai
masing-masing ciptaan-Nya.
6)
Karunia
Pengertian
Karunia pengertian adalah
karunia yang memungkinkan kita mengerti kedalaman misteri iman, mengerti apa
yang sebenarnya diajarkan oleh Kristus dan misteri iman seperti apakah yang
harus kita percayai. Raja Daud memahami karunia ini, sehingga dengan penuh
pengharapan dia menuliskan, “Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang
Taurat-Mu; aku hendak memeliharanya dengan segenap hati.” (Mazmur 119:34).
Karunia ini memberikan kedalaman pengertian akan Kitab Suci, kehidupan
rahmat, pertumbuhan dalam
sakramen-sakramen, dan juga kejelasan akan tujuan akhir kita, yaitu
Surga. Karunia ini mendorong agar apapun yang kita lakukan mengarah pada tujuan
akhir hidup ini.
7)
Karunia
Kebijaksanaan
Karunia kebijaksanaan ini
memungkinkan seseorang mampu melihat segala sesuatu dari kacamata ilahi. Orang
yang memiliki karunia ini dapat menimbang segala sesuatu dengan tepat,
mempunyai sudut pandang yang jelas akan kehidupan, melihat segala yang terjadi
dalam kehidupan sebagai rahmat Tuhan yang perlu disyukuri, sehingga ia tetap
mampu bersukacita sekalipun di dalam penderitaan. Karunia ini memungkinkan
seseorang menjalani kehidupan sehari-hari dengan pandangan terarah kepada Tuhan.
Karunia ini membuat seseorang menjadi cermin akan Kristus, seperti yang
dituliskan oleh Rasul Paulus “Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan
dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari
Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar- Nya,
dalam kemuliaan yang semakin besar.” (1Korintus 3:8).
Ayat untuk Direnungkan:
Apabila
Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh
kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi
segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan
memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. (Yoh. 16:13)
Langkah Kelima:
Refleksi dan Aksi
1. Refleksi.
Merenungkan kutipan
Gal. 5:16,19⎯23
Hidup Menurut Daging atau Roh
16Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu
tidak akan menuruti keinginan daging.
19Perbuatan daging telah nyata, yaitu:
percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
20penyembahan
berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri
hati, amarah, kepentingan diri
sendiri, percideraan, roh pemecah,
21kedengkian, kemabukan, pesta pora dan
sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu -- seperti yang telah kubuat
dahulu -- bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan
mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
22Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita,
damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
23kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada
hukum yang menentang hal-hal itu.
i. Mengamati
dan merefeksikan: unsur hidup dalam daging yang dirasakan masih sangat
kuat/sering dilakukan dan unsur hidup dalam roh yang dirasakan masih kurang
nyata dalam kehidupan
ii. Menyusun
niat untuk melakukan satu kebaikan dalam satu hari selama satu minggu sebagai
wujud hidup yang dibimbing oleh Roh Kudus.
2. Aksi.
1.
Mewujudkan niat yang sudah diungkapkan, lalu
mencatat pelaksanaan- nya dalam jurnal atau buku catatan.
2.
Mencari informasi dari berbagai sumber dan
menguraikannya secara tertulis tentang lambang-lambang Roh Kudus dan Tujuh
Karunia Roh Kudus disertai penjelasan.
DOA MOHON ROH KUDUS TETAP TINGGAL DALAM HATIKU
Ya Roh Kudus,
Penasihat yang penuh kuasa,
pengikat yang kudus antara Bapa dan Putra, harapan bagi
mereka yang bersedih.
Turunlah dalam hatiku dan tinggallah di dalamnya,
nyalakanlah jiwaku yang nyaris padam dengan kasihMu, agar aku dapat sepenuhnya
menjadi milikMu.
Aku percaya,
bila Engkau tinggal di dalam aku,
Engkau juga akan menyediakan tempat tinggal bagi Bapa dan
Putra.
Oleh karenanya,
berkenanlah datang kepadaku, Penasihat jiwa-jiwa yang
ditinggalkan, Pelindung mereka yang membutuhkan.
Bantulah aku dalam kelemahanku dan dukunglah dalam
kegoyahanku.
Datang dan sucikanlah diriku,
semoga iblis tidak berniat memiliki diriku.
Engkau mengasihi yang bersahaja dan menyingkirkan yang
sombong.
Datanglah kepadaku,
kemuliaan orang yang hidup dan harapan orang mati.
Tuntunlah diriku dengan karunia kasihMu, agar aku
senantiasa menyenangkan hatiMu.
Amin.
Sumber:
https://hape3.blogspot.com/2010/01/mohon-tujuh-karunia-roh-kudus-datanglah.html
ALLAH TRITUNGGAL
Tujuan
Pembelajaran:
Peserta didik memahami ajaran tentang Allah yang Esa Tiga
Pribadi atau Titunggal Mahakudus, sehingga semakin menghayatinya dengan mem-
bangun hidup yang semakin mengandalkan kekuasaan Allah dan menjaga kesucian
diri, serta terdorong mewujudkannya
dengan mengupayakan tumbuhnya
persekutuan cinta dalam keluarga dan masyarakat.
Media
Pembelajaran/Sarana:
Kitab Suci, Buku Siswa, Kertas Flap, Laptop, Proyektor.
Pendekatan:
Pendekatan Kateketis.
Melalui
pendekatan yang diawali
dengan pengalaman sehari-hari
yang
dialami oleh peserta didik baik secara langsung dialami
maupun melalui pengamatan, pengalaman, cerita kehidupan orang lain. Selanjutnya
pengalaman tersebut didalami dalam terang Kitab Suci atau ajaran Gereja,
sehingga peserta didik dapat mengaplikasikan dalam hidup sehari-hari terhadap
nilai-nilai yang diperoleh dari pendalaman yang dilakukan.
Metode:
Dialog Partisipatif, Diskusi, Penugasan, Studi Pustaka,
Refleksi.
Gagasan Pokok:
Setiap agama mempunyai
ajaran-ajaran yang kadang-kadang
sulit dicerna oleh penganutnya
sendiri – terutama oleh mereka yang wawasan pengetahuan keagamaannya minim,
apalagi oleh orang lain yang berbeda agama. Kesulitan memahami konsep ajaran
agama idealnya mendorong orang tersebut untuk belajar lebih banyak, sehingga
hidup keagamaannya didasari oleh keyakinan yang kokoh.
Salah satu ajaran iman kristiani yang dirasa sulit
dipahami adalah tentang Tritunggal Mahakudus. Kesulitan tersebut sering menjadi
penyebab terjadinya kesalahan penafsiran. Misalnya: banyak orang yang yang
bukan Kristen mengatakan bahwa orang Kristen percaya akan tiga Tuhan. Tentu
saja hal ini tidak benar, sebab iman Kristiani mengajarkan Allah yang Esa.
Namun bagaimana mungkin Allah yang Esa ini mempunyai tiga Pribadi? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut dibutuhkan iman dan keterbukaan hati serta pola
pikiran yang lebih dalam dan luas dalam memahami Allah. Pola pikir yang
dibutuhkan adalah bahwa tidak semua hal tentang Allah dapat dijelaskan dengan
logika manusia semata-mata. Kita harus sampai pada kesadaran bahwa dibalik
kesulitan menjelaskan Allah, kenyataannya kehadiran Allah dapat dirasakan
secara konkret dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun ajaran tentang Trinitas
ini tidak dapat dijelaskan hanya dengan akal, bukan berarti bahwa Allah
Tritunggal ini adalah konsep yang sama sekali tidak masuk akal. St. Agustinus
bahkan mengatakan, “Kalau engkau memahami-Nya, Ia bukan lagi Allah”. Sebab
Allah jauh melebihi manusia dalam segala hal, dan meskipun Ia telah mewahyukan
Diri, Ia tetap rahasia/misteri. Di sinilah peran iman, karena dengan iman
inilah kita menerima misteri Allah yang diwahyukan dalam Kitab Suci, sehingga
kita dapat menjadikannya sebagai dasar pengharapan, dan bukti dari apa yang
tidak kita lihat (lihat Ibrani 11:1⎯2). Agar dapat sedikit menangkap
maknanya, kita perlu mempunyai keterbukaan hati. Hanya dengan hati terbuka,
kita dapat menerima rahmat Tuhan, untuk menerima rahasia Allah yang terbesar
ini; dan hati kita akan dipenuhi oleh ucapan syukur tanpa henti. Jadi jika ada
orang yang bertanya, apa dasarnya kita percaya pada Allah Tritunggal, sebaiknya
kita katakan, “karena Allah melalui Yesus menyatakan Diri-Nya sendiri
demikian”, dan hal ini kita ketahui dari Kitab Suci.
Dalam rangka membantu peserta didik memahami Tritunggal
Mahakudus, mereka akan diajak untuk melihat dari Kitab Suci maupun ajaran Bapa
Gereja. Walaupun cukup sulit, minimal peserta didik mempunyai pemahaman dasar
yang diharapkan memperkokoh iman kepercayaan mereka.
Kegiatan
Pembelajaran:
Doa Pembuka
Guru mengajak peserta didik berdoa, secara bergantian
antara Guru dengan peserta didik. Doa ini bisa diulangi tiga kali dengan diberi
jeda sesaat.
+ Dalam nama
Bapa, dan Putra dan Roh Kudus
Allah, Bapa Yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi.
Semua : Datanglah Kerajaan-Mu di tengah-tengah kami.
Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang hidup: Semua :
Kasihanilah aku, orang berdosa.
Roh Kudus, Roh Allah yang hidup dalam diri kami
Baharuilah kami dan seluruh dunia.
Marilah berdoa,
Allah, Bapa yang Mahakasih
tak henti-hentinya Engkau mengasihi manusia.
Engkau menunjukkan cinta-Mu dengan menciptakan kami
dan menyediakan segala sesuatu yang diperlukan agar kami
hidup
Engkau mendatangi kami melalui Putra-Mu, sehingga melalui
Dia kami makin mengenal Engkau Dan kini Engkau menyertai kami melalui Roh Kudus
agar hidup kami selalu terarah pada-Mu.
kuatkalah iman kami
dan gelorakanlah cinta kami, kini dan sepanjang segala
masa Amin.
+ Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus .
Langkah Pertama:
Menggali
Pengalaman Mengungkapkan Iman akan Tritunggal
Tritunggal.
Tritunggal merupakan ajaran iman kristiani yang menimbulkan
berbagai macam tanggapan, baik dari umat Katolik dan Kristen sendiri maupun
dari saudara-saudara kita yang beragama lain. Yang sering dipersoalkan
sesungguhnya terutama berkaitan dengan istilah “Tritunggal”, padahal isi
pengakuan imannya itu sendiri sudah jelas, yakni sebagaimana dirumuskan dalam
syahadat.
Pertanyaan:
a.
Apakah kalian sering merasa malu membuat tanda
salib? Mengapa malu?
b.
Dalam tayangan tadi dikatakan kita tidak usah malu membuat tanda salib. Apa
makna tanda salib bagi umat Katolik?
c.
Selain membuat tanda salib, apa yang biasa kalian
lakukan atau kalian dengar atau kalian dirasakan berkaitan dengan ungkapan iman
akan Allah Tritunggal ?
d.
Apa yang kalian sendiri pahami tentang
Tritunggal?
e.
Pernahkah
kalian mendengar komentar
atau tanggapan orang
lain tentang Tritunggal? Bagaimana kalian sendiri menanggapi mereka yang
memberi tanggapan seperti itu?
Penjelasan
1. Sesungguhnya
banyak kebiasaan yang dilakukan Umat Katolik untuk mengungkapkan iman akan
Tritunggal, walaupun seringkali kurang disadari, diantaranya:
a. Tanda
Salib
Membuat Tanda Salib (menandai
diri dengan salib) sebelum dan sesudah berdoa merupakan ungkapan yang khas bagi
Umat Katolik. Pada saat membuat tanda salib kita mengucapkan kata-kata yang
mengungkapkan iman akan Tritungggal: “Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus,
Amin”. Dengan membuat tanda
salib kita hendak
mengungkapkan iman akan karya penyelamatan Allah yang sejak semula sudah
direncanakan dan dilaksanakan Bapa dengan berbagai cara, dan yang secara khusus
dinyatakan dalam sengsara dan wafat serta kebangkitan Putra-Nya, Yesus Kristus,
dan yang berkat Roh Kudus masih berlangsung hingga sekarang ini.
Dengan tanda salib kita
meneladan Yesus Kristus yang berkat salibNya telah menebus dosa dan mengantar
manusia kepada Allah Bapa, serta berharap dapat berpartisipasi meneruskan dan
mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Doa
Kemuliaan (Gloria)
Madah kemuliaan yang biasanya
kita nyanyikan merupakan pujian atas kebesaran karya keselamatan Allah.
“Kemuliaan kepada Allah di Surga.” Kita tahu bahwa Allah telah turun dari Surga
untuk keselamatan kita dan untuk mengangkat kita “ke atas” manusia yang kecil
yang mengagumi karya kebesaran Allah. Dalam madah ini, kita juga memuji Putra
Allah yang setara dengan Bapa, yang “menghapus dosa dunia”, yang menebus kita.
Dalam penutup madah ini, kita sekali lagi mengingat hidup Allah Tritunggal; dan
Kristus Penebus kita, yang mewahyukan Bapa bersama dengan Roh Kudus, sekali
lagi menjadi pusat cinta kasih dan pujian kita: “Karena hanya Engkaulah kudus,
hanya Engkaulah Tuhan, hanya Engkaulah Mahatinggi, Ya Yesus Kristus, bersama
dengan Roh Kudus, dalam kemuliaan Allah Bapa. Amin.
c. Syahadat/Credo
Isi Syahadat/Credo, dengan
sangat jelas mengungkapkan iman akan Allah Tritunggal Mahakudus. Syahadat atau
credo merupakan ringkasan seluruh sejarah
karya penyelamatan Allah,
mulai dari penciptaan, penjelmaan, kesengsaraan, wafat, kebangkitan,
kenaikan ke Surga, kedatangan Roh Kudus, kedatangan Kristus kembali, misteri
Gereja, sakramen-sakramen sampai dengan kehidupan kekal. Oleh karena itu,
setiap kali kita mengucapkan Syahadat/Credo kita mengenangkan seluruh sejarah
penyelamatan yang dilaksanakan oleh Allah Tritunggal Mahakudus. Sejarah
penyelamatan adalah sejarah keselamatan yang berasal dari Bapa, terlaksana oleh
Putra dan dilanjutkan oleh Roh Kudus di dalam Gereja sampai pada akhir zaman.
d. Doksologi
Doksologi artinya
doa pujian. Doa
ini diucapkan pada
akhir dari Doa Syukur Agung pada waktu Perayaan Ekaristi. Doa Doksologi
berbunyi: “Bersama dan bersatu dengan Kristus dan dengan perantaraanNya, dalam
persatuan dengan Roh Kudus, disampaikanlah kepada-Mu Allah Bapa yang Mahakuasa,
segala hormat dan pujian, kini dan sepanjang segala masa”. Umat menjawab
“Amin”.
Doksologi memperlihatkan tiga
macam relasi, hubungan kita dengan Kristus: oleh Kristus, dengan Kristus dan
dalam Kristus. “Oleh Kristus” menekankan perantaraan Kristus. Yesus Kristus
adalah satu-satunya pengantara antara Allah Bapa dan manusia. “Dengan Kristus”
(“bersama Kristus”) berarti
bukan Kristus sendiri saja yang
mempersembahkan kurban, tetapi seluruh Gereja mempersembahkannya bersama dengan
Dia. “Dalam Kristus” sangat dekat dengan istilah “Dalam Roh Kudus”.
Dan memang tekanan doksologi
menuju ke sini: Kepada-Mu Allah Bapa yang Mahakuasa, dalam persatuan dengan Roh
Kudus, segala hormat dan pujian. Roh Kudus begitu menyatukan kita dengan
Kristus sehingga hubungan kita dengan Bapa menjadi sama seperti hubungan
Kristus dengan Bapa. Jawaban “Amin” yang kita ucapkan menjadi sungguh-sungguh
pengakuan iman kita yang penuh dan lengkap.
e. Pembaptisan
Pembaptisan yang dilaksanakan
dalam Gereja Katolik mengguna- kan rumusan Trinitas. Pada waktu membaptis, Imam
mengucapkan, “N .............. (Nama orang yang dibaptis) Aku membaptis kamu:
dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.” Melalui pembaptisan ini, orang yang
dibaptis dipersatukan dalam kehidupan Tritunggal Mahakudus.
2. Mungkin
kalian sendiri sering merasa bingung dengan ajaran tentang Tritunggal. Atau
pernah mendengar pemahaman orang lain yang salah, misalnya: yang mengatakan
bahwa orang Katolik itu menyembah tiga Allah (Allah Bapa, Allah Putra dan Allah
Roh Kudus), atau pandangan lainnya. Padahal, dalam hal tertentu banyak konsep
yang hampir sejalan dengan Tritunggal dengan mudah dipahami. Misalnya: Istilah
Pancasila, yang artinya lima sila, yang kalau saja salah satu sila itu hilang
maka tidak bisa disebut lagi Pancasila, karena masing-masing sila menjadi satu
kesatuan yang tak terpisahkan, walaupun punya pengertian masing-masing. Atau
istilah “Bhinneka Tunggal Ika”, beragam tapi satu.
3. Gereja tidak
berdiri dan berkembang
setelah adanya ajaran
baku terlebih dahulu lalu diikuti oleh orang-orang yang mau mengikuti
ajaran tersebut. Gereja berdiri dan berkembang karena iman akan Allah yang
senantiasa ingin menyelamatkan manusia, yang kemudian mengutus Yesus Kristus
Putra-Nya terkasih, dan tetap menyertai manusia sepanjang zaman dengan Roh-Nya
yang Kudus. Tapi Allah tidak pernah menurunkan buku pedoman tertulis yang baku
untuk dijalankan manusia. Manusia dengan kebebasan dan akal budi serta hati
nuraninya dipanggil Allah untuk mencari dan mendekati Allah.
4. Hal
itulah yang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan seringkali dalam
perjalanan Gereja muncul berbagai macam penafsiran yang berkembang menjadi aliran
keagamaan. Tetapi banyak diantaranya dianggap tidak sesuai
dengan apa yang diajarkan Yesus maupun yang diimani oleh para rasul. Salah satu
aliran yang dianggap bidaah adalah Arianisme dengan tokohnya Arius. Arianisme
mengajarkan bahwa Yesus Kristus bukan Anak Allah tapi anak angkat, Ia tidak
sehakekat dengan Allah maka tidak mungkin dapat memahami kehendak Allah, dan
sebagainya. Dan masih banyak aliran lainnya. Munculnya konsep atau istilah
“Tritunggal” tidak bisa dilepaskan dari dinamika tersebut.
5. Istilah
Tritunggal memang tidak tertulis dalam Kitab Suci. Istilah itu baru dimunculkan
oleh Tertullianus (155⎯230) –
yang digelari ‘Bapak Teologi Latin’ – dan diakui juga sebagai salah
satu ‘Bapa Gereja’.
Istilah tersebut sangat kental
dengan pemikiran filsafat
yang berkembang saat itu.
Tertullianus itu pernah belajar filsafat Yunani,
terutama ia terpengaruh oleh
seorang filsuf yang namanya adalah ‘Aristoteles’ yang telah hidup 300 tahun
sebelum Yesus. Aristoteles itu terkenal dalam ajarannya yang menganalisa dan
mendefinisikan manusia itu seperti apa. Lalu Tetullianus mempergunakan
istilah-istilah yang ia pakai untuk mendifinisikan manusia itu dan
diterapkannya-diaplikasikannya juga pada pernyataan Yesus yang terdapat dalam
Injil Matius.” … baptislah mereka dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus…”
(Mat. 28:19). Dari situ Tertullianus merumuskan bahwa ALLAH ITU SATU yang daya
serta karya keselamatannya hadir dalam 3 pribadi: Bapa, Putra dan Roh Kudus.
Hasil pemikirannya dikembangan oleh para teolog selama beberapa abad sampai
bemuara pada dua Konsili: Konsili Nicea tahun 325 dan Konsili Konstantinopel
tahun 381 yang menegaskan ajaran Allah yang Esa sekaligus Tritunggal.
6. Beberapa
kendala dalam memahami ajaran Tritunggal
i.
Kita sadar bahwa kemampuan manusia memahami
Allah itu sangat terbatas, bisa jadi sampai kita meninggal pun banyak hal belum
dapat kita pahami tentang Allah. Tetapi dalam keterbatasan itu manusia
diharapkan tidak menyerah, manusia dipanggil sampai pada pengenalan akan Allah
dalam kebenarannya
ii.
Karena latar belakang perumusan istilah
Tritunggal sangat kental dengan filsafat Yunani, kita juga terkendala dalam hal
bahasa. Beberapa istilah kunci yang mendasari istilah Tritunggal tidak bisa
diterjemahkan secara pas dengan istilah dalam bahasa Indonesia, misalnya:
istilah persona (bahasa Yunani), istilah substantia/ esentia (bahasa Latin),
tidak bisa terlalu pas diterjemahkan dalam kata “pribadi, topeng, hakikat”.
Dengan demikian perumusan istilah Tritunggal tidak berarti salah atau tidak
berguna, melainkan akan dapat dipahami oleh mereka yang menguasai filsafat.
Sama halnya dengan pengalaman kita sehari-hari: orang yang tidak memiliki latar
belakang ilmu kedokteran, tidak bisa sepenuhnya memahami istilah-istilah yang dipakai
dalam dunia kedokteran, walaupun istilah itu menunjuk pada sesuatu yang ada
atau terjadi.
7. Kendala-kendala
yang diuraikan di atas, mengajak kita untuk kembali pada kebenaran yang diimani
oleh Gereja, sebagaimana diungkapkan dalam Kitab Suci dan Tradisi. Dan yang
harus dimengerti dalam terang iman dan Roh Kudus. Artinya: orang yang tidak
mengimani sudah pasti tidak akan mengerti juga.
Langkah Kedua:
Memahami ajaran Kitab Suci tentang Tritunggal
Ul. 6:4 ⎯ 5
4Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN
itu Allah kita, TUHAN itu esa!
5Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan
segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.
Pertanyaan:
1. Apa
inti iman/kepercayaan bangsa Israel?
2. Apakah
dalam pewartaan-Nya Yesus juga mengajarkan hal yang sama dengan yang diimani
bangsa Israel?
Yoh. 1:1⎯ 4
1Pada mulanya adalah Firman; Firman
itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
2Ia pada mulanya bersama-sama dengan
Allah.
3Segala sesuatu dijadikan oleh Dia
dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah
dijadikan.
4Dalam Dia ada hidup dan hidup itu
adalah terang manusia.
Pertanyaan:
1. Siapakah
yang dimaksud Firman?
2. Bagaimana
hubungan Firman dengan Allah?
Mat. 28:19 ⎯ 20
19“Karena itu pergilah, jadikanlah
semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka
dalam
nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
20 dan ajarlah mereka melakukan segala
sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Pertanyaan:
1. Siapa yang
menyampaikan perintah di
atas?
2. Adakah pernyataan
yang menunjukkan iman akan Allah Tritunggal?
Penjelasan
a. Keesaan
Allah
Iman Kristiani tidak bisa
dilepaskan begitu saja dari iman yang sudah lama dihayati oleh umat Perjanjian
Lama, yakni percaya akan Allah yang Maha Esa. Allah yang Esa, bukan hanya
berarti bahwa Allah itu satu, tetapi juga mengandung arti bahwa kekuasaan Allah itu tak terbatas. Allah
Maha Esa juga karena ia adalah satu-satunya Allah, tiada yang lain. Pengakuan
iman akan Allah Esa itu dirumuskan dalam Kitab Ulangan: “Dengarlah, hai orang
Israel TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu Esa!” (Ul. 6:4).
b. Sejak
semula Allah sudah Trinitas
Kenyataan bahwa Allah Yang Esa
itu sekaligus Tritunggal Mahakudus tersirat pada Kitab Kejadian 1:1⎯3
“Pada mulanya Allah menciptakan langit dan
bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan
Roh Allah melayang-layang di atas permukaan udara. Berfirmanlah Allah: “Jadilah
terang.” Lalu terang itu jadi. ” Ayat-ayat ini menyatakan hakikat Allah yang
Tritunggal itu: Allah (Bapa), Roh Allah (Roh Kudus), dan Firman Allah (Yesus)
muncul sebagai satu kesatuan. “Pada mulanya adalah Firman, Firman itu
bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” (Yoh. 1: 1).
Sejak awal Kitab Suci
memperlihatkan bahwa Allah tidak pernah sendirian. Kitab Kejadian 1:26 menulis:
"Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya
mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas
ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di
bumi" Di sini, dengan terang bahwa sudah sejak semula Allah menunjukkan diriNya
sebagai kesatuan komuniter (Kasih). Allah, Roh yang melayang- layang, firman
yang bersama-sama dengan Bapa, ketiganya satu sejak semula. Ayat-ayat lain
misalnya (Yohanes 14:9) “Barangsiapa melihat Aku, ia telah melihat Bapa”, lalu
(Yohanes 10:30) “Aku dan Bapa adalah satu”. Semua ini menunjukkan bahwa
ketiganya satu kaesatuan dalam jalinan kasih yang tak terbagi.
c. Kesatuan
Bapa, Putra dan Roh Kudus merupakan Relasi Kasih
Keesaan Allah merupakan ciri
utama atau beberadaan Allah. Allah adalah satu dan tiada yang lain. Gereja
Katolik juga beriman akan Allah yang Esa. Pertanyaannya: bagaimana
menggambarkan bahwa Allah yang Esa itu
sekaligus Triniter? Untuk menjawab itu, kita terlebih dahulu berangkat dari pernyataan
tentang Allah yang terdapat dalam surat pertama Yohanes: “Allah adalah Kasih”
(1Yoh. 4:8). Kata “Kasih” itu bersifat relasional atau timbal balik, dan
mengandaikan ada pihak lain. Kasih tidak akan pernah ada dalam kesendirian.
“Kasih” yang dimaksudkan dalam kutipan tersebut harus dimengerti dalam artii
kasih ilahi, yakni kasih yang murni, yang terjalin dalam kesatuan total dan
mendalam, sedemikian rupa terbentuk kesamaan pikiran, dan kehendak, tanpa
kehilangan keunikan masing-masing. Kesatuan kasih itulah yang nampak dalam
relasi Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus
Itulah sebabnya sering
dikatakan bahwa “Kasih” merupakan inti iman Kristiani sebab bersumber dari
Allah sendiri yang adalah kasih. Kasih Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus tidak
bisa diartikan seakan-akan ada 3 kasih, melainkan tetap satu dan sama dalam
kesatuan. Itulah relasi kasih. Oleh karena itu ketika kita berelasi dengan
Kristus maka kita mengungkapkan kasih yang satu dan sama sama; dan pada saat
kita mengasihi sesama, maka kita juga mengungkapkan Allah yang adalah kasih, “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa
kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi,” (Yoh. 13:35).
Maka kalau kita percaya Allah itu kasih, kita dipanggil untuk mengasihi Allah,
sebagaimana juga dalam Matius 22: 35⎯38 “Dan
seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: “Guru,
hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Jawab Yesus kepadanya:
“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan
dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.”
Langkah Ketiga: Penghayatan Gereja akan Allah Tritunggal
Ef.
1:3⎯14
3Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus
Kristus! Ia memberkati kita dengan segala berkat rohani di dalam surga, karena
kita bersatu dengan Kristus.
4Sebelum dunia ini diciptakan, Allah telah
memilih kita melalui Kristus dengan maksud supaya kita menjadi milik-Nya yang
khusus dan tidak bercacat di hadapan- Nya. Karena kasih Allah,
5maka Ia sudah menentukan terlebih dahulu
bahwa melalui Yesus Kristus, Ia akan mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya
sendiri. Dan memang itulah yang ingin dilakukan-Nya.
6Terpujilah Allah yang agung, karena melalui
Anak-Nya yang tercinta Ia sangat mengasihi kita.
7Sebab, oleh kematian Kristus, kita dibebaskan
oleh Allah, berarti Ia sudah mengampuni kita dari dosa-dosa kita.
8Ia melakukan itu karena Ia sangat mengasihi
kita, dan kasih itu dilimpahkan-Nya kepada kita dengan penuh kebijaksanaan dan
pengertian.
9Menurut kemauan-Nya sendiri, Allah
memberitahukan kepada kita rahasia rencana-Nya; Ia sudah memutuskan bahwa
rencana-Nya itu akan diselesaikan melalui Kristus.
10Rencana itu ialah supaya segala sesuatu,
baik yang di surga maupun yang di bumi, menjadi satu dengan Kristus sebagai
kepala. Dan hal itu akan diselesaikan oleh Allah kalau sudah sampai waktunya.
11Allah mengerjakan segala sesuatu menurut
keinginan-Nya dan keputusan-Nya sendiri. Sejak semula Ia sudah memilih kita
sebab Ia ingin supaya kita menjadi umat-Nya karena bersatu dengan Kristus.
12Biarlah kita, yang pertama-tama berharap
pada Kristus, memuji Allah karena keagungan-Nya!
13Kalian pun sudah menjadi umat Allah sewaktu
kalian mendengar pesan Allah, yakni Kabar Baik yang memberi keselamatan kepadamu.
Kalian percaya kepada Yesus Kristus, karena itu Allah memberi tanda milik-Nya
kepadamu, yaitu Roh-Nya yang dijanjikan-Nya.
14Roh
itulah jaminan bahwa
kita akan menerima
apa yang telah
dijanjikan Allah kepada umat-Nya. Ini memberi keyakinan kepada kita
bahwa Allah akan membebaskan umat-Nya. Terpujilah Allah karena keagungan-Nya!
Pertanyaan
a. Apa yang
dilakukan Allah untuk
menunjukkan cinta-Nya kepada manusia?
b. Dengan
cara bagaimana Allah melakukan semuanya itu?
Peneguhan
a.
Dalam ucapan syukur yang diungkapkan Santo
Paulus kepada umatnya di Efesus, Paulus secara langsung mengungkapkan karya
penyelamatan dan kasih Allah kepada manusia dalam ketiga pribadi Allah. Manusia
selayaknya bersyukur dan memuji Allah karena:
1) Memberikan
berkat rohani
2) Memilih
kita menjadi milik-Nya dan tidak bercacat di hadapan-Nya
3) Mengangkat
kita menjadi anak-Nya
4) Kita
dibebaskan dan diampuni oleh Allah
b.
Semua berkat itu bisa kita terima dari Bapa
berkat iman kita akan Yesus Kristus dan berkat Roh Kudus yang dicurahkan kepada
kita. Roh Kudus membuat kita yang mendengar pewartaan Kristus mengenal Allah
secara lebih dalam dan dekat, dan menyatakan iman kepada Allah itu dengan
mengimani dan mengikuti Yesus Kristus, sekaligus akan menghantar kita kembali
kepada Bapa dalam kemuliaan kekal, seperti yang sudah diterima oleh Yesus
Kristus. Dengan kata lain, keselamatan yang kita peroleh (memperoleh berkat
rohani, diangkat menjadi milik Allah dan Anak Allah, dan sebagainya) itu berkat
Roh Kudus (sebab berkat Roh Kudus yang dicurahkan kepada para Rasul dan para
penggantinya kita mengenal pribadi Yesus Kristus yang mewartakan Allah
menyampaikan pewartaan dan karya keselamatan-Nya) yang membantu kita beriman
kepada Yesus Kristus agar bisa beriman kepada Bapa.
c.
Cinta kasih dan karya keselamatan dinyatakan
kepada kita melalui ketiga pribadi Allah, tetapi tidak berarti bahwa kita
menerima cinta kasih dan karya keselamatan itu masing-masing sepertiga. Cinta
kasih dan karya keselamatan itu satu dan sama.
d.
Apa yang diungkapkan Santo Paulus di atas
sejalan dengan ajaran Tritunggal yang telah berakar dari zaman Gereja perdana
dan terus dipelahara dalam Tradisi Gereja, sebagaimana ditegaskan dalam
Katekismus Gereja Katolik:
1) Dogma
Tritunggal sesungguhnya bicara tentang Allah yang Esa (KGK 253). Pribadi ini
tidak membagi-bagi ke-Allah-an seolah masing- masing menjadi
sepertiga, namun mereka
adalah ‘sepenuhnya dan
seluruhnya’. Bapa adalah yang sama seperti Putra, Putra yang sama seperti Bapa;
dan Bapa dan Putra adalah yang sama seperti Roh Kudus, yaitu satu Allah dengan
kodrat ilahi yang sama. Karena kesatuan ini, maka Bapa seluruhnya ada di dalam
Putra, seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Putra seluruhnya ada di dalam Bapa, dan
seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Roh Kudus ada seluruhnya di dalam Bapa, dan
seluruhnya di dalam Putra.
2) Walaupun
sama dalam kodrat ilahinya, namun ketiga Pribadi ini berbeda secara nyata satu
sama lain, yaitu berbeda di dalam hal hubungan asalnya: yaitu Allah Bapa yang
‘melahirkan’, Allah Putra yang dilahirkan, Roh Kudus yang dihembuskan (KGK
254).
3) Ketiga Pribadi
ini berhubungan satu
dengan yang lainnya.
Perbedaan dalam hal asal
tersebut tidak membagi kesatuan ilahi, namun malah menunjukkan hubungan timbal
balik antarpribadi Allah tersebut. Bapa dihubungkan dengan Putra, Putra dengan
Bapa, dan Roh Kudus dihubungkan dengan keduanya. Hakikat mereka adalah satu,
yaitu Allah (KGK 255).
e.
Bentuk penghayatan iman akan Allah Tritunggal:
1) Kita
dipanggil mengupayakan agar diri dan hidup kita menjadi tempat yang layak dan
suci bagi kehadiran Allah yang Kudus.
2) Kita
dipanggil percaya dan menjadikan Allah sumber kekuatan yang menggerakkan hidup
kita, dan tidak memberi tempat bagi kekuatan lain untuk menguasai dan mengatur
hidup kita
3) Kita
dipanggil untuk menjadikan model ikatan kasih Tritunggal dalam hidup kita di
tengah keluarga. Keluarga dipanggil menjadi persekutuan cinta yang total, yang
sehati dan seperasaan, yang bersumber dari kasih Allah
4) Kita
juga dipanggil menjadikan ikatan kasih Tritunggal menjadi model kehidupan kita
di tengah masyarakat. Hal ini merupakan perjuangan yang berat, karena arus yang
ada dalam masyarakat semakin menguat dalam individualisme, egoisme, dan mencari
keuntungan diri sendiri
Ayat untuk
Direnungkan:
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka
melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Mat. 28:19⎯20)
Langkah Keempat:
Refleksi dan Aksi
1. Refleksi.
Guru mengajak
peserta untuk membaca
bahan refleksi berikut
dan menuliskan jawaban atas pertanyaan refleksi dalam catatan mereka.
Dibalik semua keterbatasan pengertian kita akan
Tritunggal, ada kenyataan yang tak bisa disangkal, yakni: bahwa Allah begitu
mengasihi umat manusia, sampai mengorbankan Yesus Kristus Putra-Nya, dan
sekalipun Yesus telah naik ke surga, Ia mengutus Roh Kudus. Berkat Roh Kudus
yang meng- gerakkan para rasul dan penggantinya, mereka mewartakan peristiwa
keselamatan itu kepada makin banyak orang, sehingga kita pun bisa memperoleh
daya kekuatan Roh itu, dan mendorong kita untuk mengenal dan mencintai Allah
sebagaimana yang diwartakan Yesus Kristus, sehingga kita mempunyai harapan
dapat menikmati keselamatan kekal. Itulah karya Tritunggal dalam diri kita.
Daya ilahi dalam Bapa dan Putra memanggil kita untuk
hidup dalam lingkaran cinta ilahi-Nya.
Dengan cara apa kalian akan mewujudkan penghayatan iman
kalian akan Tritunggal keempat hal tersebut? Coba jawab dalam hati dahulu baru
kemudian tulis dalam catatan kalian:
a.
Apa yang akan kalian lakukan dalam menjaga
kesucian diri sehingga menjadi tempat yang layak bagi kehadiran Allah yang
Kudus?
b.
Apa yang akan kalian lakukan agar semakin
menjadikan Allah sebagai sumber kekuatan hidupmu?
c.
Apa yang akan kalian lakukan agar persekutuan
kasih dalam keluarga makin tulus dan makin mewujudkan kesatuan ikatan dalam
keluarga?
d.
Apa yang akan kalian lakukan agar kasih Allah
semakin meresap dalam kehidupan bersama di tengah masyarakat?
2. Aksi
Peserta didik merencanakan tindakan nyata dan
menuliskannya di dalam buku jurnal/catatan, bertolak dari satu diantara empat
poin permenungan di atas
PENUTUP
Aku percaya akan satu Allah, Bapa yang Mahakuasa,
pencipta langit dan bumi,
dan segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan;
dan akan satu Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang
tunggal.
Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad, Allah dari Allah,
Terang dari Terang,
Allah benar dari Allah benar.
Ia dilahirkan, bukan dijadikan, sehakikat dengan Bapa;
segala sesuatu dijadikan oleh-Nya.
Ia turun dari surga untuk kita manusia dan untuk
keselamatan kita.
Ia dikandung dari Roh Kudus,
Dilahirkan oleh Perawan Maria, dan menjadi manusia.
Ia pun disalibkan untuk kita, waktu Pontius Pilatus; Ia
menderita sampai wafat dan dimakamkan.
Pada hari ketiga Ia bangkit menurut Kitab Suci. Ia naik
ke surga, duduk di sisi Bapa.
Ia akan kembali dengan mulia,
mengadili orang yang hidup dan yang mati;
kerajaan-Nya takkan berakhir. aku percaya akan Roh Kudus,
Ia Tuhan yang menghidupkan;
Ia berasal dari Bapa dan Putra, yang serta Bapa dan
Putra, disembah dan dimuliakan;
Ia bersabda dengan perantaraan para nabi. aku percaya
akan Gereja
yang satu, kudus, katolik dan apostolik. aku mengakui
satu pembaptisan
akan penghapusan dosa.
aku menantikan kebangkitan orang mati dan hidup di
akhirat. Amin.
Penilaian
Aspek Pengetahuan
1. Apa
arti dari Pentakosta?
2. Apa
saja peran Roh Kudus dalam Gereja Katolik?
3. Sebutkan
8 lambang Roh Kudus!
4. Sebutkan
4 contoh doa yang mengungkapkan iman Gereja akan Allah Tritunggal! Jelaskan
secara singkat
5. Apa
arti 3 pribadi dalam satu Allah?
Kunci Jawaban:
1. Arti dari pentakosta berarti
“hari kelima puluh”, yaitu 50 hari sesudah perayaan Paskah. Lima puluh hari
setelah kebangkitan-Nya Yesus memenuhi janji-Nya untuk mencurahkan Roh Kudus
kepada Para Rasul, sebagaimana Ia janjikan sebelum kenaikan-Nya ke surga
(Kis. 1:8; 2:1⎯13).
2. Peran Roh
Kudus dalam Gereja Katolik:
a. Kehadiran Roh Kudus memberikan
kekuatan dan keberanian untuk memberi kesaksian akan iman tentang karya
keselamatan Allah Bapa yang dinyatakan secara penuh dalam dan melalui Yesus
Kristus. Berkat Roh Kudus, Petrus dan Yohanes mewartakan Injil dengan
berani sekalipun mendapat ancaman (Kis. 4). Stefanus dipenuhi Roh Kudus,
sehingga dapat bersaksi sampai akhir hidupnya (Kis. 6 dan 7). Hal yang sama
juga dialami Paulus dan Barnabas (lih. Kis. 13:2).
b. Roh Kudus menggerakkan mereka
melakukan mukjizat dan tanda- tanda yang membuat orang percaya. Tetapi juga
menggerakkan mereka melakukan karya-karya kreatif yang menghadirkan keselamatan,
seperti nampak dalam keinginan mereka melayani dan memperhatikan orang-orang
miskin di luar komunitas mereka (Kis. 6).
c. Roh Kudus membimbing para
rasul (Gereja) pada saat mereka harus mengambil keputusan berkaitan dengan
ajaran atau sikap terhadap suatu masalah yang dihadapi. Misalnya, pada
terjadi perbedaan pendapat tentang boleh-tidaknya membaptis Kornelius, yang
defacto seorang tentara Romawi (yang dianggap kafir). Petrus dengan bimbingan
Roh Kudus meyakinkan para rasul yang lain bahwa siapapun bisa diterima sebagai
murid Kristus (Kis. 10:44⎯48).
d. Roh Kudus telah terbukti
sebagai Pelindung dari serangan kaum bidaah yang berusaha menyerang ajaran
Gereja dan mengajarkan ajaran yang tidak sesuai dengan ajaran Yesus sendiri.
Roh Kudus bekerja melalui para Paus dan Santo-Santa untuk mempertahankan ajaran
yang benar.
3. Tiga lambang
Roh Kudus:
a. Air
Dalam upacara Pembaptisan, air adalah lambang tindakan
Roh Kudus. Sesudah menyerukan Roh Kudus, air menjadi tanda sakramental yang
berdaya guna bagi kelahiran kembali dalam pembaptisan itu.
b. Urapan
Urapan dengan minyak suci dalam inisisiasi Kristen
melambangkan Roh Kudus. Dalam inisiasi Kristen, khususnya dalam Sakramen
Penguatan/ Krisma, dengan urapan minyak suci seseorang dikuatkan oleh Roh
Kudus.
c. Api
Api melambangkan daya transformasi Roh Kudus. Roh Kudus
turun atas para Rasul pada hari pentakosta dan memenuhi mereka (bdk. Kis.
2: 3⎯4) dalam rupa lidah-lidah api. Roh
Kudus dalam lambang api itu mengubah para rasul dari penakut menjadi pemberani
dan bersemangat untuk mulai menjadi saksi Kristus sampai ke ujung bumi.
4. Beberapa contoh
doa yang mengungkapkan
iman Gereja akan
Allah
Tritunggal, yakni:
a. Tanda Salib
Membuat
Tanda Salib (menandai diri dengan salib) sebelum dan sesudah berdoa merupakan
ungkapan yang khas bagi Umat Katolik. Pada saat membuat tanda salib kita
mengucapkan kata-kata yang mengungkapkan iman akan Tritungggal: “Dalam nama
Bapa dan Putra dan Roh Kudus, Amin”.
b. Doa Kemuliaan (Gloria)
Madah
kemuliaan yang biasanya kita nyanyikan merupakan pujian atas kebesaran
karya keselamatan Allah.
“Kemuliaan kepada Allah di Surga.” Dalam madah ini, kita juga
memuji Putra Allah yang setara dengan Bapa, yang “menghapus dosa dunia”, yang
menebus kita. Dalam penutup madah ini, kita sekali lagi mengingat hidup Allah
Tritunggal; dan Kristus Penebus kita, yang mewahyukan Bapa bersama dengan Roh
Kudus, sekali lagi menjadi pusat cinta kasih dan pujian kita: “Karena hanya
Engkaulah kudus, hanya Engkaulah Tuhan,
hanya Engkaulah Mahatinggi, Ya Yesus Kristus, bersama dengan Roh Kudus, dalam
kemuliaan Allah Bapa. Amin.
c. Syahadat/Credo
Isi
Syahadat/Credo, dengan sangat jelas mengungkapkan iman akan Allah Tritunggal
Mahakudus. Syahadat atau credo merupakan ringkasan seluruh sejarah karya
penyelamatan Allah, mulai dari penciptaan, penjelmaan, kesengsaraan, wafat,
kebangkitan, kenaikan ke Surga, kedatangan Roh Kudus, kedatangan Kristus
kembali, misteri Gereja, sakramen-sakramen sampai dengan kehidupan kekal.
d. Doksologi
Doksologi
artinya doa pujian. Doa ini diucapkan pada akhir dari Doa Syukur Agung pada
waktu Perayaan Ekaristi. Doa Doksologi berbunyi: “Bersama dan bersatu dengan
Kristus dan dengan perantaraanNya, dalam persatuan dengan Roh Kudus,
disampaikanlah kepada-Mu Allah Bapa yang Mahakuasa, segala hormat dan pujian,
kini dan sepanjang segala masa”. Umat menjawab “Amin”.
5. Arti TIGA
PRIBADI dalam SATU ALLAH
a. Allah
Tritunggal adalah satu dan TIGA pribadi sekaligus (Bapa, Putra, dan Roh Kudus).
Dalam bahasa sehari-hari, kata “pribadi” dikenakan pada manusia. Manusia adalah
makhluk yang mempribadi. Hanya manusia yang merupakan makhluk ciptaan yang
berpribadi dan berelasi. Artinya, hanya manusia yang dapat menyapa,
mengkomunikasikan diri, bergaul, solider, dan sebagainya..
b. Allah
adalah satu dan tiga pribadi, artinya Allah adalah Dia yang berelasi,
menyapa, merangkul, menghadirkan
diri, dan mengkomunikasikan diri. Jika
Allah adalah Allah
yang berelasi, relasi
macam apakah yang dihadirkan oleh
Allah? Relasi Allah adalah relasi kesatuan, kesempurnaan, ketunggalan, dan
keutuhan dalam keilahian-Nya. Artinya, masing-masing berada dalam satu
kesempurnaan ilahi yang tidak kekurangan sedikit pun. Relasi Allah Tritunggal
adalah relasi sempurna, total, penuh, dan tuntas. Relasi kesatuan semacam itu
hanya dapat dijelaskan kalau
merupakan relasi KASIH.
Jadi, tiga pribadi Allah yang relasional adalah Allah
yang saling mengasihi, yang saling mencintai secara penuh, total, selesai, dan
sempurna. Misteri Allah Tritunggal, dengan demikian adalah misteri ALLAH YANG
MENGASIHI.
Aspek Keterampilan
1. Gambarlah
lambang Roh Kudus, bisa dari yang sudah ada atau menurut penghayatan kalian
sendiri dan beri penjelasan tentang makna dari lambang tersebut!
2. Buatlah sebuah
doa syukur akan
kehadiran Allah Tritunggal
dalam kehidupan-Nya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar