Cari Blog Ini

Senin, 13 Oktober 2025

GEREJA YANG MENGUDUSKAN (LITURGIA).

 

Doa Pembuka

Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus, Amin.

Allah Bapa yang Mahamurah, hadirlah dalam pertemuan kami ini. Sudilah tilik hati dan pikiran kami agar kami memperoleh semangat. Tuhan, kami akan dibekali dengan pembelajaran tentang liturgi. Semoga dengan pembelajaran liturgi, kami semakin paham akan maknanya dalam perayaan iman kami, iman yang nyata, iman yang menghayati, iman yang dapat memersatukan, menyemangatkan, dan menyelamatkan. Dan mampukan kami untuk tetap merindukan, menyempatkan diri dalam perayaan liturgi sabda dan Ekaristi. Dengan perantaraan Kristus Tuhan dan Juru Selamat kami. Amin.

Bapa kami yang ada di surga…

Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus, Amin.

 

Langkah pertama: menggali pemahaman tentang hierarki

1.    Apersepsi

Guru  mengawali  kegiatan  pembelajaran  dengan  berdialog  bersama  peserta didik dan mengajak mereka mengingat kembali tema pembelajaran tentang peran hierarki dan peran kaum awam dalam Gereja Katolik dan penugasan sebelumnya. Misalnya, adakah kesulitan atau hambatan dalam melaksanakan tugas terakhir yang diberikan yaitu mewujudkan peran kaum awam   Katolik dalam hidupnya sehari-hari.

Selanjutnya  guru  menyampaikan  materi  pembelajaran  saat  ini  yaitu tentang tugas atau karya pastoral Gereja. Berkaitan dengan materi pembelajaran ini, guru dapat memotivasi belajar peserta didik dengan pertanyaan,   misalnya:   apa   saja   tugas-tugas   karya   pastoral   Gereja?

Dengan cara apakah Gereja menguduskan? Pada kesempatan ini kita akan belajar tentang apa itu tugas karya pastoral Gereja yang menguduskan (liturgia). Untuk itu marilah kita memulai pembelajaran dengan menyimak artikel berita berikut ini.

 

2.    Membaca kisah kehidupan

Santo Yohanes Paulus II, Seorang Pendoa, Seorang yang Dekat dan Adil

Paus Fransiskus merayakan peringatan 100 tahun kelahiran Santo Yohanes Paulus II dengan mempersembahkan Misa Kudus di altar tempat Paus Polandia dimakamkan di Basilika Santo Petrus. Bergabung dengan jumlah umat yang sangat terbatas, liturgi pada hari Senin pagi (18/05/20) adalah misa pertama yang dibuka untuk umum setelah hampir dua bulan pembatasan karena pandemi virus Corona.

Tuhan telah Mengunjungi Umat-Nya

Paus Fransiskus memulai homilinya dengan mengingatkan kita bahwa Allah mengasihi umat-Nya, dan pada masa-masa sulit “mengunjungi” mereka dengan mengutus orang suci atau seorang nabi. Dalam kehidupan Paus Yohanes Paulus II, kita dapat melihat seorang pria diutus oleh Tuhan, disiapkan oleh-Nya, dan menjadikan Uskup dan Paus untuk membimbing Gereja Tuhan. “Hari ini, kita dapat mengatakan bahwa Tuhan mengunjungi umat-Nya”.

Seorang Pria yang Berdoa

Paus Fransiskus memusatkan perhatian pada tiga sifat khusus yang menandai kehidupan Yohanes Paulus II: doa, kedekatan, dan belas kasihan. Terlepas dari banyak tugasnya sebagai Paus, Yohanes Paulus II selalu menemukan waktu untuk berdoa. “Dia tahu betul bahwa tugas pertama uskup adalah berdoa,” kata Paus Fransiskus, seraya mencatat bahwa ini adalah ajaran Santo Petrus dalam Kisah Para Rasul. “Tugas pertama uskup adalah berdoa,” Paus mengulangi. Yohanes Paulus “mengetahui hal ini, dan melakukannya”.

Dekat dengan Orang-orang

Santo Yohanes Paulus II juga dekat dengan orang-orang, tidak terlepas atau terpisah dari mereka, tetapi berkeliling dunia untuk mencari mereka. Sudah dalam Perjanjian Lama, kita dapat melihat bagaimana Allah secara unik dekat dengan umat-Nya. Kedekatan ini memuncak dalam inkarnasi, ketika Yesus sendiri berdiam di antara umat-Nya. Yohanes Paulus mengikuti teladan Yesus, Gembala yang Baik, yang mendekat baik yang besar maupun yang kecil, kepada mereka yang dekat dan mereka yang secara fisik jauh.

Keadilan Penuh Belas Kasihan

Akhirnya, Paus Fransiskus berkata, Santo Yohanes Paulus II sangat luar biasa karena cintanya pada keadilan. Tetapi cintanya pada keadilan adalah hasrat akan keadilan yang dipenuhi oleh belas kasihan. Karena itu, Yohanes Paulus II juga seorang yang berbelaskasih, “karena keadilan dan belas kasihan berjalan seiring”. Yohanes Paulus II begitu banyak untuk mempromosikan devosi rahmat Ilahi, percaya bahwa keadilan Tuhan “memiliki wajah belas kasihan ini,”

Paus Fransiskus mengakhiri kotbahnya dengan doa, semoga Tuhan berikan kepada kita semua, dan khususnya kepada para imam, rahmat doa, kedekatan, dan rahmat keadilan dalam belas kasihan, dan keadilan yang berbelaskasihan.

(Christopher Wells/vaticannews.va/terjemahan Daniel Boli Kotan) Sumber artikel dan gambar: komkat-kwi.org, www.vaticannews.va (2020)

 

3.    Pendalaman

Peserta didik mendalami artikel dengan panduan pertanyaan-pertanyaan berikut ini.

a.      Apa yang diceritakan dalam artikel itu?

b.      Apa yang menjadi spirit kehidupan Paus Santo Yohanes Paulus II?

c.       Apa makna doa menurut kalian?

d.      Apa fungsi doa menurut kalian?

e.      Bagaimana pengalaman hidup doamu sendiri sebagai orang Katolik?

Setelah peserta didik mendalami artikel, dengan menjawab pertanyaan- pertanyaan, guru memberi penjelasan sebagai peneguhan dan mengajak peserta didik masuk  pada langkah pembelajaran selanjutnya.

 

Langkah kedua: menggali ajaran Kitab Suci dan ajaran Gereja  tentang liturgi, doa, dan sakramen

1.    Membaca dan menyimak teks Kitab Suci

Yesus Mengajarkan Doa (Matius 6:5–13)

5Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.

6Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.

7Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.

8Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.

9Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, dikuduskanlah nama-Mu,

10datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.

11Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya

12dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami;

13dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin].

 

2.    Pendalaman

Dalam kelompok diskusi, peserta didik menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini (peserta didik diminta untuk menemukan jawaban pertanyaan-pertanyaan yang lain dalam kelompoknya dengan mencari sumber-sumber literasi yang lain).

a.      Apa yang diajarkan Yesus tentang doa?

b.      Bagaimana cara berdoa menurut ajaran Yesus?

c.       Apa pesan Injil Matius 6:5–13 ini menurut kelompokmu?

d.      Apa makna doa?

e.      Apa fungsi doa?

f.        Apa itu liturgi?

g.       Apa itu sakramen?

h.      Sebutkan dan jelaskan ketujuh sakramen Gereja?

i.        Mengapa kalian mau berdoa setiap hari?

 

3.    Melaporkan hasil diskusi

Peserta didik melaporkan hasil diskusi kelompoknya masing-masing dan peserta atau kelompok lain dapat menanggapinya.

 

4.    Penjelasan

Setelah peserta didik menjawab pertanyaan, guru memberi peneguhan jawaban peserta didik dengan menyimak ajaran Gereja tentang doa, liturgi dan sakramen.

Liturgi dan Doa

a)      Liturgi  merupakan  perayaan  iman.  Perayaan  iman  tersebut  merupakan pengungkapan  iman  Gereja,  di  mana  orang  yang  ikut  dalam  perayaan iman mengambil bagian dalam misteri yang dirayakan. Tentu saja bukan hanya dengan partisipasi lahiriah, tetapi yang pokok adalah hati yang ikut menghayati apa yang diungkapkan dalam doa. Kekhasan doa Gereja ini merupakan sifat resminya, sebab justru karena itu Kristus bersatu dengan umat yang berdoa.

b)      Doa dan ibadat merupakan salah satu tugas Gereja untuk menguduskan umatnya dan umat manusia. Tugas ini disebut tugas imam Gereja. Kristus Tuhan, Imam Agung, yang dipilih dari antara manusia menjadikan umat baru, “kerajaan imam-imam bagi Allah dan Bapa-Nya” (Why. 1:6, bdk. 5:9–10).

c)      Tidak ada keterpisahan antara hidup dan ibadat di dalam umat. Pengertian mengenai hidup sebagai persembahan dalam roh dapat memperkaya perayaan Ekaristi yang mengajak seluruh umat, membiarkan diri diikutsertakan dalam penyerahan Kristus kepada Bapa. Dalam pengertian ini, perayaan Ekaristi sungguh-sungguh merupakan sumber dan puncak seluruh hidup kristiani.

d)      Doa berarti berbicara dengan Tuhan secara pribadi; doa juga merupakan ungkapan iman secara pribadi dan bersama-sama. Oleh sebab itu, doa-doa kristiani biasanya berakar dari kehidupan nyata. Doa selalu merupakan dialog yang bersifat pribadi antara manusia dan Tuhan dalam hidup yang nyata ini. Dalam dialog tersebut, kita dituntut untuk lebih mendengar daripada berbicara, sebab firman Tuhan akan selalu menjadi pedoman yang menyelamatkan. Bagi umat kristiani, dialog ini terjadi di dalam Yesus Kristus, sebab Dialah satu-satunya jalan dan perantara kita dalam berkomunikasi dengan Allah. Perantara ini tidak mengurangi sifat dialog antar-pribadi dengan Allah.

e)      Fungsi  doa.  Peranan  dan  fungsi  doa  bagi  orang  kristiani,  antara  lain: mengkomunikasikan diri kita kepada Allah; memersatukan diri kita dengan Tuhan; mengungkapkan cinta, kepercayaan, dan harapan kita kepada Tuhan; membuat diri kita melihat dimensi baru dari hidup dan karya kita, sehingga menyebabkan kita melihat hidup, perjuangan dan karya kita dengan mata iman; mengangkat setiap karya kita menjadi karya yang bersifat apostolis atau merasul.

f)       Syarat dan cara doa yang baik; didoakan dengan hati; berakar dan bertolak dari pengalaman hidup; diucapkan dengan rendah hati.

g)      Cara-cara berdoa yang baik: berdoa secara batiniah. “Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamar …” (lih. Mat. 6:5–6). Berdoa dengan cara sederhana dan jujur, “Lagi pula dalam doamu janganlah kamu bertele-tele … “ (lih. Mat. 6:7).

h)      Doa resmi Gereja. Orang boleh saja berdoa secara pribadi atas nama pribadi dan berdoa bersama dalam suatu kelompok atas nama kelompok. Doa-doa itu tidak mewakili seluruh Gereja. Tetapi doa, di mana suatu kelompok berdoa atas nama dan mewakili Gereja secara resmi, doa kelompok yang resmi itu disebut ibadat atau liturgi. Hal yang pokok bukan sifat “resmi” atau kebersamaan, melainkan kesatuan Gereja dengan Kristus dalam doa. Dengan demikian, liturgi adalah “karya Kristus, Imam Agung, serta tubuh-Nya, yaitu Gereja”. Oleh karena itu, liturgi tidak hanya merupakan “kegiatan suci yang sangat istimewa”, tetapi juga wahana utama untuk mengantar umat kristiani ke dalam persatuan pribadi dengan Kristus (SC 7).

i)        Semua    umat    mengambil    bagian    dalam    imamat    Kristus    untuk melakukan  suatu  ibadat  rohani  demi  kemuliaan Allah  dan  keselamatan manusia.       Yang   dimaksudkan   dengan   ibadat   rohani   adalah   setiap ibadat  yang  dilakukan  dalam  Roh  oleh  setiap  orang  kristiani.  Dalam urapan  Roh,  seluruh  hidup  orang  kristiani  dapat  dijadikan  satu  ibadat rohani. “Persembahkan   tubuhmu   sebagai   korban   hidup,   suci,   dan berkenan  kepada  Allah.  Itulah  ibadat  rohani  yang  sejati”  (Rm.  12:1). Dalam arti ini, konstitusi Lumen Gentium menandaskan: “Semua kegiatan mereka, doa dan usaha kerasulan hidup suami-istri dan keluarga, kegiatan sehari-hari, rekreasi jiwa raga, jika dilakukan dalam roh, bahkan kesulitan hidup, bila diderita dengan sabar, menjadi korban rohani, yang dapat diterima Allah dengan perantaraan Yesus Kristus (bdk. 1Ptr. 2:5). Dalam perayaan Ekaristi, korban ini dipersembahkan dengan sangat hikmat kepada Bapa, bersama dengan persembahan tubuh Tuhan” (Lumen Gentium, artikel 34).

Sakramen

a)      Jika  kita  memerhatikan  karya  Allah  dalam  sejarah  penyelamatan  akan tampak hal-hal ini: Allah yang tidak kelihatan menjadi kelihatan dalam Yesus Kristus. Dalam Yesus Kristus orang dapat melihat, mengenal, mengalami siapa sebenarnya Allah itu. Namun, Yesus sekarang sudah dimuliakan. Ia tidak kelihatan lagi. Ia hadir secara rohani di tengah kita. Melalui Gereja-Nya, Ia menjadi kelihatan. Maka, Gereja adalah alat dan sarana penyelamatan, di mana Kristus tampak untuk menyelamatkan manusia. Gereja menjadi alat dan sarana penyelamatan, justru dalam kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa, tindakan dan kata-kata yang disebut sakramen. Sakramen-sakramen adalah “Tangan Kristus” yang menjamah kita, merangkul kita, dan menyembuhkan kita. Meskipun yang tampak di mata kita, yang bergaung di telinga kita hanya hal-hal atau tanda-tanda biasa, namun Kristuslah yang berkarya lewat tanda- tanda itu. Dengan perantaraan para pelayanan-Nya, Kristus sungguh aktif berkarya dalam umat Allah.

b)      Perlu disadari bahwa sakramen-sakramen itu erat sekali hubungannya dengan kenyataan hidup sehari-hari. Dalam hidup sehari-hari orang membutuhkan bantuan. Sementara kualitas dan mutu hidup manusia makin melemah, banyak orang yang jatuh dalam dosa, banyak orang yang butuh peneguhan dan kekuatan. Pada saat itulah kita dapat mendengar suara Kristus yang bergaung di telinga kita: “Aku tidak menghukum engkau, pulanglah dan jangan berdosa lagi …” Singkatnya, sakramen-sakramen adalah cara dan sarana bagi Kristus untuk menjadi “tampak” dan dengan demikian dapat dialami oleh manusia dewasa ini.

c)      Sakramen-sakramen itu tidak bekerja secara otomatis. Sakramen-sakramen sebagai “tanda” kehadiran Kristus menantikan sikap pribadi (sikap batin) dari manusia. Sikap batin itu ialah iman dan kehendak baik. Perayaan sakramen adalah suatu “pertemuan” antara Kristus dan manusia. Oleh karena itu, meski tidak sama tingkatnya, peran manusia (sikap iman) sangat penting. Walaupun Kristus mahakuasa, Ia tidak akan menyelamatkan orang yang memang tidak mau diselamatkan atau yang tidak percaya.

Pembagian sakramen-sakramen Gereja

Sakramen-sakramen dibagi menjadi: sakramen inisiasi kristiani: sakramen Pembaptisan, Penguatan, dan Ekaristi Kudus. Sakramen-sakramen penyembuhan: Tobat dan Pengurapan Orang Sakit dan sakramen-sakramen pelayanan persekutuan dan perutusan yaitu sakramen Pentahbisan dan Perkawinan (lihat Kompendium KGK 250 – KGK 1210–1211).

1)      Sakramen-sakramen inisiasi  kristiani;  inisisasi  atau  bergabung  menjadi orang kristiani dilaksanakan melalui sakramen-sakramen yang memberikan dasar hidup kristiani. Orang beriman, yang dilahirkan kembali menjadi manusia baru dalam sakramen Pembaptisan, dikuatkan dengan sakramen Penguatan dan diberi makanan dengan sakramen Ekaristi (lihat Kompendium KGK 251).

2)      Sakramen-sakramen  penyembuhan;  Kristus  Sang  Penyembuh  jiwa  dan badan kita, menetapkan sakramen ini karena kehidupan baru yang Dia berikan kepada kita dalam sakramen-sakramen inisiasi kristiani dapat melemah, bahkan hilang karena dosa. Karena itu, Kristus menghendaki agar Gereja melanjutkan karya penyembuhan dan penyelamatan-Nya melalui sakramen ini: Tobat dan Pengurapan Orang Sakit (lihat   Kompendium KGK 295 – KGK 1420–1421, 1426).

3)      Sakramen-sakramen pelayanan persekutuan dan perutusan: dua sakramen, sakramen Pentahbisan dan Perkawinan memberikan rahmat khusus untuk perutusan tertentu dalam Gereja untuk melayani dan membangun umat Allah. Sakramen-sakramen ini memberikan sumbangan dengan cara yang khusus pada persekutuan gerejani dan penyelamatan orang-orang lain. (lihat Kompendium KGK 321, KGK 1533–1535).

Ketujuh Sakramen

Pada saat-saat penting dalam hidup, Kristus menyertai umat-Nya. Kehadiran Kristus ini dirayakan dalam ketujuh sakramen.

1)      Sakramen Pembaptisan/Permandian

Sakramen Pembaptisan (Mat. 28:19, Yoh. 3:5) adalah sakramen pertama yang kita terima. Umat beriman wajib menerima Pembaptisan sebelum menerima sakramen-sakramen yang lain. Pembaptisan mengampuni dosa asal, semua dosa pribadi, serta mengalirkan rahmat pengudusan ke dalam jiwa (Yeh. 36:25–26, Kis. 2:38, 22:16, 1Kor. 6:11, Gal. 3:26–27). Pembaptisan menganugerahkan jasa-jasa wafat Kristus di salib ke dalam jiwa kita, serta membersihkan kita dari dosa. Pembaptisan menjadikan kita anak- anak Allah, saudara-saudara Kristus, dan kenisah Roh Kudus. Pembaptisan hanya diterimakan satu kali untuk selamanya namun meninggalkan meterai rohani yang tidak dapat dihapuskan.

2)      Sakramen Penguatan

Sakramen Penguatan menjadikan kita dewasa secara rohani dan menjadikan kita saksi-saksi Kristus. Penguatan hanya diterimakan satu kali untuk selamanya namun meninggalkan meterai rohani yang tidak dapat dihapuskan (Kis. 2:14–18, 9:17–19, 10:45, 19:5–6, Titus 3:4–8).

3)      Sakramen Ekaristi

Sakramen Ekaristi disebut juga sakramen mahakudus atau komuni kudus. Ekaristi bukanlah sekadar lambang belaka, tetapi adalah sungguh tubuh, darah, jiwa dan keallahan Yesus Kristus. Dalam mukjizat perayaan Ekaristi, imam mengkonsekrasikan roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus dengan kata- kata penetapan yang diambil dari Kitab Suci: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!". Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!" (1Kor. 11:23–25). Misa disebut kurban karena misa menghadirkan secara tak berdarah kurban Kristus yang wafat di salib satu kali untuk selamanya. Kristus mengatakan: “Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." (Yoh 6:48–52). Jika kita melakukan dosa berat, kita harus mengakukan dosa kita terlebih dahulu sebelum menerima komuni kudus, jika tidak, komuni kudus bukannya mendatangkan rahmat bagi jiwa, malahan akan mengakibatkan dosa sakrilegi (1Kor. 11:27–29). Untuk menerima komuni, kita harus bangkit berdiri menuju altar dengan tangan terkatup di dada sambil berdoa. Ketika tiba di hadapan imam, ia akan mengatakan: “Tubuh Kristus”. Kita menunjukkan iman dengan menjawab, “Amin”, kemudian kita mengulurkan tangan, telapak tangan kiri di atas telapak tangan kanan, menerima hosti di tangan dan segera memasukkan hosti ke dalam mulut (cara umum), atau kita membuka mulut dan menerima komuni kudus dengan lidah (alternatif). (baca: Yoh. 6:25–71, Mat. 26:26–28, 1Kor. 11:23–26, Luk. 24:30-31).

4)      Sakramen Tobat

Sakramen Tobat disebut juga pengakuan atau rekonsiliasi (Yoh 20:21–23, Amsal 28:13). Kristus memberikan kuasa kepada para rasul untuk mengampuni dosa atas nama-Nya, dan para rasul meneruskan kuasa tersebut kepada penerus-penerus mereka, yaitu para uskup dan imam. Sakramen Tobat mengampuni dosa-dosa yang dilakukan setelah baptis. Ketika mengaku dosa, umat beriman harus mengakui semua dosa-dosa berat yang disadarinya, menurut jenisnya (misalnya perzinahan atau pencurian) serta jumlahnya (misalnya satu kali, beberapa kali, atau sering kali). Setelah mengakui segala dosa-dosa, orang beriman mendengarkan nasihat- nasihat yang diberikan imam, mengucapkan doa tobat, menerima absolusi (pengampunan Kristus) dari imam, meninggalkan kamar pengakuan, serta melakukan penitensimu.

Imam diwajibkan dengan ancaman siksa yang sangat berat, supaya berdiam diri secara absolut, untuk tidak mengungkapkan apa pun yang telah ia dengar dalam pengakuan. Rahasia pengakuan ini dinamakan 'meterai sakramental'. Seorang imam lebih suka dipenjarakan atau bahkan mati daripada mengungkapkan dosa- dosa yang diakukan umat kepadanya (Luk. 15, Yeh. 33).

5)      Sakramen Pengurapan Orang Sakit

Bantuan Tuhan melalui kekuatan Roh-Nya hendak membawa orang sakit menuju kesembuhan jiwa, tetapi juga menuju kesembuhan badan, kalau itu sesuai dengan kehendak Allah. Dan “jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni” (Mrk. 6:13, Yak. 5:14–15).

6)      Sakramen Imamat/Tahbisan

Tahbisan memungkinkan para rasul Kristus dan penerus-penerus mereka untuk menerimakan sakramen-sakramen. Ada tiga jenjang sakramen Tahbisan: diakon, imam, dan uskup. Hanya para imam dan uskup yang boleh menerimakan sakramen pengakuan serta memersembahkan kurban misa (baca Kej. 14:18, Ibr. 5:5–10, Luk. 22:19, Kis. 6:6, 14:23). Para   imam   adalah   bapa   rohani   Gereja.   Mereka   mempersembah-kan hidup mereka bagi Gereja dengan mewartakan Injil dan menganugerahkan pengampunan Tuhan melalui sakramen-sakramen (1Kor. 4:14–15, 1Tes. 2:8–12). Para imam hidup seturut teladan dan ajaran Yesus Kristus (imam yang selibat), untuk mengurbankan kehidupan berkeluarga demi kerajaan Allah (Mat. 19:12, Luk. 18:29–30, 1Kor. 7).

7)      Sakramen Perkawinan

Sakramen ini, dengan kuasa Allah, mengikat seorang pria dan seorang wanita dalam suatu kehidupan bersama dengan tujuan kesatuan (kasih) dan kesuburan yaitu lahirnya keturunan (baca Mrk. 10:2–12,  Ef. 5:22–33). Perkawinan tidak terceraikan, mengikat seumur hidup (1Kor. 7:10–11,39, Mat. 19:4–9). Pembatalan perkawinan adalah suatu pernyataan yang dikeluarkan oleh Gereja yang menyatakan bahwa setelah dilakukan suatu penyelidikan yang mendalam oleh pengadilan Gereja yang berwenang, unsur-unsur yang diperlukan untuk suatu perkawinan yang sah tidak ada pada saat perkawinan, dan oleh karena itu suatu perkawinan yang sah tidak pernah terjadi. Pembatalan perkawinan bukanlah suatu perceraian “Katolik” dan sama sekali tidak mempengaruhi hak anak-anak dari perkawinan tersebut.

 

Langkah ketiga: menghayati liturgi dalam hidup sehari-hari

1.      Refleksi

Peserta didik membuat refleksi tentang makna doa bertitik tolak dari pengalaman hidup doanya setiap hari. Refleksi ditulis di buku catatannya.

2.      Aksi

Peserta didik membuat niat dan melaksanakannya: mengajak anggota keluarga berdoa novena dan melaporkan tertulis dan ditandatangani orang tua.

 

Doa Penutup

Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus, Amin.

Allah Bapa yang rahim, kami bersyukur atas kebaikan-Mu, kami dapat bertemu dan belajar bersama hari ini. Dalam setiap hidup kami, Engkau mengajak kami untuk setia pada ajaran iman dan kepercayaan kami, terutama Engkau selalu mengundang kami untuk hadir dan berpartisipasi dalam perayaan iman kami. Undangan-Mu Tuhan menjadi semangat dan kehidupan. Semoga dalam pembelajaran ini kami sebagai sakramen yang hidup, menjadi sarana yang membawa kegembiraan dan turut serta ambil bagian dalam karya Gereja-Mu. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami, Amin.

Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus, Amin.

 

Rangkuman

1)      Liturgi  merupakan  perayaan  iman.  Perayaan  iman  tersebut  merupakan pengungkapan iman Gereja, dimana orang yang ikut dalam perayaan iman mengambil bagian dalam misteri yang dirayakan. Tentu saja bukan hanya dengan partisipasi lahiriah, tetapi yang pokok adalah hati yang ikut menghayati apa yang diungkapkan dalam doa. Kekhasan doa Gereja ini merupakan sifat resminya, sebab justru karena itu Kristus bersatu dengan umat yang berdoa.

2)      Doa dan ibadat merupakan salah satu tugas Gereja untuk menguduskan umatnya dan umat manusia.

3)      Fungsi  doa.  Peranan  dan  fungsi  doa  bagi  orang  kristiani,  antara  lain: mengkomunikasikan diri kita kepada Allah; memersatukan diri kita dengan Tuhan; mengungkapkan cinta, kepercayaan, dan harapan kita kepada Tuhan

4)      Liturgi adalah “karya Kristus, Imam Agung, serta tubuh-Nya, yaitu Gereja”. Oleh karena itu, liturgi tidak hanya merupakan “kegiatan suci yang sangat istimewa”, tetapi juga wahana utama untuk mengantar umat kristiani ke dalam persatuan pribadi dengan Kristus (Sacrosantum Concilium, 7).

5)      Sakramen-sakramen   adalah   “Tangan   Kristus”   yang   menjamah   kita, merangkul kita, dan menyembuhkan kita. Meskipun yang tampak di mata kita, yang bergaung di telinga kita hanya hal-hal atau tanda-tanda biasa, namun Kristuslah yang berkarya lewat tanda-tanda itu. Dengan perantaraan para pelayanan-Nya, Kristus sungguh aktif berkarya dalam umat Allah.

6)      Sakramen-sakramen  adalah  cara  dan  sarana  bagi  Kristus  untuk menjadi “tampak” dan dengan demikian dapat dialami oleh manusia dewasa ini.

7)      Ada tujuh sakramen yaitu: Pembaptisan/Permandian, Penguatan, Ekaristi, Tobat, Pengurapan Orang Sakit, Imamat/Tahbisan dan Perkawinan.

 


 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar