Doa Pembuka
Dalam
nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus, Amin.
Allah
Bapa yang Mahamurah, hadirlah dalam pertemuan kami ini. Sudilah tilik hati dan
pikiran kami agar kami memperoleh semangat. Tuhan, kami akan dibekali dengan
pembelajaran tentang liturgi. Semoga dengan pembelajaran liturgi, kami semakin
paham akan maknanya dalam perayaan iman kami, iman yang nyata, iman yang
menghayati, iman yang dapat memersatukan, menyemangatkan, dan menyelamatkan.
Dan mampukan kami untuk tetap merindukan, menyempatkan diri dalam perayaan
liturgi sabda dan Ekaristi. Dengan perantaraan Kristus Tuhan dan Juru Selamat
kami. Amin.
Bapa
kami yang ada di surga…
Dalam
nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus, Amin.
Langkah pertama: menggali pemahaman tentang hierarki
1.
Apersepsi
Guru mengawali
kegiatan pembelajaran dengan
berdialog bersama peserta didik dan mengajak mereka mengingat
kembali tema pembelajaran tentang peran hierarki dan peran kaum awam dalam
Gereja Katolik dan penugasan sebelumnya. Misalnya, adakah kesulitan atau
hambatan dalam melaksanakan tugas terakhir yang diberikan yaitu mewujudkan
peran kaum awam Katolik dalam hidupnya
sehari-hari.
Selanjutnya guru
menyampaikan materi pembelajaran
saat ini yaitu tentang tugas atau karya pastoral
Gereja. Berkaitan dengan materi pembelajaran ini, guru dapat memotivasi belajar
peserta didik dengan pertanyaan,
misalnya: apa saja
tugas-tugas karya pastoral
Gereja?
Dengan
cara apakah Gereja menguduskan? Pada kesempatan ini kita akan belajar tentang
apa itu tugas karya pastoral Gereja yang menguduskan (liturgia). Untuk itu
marilah kita memulai pembelajaran dengan menyimak artikel berita berikut ini.
2.
Membaca kisah kehidupan
Santo Yohanes Paulus II, Seorang Pendoa, Seorang yang Dekat dan Adil
Paus Fransiskus merayakan peringatan
100 tahun kelahiran Santo Yohanes Paulus II dengan mempersembahkan Misa Kudus
di altar tempat Paus Polandia dimakamkan di Basilika Santo Petrus. Bergabung
dengan jumlah umat yang sangat terbatas, liturgi pada hari Senin pagi
(18/05/20) adalah misa pertama yang dibuka untuk umum setelah hampir dua bulan
pembatasan karena pandemi virus Corona.
Tuhan telah Mengunjungi Umat-Nya
Paus Fransiskus memulai homilinya
dengan mengingatkan kita bahwa Allah mengasihi umat-Nya, dan pada masa-masa
sulit “mengunjungi” mereka dengan mengutus orang suci atau seorang nabi. Dalam
kehidupan Paus Yohanes Paulus II, kita dapat melihat seorang pria diutus oleh
Tuhan, disiapkan oleh-Nya, dan menjadikan Uskup dan Paus untuk membimbing
Gereja Tuhan. “Hari ini, kita dapat mengatakan bahwa Tuhan mengunjungi
umat-Nya”.
Seorang Pria yang Berdoa
Paus Fransiskus memusatkan perhatian
pada tiga sifat khusus yang menandai kehidupan Yohanes Paulus II: doa,
kedekatan, dan belas kasihan. Terlepas dari banyak tugasnya sebagai Paus,
Yohanes Paulus II selalu menemukan waktu untuk berdoa. “Dia tahu betul bahwa
tugas pertama uskup adalah berdoa,” kata Paus Fransiskus, seraya mencatat bahwa
ini adalah ajaran Santo Petrus dalam Kisah Para Rasul. “Tugas pertama uskup
adalah berdoa,” Paus mengulangi. Yohanes Paulus “mengetahui hal ini, dan
melakukannya”.
Dekat dengan Orang-orang
Santo Yohanes Paulus II juga dekat
dengan orang-orang, tidak terlepas atau terpisah dari mereka, tetapi
berkeliling dunia untuk mencari mereka. Sudah dalam Perjanjian Lama, kita dapat
melihat bagaimana Allah secara unik dekat dengan umat-Nya. Kedekatan ini
memuncak dalam inkarnasi, ketika Yesus sendiri berdiam di antara umat-Nya.
Yohanes Paulus mengikuti teladan Yesus, Gembala yang Baik, yang mendekat baik
yang besar maupun yang kecil, kepada mereka yang dekat dan mereka yang secara
fisik jauh.
Keadilan Penuh Belas Kasihan
Akhirnya, Paus Fransiskus berkata,
Santo Yohanes Paulus II sangat luar biasa karena cintanya pada keadilan. Tetapi
cintanya pada keadilan adalah hasrat akan keadilan yang dipenuhi oleh belas
kasihan. Karena itu, Yohanes Paulus II juga seorang yang berbelaskasih, “karena
keadilan dan belas kasihan berjalan seiring”. Yohanes Paulus II begitu banyak
untuk mempromosikan devosi rahmat Ilahi, percaya bahwa keadilan Tuhan “memiliki
wajah belas kasihan ini,”
Paus Fransiskus mengakhiri kotbahnya
dengan doa, semoga Tuhan berikan kepada kita semua, dan khususnya kepada para
imam, rahmat doa, kedekatan, dan rahmat keadilan dalam belas kasihan, dan
keadilan yang berbelaskasihan.
(Christopher Wells/vaticannews.va/terjemahan
Daniel Boli Kotan) Sumber artikel dan gambar: komkat-kwi.org,
www.vaticannews.va (2020)
3.
Pendalaman
Peserta
didik mendalami artikel dengan panduan pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
a.
Apa yang diceritakan dalam artikel
itu?
b.
Apa yang menjadi spirit kehidupan
Paus Santo Yohanes Paulus II?
c.
Apa makna doa menurut kalian?
d.
Apa fungsi doa menurut kalian?
e.
Bagaimana pengalaman hidup doamu
sendiri sebagai orang Katolik?
Setelah
peserta didik mendalami artikel, dengan menjawab pertanyaan- pertanyaan, guru
memberi penjelasan sebagai peneguhan dan mengajak peserta didik masuk pada langkah pembelajaran selanjutnya.
Langkah kedua: menggali ajaran Kitab Suci dan ajaran Gereja tentang liturgi, doa, dan sakramen
1.
Membaca dan menyimak teks Kitab
Suci
Yesus Mengajarkan Doa (Matius 6:5–13)
5Dan apabila kamu berdoa, janganlah
berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri
dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka
dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat
upahnya.
6Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke
dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat
tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya
kepadamu.
7Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu
bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka
menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.
8Jadi janganlah kamu seperti mereka,
karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.
9Karena itu berdoalah demikian: Bapa
kami yang di sorga, dikuduskanlah nama-Mu,
10datanglah kerajaan-Mu, jadilah
kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.
11Berikanlah kami pada hari ini makanan
kami yang secukupnya
12dan ampunilah kami akan kesalahan kami,
seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami;
13dan janganlah membawa kami ke dalam
pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang
empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin].
2.
Pendalaman
Dalam
kelompok diskusi, peserta didik menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini
(peserta didik diminta untuk menemukan jawaban pertanyaan-pertanyaan yang lain
dalam kelompoknya dengan mencari sumber-sumber literasi yang lain).
a.
Apa yang diajarkan Yesus tentang
doa?
b.
Bagaimana cara berdoa menurut
ajaran Yesus?
c.
Apa pesan Injil Matius 6:5–13 ini
menurut kelompokmu?
d.
Apa makna doa?
e.
Apa fungsi doa?
f.
Apa itu liturgi?
g.
Apa itu sakramen?
h.
Sebutkan dan jelaskan ketujuh
sakramen Gereja?
i.
Mengapa kalian mau berdoa setiap
hari?
3.
Melaporkan hasil diskusi
Peserta
didik melaporkan hasil diskusi kelompoknya masing-masing dan peserta atau
kelompok lain dapat menanggapinya.
4.
Penjelasan
Setelah
peserta didik menjawab pertanyaan, guru memberi peneguhan jawaban peserta didik
dengan menyimak ajaran Gereja tentang doa, liturgi dan sakramen.
Liturgi dan Doa
a)
Liturgi merupakan
perayaan iman. Perayaan
iman tersebut merupakan pengungkapan iman
Gereja, di mana
orang yang ikut
dalam perayaan iman mengambil
bagian dalam misteri yang dirayakan. Tentu saja bukan hanya dengan partisipasi
lahiriah, tetapi yang pokok adalah hati yang ikut menghayati apa yang
diungkapkan dalam doa. Kekhasan doa Gereja ini merupakan sifat resminya, sebab
justru karena itu Kristus bersatu dengan umat yang berdoa.
b)
Doa
dan ibadat merupakan salah satu tugas Gereja untuk menguduskan umatnya dan umat
manusia. Tugas ini disebut tugas imam Gereja. Kristus Tuhan, Imam Agung,
yang dipilih dari antara manusia menjadikan umat baru, “kerajaan imam-imam bagi
Allah dan Bapa-Nya” (Why. 1:6, bdk. 5:9–10).
c)
Tidak ada keterpisahan antara
hidup dan ibadat di dalam umat. Pengertian mengenai hidup sebagai persembahan
dalam roh dapat memperkaya perayaan Ekaristi yang mengajak seluruh umat,
membiarkan diri diikutsertakan dalam penyerahan Kristus kepada Bapa. Dalam
pengertian ini, perayaan
Ekaristi sungguh-sungguh merupakan sumber dan puncak seluruh hidup kristiani.
d)
Doa
berarti berbicara dengan Tuhan secara pribadi; doa juga merupakan ungkapan iman
secara pribadi dan bersama-sama. Oleh sebab itu, doa-doa kristiani
biasanya berakar dari kehidupan nyata. Doa selalu merupakan dialog yang
bersifat pribadi antara manusia dan Tuhan dalam hidup yang nyata ini. Dalam
dialog tersebut, kita dituntut untuk lebih mendengar daripada berbicara, sebab
firman Tuhan akan selalu menjadi pedoman yang menyelamatkan. Bagi umat
kristiani, dialog ini terjadi di dalam Yesus Kristus, sebab Dialah satu-satunya
jalan dan perantara kita dalam berkomunikasi dengan Allah. Perantara ini tidak
mengurangi sifat dialog antar-pribadi dengan Allah.
e)
Fungsi doa.
Peranan dan fungsi
doa bagi orang
kristiani, antara lain: mengkomunikasikan diri kita kepada
Allah; memersatukan diri kita dengan Tuhan; mengungkapkan cinta, kepercayaan,
dan harapan kita kepada Tuhan; membuat diri kita melihat dimensi baru dari
hidup dan karya kita, sehingga menyebabkan kita melihat hidup, perjuangan dan
karya kita dengan mata iman; mengangkat setiap karya kita menjadi karya yang
bersifat apostolis atau merasul.
f)
Syarat
dan cara doa yang baik; didoakan dengan hati; berakar
dan bertolak dari pengalaman hidup; diucapkan dengan rendah hati.
g)
Cara-cara
berdoa yang baik: berdoa secara batiniah. “Tetapi
jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamar …” (lih. Mat. 6:5–6). Berdoa dengan
cara sederhana dan jujur, “Lagi pula dalam doamu janganlah kamu bertele-tele …
“ (lih. Mat. 6:7).
h)
Doa
resmi Gereja. Orang boleh saja berdoa secara pribadi atas nama pribadi dan
berdoa bersama dalam suatu kelompok atas nama kelompok. Doa-doa itu tidak
mewakili seluruh Gereja. Tetapi doa, di mana suatu kelompok berdoa atas nama
dan mewakili Gereja secara resmi, doa kelompok yang resmi itu disebut ibadat
atau liturgi. Hal yang pokok bukan sifat “resmi” atau kebersamaan, melainkan
kesatuan Gereja dengan Kristus dalam doa. Dengan demikian, liturgi adalah “karya Kristus, Imam
Agung, serta tubuh-Nya, yaitu Gereja”. Oleh karena itu, liturgi tidak
hanya merupakan “kegiatan suci yang sangat istimewa”, tetapi juga wahana utama
untuk mengantar umat kristiani ke dalam persatuan pribadi dengan Kristus (SC
7).
i)
Semua umat
mengambil bagian dalam
imamat Kristus untuk melakukan suatu
ibadat rohani demi
kemuliaan Allah dan keselamatan manusia.
Yang dimaksudkan dengan
ibadat rohani adalah
setiap ibadat yang dilakukan
dalam Roh oleh
setiap orang kristiani.
Dalam urapan Roh, seluruh
hidup orang kristiani
dapat dijadikan satu
ibadat rohani. “Persembahkan
tubuhmu sebagai korban
hidup, suci, dan berkenan
kepada Allah. Itulah
ibadat rohani yang
sejati” (Rm. 12:1). Dalam arti ini, konstitusi Lumen
Gentium menandaskan: “Semua kegiatan mereka, doa dan usaha kerasulan hidup
suami-istri dan keluarga, kegiatan sehari-hari, rekreasi jiwa raga, jika
dilakukan dalam roh, bahkan kesulitan hidup, bila diderita dengan sabar,
menjadi korban rohani, yang dapat diterima Allah dengan perantaraan Yesus
Kristus (bdk. 1Ptr. 2:5). Dalam perayaan Ekaristi, korban ini dipersembahkan
dengan sangat hikmat kepada Bapa, bersama dengan persembahan tubuh Tuhan”
(Lumen Gentium, artikel 34).
Sakramen
a)
Jika kita
memerhatikan karya Allah
dalam sejarah penyelamatan
akan tampak hal-hal ini: Allah yang tidak kelihatan menjadi kelihatan
dalam Yesus Kristus. Dalam Yesus Kristus orang dapat melihat, mengenal,
mengalami siapa sebenarnya Allah itu. Namun, Yesus sekarang sudah dimuliakan.
Ia tidak kelihatan lagi. Ia hadir secara rohani di tengah kita. Melalui
Gereja-Nya, Ia menjadi kelihatan. Maka, Gereja adalah alat dan sarana penyelamatan, di mana Kristus
tampak untuk menyelamatkan manusia. Gereja menjadi alat dan sarana
penyelamatan, justru dalam kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa, tindakan dan
kata-kata yang disebut sakramen. Sakramen-sakramen adalah “Tangan Kristus” yang
menjamah kita, merangkul kita, dan menyembuhkan kita. Meskipun yang tampak di
mata kita, yang bergaung di telinga kita hanya hal-hal atau tanda-tanda biasa,
namun Kristuslah yang berkarya lewat tanda- tanda itu. Dengan perantaraan para
pelayanan-Nya, Kristus sungguh aktif berkarya dalam umat Allah.
b)
Perlu disadari bahwa sakramen-sakramen itu erat sekali
hubungannya dengan kenyataan hidup sehari-hari. Dalam hidup sehari-hari
orang membutuhkan bantuan. Sementara kualitas dan mutu hidup manusia makin
melemah, banyak orang yang jatuh dalam dosa, banyak orang yang butuh peneguhan
dan kekuatan. Pada saat itulah kita dapat mendengar suara Kristus yang bergaung
di telinga kita: “Aku tidak menghukum engkau, pulanglah dan jangan berdosa lagi
…” Singkatnya, sakramen-sakramen adalah cara dan sarana bagi Kristus untuk
menjadi “tampak” dan dengan demikian dapat dialami oleh manusia dewasa ini.
c)
Sakramen-sakramen itu tidak
bekerja secara otomatis. Sakramen-sakramen
sebagai “tanda” kehadiran Kristus menantikan sikap pribadi (sikap batin) dari
manusia. Sikap batin itu ialah iman dan kehendak baik. Perayaan sakramen
adalah suatu “pertemuan” antara Kristus dan manusia. Oleh karena itu, meski
tidak sama tingkatnya, peran manusia (sikap iman) sangat penting. Walaupun
Kristus mahakuasa, Ia tidak akan menyelamatkan orang yang memang tidak mau
diselamatkan atau yang tidak percaya.
Pembagian sakramen-sakramen Gereja
Sakramen-sakramen
dibagi menjadi: sakramen
inisiasi kristiani: sakramen Pembaptisan, Penguatan, dan Ekaristi Kudus.
Sakramen-sakramen penyembuhan:
Tobat dan Pengurapan Orang Sakit dan sakramen-sakramen pelayanan persekutuan dan perutusan yaitu
sakramen Pentahbisan dan Perkawinan (lihat Kompendium KGK 250 – KGK 1210–1211).
1)
Sakramen-sakramen inisiasi kristiani;
inisisasi atau bergabung
menjadi orang kristiani dilaksanakan melalui sakramen-sakramen yang
memberikan dasar hidup kristiani. Orang beriman, yang dilahirkan kembali
menjadi manusia baru dalam sakramen Pembaptisan, dikuatkan dengan sakramen
Penguatan dan diberi makanan dengan sakramen Ekaristi (lihat Kompendium KGK
251).
2)
Sakramen-sakramen penyembuhan;
Kristus Sang Penyembuh
jiwa dan badan kita, menetapkan
sakramen ini karena kehidupan baru yang Dia berikan kepada kita dalam
sakramen-sakramen inisiasi kristiani dapat melemah, bahkan hilang karena dosa.
Karena itu, Kristus menghendaki agar Gereja melanjutkan karya penyembuhan dan
penyelamatan-Nya melalui sakramen ini: Tobat dan Pengurapan Orang Sakit
(lihat Kompendium KGK 295 – KGK
1420–1421, 1426).
3)
Sakramen-sakramen pelayanan
persekutuan dan perutusan: dua sakramen, sakramen Pentahbisan dan Perkawinan
memberikan rahmat khusus untuk perutusan tertentu dalam Gereja untuk melayani
dan membangun umat Allah. Sakramen-sakramen ini memberikan sumbangan dengan
cara yang khusus pada persekutuan gerejani dan penyelamatan orang-orang lain.
(lihat Kompendium KGK 321, KGK 1533–1535).
Ketujuh Sakramen
Pada
saat-saat penting dalam hidup, Kristus menyertai umat-Nya. Kehadiran Kristus
ini dirayakan dalam ketujuh sakramen.
1) Sakramen Pembaptisan/Permandian
Sakramen
Pembaptisan (Mat. 28:19, Yoh. 3:5) adalah sakramen pertama yang kita terima.
Umat beriman wajib menerima Pembaptisan sebelum menerima sakramen-sakramen yang
lain. Pembaptisan mengampuni dosa asal, semua dosa pribadi, serta mengalirkan
rahmat pengudusan ke dalam jiwa (Yeh. 36:25–26, Kis. 2:38, 22:16, 1Kor. 6:11,
Gal. 3:26–27). Pembaptisan menganugerahkan jasa-jasa wafat Kristus di salib ke
dalam jiwa kita, serta membersihkan kita dari dosa. Pembaptisan menjadikan kita
anak- anak Allah, saudara-saudara Kristus, dan kenisah Roh Kudus. Pembaptisan
hanya diterimakan satu kali untuk selamanya namun meninggalkan meterai rohani
yang tidak dapat dihapuskan.
2) Sakramen Penguatan
Sakramen
Penguatan menjadikan kita dewasa secara rohani dan menjadikan kita saksi-saksi
Kristus. Penguatan hanya diterimakan satu kali untuk selamanya namun
meninggalkan meterai rohani yang tidak dapat dihapuskan (Kis. 2:14–18, 9:17–19,
10:45, 19:5–6, Titus 3:4–8).
3) Sakramen Ekaristi
Sakramen
Ekaristi disebut juga sakramen mahakudus atau komuni kudus. Ekaristi bukanlah
sekadar lambang belaka, tetapi adalah sungguh tubuh, darah, jiwa dan keallahan
Yesus Kristus. Dalam mukjizat perayaan Ekaristi, imam mengkonsekrasikan roti
dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus dengan kata- kata penetapan yang
diambil dari Kitab Suci: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu;
perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!". Demikian juga Ia mengambil
cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang
dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya,
menjadi peringatan akan Aku!" (1Kor. 11:23–25). Misa disebut kurban karena
misa menghadirkan secara tak berdarah kurban Kristus yang wafat di salib satu
kali untuk selamanya. Kristus mengatakan: “Akulah roti hidup yang telah turun
dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya,
dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup
dunia." (Yoh 6:48–52). Jika kita melakukan dosa berat, kita harus
mengakukan dosa kita terlebih dahulu sebelum menerima komuni kudus, jika tidak,
komuni kudus bukannya mendatangkan rahmat bagi jiwa, malahan akan mengakibatkan
dosa sakrilegi (1Kor. 11:27–29). Untuk menerima komuni, kita harus bangkit
berdiri menuju altar dengan tangan terkatup di dada sambil berdoa. Ketika tiba
di hadapan imam, ia akan mengatakan: “Tubuh Kristus”. Kita menunjukkan iman
dengan menjawab, “Amin”, kemudian kita mengulurkan tangan, telapak tangan kiri di
atas telapak tangan kanan, menerima hosti di tangan dan segera memasukkan hosti
ke dalam mulut (cara umum), atau kita membuka mulut dan menerima komuni kudus
dengan lidah (alternatif). (baca: Yoh. 6:25–71, Mat. 26:26–28, 1Kor. 11:23–26,
Luk. 24:30-31).
4) Sakramen Tobat
Sakramen
Tobat disebut juga pengakuan atau rekonsiliasi (Yoh 20:21–23, Amsal 28:13).
Kristus memberikan kuasa kepada para rasul untuk mengampuni dosa atas nama-Nya,
dan para rasul meneruskan kuasa tersebut kepada penerus-penerus mereka, yaitu
para uskup dan imam. Sakramen Tobat mengampuni dosa-dosa yang dilakukan setelah
baptis. Ketika mengaku dosa, umat beriman harus mengakui semua dosa-dosa berat
yang disadarinya, menurut jenisnya (misalnya perzinahan atau pencurian) serta
jumlahnya (misalnya satu kali, beberapa kali, atau sering kali). Setelah
mengakui segala dosa-dosa, orang beriman mendengarkan nasihat- nasihat yang
diberikan imam, mengucapkan doa tobat, menerima absolusi (pengampunan Kristus)
dari imam, meninggalkan kamar pengakuan, serta melakukan penitensimu.
Imam
diwajibkan dengan ancaman siksa yang sangat berat, supaya berdiam diri secara
absolut, untuk tidak mengungkapkan apa pun yang telah ia dengar dalam
pengakuan. Rahasia pengakuan ini dinamakan 'meterai sakramental'. Seorang imam
lebih suka dipenjarakan atau bahkan mati daripada mengungkapkan dosa- dosa yang
diakukan umat kepadanya (Luk. 15, Yeh. 33).
5) Sakramen Pengurapan Orang Sakit
Bantuan
Tuhan melalui kekuatan Roh-Nya hendak membawa orang sakit menuju kesembuhan
jiwa, tetapi juga menuju kesembuhan badan, kalau itu sesuai dengan kehendak
Allah. Dan “jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni” (Mrk.
6:13, Yak. 5:14–15).
6) Sakramen Imamat/Tahbisan
Tahbisan
memungkinkan para rasul Kristus dan penerus-penerus mereka untuk menerimakan
sakramen-sakramen. Ada tiga jenjang sakramen Tahbisan: diakon, imam, dan uskup.
Hanya para imam dan uskup yang boleh menerimakan sakramen pengakuan serta
memersembahkan kurban misa (baca Kej. 14:18, Ibr. 5:5–10, Luk. 22:19, Kis. 6:6,
14:23). Para imam adalah
bapa rohani Gereja.
Mereka mempersembah-kan hidup
mereka bagi Gereja dengan mewartakan Injil dan menganugerahkan pengampunan
Tuhan melalui sakramen-sakramen (1Kor. 4:14–15, 1Tes. 2:8–12). Para imam hidup
seturut teladan dan ajaran Yesus Kristus (imam yang selibat), untuk
mengurbankan kehidupan berkeluarga demi kerajaan Allah (Mat. 19:12, Luk.
18:29–30, 1Kor. 7).
7) Sakramen Perkawinan
Sakramen
ini, dengan kuasa Allah, mengikat seorang pria dan seorang wanita dalam suatu
kehidupan bersama dengan tujuan kesatuan (kasih) dan kesuburan yaitu lahirnya
keturunan (baca Mrk. 10:2–12, Ef.
5:22–33). Perkawinan tidak terceraikan, mengikat seumur hidup (1Kor.
7:10–11,39, Mat. 19:4–9). Pembatalan perkawinan adalah suatu pernyataan yang
dikeluarkan oleh Gereja yang menyatakan bahwa setelah dilakukan suatu
penyelidikan yang mendalam oleh pengadilan Gereja yang berwenang, unsur-unsur
yang diperlukan untuk suatu perkawinan yang sah tidak ada pada saat perkawinan,
dan oleh karena itu suatu perkawinan yang sah tidak pernah terjadi. Pembatalan
perkawinan bukanlah suatu perceraian “Katolik” dan sama sekali tidak
mempengaruhi hak anak-anak dari perkawinan tersebut.
Langkah ketiga: menghayati liturgi dalam hidup sehari-hari
1.
Refleksi
Peserta
didik membuat refleksi tentang makna doa bertitik tolak dari pengalaman hidup
doanya setiap hari. Refleksi ditulis di buku catatannya.
2.
Aksi
Peserta
didik membuat niat dan melaksanakannya: mengajak anggota keluarga berdoa novena
dan melaporkan tertulis dan ditandatangani orang tua.
Doa Penutup
Dalam
nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus, Amin.
Allah
Bapa yang rahim, kami bersyukur atas kebaikan-Mu, kami dapat bertemu dan
belajar bersama hari ini. Dalam setiap hidup kami, Engkau mengajak kami untuk
setia pada ajaran iman dan kepercayaan kami, terutama Engkau selalu mengundang
kami untuk hadir dan berpartisipasi dalam perayaan iman kami. Undangan-Mu Tuhan
menjadi semangat dan kehidupan. Semoga dalam pembelajaran ini kami sebagai
sakramen yang hidup, menjadi sarana yang membawa kegembiraan dan turut serta
ambil bagian dalam karya Gereja-Mu. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami,
Amin.
Dalam
nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus, Amin.
Rangkuman
1) Liturgi
merupakan perayaan iman.
Perayaan iman tersebut
merupakan pengungkapan iman Gereja, dimana orang yang ikut dalam
perayaan iman mengambil bagian dalam misteri yang dirayakan. Tentu saja bukan
hanya dengan partisipasi lahiriah, tetapi yang pokok adalah hati yang ikut
menghayati apa yang diungkapkan dalam doa. Kekhasan doa Gereja ini merupakan
sifat resminya, sebab justru karena itu Kristus bersatu dengan umat yang
berdoa.
2) Doa dan ibadat merupakan salah satu tugas
Gereja untuk menguduskan umatnya dan umat manusia.
3) Fungsi
doa. Peranan dan
fungsi doa bagi
orang kristiani, antara
lain: mengkomunikasikan diri kita kepada Allah; memersatukan diri kita
dengan Tuhan; mengungkapkan cinta, kepercayaan, dan harapan kita kepada Tuhan
4) Liturgi adalah “karya Kristus, Imam Agung,
serta tubuh-Nya, yaitu Gereja”. Oleh karena itu, liturgi tidak hanya merupakan
“kegiatan suci yang sangat istimewa”, tetapi juga wahana utama untuk mengantar
umat kristiani ke dalam persatuan pribadi dengan Kristus (Sacrosantum
Concilium, 7).
5) Sakramen-sakramen adalah
“Tangan Kristus” yang
menjamah kita, merangkul kita,
dan menyembuhkan kita. Meskipun yang tampak di mata kita, yang bergaung di
telinga kita hanya hal-hal atau tanda-tanda biasa, namun Kristuslah yang
berkarya lewat tanda-tanda itu. Dengan perantaraan para pelayanan-Nya, Kristus
sungguh aktif berkarya dalam umat Allah.
6) Sakramen-sakramen adalah
cara dan sarana
bagi Kristus untuk menjadi “tampak” dan dengan demikian
dapat dialami oleh manusia dewasa ini.
7) Ada tujuh sakramen yaitu:
Pembaptisan/Permandian, Penguatan, Ekaristi, Tobat, Pengurapan Orang Sakit,
Imamat/Tahbisan dan Perkawinan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar