Cari Blog Ini

Senin, 29 Maret 2021

YESUS SAHABAT SEJATI DAN TOKOH IDOLA

 

YESUS SAHABAT SEJATI DAN TOKOH IDOLA

 

A.      PENDAHULUAN

Seorang sahabat lebih dari sekedar teman dan setiap orang membutuhkan sahabat. Setiap orang bisa membangun persahabatan entah itu antara dua pribadi maupun lebih dari satu pribadi. Persahabatan itu muncul karena berbagai alasan, antara lain: adanya kesamaan ide, hobi, sifat atau karakter dan juga sikap saling membutuhkan dan cocok dalam pergaulan. Tentu masih banyak alasan lain yang bisa dijumpai dalam kehidupan nyata. Kepada sahabat seseorang dapat menceritakan sesuatu yang pribadi yang tidak biasa diceritakan kepada semua orang.

Persahabatan itu membutuhkan suatu proses. Ia tidak terjadi begitu saja, karena itu persahabatan itu bisa saja berlangsung hanya sebentar saja atau bisa juga berlangsung dalam rentang waktu yang lama. Semuanya tergantung kesanggupan masing-masing pribadi untuk membangun dan mempertahankan hubungan persahabatan tersebut.

Selain setiap orang membutuhkan sahabat, juga membutuhkan seorang tokoh idola. Dari seorang tokoh idola, seseorang termotivasi untuk berbuat dan bersikap, bertingkah laku seperti sang tokoh idola, bahkan orang mencoba meniru kehidupan seseorang tokoh idola. Kadang kala orang ingin menjadi seperti sang tokoh idola. Kita membutuhkan seorang tokoh idola dalam hidup untuk dapat dijadikan panutan. Panutan dari segi ajarannya, pandangan hidupnya, kepribadiannya, perbuatannya yang luhur, dll .

 

B.      YESUS SAHABAT SEJATI

Membangun Persahabatan pada Umumnya

Ada beberapa pokok pikiran penting tentang hal-hal yang mesti dilakukan dan hal-hal yang wajib dihindari dalam membangun persahabatan pada umumnya, antara lain:

1.       Sikap saling percaya.

Sikap ini menyatakan bahwa apa pun yang dilakukan oleh sahabat semata-mata demi kebaikan atau demi perkembangan ke arah yang positif. Dengan demikian, semua kritik, saran bahkan yang paling menyakitkan sekali pun haruslah diterima dengan hati yang terbuka. Dalam hal ini percaya jika tidak ada kebohongan dan maksud yang tidak baik yang tersembunyi dan terselubung dalam persahabatan

2.       Sikap saling menerima apa adanya.

Sikap ini wajib ada mengingat setiap orang memiliki keunikan masing-masing yang tentu saja berbeda satu sama lain. Menerima apa adanya berarti tidak menuntut teman atau sahabat menjadi seperti yang kita inginkan tetapi menerima kelebihan sekaligus kekurangannya.

3.       Sikap saling mengasihi.

Saling mengasihi berarti tidak meninggalkan sahabat pada saat dia mengalami masalah atau bencana tetapi sanggup memberikan bantuan secara tepat dan tanpa pamrih pribadi.

4.       Sikap saling menghormati dan memahami.

Menghormati dan memahami artinya memberi ruang dan waktu kapan harus bersama dan kapan harus sendiri, juga memahami bahwa ada hal-hal pribadi yang boleh diketahui dan yang tidak boleh diketahui, misalnya tidak membuka catatan harian, handphone atau tas tanpa izin sahabat.

 

Selain sikap yang harus dilakukan, ada juga sikap yang harus dihindari dalam membangun persahabatan, antara lain:

1.       Sikap Egoisme.

Sikap ini ditunjukan dalam bentuk mementingkan diri sendiri atau hanya mencari keuntungan diri sendiri. Dalam membangun persahabatan oreang perlu berpikir dan bertanya apakah yang saya lakukan merugikan atau membuat sahabat merasa terpaksa dan diperdaya. Inilah yang harus dihindari dalam membangun persahabatan yang sejati.

2.       Sikap Ketidak jujuran (Suka berbohong).

Dalam persahabatan perlu dibangun sikap jujur. Namun kejujuran itu perlu disampaikan secara bijaksana agar sahabat menerimanya secara ikhlas tanpa marah dan sakit hati.

 

Memahami Paham Yesus Kristus tentang Persahabatan Sejati

 

Untuk memahami paham Yesus Kristus tentang persahabatan sejati baiklah membaca terlebih dahulu Injil Yohanes 15: 12-16 berikut ini:

 

12Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. 13Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. 14Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. 15Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. 16Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku,diberikan-Nya kepadamu.

 

Setelah membaca perikop Injil di atas, dapat ditarik beberapa pokok pikiran berikut ini yang berkaitan dengan paham Yesus tentang persahabatan sejati, antara lain:

 

·       Yesus menyapa murid-muridNya sebagai sahabat. Ayat 14 dalam bacaan di atas: "Kamu adalah sahabatKu jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu." Pernyataan Yesus ini menunjukkan bahwa para murid Yesus baru bisa disebut sebagai sahabat bila mereka saling mengasihi sebagaimana yang diperintahkan Yesus Kristus sendiri.

·       Yesus telah lebih dahulu mengasihi para murid. Yesus mengasihi mereka dengan memberi mereka pengajaran, melihat tanda dan mukjizat yang tidak dilihat semua orang, Yesus mendoakan mereka dan kelak Yesus akan mengasihi mereka secara paripurna dan sehabis-habisnya dengan wafat di kayu salib.

·       Persahabatan Yesus dan para murid bukan sekedar persahabatan biasa. Persahabatan tersebut dilandasi oleh perjuangan bersama tentang apa yang telah didengar Yesus dari BapaNya dan yang telah diberitahukan Yeus kepada para muridNya, yakni perjuangan untuk mewartakan dan mewujudkan kerajaan Allah.

·       Para murid itu merupakan sahabat istimewa karena Yesus telah menetapkan atau memilih mereka secara khusus di antara banyak  orang yang percaya. Keistimewaan itu mengandung konsekuensi bahwa para murid diharapkan mampu menghasilkan buah-buah persabatannya dengan Yesus dalam kehidupan mereka. Keistimewaan itu diberikan kepada para murid sehingga apa pun yang mereka minta kepada Bapa dalam nama Yesus akan dikabulkan.

·       Persahabatan Yesus adalah persahabatan yang kekal yang tidak tergoyakan oleh pengkianatan sekalipun. Kepada Yudas Iskariot yang telah mengkianati Yesus, Yesus tetap menyapanya sebagai sahabat: "Hai sahabat untuk itukah engkau datang?" (Mat 26:50).

·       Sikap dan tindakan Yesus dalam persahabatan dengan para muridNya sungguh mengagumkan. Dengan demikian pantaslah Yesus kita jadikan sebagai idola dan model kita dalam mengembangkan diri dan dalam membangun persahabatan.

 

Dengan demikian, sikap Yesus sebagai seorang sahabat sejati menurut Injil Yoh 15:11-19

a.      Menyatu dengan sahabat-sahabatNya,… “sukacitaKu ada di dalam kamu dan suka citamu menjadi penuh”.

b.      Mengasihi sahabat-sahabatnya,… “ inilah perintahKu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengisihi kamu”.

c.      Menghendaki yang terbaik bagi sahabatNya.

d.      Menghargai sahabat-sahabatNya

e.      Mempercayai sahabat-sahabatNya, jujur kepada mereka.

f.      Memberikan kebebasan kepada sahabat-sahabatNya.

 

Hal-hal yang dilakukan dan dituntut Yesus dalam membina persahabatan:

a.      Yesus menuntut kepercayaan dari sahabat-sahabatNya

b.      Yesus sungguh mempercayai sahabatNya, walaupun sahabatNya mengecewakan Dia

c.      Yesus sangar menghormati sahabat-sahabatNya, Yesus menerima mereka apa adanya

d.      Yesus menuntut cinta dari sahabat-sahabatNya, dan Yesus mencintai mereka tanpa batas, cinta yang penuh pengampunan, penuh pengorbanan sampai mengorbankan nyawaNya di kayu salib.

 

C.      YESUS SEBAGAI IDOLA SEJATI

Setelah kita mendalami dan memahami paham Yesus tentang persahabatan sejati,secara jelas bisa dilihat bahwa Yesus adalah tokoh yang dapat dijadikan panutan bagi kaum remaja dan juga para orangtua dari semua lapisan dan golongan. Semua yang telah dilakukan dan dibuat Yesus seperti kepribadianNya, ajaranNya, dan tindakanNya dapat dijadikan sebagai contoh yang harus diikuti untuk diterapkan dalam kehidupan kita.

Mari kita melihat bersama sikap dan kepribadian Yesus berikut ini yang membuatNya pantas untuk menjadi idola kita:

a)      Yesus menerima semua orang terutama mereka yang tersingkir

Orang Yahudi terutama para pemimpin agama pada zaman Yesus melihat orang miskin, sakit dan berdosa serta kaum perempuan sebagai masyarakat kelas dua. Mereka dikucilkan dalam pergaulan luas karena dianggap najis. Sebaliknya Yesus bergaul dan makan bersama dengan mereka.

b)      Yesus dekat dengan sesama: seluruh cara dan sikap Yesus, tutur kataNya menunjukkan bahwa Ia sangat dekat dengan manusia, teristimewa rakyat biasa yang sederhana. Ia bersama orang dalam suasana pesta nikah ( lih. Yoh 2:2-12). Ia merasakan penderitaan orang yang sakit dan menyembuhkannya (lih. Mat 8:14-17). Mengenyangkan mereka yang lapar (lih. Mrk 6:30-44).  Ia mengajar dengan bahasa yang mudah dimengerti, bahkan sering menggunakan perumpamaan dalam mengajar orang.

c)       Yesus sangat terbuka terhadapat semua orang: Yesus sangat terbuk dengan siapa saja. Ia bergaul dengan semua orang tanpa membeda-bedakan. Ia berusaha untuk merangkul semua orang. Yesus menolk segala bentuk diskriminasi.

d)      Yesus berani mengkritik sikap para penguasa

Yesus berani menyebut raja Herodes sebagai serigala (Luk 13: 32). Yesus juga berani mengkritik ahli-ahli taurat dan orang Farisi sebagai kaum munafik (Mat 23: 27-28). Yesus memperjuangkan tatanan masyarakat yang adil dan beradab (Mrk 10: 43-44). Keberanian Yesus untuk mengkriti para penguasa bukan berarti Yesus anti penguasa. Yesus justru mendorong orang-orang untuk tetap melaksanakan kewajibannya sebagai penguasa. Namun pelaksanaan tugas sebagai penguasa jangan sampai melalaikan dan mengalahkan kewajiban kepada Allah (Mat 22:21). Hal yang dikritik Yesus adalah bukan soal kekuasaannya melainkan cara atau sikap orang dalam menjalankan kekuasaan. Kekuasaan seharusnya menyejahterakan masyarakat dan semakin mendekatkan manusia kepada Allah.

e)      Yesus berani membela kebenaran dan keadilan

Yesus berani membela rakyat kecil yang menderita. Yesus tidak segan-segan mengkritik penguasa yang menindas rakyat kecil. Bahkan Yesus berani mengecam Ahli Taurat, orang Farisi yang berlaku  tidak adil pada rakyat kecil (bdk. 23:27-28).

Namun Yesus bukanlah seseorang yang revolusioner yang mau mengubah keadaan sosial dan politik saat itu. Yesus melakukan itu dalam rangka mewartakan Kerajaan Allah. Yesus hanya mau menegakkan nilai-nilai Kerajaan Allah yakni keadilan, cinta kasih dan perdamaian.

f)        Yesus mengutamakan kasih dalam menjalankan aturan agama

Para pemimpin agama Yahudi terutama orang Farisi dan ahli taurat terjebak dalam fanatisme yang sempit dalam arti mereka merasa diri yang paling benar dan yang paling baik, karena merasa sudah menjalankan kewajiban keagamaan secara benar. Sikap ini ditantang oleh Yesus. Bagi Yesus aturan keagamaan penting sejauh membantu manusia untuk mencapai keselamatan seutuhnya. Yesus sangat menghormati hukum taurat terlebih menerapkannya secara benar (Mat 5: 17). Hal ini tampak jelas dalam sikap kritisnya terhadap ajaran-ajaran dalam Taurat, misalnya tentang soal membunuh (Mat 5: 21-22), soal mempersembahkan persembahan (Mat 5: 23-24), soal zinah (Mat 5: 27-30), soal perceraian (May 5: 31-32), soal balas dendam (Mat 5: 38-42), soal kasih kepada musuh (Mat 5: 43-48).

g)       Yesus adalah pribadi yang beriman

Orang yang beriman adalah orang yang mau melakukan apa saja yang dikehendaki Allah sekalipun seringkali  kehendak Allah itu tidak sama dengan kehendak dirinya sebagai manusia. Pengertian beriman seperti ini tampak dalam diri Yesus. Yesus mempunyai relasi yang erat dengan Allah Bapa dan relasi itu diupayakan antara lain dengan doa.

Yesus mempunyai gambaran tentang Allah yang unik yakni Allah yang dekat. Allah bukan hakim yang harus ditakuti, melainkan seorang Bapa yangb baik. Yesus mengajak pengikutNya untuk menyebut Allah dengan sebutan “Abba” yang berarti Bapa. Sebagai Bapa yang baik Yesus yakin bahwa Allah tidak  membeda-bedakan manusia.

Yesus selalu mengutamakan kehendak Allah dalam hidupNya apapun resikonya. Walaupun ada tantangan Yesus tetap dekat dengan Allah dan meyerahkan seluruh tantangan hidupNya pada Allah BapaNya (bdk. Luk 22:42; Mat 27:46). Itulah iman, selalu merupakan tantangan. Iman menjadi cemerlang justru melalui tantangan.

 

Berikut ini adalah contoh tindakan Yesus yang berdoa:

1)      Yesus berdoa saat sedang dibaptis (Luk 3: 21),

2)      Yesus berdoa pagi-pagi benar waktu hari masih gelap (Mrk 1: 5),

3)      Yesus beristirahat dari pekerjaanNya untuk berdoa (Mrk 6: 46, Luk 5: 16),

4)      Yesus berdoa pada malam hari (Luk 6: 12),

5)      Yesus berdoa seorang diri saja (Luk 9: 18),

6)      Yesus kadang mengajak para muridNya berdoa (Luk 9:28),

7)      Yesus tidak hanya berdoa untuk diri sendiri melainkan sering mendoakan muridNya dan semua manusia (Yoh 17:20)

Beriman berarti menyerahkan seluruh hidup secara total dan sadar untuk melakukan kehendak Bapa. Yesus berkata: MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-pekerjaanNya (Yoh 4: 34). Yesus juga melupakan keinginan diri sendiri demi kehendak Bapa: Bapa, kalau boleh jauhkanlah dari padaKu penderitaan yang harus Aku alami ini, tetapi jangan menurut kemauanKu, melainkan menurut kemauan Bapa saja (Luk 22: 42). Yesus juga menyerahkan seluruh jiwa raga kepada Bapa: Pada saat wafatNya Ia berseru dengan suara nyaring: Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu (Luk 23: 46)

 

D.      PENUTUP

Pribadi Yesus Kristus sangat mengagumkan. Karena itu sebagai orang yang beriman akan Yesus Kristus, hendaknya kita mengikuti teladanNya, menjadikanNya sebagai tokoh idola sekaligus sahabat sejati kita.

 

Sabtu, 27 Maret 2021

ABORSI

 Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) sebelum buah kehamilan tersebut mampu hidup di luar kandungan. Abortus terbagi atas:

·       Abortus spontan/keguguran adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa adanya upaya-upaya buatan untuk mengakhri kehamilan tersebut.

·       Abortus buatan/pengguguran adalah abortus yang terjadi akibat adanya upaya-upaya tertentu untuk mengakhiri proses kehamilan. Istilah yang sering digunakan untuk peristiwa ini adalah aborsi atau abortus provocatus.

 

            Ada beberapa cara orang melakukan aborsi, yaitu: kuret (penyedotan), peracunan dengan garam, histerotomi/caesar, pengguguran kimia prostaglandin. Semua cara tersebut sadis, tidak berperikemanusiaan dan dapat mengakibatkan kematian bagi bayi dan sering pula bagi ibunya.

 

Adapun alasan orang melakukan aborsi adalah :

Ø  Alasan dari wanita yang mau menggugurkan kandungannya:

a.     Karena malu karena berselingkuh atau hubungan seks pra nikah.

b.     Karena tekanan batin, misalnya akibat pemerkosaan.

c.      Karena tekanan ekonomi.

Ø  Alasan dari yang membantu melakukan pengguguran:

a.     Karena ingin memperoleh uang karena biayanya mahal.

b.     Karena prihatin dengan keadaan si wanita.

Resikonya adalah :

  • Banyak wanita yang akan mengalami komplikasi yang sangat berbahaya bagi hidupnya, bahkan kematian serta kemungkinan-kemungkinan seperti keguguran pada kehamilan berikutnya, hamil di saluran telur, kelahiran bayi yang terlalu dini, mandul, dsb.
  • Banyak wanita yang akan mengalami gangguan-gangguan emosional yang berat, stress, bahkan sakit jiwa.

 

            Dalam Yer 1: 4-5, Luk 1:11-17, dan Luk 1:31-33 nampak bahwa Allah mengasihi manusia sejak ia terbentuk dalam kandungan ibunya. Hanya Allah yang berhak memberi atau mencabut kehidupan (Ul 32:39). Dengan demikian, tidak ada seorang pun yang berhak menghilangkan hidup sang bayi, meskipun masih berada dalam kandungan ibunya sebab itu berarti mempermainkan Allah.

            Dalam ajaran Gereja nampak bahwa tindakan aborsi tidak dibenarkan karena hidup sejak pembuahan harus dilindungi dengan amat cermat (GS art. 51) dan Gereja menghukum pelanggaran melawan hidup manusia ini dengan hukuman ekskomunikasi (KHK Kan 1398).

            Hukum Negara melalui KUHP pasal 342, 346, 347 ayat 1, 348 ayat 1, dan 349 dengan jelas melarang aborsi dengan mengancam hukuman penjara yang lama bagi wanita pelaku atau pun yang membantu mengadakan aborsi.

            Yang harus dilakukan oleh para remaja untuk mencegah terjadinya aborsi adalah dengan tidak melakukan hubungan seks pra nikah atau free sex. Perencanaan kehamilan perlu dipertimbangkan dengan sikap ugahari dan bijaksana.

Kamis, 04 Maret 2021

DASAR KETERPANGGILAN GEREJA KATOLIK DALAM MEMBANGUN BANGSA DAN NEGARA

 

DASAR KETERPANGGILAN GEREJA KATOLIK DALAM MEMBANGUN BANGSA DAN NEGARA

 

Umat Katolik Indonesia diperkirakan sekitar 5% dari seluruh jumlah penduduk Indonesia yang kini mencapai lebih dari 260 juta jiwa. Ababila diangkakan secara apa adanya maka umat Katolik berwarganegara Indonesia berjumlah sekitar 13.000.000,- (tiga belas juta) jiwa. Dari segi angka statistik, umat Katolik memang termasuk kecil atau biasa digolongkan dalam kelompok minoritas. Meski secara kuantitatif umat Katolik itu kecil, bukan berarti kita juga dikecilkan dalam urusan pembangunan negara dan bangsa yang kita cintai ini. Sejarah telah mencatat bahwa sejak sebelum dan seudah kemerdekaan hingga pada masa reformasi ini, warga Katolik bersama warga umat beragama dan kepercayaan lainnya bahu membahu berjuang dalam pembangunan. Sebagai warga negara Indonesia, kita mempunyai hak dan kewajiban serta tanggung jawab yang sama untuk membangun bangsa dan negara untuk menggapai  cita-cita luhur kemerdekaan Indonesia yaitu kehidupan masyarakat yang damai, adil, makmur dan sejahtera.  Kisah perjuangan Pastor Carolus Burrows OMI di Kampung Laut, Cilacap, Jawa Barat dapat memberikan gambaran keterpanggilan Gereja untuk ikut serta membangun bangsa dan negara demi kesejahteraan masyarakat tanpa mengenal latarbelakang mereka. Pastor Carolus melakukannya atas dasar kasihnya kepada sesama dan kepada Tuhan.

Landasan  atau  dasar  pijakan  umat  Katolik  berperan  aktif  dalam  pembangunan adalah bersumber dari ajaran dan teladan Yesus sendiri. Inilah yang menjadi dasar keterpanggilan Gereja untuk membangun bangsa dan negara.  Yesus mengajarkan “memberi kepada kaisar apa yang menjadi hak kaisar dan kepada Allah apa yang menjadi hak Allah,”. Di sinilah kita orang katolik diajak untuk bisa membedakan secara tegas apa yang privat dan apa yang publik. Hal yang privat yaitu dalam relasi kita dengan Allah dan yang public adalah dalam relasi kita dengan sesama atau Negara. Istilah yang sering kita dengan di tanah air adalah semboyan Mgr. Sugijapranata: 100% Indonesia dan 100% Katolik. Artinya bahwa sejatinya kekatolikan tidak bertentangan dengan keindonesiaan atau dengan menjadi katolik 100%, orang katolik sama dengan menjadi warga Negara yang baik, karena nilai-nilai kekatolikan tidak bertentangan dengan nilai-nilai kebaikan universal. Kita juga mengenal semboyan dalam bahasa Latin, “Pro Ecclesia et Patria”. Arti semboyan itu adalah “untuk Gereja dan Tanah Air”. Di manapun orang Katolik berada, ia ada untuk Gerejanya dan untuk tanah airnya.  Untuk bisa melaksanakan tugas-tugas publik dengan baik tentu saja setiap orang Katolik harus mendasarkannya pada apa yang diajarkan Gereja dalam apa yang namanya ajaran sosial Gereja. Ajaran sosial Gereja adalah refleksi Gereja yang hidup di tengan dunia dengan aneka persoalannya. Gereja lewat anggota-anggotanya musti ikut ambil bagian dalam membangun tata dunia, agar menjadi tempat yang layak huni bagi manusia dan kemanusiaannya.

 

Menyimak cerita

Menggulati Masyarakat Nelayan

Kampung Laut adalah sebuah permukiman nelayan di antara hutan bakau di kawasan Laguna Segara Anakan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Daerah tersebut berada di antara Pulau Nusakambangan dan Cilacap daratan. Tahun 1973, ketika Pastor Carolus mengunjunginya untuk pertama kali hingga tahun ’80-an, permukiman tersebut berupa rumah-rumah panggung di atas perairan. Kondisi lingkungan yang tidak manusiawi menyebabkan masyarakat rentan terhadap berbagai penyakit.

Kemunculannya di Kampung Laut pada minggu kedua September 1973 itu terus berlanjut. Ia datang dengan membawa perawat, dokter, beserta obat-obatan untuk merawat yang sakit. Di waktu lain, ia membawa itik, kambing, dan juga babi. Ia membangun tambak udang yang kemudian ditiru orang lain. Ia hadir juga sebagai ’mantri’ ternak yang menyuntik kambing yang sakit. Ia mengajak anak-anak Kampung Laut bersekolah di Kawunganten, kota kecamatan dan menyediakan asrama bagi mereka. ”Karena masyarakat belum mengenal budaya pendidikan, maka kami menanggung semua biaya pendidikan anak-anak ini hingga soal pakaian dan makanan. Semua gratis,” tandas Pastor Carolus. ”Kalau kita ingin mengasihi, kita ingin memberi yang terbaik, dan yang terbaik adalah pendidikan,” tegasnya.

Untuk sebagian besar karya sosialnya, Pastor Carolus menggunakan bendera Yayasan Sosial Bina Sejahtera (YSBS) yang dibentuk pada 12 Maret 1976. Misionaris kelahiran Irlandia, 8 April 1943 ini juga menggelar proyek-proyek padat karya, seperti membangun jalan antar-rumah panggung. Upaya ini kemudian mendorong penduduk Kampung Laut mengurug (menimbun) permukiman mereka sehingga akhirnya, tahun ’80-an, permukiman ”mengapung” itu menjadi daratan. Sekarang praktis tidak ada lagi rumah panggung di atas perairan di Kampung Laut.

 

Memintas jalan

Dua karya pastoral nelayan Pastor Carolus yang aktual adalah proyek pembuatan jalan serta pelayanan bagi anak-anak nelayan. Tentu hal tersebut bukan berarti mengecilkan karya-karya lain, seperti tanggap daruratnya atas peristiwa tsunami di Pantai Selatan Jawa Tengah bagian barat hingga Pangandaran di Jawa Barat.

Kampung Laut yang telah menjadi darat, pada awalnya hanya bisa dijangkau lewat jalur perairan dengan perahu. Baik dari Kota Cilacap, dari Kawunganten maupun dari Kalipucang (Pangandaran). Pastor Carolus merintis dibangunnya jalur darat untuk menjangkau berbagai desa di kawasan Segara Anakan. Pembangunan jalan itu, termasuk di desa-desa terpencil lain di Kabupaten Cilacap di luar Kampung Laut, praktis masih berlangsung hingga 30 tahun lebih Pastor Carolus berkarya. Dari laporan yang ada, dalam enam bulan terakhir telah dibangun jalan mencapai hampir 50 kilometer dengan rincian 20.462 meter pembuatan jalan baru (pengerasan), 3.725 meter rehabilitasi atau perbaikan jalan, 4.762 meter pemberian sirtu, dan 20.274 meter pembuatan badan jalan. Semua mencakup 30 desa. Badan jalan baru yang dibangun memiliki lebar delapan meter sementara lebar untuk pengerasan jalan dengan batu belah antara tiga-lima meter. Badan jalan yang dibuat difungsikan juga sebagai tanggul.

Dalam proyek pengerasan jalan, pihak yayasan hanya mendrop material. Sementara masyarakat setempat menata batu-batu tersebut. ”Saya tidak mau mematikan gotong royong tapi memupuknya. Kami kasih batu, rakyat yang memasang bersama, termasuk ibu-ibu. Mereka bangga membuat jalan mereka sendiri,” paparnya. Menurut hasil penelitian ahli dari Bank Pembangunan Asia (ADB), hal penting untuk memberantas kemiskinan adalah infrastruktur jalan dan irigasi. ”Kalau itu ada, bisa memberi pekerjaan kepada orang banyak,” katanya.

Ia memberi contoh, sebelum dibangun jalan dan jembatan Desa Ciberem- Karanganyar, seorang guru yang mengajar di Karanganyar harus mengeluarkan Rp  5.000  setiap  hari  untuk ongkos  perahu.  ”Setelah  jembatan  penghubung dua desa itu dibangun, ia tidak mengeluarkan uang lagi,” katanya. ”Sesudah jalan, tiang listrik juga masuk Karanganyar. Tiang listrik dibawa masuk karena ada jalan,” tambah Pastor Carolus. Ciberem adalah desa-darat di Kecamatan Kawunganten sementara Karanganyar merupakan bagian Kampung Laut yang dulu hanya bisa dijangkau dengan perahu.

 

Pendidikan menyeluruh

Setahun terakhir, bekerja sama dengan Christian Children Fund (CCF), YSBS memberikan perhatian pada anak-anak nelayan Kampung Laut. Sebelumnya, dan sebagian masih berlangsung sekarang, kerja sama karya yang memberikan perhatian pada pendidikan dan kesehatan anak tersebut berada dalam lingkungan masyarakat petani. Menurut Ketua YSBS, Y. Saptadi, program ini akan menangani 1.500 anak Kampung Laut, dari balita sampai usia sekolah (7-16 tahun). ”Sementara ini baru menangani sekitar 1.200 anak di Desa Panikel dan Karanganyar,” kata Saptadi.

Program ini mengasuh satu anak dalam satu keluarga. Tetapi, akhirnya, karena masalah kesehatan dan pendidikan anak menyangkut banyak aspek, kehidupan keluarga serta lingkungan si anak juga mendapat perhatian. Pastor Carolus berharap, sekitar 4.000 anak Kampung Laut akhirnya akan tersentuh program ini. Menurut Saptadi, tantangan terberat program di Kampung Laut adalah pengadaan air bersih. ”Karena kesehatan anak dan keluarga membutuhkan sumber air bersih.” Sejauh ini, sumber air bersih didapat dari air hujan atau mata air di Pulau Nusakambangan. Untuk yang terakhir, penduduk harus mengambilnya dengan perahu.

 

PENJELASAN

a)        Perjuangan   pastor   Carolus   berawal   dari   keprihatinannya   terhadap masyarakat di Kampung Laut yang hidup serba kesulitan serta penderitaan. Pastor Carolus terpanggil untuk berbagi kasih dengan sesamanya tanpa melihat latar belakang asal-usul mereka. Pastor Carolus berusaha mengobati masyarakat yang sakit dan mulai menggerakan mereka untuk hidup sehat.

b)        Motivasi yang mendasari Pastor Carolus untuk berkarya adalah rasa belas kasihnya. Tujuannya bukan untuk mengkatolikkan masyarakat setempat tetapi memanusiakan masyarakat itu. Karenanya ia mengajak masyarakat untuk bangkit dan berjuang bersama-sama membangun kehidupan mereka sendiri. Karena itulah, semangat gotong-royong dikobarkan. Kini hasilnya sudah dinikmati masyarakat banyak, tidak hanya di Kampung Laut tetapi di banyak tempat di kabupaten Cilacap. Kini masyarakatpun  merasa bangga atas hasil kerja sama mereka.

c)         Di Indonesia sudah cukup banyak orang Katolik yang menjadi pelopor pembangunan di segala sektor kehidupan. Ada yang bergerak dibidang pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, HAM, politik dan pemerintahan, serta militer. Ada beberapa yang mendapat penghargaan, entah sebagai pahlawan nasional, ataupun sebagai “pahlawan” pada bidang yang digelutinya.

 

Menggali Ajaran Kitab Suci dan Ajaran Gereja

Markus 12: 13-17

13   Kemudian  disuruh  beberapa  orang  Farisi  dan  Herodian  kepada Yesus untuk menjerat Dia dengan suatu pertanyaan. 14  Orang-orang itu datang dan berkata kepada-Nya: “Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur, dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka, melainkan dengan jujur mengajar jalan Allah dengan segala kejujuran. Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak? Haruskah kami bayar atau tidak?” 15 Tetapi Yesus mengetahui kemunafikan mereka, lalu berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mencobai Aku? Bawalah ke mari suatu dinar supaya Kulihat!” 16   Lalu mereka bawa. Maka Ia bertanya kepada mereka: “Gambar dan tulisan siapakah ini?” Jawab mereka: “Gambar dan tulisan Kaisar.” 17 Lalu kata Yesus kepada mereka: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!” Mereka sangat heran mendengar Dia.

 

PENJELASAN

1)      Negara  dan  bangsa  adalah  wadah  pemersatu  berbagai  keragaman dan latar belakang warga negaranya. Negara dan bangsa ada untuk melindungi dan menciptakan kedaulatan setiap manusia. Dalam hal ini negara dan bangsa adalah baik sebagai dikehendaki oleh Tuhan. Sebagai warga negara setiap orang memiliki hak dan kewajiban yang sama. Siapa yang memiliki lebih, hendaknya memberi lebih, agar tercipta keadilan dan kesejahteraan semua warga.

2)      Yesus pun mengajarkan hal yang sama bahwa setiap orang punya kewajiban untuk membayar pajak kepada penguasa. Tujuan pajak, pada akhirnya, demi membangun negara dan kepentingan bersama. Namun, Yesus juga menekankan perlunya kewajiban sebagai warga Kerajaan Allah. Dengan demikian, kewajiban yang satu tidak meniadakan kewajiban yang lain. Kedua-duanya mesti dipenuhi.

3)      Rasul Paulus menegaskan pula: “Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah… Sebab tidak ada pemerintah yg tidak berasal dari Allah, pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah (Roma 13:1). Ungkapan ini benar dan tepat yaitu bahwa seluruh warga negara harus menghormati pemerintahnya dengan baik sebab hanya dengan cara demikian kita sebagai warga negara yang beragama Kristiani (Katolik) harus ikut membangun kehidupan negara dan bangsa. Dalam arti  mendorong  setiap  kita  orang  kristiani  untuk  ikut  mengambil bagian dalam membangun bangsa dan negara sebagai wujud dari sikap menghadirkan Allah kepada dunia.

4)      Tugas  dan  kewajiban  seorang  Katolik  (kristiani)  dalam  negara adalah  melaksanakan  panggilan  dan  pengutusannya,  supaya  orang lain mengenal Kristus melalui kehadirannya. Oleh karena itu, orang Kristen tidak boleh memisahkan kehidupan berbangsa dan bernegara dengan hidup keimanannya di gereja. Justru melalui hidupnya sebagai warga negara kristiani, ia dapat membuktikan keberadaannya serta isi pengakuan imannya (Mat. 5:13-16). Sikap seorang katolik  yang baik dan benar, tidak boleh memusuhi sesama warganegaranya, sebaliknya kehadirannya kiranya boleh menjadi saluran berkat bagi kehidupan sesamanya.

5)      Apa  kewajiban  kita  terhadap Allah?  Rasanya  bukan  sesuatu  yang sangat rumit. Sebagaimana Allah telah memberikan kepada manusia dengan cuma-cuma (gratia = rahmat) maka manusia berkewajiban untuk memberikan dengan cuma-cuma pula. Oleh karena itu, manusia diundang untuk bermurah hati, sama seperti Bapa murah hati adanya. Kewajiban yang datang dari Allah rasanya demi kepentingan manusia juga,  misalnya:  memuji  dan  memuliakan Allah  lewat  doa,  ibadat, perayaan  ekaristi  Contoh  lain  adalah  memberikan  derma  kepada fakir miskin dan kaum terlantar, sebagaimana Tuhan bersabda: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk  salah  seorang  dari  saudara-Ku  yang  paling  hina  ini,  kamu telah melakukannya untuk Aku (Mat 25:40)”. Sepuluh perintah Allah diberikan juga bukan demi kepentingan Allah, tetapi agar manusia selamat. Maka kitapun melakukan kewajiban kita kepada Tuhan dan kepada bangsa dan negara kita dengan ikut bertanggungjawab dalam membangun bangsa dan negara sesuai kehendak Tuhan.

APP TAHUN 2021 (SEMAKIN BERIMAN, SEMAKIN SOLIDER): PERTEMUAN 3

 

KEUSKUPAN AGUNG MAKASSAR

 

TEMA AKSI PUASA PEMBANGUNAN (APP)

TAHUN 2021

 

SEMAKIN BERIMAN, SEMAKIN SOLIDER

(MEMBANGUN EKONOMI SOLIDARITAS)

 

MODEL PENDAMPINGAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)


 

PERTEMUAN 3

A.      SATUAN PENDIDIKAN               : SMA

B.      MATA PELAJARAN                     : PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI

C.      MATERI / SUB MATERI              : MANUSIA DIPANGGIL  UNTUK HIDUP BERSESAMA

D.     TAHUN PELAJARAN                   : 2020 / 2021

E.      ALOKASI WAKTU                        : 3 JP (1 PERTEMUAN)

F.       KOMPONEN INTI                        :

1.    Tujuan Pembelajaran:  Melalui pendekatan Kateketis-Saintifik dan menggunakan metode tanya jawab, cerita, penjelasan, penugasan, dan diskusi, peserta didik mampu menyadari banwa  manusia dipanggil  untuk  hidup bersesama; menjalankan fungsi, peran, dan   tanggung  jawabnya  dalam hidup bersesama; semakin mampu hidup bukan hanya untuk dirinya  sendiri tetapi untuk sesamanya; semakin yakin bahwa hidup bersesama tidak akan pernah mendatangkan kemelaratan dan penderitaan, tetapi mendatangkan suka cita, dengan disiplin, jujur, inovatif, partisipatif, bela rasa, peduli, menyadari kehadiran Allah, dan apresiatif.

 

2.    Kegiatan Pembelajaran :

a)    Kegiatan Pendahuluan:

·   Guru memberi salam, selanjutnya menanyakan kabar peserta didik.

·   Guru mengajak peserta didik untuk berdoa untuk mengawali pelajaran. Misalnya, dengan doa berikut :

 

Mohon Rahmat Persaudaraan (PS 198)

Allah Bapa kami Yang Maha Pengasih dan Penyayang,

Engkau telah menanamkan benih kasih dalam hati semua orang. Bahkan Engkau telah membiarkan Roh-Mu sendiri tinggal dalam hati semua insan.

Dan Engkau sendiri menghendaki agar kami saling mengasihi, sebagaimana kami mengasihi diri kami sendiri.

Kami bersyukur kepada-Mu atas kasih-Mu.

Engkau telah mengangkat semua orang menjadi Anak-Mu, dan mengasihi mereka dengan kasih yang sama.

Semoga kami selalu saling mengasihi dan hidup rukun sebagai saudara. Lebih-lebih kami bersyukur, karena Yesus selalu berdoa bagi semua orang, Seperti Yesus sendiri bersatu dengan Dikau.

Kami mohon curahkanlah rahmat persaudaraan kepada semua orang, Agar mereka tekun mengusahakan kedamaian, kerukunan, ketenteraman . Bebaskanlah umat-Mu dari hal-hal yang melemahkan semangat persaudaraan.

Bebaskan kami dari cekcok, iri hati, fitnah dan sikap hanya mementingkan diri sendiri. Doa ini kami sampaikan kepada-Mu dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin

 

·   Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan peserta didik serta tugas yang akan dikerjakan dalam pertemuan ini.

 

b)   Kegiatan Inti:

      Guru menyampaikan gagasan dasar sebagai berikut :

Manusia   diciptakan  sejak  semula  sebagai makhluk  sosial  yang  hidup solider.  Dengan istilah  "homo  homini socius",  manusia   dipanggil   untuk  hidup  bersesama.  Sebagai  sesama ciptaan, manusia   saling  membutuhkan.  Manusia tidak bisa hidup sendiri, ia membutuhkan orang lain sebagai sesama untuk berinteraksi, saling menolong, dan saling mengingatkan/menasehati. Manusia membutuhkan persahabatan, kebersamaan, dan  persaudaraan yang bertumbuh dan berkembang dalam bingkai ikatan cinta akan Yesus yang nyata dalam keharmonisan hidup satu sama lain.  Dengan begitu, kehidupan bersama menjadi  tempat  kita  berbagi melalui berbagai macam anugerah  yang telah kita terima. Hidup bersesama berarti menghindari monopoli (kebutuhan) kehidupan dan membangun kekuatan bersama dengan menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan menuju pada keselamatan bersama. Oleh karena itu, panggilan untuk hidup bersesama merupakan perwujudan nilai sebuah pertobatan sejati dari keserakahan dan keegoisan diri menuju pada transformasi hidup baru dalam Yesus.

 

      Guru mengajak peserta didik untuk mengamati teks Kisah Para Rasul 2:41-47 berikut ini:

41 Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. 42 Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. 43 Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. 44 Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, 45 dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. 46 Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, 47sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.

 

      Guru memberikan penjelasan atas teks Kitab Suci tersebut:

Kisah  Para Rasul 2:41-47  diberi  judul "Cara   Hidup  Jemaat  perdana",  yang dimaksud adalah  gambaran  hidup  bersama  (Yun: koinonia)  umat  Kristen  Yerusalem  sebagai cara  hidup  umat  Kristen  yang  ideal.  Pada  ayat  41  dlsebutkan  bahwa  "Orang-orang yang menerima perkataan itu adalah  mereka yang telah mendengarkan kotbah Petrus (lih. Kis 2:14-40). Setelah  mereka  mendengar kotbah  itu,  mereka pun bertobat dan memberi diri dibaptis (bdk. ay. 38). Pada ayat 42 dikisahkan bahwa mereka "bertekun dalam pengajaran para rasul" merujuk pada ajaran Yesus sendiri yang diteruskan oleh para rasul. Mereka tekun berdoa dan memecahkan roti (baca: merayakan ekaristi). Mereka juga saling memperhatikan satu sama lain dengan menjual miliknya untuk dibagikan. Jumlah mereka  terus  bertambah  dan  mereka  pun disukai semua orang (ay. 43-47).

 

Teks tersebut  memberikan  kita  gambaran  jelas  tentang  cara  hidup  ideal  dari  umat Kristen.  Pertama, mereka menerima pengajaran para rasul  sebagai  saksi  Yesus sendiri dan hidup dalam persekutuan.  Tuhan pun menambah jumlah mereka dengan orang yang percaya. Kedua, semangat solidaritas  mereka sangat tinggi, hal itu nampak  dengan jelas  dari kerelaan menjual harta miliknya  untuk  dibagikan  sehingga  tidak  ada  yang  berkekurangan.  Kesaksian hidup ini menjadi gambaran dasar  hidup   Kristen  sekaligus  menjadi  "role model"  untuk kehidupan meng-Gereja. Sebagai  murid-murid Yesus,  kita  dipanggil  untuk  berkumpul dalam persekutuan dengan Allah, mengikuti ajaran para rasul, mendengarkan Sabda dan merayakan  Ekaristi  serta  memberikan  perhatian  kepada  sesama  saudara,  khususnya  yang sangat berkekurangan.

 

c)    Kegiatan Penutup:

·   Bersama peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini, serta mendorong peserta didik untuk menyadari bahwa manusia dipanggil untuk  hidup bersesama. Peserta didik juga dimotivasi untuk menjalankan fungsi, peran, dan tanggung jawabnya dalam hidup bersesama sehingga mereka semakin mampu hidup bukan hanya untuk dirinya  sendiri tetapi untuk sesamanya. Peserta didik juga diharapkan semakin yakin bahwa hidup bersesama tidak akan pernah mendatangkan kemelaratan dan penderitaan, tetapi mendatangkan suka cita.

·   Guru mengajak peserta menutup pertemuan dengan sebuah doa. Misalnya dengan mendaraskan bersama Mazmur 104 berikut ini:

 

Kebesaran Tuhan dalam Segala Ciptaan-Nya

1 Pujilah TUHAN, hai jiwaku! TUHAN, Allahku, Engkau sangat besar! Engkau yang berpakaian keagungan dan semarak,

2  yang berselimutkan terang seperti kain, yang membentangkan langit seperti tenda,

3  yang mendirikan kamar-kamar loteng-Mu di air, yang menjadikan awan- awan sebagai kendaraan-Mu, yang bergerak di atas sayap angin,

4  yang membuat angin sebagai suruhan-suruhan-Mu, dan api yang menyala sebagai pelayan-pelayan-Mu,

5 yang telah mendasarkan bumi di atas tumpuannya, sehingga takkan goyang untuk seterusnya dan selamanya.

6   Dengan samudera  raya  Engkau telah  menyelubunginya; air  telah  naik melampaui gunung-gunung.

7 Terhadap hardik-Mu air itu melarikan diri, lari kebingungan terhadap suara guntur-Mu,

8 naik gunung, turun lembah ke tempat yang Kau tetapkan bagi mereka.

9    Batas  Kau  tentukan,   takkan   mereka  lewati,  takkan   kembali  mereka menyelubungi bumi.

10 Engkau yang melepas mata-mata air ke dalam lembah-lembah, mengalir di antara gunung-gunung,

11 memberi minum segala binatang di padang, memuaskan haus keledai-keledai hutan;

12 di dekatnya diam burung-burung di udara, bersiul dari antara daun-daunan.

13  Engkau yang memberi minum  gunung-gunung dari kamar-kamar loteng- Mu, bumi kenyang dari buah pekerjaan-Mu.

14  Engkau yang menumbuhkan  rumput  bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan untuk diusahakan manusia, yang mengeluarkan makanan dari dalam tanah

15 dan anggur yang menyukakan hati manusia, yang membuat muka berseri karena minyak, dan makanan yang menyegarkan hati manusia.

16 Kenyang pohon-pohon TUHAN, pohon-pohon aras di Libanon yang ditanam- Nya,

17  di mana  burung-burung bersarang, burung ranggung yang rumahnya  di pohon-pohon sanobar;

18 gunung-gunung tinggi adalah bagi kambing-kambing hutan, bukit-bukit batu adalah tempat perlindungan bagi pelanduk.

19 Engkau yang telah membuat bulan menjadi penentu waktu, matahari yang tahu akan saat terbenamnya.

 

Kemuliaan kepada Bapa dan Putera dan Roh Kudus,

Seperti pada permulaan, sekarang, selalu dan sepanjang segala masa. Amin

 

(disusun oleh: A. Donny Reston, SS)