GEREJA YANG MEWARTAKAN (KERYGMA)
Doa Pembukaan
Ya Allah yang Mahakuasa,
sebelum meninggalkan dunia ini Yesus Kristus Sang Putra bersabda kepada para
murid: “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam
nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu
yang telah Ku-perintahkan kepadamu”. Ya Bapa, bersabdalah juga kepada kami saat
ini agar kami Kau-mampukan untuk mendalami materi dalam pertemuan ini dengan
tulus ikhlas. Ya Allah anugerahkanlah juga kepada kami akal budi yang bijaksana
dan hati yang mencintai agar kami rela membaktikan diri untuk terlibat aktif
dalam karya pewartaan Gereja. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.
Pemikiran Dasar
Kita (Gereja) pasti telah
mendengar dan membaca firman Tuhan Yesus,“Pergilah jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka
dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala
sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu” (Mat. 28,19-20). Lebih jelas lagi
dalam Markus 16, 15-16: “Pergilah ke
seluruh dunia, beritakanlah
Injil kepada segala
makhluk. Siapa yang percaya dan
dibaptis akan diselamatkan tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum”.
Firman ini tidak hanya berlaku pada zaman para rasul saja, tetapi juga bagi
kita semua pengikut Kristus Yesus pada
zaman modern ini, bahwa kita wajib untuk mewartakan injil, tentu saja dengan cara yang berbeda-beda.
De facto bahwa kabar
keselamatan Allah telah diwartakan oleh Gereja dengan setia dari dulu hingga
sekarang lewat berbagai cara sesuai dengan peranan dan kedudukann masing-masing
umat beriman. Salah satu tugas terpenting dan utama para Uskup adalah pewartaan
Injil. Sebab, para Uskup adalah pewarta iman yang mengantarkan murid-murid baru
kepada Kristus. Para Uskup adalah pengajar yang otentik dan pengemban
kewibawaan Kristus. Artinya, para Uskup mewartakan kepada umat yang diserahkan
kepadanya iman yang harus dipercaya dan diterapkan dalam perilaku manusia. Para
Uskup membuat iman itu berbuah, dan dengan waspada menanggulangi
kesesatan-kesesatan yang mengancam umatnya. Kaum beriman wajib menyambut dengan
baik ajaran para uskup mereka tentang iman dan kesusilaan yang disampaikan atas
nama Kristus dan mematuhinya dengan ketaatan hati yang suci (bdk. Lumen
Gentium, Art. 25). Tugas pewartaan pada dasarnya adalah tugas hierarki, namun
para awam dapat berpartisipasi dalam tugas ini. Pewartaan awam lebih
dalam bentuk kesaksian
hidup. Ciri khas
dan keistimewaan kaum awam adalah sifat keduniaannya.
Berdasarkan panggilan mereka, kaum awam wajib mencari Kerajaan Allah dengan
menguasai hal-hal yang fana dan mengaturnya seturut kehendak Allah. Kaum awam
memancarkan iman, harapan, dan cinta kasih terutama dengan kesaksian hidup
mereka, serta menampakkan Kristus kepada semua orang (bdk. Lumen Gentium, Art.
31).
Melalui pelajaran ini, kita
dapat memahami tugas pewartaan Gereja dan dengan demikian dapat terlibat dalam
tugas ini, khususnya dengan kesaksian hidup mereka. Sebagai bagian dari umat
awam, kita menjadi bentara yang ikut bertanggung jawab dalam pewarta iman. Peserta
didik juga diharapkan tanpa ragu-ragu memadukan pengakuan iman dengan
penghayatan iman. Pewartaan Injil yang disampaikan dengan kesaksian hidup dan
kata-kata memperoleh ciri khas dan daya guna istimewa justru karena dijalankan
dalam keadaan-keadaan biasa dunia ini (bdk. Lumen Gentium, Art. 35).
Mendalami Makna Tugas Gereja Mewartakan
Simaklah puisi berikut ini:
Misi
Berarti Meninggalkan!
Misi berarti meninggalkan,
pergi,
melepas segala sesuatu, keluar
dari diri sendiri, memecah dinding keegoisan, yang memenjarakan kita, dalam
ke”AKU”an
Misi berarti berhenti berkisar
pada diri sendiri
seolah-olah kita adalah pusat
dunia dan kehidupan
Misi berarti menolak terikat
pada masalah-masalah dunia
yang kecil
dimana kita termasuk
didalamnya:
Kemanusiaan itu jauh lebih
besar.
Misi selalu berarti
meninggalkan tetapi tidak selalu
Mengadakan perjalanan.
Di atas semua itu, misi
berarti
membuka diri sendiri bagi
sesama,
sebagai saudara dan saudari,
menemukan mereka,
menjumpai mereka.
Dan jika, untuk menemukan
mereka dan mencintai mereka
perlu menyeberangi lautan
dan terbang mengarungi
cakrawala
maka, misi berarti
pergi sampai ke ujung dunia.
(Uskup Agung Helder Camara)
Mendalami Ajaran Kitab Suci tentang Perutusan Murid-Murid Yesus
Perintah
untuk Memberitakan Injil (Mat 28: 16-20)
16Dan kesebelas
murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada
mereka. 17Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa
orang ragu-ragu. 18Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku
telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. 19Karena itu
pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa
dan Anak dan Roh Kudus, 20dan ajarlah mereka melakukan segala
sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Membaca Dokumen Ajaran Gereja tentang Tugas Pewartaan (Kerygma)
Sebab seperti Putera diutus
oleh Bapa, begitu pula Ia sendiri mengutus para Rasul (lih. Yoh 20:21),
sabda-Nya: “Pergilah, ajarilah semua bangsa, dan babtislah mereka atas nama
Bapa dan Putera dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka menaati segala sesuatu yang
telah Ku-perintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa
sampai akhir zaman” (Mat 28:19-20). Perintah resmi Kristus itu mewartakan
kebenaran yang menyelamatkan itu oleh Gereja diterima dari para Rasul, dan
harus dilaksanakan sampai ujung bumi (lih. Kis 1:8). Maka Gereja mengambil alih
sabda Rasul: “Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil!” (1Kor 9:16).
Maka dari itu gereja terus-menerus mengutus para pewarta, sampai Gereja-Gereja
baru terbentuk sepenuhnya, dan mereka sendiri-pun melanjutkan karya pewartaan
Injil. Sebab Gereja didorong oleh Roh Kudus untuk ikut mengusahakan, agar
rencana Allah, yang menetapkan Kristus sebagai azas keselamatan bagi seluruh
dunia, terlaksana secara efektif. Dengan mewartakan Injil Gereja mengundang
mereka yang mendengarnya kepada iman dan pengakuan iman, menyiapkan mereka
untuk menerima babtis, membebaskan mereka dari perbudakan kesesatan, dan
menyaturagakan mereka kedalam Kristus, supaya karena cinta kasih mereka
bertumbuh ke arah Dia hingga kepenuhannya. Dengan usaha-usahanya Gereja
menyebabkan, bahwa segala kebaikan yang tertaburkan dalam hati serta budi
orang-orang, atau dalam upacara- upacara dan kebudayaan para bangsa sendiri,
bukan saja tidak hilang, melainkan disehatkan, diangkat dan disempurnakan demi
kemuliaan Allah, demi tersipu- sipunya setan dan kebahagiaan manusia. Setiap murid
Kristus mengemban beban untuk menyiarkan iman sekadar kemampuannya. Setiap
orang dapat membabtis orang beriman. Tetapi tugas Imamlah melaksanakan pembangunan
Tubuh Kristus dengan mempersembahkan korban Ekaristi. Dengan demikian
terpenuhilah sabda Allah melalui nabi: “Dari terbitnya matahari sampai
terbenamnya besarlah nama- Ku diantara para bangsa, dan disetiap tempat
dikorbankan dan dipersembahkanlah persembahan murni kepada nama-Ku” (Mal 1:11).
Begitulah Gereja sekaligus berdoa dan berkarya, agar kepenuhan dunia seluruhnya
beralih menjadi Umat Allah, Tubuh Tuhan dan Kenisah Roh Kudus, dan supaya dalam
Kristus, Kepala semua orang, di persembahkan kepada Sang Pencipta dan Bapa
semesta alam segala hormat dan kemuliaan (LG. art. 17)
Penjelasan
Tugas
Mewartakan
Dalam diri Yesus dari Nasaret, sabda Allah tampak secara
konkret manusiawi. Penampakan itu merupakan puncak seluruh sejarah
pewahyuan sabda Allah. Tetapi oleh
karena sabda itu sudah menjelmakan diri dalam sejarah dan tidak dapat tinggal
dalam sejarah untuk selamanya, untuk mempertahankan hasilnya bagi semua orang,
sabda itu harus menciptakan bentuk-bentuk lain, yang di dalamnya sabda itu
dapat hadir dan berbicara.
Ada tiga bentuk sabda Allah dalam Gereja.
1. Sabda/pewartaan para rasul sebagai daya yang
membangun Gereja.
2. Sabda Allah dalam Kitab Suci sebagai kesaksian
normatif.
3. Sabda Allah dalam pewartaan aktual Gereja sepanjang
zaman.
Tiga bentuk pewartaan tersebut di atas saling berhubungan
satu sama lain. Pewartaan aktual Gereja masa kini berdasarkan dan
merupakan kesinambungan dari pewartaan para rasul dan pewartaan Kitab Suci yang
diwariskan kepada kita. Ada perbedaan antara sabda Allah dalam ajaran para
rasul dan Alkitab dan sabda Allah dalam pewartaan aktual Gereja. Oleh karena
wahyu selesai dengan kematian para rasul, maka dasar normatif juga sudah
diletakkan. Segala pewartaan selanjutnya tergantung pada norma itu. Tugas
pewartaan tidak lain adalah mengaktualisasi apa yang disampaikan Allah dalam
Kristus sebagaimana diwartakan para rasul.Dengan demikian, sabda Allah sungguh
datang kepada manusia dan menyelamatkan mereka yang mendengarkan dan
melaksanakan pewartaan Gereja. Pewartaan sabda Allah oleh Gereja bukan hanya
sekedar informasi mengenai Allah dan Yesus Kristus, melainkan sungguh- sungguh
menghadirkan Kristus yang mulia. Di dalamnya Kristus menyelamatkan,
menyembuhkan hati dari setiap orang yang mendengar dan membuka diri terhadap
sabda yang disampaikan itu. Kristus membebaskan kita dari dosa melalui
sabda-Nya.
Dalam mewartakan sabda Allah,
kita dapat mewartakannya secara verbal melalui kata-kata (kerygma), tetapi juga
dengan tindakan (martyria).
Pewartaan verbal (kerygma)
pada dasarnya merupakan tugas hierarki, tetapi para awam diharapkan untuk
berpartisipasi dalam tugas ini, misalnya sebagai katekis, guru agama,
fasilitator pendalaman Kitab Suci, dsb. Bentuk-bentuk pewartaan masa kini, antar lain:
1. Kotbah atau Homili: Kotbah
adalah pewartaan tematis. Homili adalah pewartaan yang berdasarkan suatu
perikope Kitab Suci. Kedua-duanya merupakan pewartaan dari mimbar. Kotbah dan
homili yang baik harus menyapa manusia. Walaupun secara lahiriah terjadi
komunikasi satu arah, tetapi kotbah yang baik harus dapat menciptakan
komunikasi dua arah secara batiniah.
2. Pelajaran Agama:
Dalam pelajaran agama
diharapkan para guru
agama mendampingi para siswa untuk menemukan makna hidupnya dalam terang
Kitab Suci dan ajaran Gereja. Pelajaran agama adalah proses pergumulan hidup
nyata dalam terang iman.
3. Katekese Umat: Katekese umat
adalah kegiatan suatu kelompok umat, dimana mereka aktif berkomunikasi untuk
menafsirkan hidup nyata dalam terang Injil, yang diharapkan berkelanjutan
dengan aksi nyata, sehingga dapat membawa perubahan dalam masyarakat ke arah
yang lebih baik.
4. Pendalaman Kitab Suci, dsb. Pendalaman
Kitab Suci dapat dilakukan dalam keluarga, kelompok, atau pada
kesempatan-kesempatan khusus seperti pada masa Prapaskah (APP), masa Adven, dan
pada bulan Kitab Suci (September).
Tugas pewartaan mengaktualisasi sabda Tuhan yang disampaikan
dalam Kristus sebagaimana diwartakan oleh para rasul. Usaha mengaktualisasi
sabda Tuhan itu mengandaikan berbagai tuntutan yang harus dipenuhi. Ada dua tuntutan pewartaan sebagai
berikut:
a.
Mendalami
dan menghayati sabda Tuhan
Pengenalan dan penghayatan
yang diwartakan adalah sabda Allah. Orang tidak dapat mewartakan sabda Allah
dengan baik, jika ia sendiri tidak mengenal dan menghayatinya. Oleh sebab itu,
kita hendaknya cukup mengenal, mengetahui, dan menghayati isi Kitab Suci,
ajaran-ajaran resmi Gereja, dan keseluruhan tradisi Gereja, baik Gereja
universal maupun Gereja lokal. Kita hendaknya senantiasa membekali diri
dengan berbagai bacaan, penataran, dan macam-macam pembekalan lainnya.
b.
Mengenal
umat/masyarakat konteksnya
Pengenalan
latar belakang dari orang-orang yang kepadanya sabda Allah akan disampaikan
tentu sangat penting. Kita harus mengenal jiwa dan budaya mereka.
Dengan kata
lain, pewartaan kita
harus sungguh menyapa para pendengarnya, harus inkulturatif. Karena itu, pengenalan
dan kepekaan terhadap lingkup budaya seseorang atau masyarakat sangat
dibutuhkan. Pengenalan akan lingkup budaya dapat kita timba dari berbagai
bacaan dan keterlibatan kita yang utuh kepada manusia dan budayanya.
Kita hendaknya “menyatu dengan mereka yang kepadanya kita akan mewartakan kabar
gembira itu”.
Menghayati Tugas Pewartaan dalam Hidup Sehari- hari sebagai Orang
Katolik.
Menyimak, Meresapi Pesan Paus
Fransiskus
Berteguhlah
dalam Iman
Ketika menghadapi aneka
kesukaran dalam perutusan evangelisasi, mungkin kalian akan dicobai untuk
berkata seperti nabi Yeremia: “Ah, Tuhan, aku tidak pandai bicara karena aku
ini masih muda”. Tetapi Tuhan akan berkata kepada kalian juga: “Jangan katakan
‘aku ini masih muda’; tetapi kepada siapa pun engkau Kuutus, engkau harus
pergi” (Yer 1:6-7). Kapan saja kalian merasa tidak cakap, tidak mampu dan rapuh
dalam mewartakan dan memberi kesaksian iman, jangan takut. Evangelisasi
bukanlah prakarsa kita. Evangelisasi tidak bergantung pada bakat-bakat kita.
Evangelisasi adalah sebuah tanggapan yang setia dan taat pada panggilan Tuhan,
dan karena itu bukan tergantung pada kekuatan kita melainkan pada kekuatan
Tuhan. Santo Paulus mengetahui hal ini dari pengalaman: “Tetapi harta ini kami
punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang
melimpah-limpah itu berasal dari Allah bukan dari diri kami” (2Kor 4:7).
Untuk alasan ini, saya
menyemangati kalian untuk membuat doa dan sakramen- sakramen sebagai pondasi
kalian. Evangelisasi yang asli lahir dari doa dan dilanjutkan dengan doa. Kita
pertama-tama harus bercakap-cakap dengan
Tuhan agar mampu bercakap-cakap tentang Tuhan.
Dalam doa, kita mempercayakan pada Tuhan, orang- orang, yang kepada
mereka kita telah diutus, memohon Dia agar menjamah hati mereka. Kita mohon Roh
Kudus untuk menjadikan kita alat-alat untuk keselamatan mereka. Kita mohon
Kristus untuk menaruh kata-kata-Nya di bibir kita dan untuk menjadikan kita
tanda-tanda cinta kasih-nya.
Secara lebih umum, kita berdoa
bagi missi seluruh Gereja, seperti telah dengan jelas diperintahkan Yesus: “Mintalah kepada tuan
yang empunya tuaian supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu”
(Mat 9:38). Temukanlah dalam Perayaan Ekaristi, mata air kehidupan iman dan
kesaksian Kristen, dengan cara berkala menghadiri perayaan ekaristi setiap
minggu dan kapan saja kalian bisa hadir dalam sepekan. Datanglah ke Sakramen
Tobat secara berkala. Hal ini merupakan
perjumpaan yang istimewa dengan belas kasih Allah saat Dia menyambut kita,
mengampuni kita, memperbarui hati kita dalam cinta kasih. Berupayalah menerima
Sakramen Penguatan atau Krisma, jika kalian belum menerimanya, dan
persiapkanlah dengan penuh perhatian dan komitmen. Sakramen Penguatan, seperti Sakramen Ekaristi, ialah
sakramen perutusan, karena
memberikan kepada kita
kekuatan dan cinta kasih dari Roh Kudus untuk mengakui iman kita tanpa takut.
Saya juga mendorong kalian untuk melaksanakan Adorasi Ekaristi. Menggunakan
waktu untuk mendengarkan dan bercakap-cakap dengan Yesus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus
menjadi sumber semangat perutusan yang
baru.
Jika kalian mengikuti jalan
ini, Kristus sendiri akan memberikan pada kalian kemampuan untuk setia penuh
terhadap sabda-Nya dan menjadi saksi yang
setia dan bersemangat atas Dia. Kadang-kadang kalian akan dipanggil
untuk memberikan bukti dari ketekunanmu, khususnya ketika Sabda Allah menemui
penolakan atau tentangan. Di wilayah-wilayah dunia tertentu, sebagian dari
kalian menderita oleh fakta bahwa kalian tidak dapat menjalankan kesaksian
publik atas iman kalian akan Kristus berhubung dengan kurangnya kebebasan
agama. Beberapa teman telah membayar harga dari kenyataan bahwa mereka telah
menjadi kepunyaan Gereja dengan nyawa mereka. Saya meminta kalian untuk tetap
berteguh dalam iman, percaya bahwa Kristus ada di sisi kalian pada setiap
pencobaan. Kepada kalian pula Ia
berkata: “Berbahagialah kamu, jika karena Aku, kamu dicela dan dianiaya dan
kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah,karena
upahmu besar di sorga” (Mat 5:11-12).
Pesan Paus Fransiskus menjelang
WYD 2013
Doa Penutup
Ya Allah yang Maha bijaksana,
Pujian dan syukur, kami haturkan kepada-Mu atas rahmat penyertaan-Mu dalam
pertemuan ini. Kami telah Engkau segarkan dengan sabda perutusanMu, agar kami
semakin terlibat aktif dalam karya-karya Gereja-Mu, terlebih karya pewartaan
kabar
Sukacita-Mu. Kini kami mohon,
bersabdalah kepada kami, utuslah kami Ya Allah. Kami siap mendengarkan, kami
siap melaksanakan. Engkau yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa.
Amin.
Pertanyaan:
1. Sebutkan
tiga bentuk sabda Allah dalam Gereja!
2. Sebutkan
4 bentuk pewartaan masa kini!
3. Sebutkan
dan jelaskan dua tuntutan pewartaan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar