Cari Blog Ini

Rabu, 13 Oktober 2021

MENJAGA KEUTUHAN LINGKUNGAN HIDUP CIPTAAN TUHAN

 

MENJAGA KEUTUHAN LINGKUNGAN HIDUP CIPTAAN TUHAN

Bagian 1: LINGKUNGAN HIDUP

Mengamati Keindahan dan Keharmonisan Lingkungan Hidup

Bila kita amati dan kita refleksikan dengan seksama, ternyata bahwa alam lingkungan kita ini seungguhnya amat indah dan harmonis. Jika kita memperhatikan dengan teliti, maka di dalam alam lingkungan kita terdapat rantai kerja sama antara semua unsur yang saling menunjang dan menghidupi satu sama lain.

Ada rantai kerja sama antara tanah, matahari, udara, flora, fauna, dan manusia. Rantai kerja sama dimulai dari tumbuh-tumbuhan yang menggunakan zat-zat dari tanah dan tenaga sinar matahari untuk membentuk   jaringan   sel.   Kemudian,   tumbuh-tumbuhan   dimakan oleh binatang herbivora atau pemakan tumbuh-tumbuhan. Binatang herbivora selanjutnya dimakan oleh binatang karnivora atau pemakan daging. Terakhir, manusia ikut serta dalam rantai kerja sama itu dengan memanfaatkan binatang karnivora.

Sejak tumbuh-tumbuhan dan binatang muncul di bumi ini, rantai kerja sama itu belum berubah. Di dalam hutan, misalnya, rantai kerja sama itu berbentuk sebagai berikut: ada buah jatuh dari pohon dan menjadi makanan tupai. Tupai itu makanan rubah. Kemudian, manusia memburu rubah itu untuk dimanfaatkan (dimakan) dagingnya.

Sementara itu, kotoran rubah yang jatuh di tanah dalam hutan menjadi makanan bakteri yang menciptakan humus. Humus ini menyuburkan tanah sehingga tanaman dan pohon-pohon dapat menghasilkan buah yang dapat dimanfaatkan oleh binatang ataupun manusia.

 

Makna Tanah bagi Lingkungan Hidup Kita

1.       Sejarah Tanah

Sejarah alam, jutaan tahun yang lalu, bola bumi kita ini berbentuk yang terdiri atas bongkah-bongkah batu dan padas. Batu-batuan itu hancur sedikit demi sedikit dalam kurun waktu jutaan tahun. Kadang-kadang terjadi proses percepatan penghancuran bongkah- bongkah batu, misalnya melalui letusan gunung berapi, gempa, benturan-benturan hebat waktu terjadi prahara di bumi ini, dan sebagainya.

Proses  penghancuran  batu-batuan  itu  masih  dapat  dipercepat lagi oleh daya berat, daya panas, cahaya, udara, air, dan es. Batu yang hancur mengandung zat mineral seperti Nitrogen, Fosfor dan Potasium yang memungkinkan tumbuh-tumbuhan mulai hidup. Tumbuh-tunbuhan pertama yang mulai merayap di batu- batuan yang telah hancur menjadi tanah itu adalah lumut-lumutan, kemudian tumbuh-tumbuhan paku-pakuan. Kemudian disusul tumbuh-tumbuhan lain yang mulai menancapkan dirinya di kulit bumi  yang  mulai  merekah. Akar-akarnya  mulai  dengan  rakus mencekam, mencabik kulit bumi untuk mengisap dan menyedot zat- zat kehidupan dari bumi. Dengan demikian, proses penghancuran batu-batuan menjadi tanah makin dipercepat.

Begitu panjang dan peliknya proses alam untuk membentuk segumpal tanah (humus) yang sekarang tinggal kita sendok di halaman rumah kita. Tanah segumpal itu telah mengalami “sejarah hidup” selama jutaan tahun untuk menjadi tanah, seperti sekarang dapat kita injak di mana pun juga.

 

Manfaat Tanah

a)      Tanah adalah sumber kehidupan

Dalam banyak kepercayaan dan falsafah tanah dianggap sebagai ibu yang mengandung, dan melahirkan berbagai unsur alam lain seperti: emas, perak, tambaga, batu bara, minyak tanah, flora, dan fauna.

Segumpal tanah mengandung zat-zat mineral, gas, dan bakteri- bakteri yang memungkinkan berbagai bentuk kehidupan tumbuh dan berkembang. Banyak tanaman dapat tumbuh dengan subur dan memberi hasil, walaupun kita hanya melontarkan benihnya begitu saja di atas tanah. Kehidupan kita dalam banyak aspek sangat bergantung pada tanah. Pada waktu pemakaman jenazah seseorang yang meninggal dianjurkan agar para pengiring jenazah melemparkan  sejumput  tanah  atau  menabur  sejemput  bunga ke dalam lobang kubur, tempat jenazah itu dibaringkan. Kita seolah-olah dipaksa melihat ke perut bumi yang menganga untuk menyadari bahwa dari sana kita berasal dan ke sana pula kita akan kembali. Kalau kita renungkan sungguh-sungguh, sebenarnya pesan itu tidak hanya bergema pada saat kita megantarkan jenazah sesama kita yang meninggal, tetapi juga sepanjang masa kehidupan kita. Kita sesungguhnya berasal dari tanah.

Apa  yang  kita  makan  sehari-hari  itu  sebenarnya  berasal  dari tanah. Nasi dan sayur berasal dari tanah. Daging akhir-akhirnya juga berasal dari tanah. Badan kita dikenyangkan, diberi gizi, ditumbuhkan, dan dibentuk oleh semua yang berasal dari tanah. Diri kita sungguh dibentuk dari tanah. Secantik-cantiknya seorang gadis, segagah-gagahnya seorang perjaka, ia sungguh dibentuk dan dipercantik oleh Sang Ibu Tanah. Bukan sekedar simbol saja. Sampai sekarang pun Tuhan tetap membentuk diri kita dari tanah.

b)      Tanah adalah tempat tinggal

Tanah bukan saja menjadi sumber kehidupan, tetapi juga menjadi tempat tinggalkita. Memiliki sebidang tanah untuk dijadikan tempat tinggal yang membuat kita merasa aman dan bahagia. Seseorang yang tidak memiliki tanah akan selalu merasa asing, selalu merasakan di negeri asing. Sesudah Tuhan menciptakan

Adam dan Hawa, Ia menyerahkan kepada mereka sebidang tanah yang  dinamakan Taman  Eden  (Firdaus)  untuk  menjadi  tempat tinggal bagi mereka.

Allah pernah menjanjikan pula sebidang tanah, sebuah Tanah Air, bagi Ibrahim dan seluruh keturunannya. Dengan menjanjikan dan memberikan sebidang tanah, sebuah Tanah Air di bumi ini, Allah ingin mendidik dan mengarahkan pandangan kita kepada Tanah Air abadi, yakni Diri-Nya sendiri.

c)       Tanah adalah simbol persatuan

Kebanyakan keluarga atau suku memiliki sebidang tanah atau lebih. Tanah itu mungkin diwariskan oleh ayah ibu atau leluhur kita yang mereka peroleh sebagai warisan, jual beli, perkawinan, atau direbut melalui perang dan pertumpahan darah. Dalam tanah itu pula, para leluhur kita dikuburkan, sehingga antara kita dan tanah sudah tumbuh semacam ikatan “batin” yang mendalam. Tanah bukan saja membangun ikatan batin dengan kita, tetapi tanah juga membangun ikatan batin dengan sesama kita dalam keluarga atau dalam  suku. Tanah  menjadi  simbol  persatuan  keluarga  atau suku. Oleh sebab itu, kita sering mempertahankannya mati-matian tanah warisan leluhur apa pun taruhannya. Tanah warisan leluhur itu sering kita beri nama yang merupakan nama kebanggaan bagi kita bersama.

 

2.       Mendalami Manfaat Tanaman (Flora) bagi Lingkungan Hidup Kita

Hutan dapat memberi kita makanan berupa buah-buahan, daun-daunan, batang-batang tanaman sampai ke akar-akar tanaman. Selain makanan, hutan memberi kita pula berbagai jenis obat-obatan nabati dan sari minuman. Di samping itu, ada beberapa kegunaan hutan yang mungkin sering luput dari perhatian kita, antara lain sebagai berikut:

a)        Hutan Membantu Manusia untuk Bernafas

Selain memberi makanan dan minuman, hutan kita butuhkan untuk bernafas. Di permukaan setiap daun terdapat berjuta-juta mulut daun yang selalu mengeluarkan zat asam (O ) yang sangat kita butuhkan untuk bernafas dan hidup. Kekurangan zat asam (O ) akan membuat kita dan seluruh satwa di bumi ini mati. Dalam udara di sekitar kita juga terdapat zat yang disebut zat asam arang (CO ). Jika zat asam arang (CO ) terlalu banyak, maka kita pun akan mati. Mulut-mulut daun di hutan itulah yang mengisapnya, sehingga kita luput dari maut. Dari waktu ke waktu, tanpa kita sadari, dunia tanam-tanaman (flora) telah menyelamatkan kehidupan kita.

b)        Hutan Mengatur Suhu Udara

Di daerah atau kawasan yang gundul, sinar matahari akan menyengat dan memanaskan permukaan bumi sehingga suhu udara panas seperti di padang gurun. Tetapi dengan adanya hutan di suatu daerah yang dekat, suhu udara tidak akan terlalu tinggi. Mengapa? Hutan akan menguapkan air dan membasahi serta menyejukkan udara di sekitar kita. Kita mungkin mulai merasa di masa sekarang ini bahwa hutan (jalur hijau) secara pelan-pelan menghilang, sehingga suhu udara di sekitar kita menjadi panas.

c)         Hutan Mendatangkan Hujan

Uap air yang naik ke udara akan menjadi awan. Semakin banyak uap air yang naik ke udara, maka akan semakin banyak awan di udara sehinggamenjadi jenuh dan berat. Jika awan tersebut naik semakin tinggi, maka awan tersebut akan semakin dingin pula. Karena semakin jenuh, maka awan itu akan semakin berat dan dingin. Akhirnya, uap air itu akan menjadi butir-butir hujan yang turun ke bumi. Hutan atau jalur hijau itulah yang menghasilkan uap air, mengatur suhu udara, menentukan jumlah dan sebaran hujan. Oleh karena itu, daerah yang berhutan akan mempunyai curah hujan lebih besar daripada daerah yang tidak berhutan atau gundul.

d)        Hutan Menjadi Tempat Tinggal Margasatwa

Hutan menjadi tempat tinggal (“rumah”) bagi margasatwa atau binatang. Di mana ada hutan (jalur hijau) di sana ada berbagai macam satwa. Margasatwa dan hutan kiranya tidak dapat dipisahkan. Karena itu, jika hutan (jalur hijau) mulai menghilang, maka menghilang pula bergabai macam satwa yang menjadi penghuni di dalam tersebut.

e)        Hutan Menyimpan Air

Air hujan yang jatuh akan cepat sekali terisap oleh tanah, terlebih di daeah yang ditumbuhi hutan (jalur hijau). Hutan akan mengundang hujan dan menahan air hujan untuk masuk ke perut bumi. Dengan demikian, hutan menjadi bak penampungan air yang raksasa dan kemudian membagikannya kepada manusia melalui sumber- sumber mata air

f)          Hutan Melindungi Tanah

Hutan mempertebal humus. Akar-akar tanaman hutan akan menjadi pengikat tanah subur dan mencegah tanah subur terkikis oleh erosi. Penyebab utama erosi dan tanah longsor adalah penggundulan hutan. Gunung atau bukit tanpa hutan akan dikikis sedikit demi sedikit oleh air hujan dan angin. Di tanah-tanah yang gundul, air hujan yang jatuh tidak ditampung, melainkan langsung mengalir ke bawah dan melarutkan serta membawa lapisan-lapisan tanah yang subur. Akar-akar pohon akan memeluk dan menjepit tanah-tanah subur sehingga tidak terbawa air atau angin. Jika puhon-pohon hutan dilukai, ditebang, atau dibakar, maka akar-akar tanaman itu akan melemah dan mati sehingga tidak dapat mengikat tanah-tanah subur yang dapat mensejahterakan manusia.

 

3.       Mendalami Manfaat Binatang/Margasatwa (Fauna)

a.         Manfaat Fauna (Margasatwa) bagi Manusia

Sejak zaman dulu manusia membutuhkan binatang, baik sebagai sarana transportasi, sarana kerja (menarik gerobak atau mengarap tanah), maupun untuk diambil daingnya sebagai makanan. Sebagai bahan makanan, binatang memberi banyak gizi dan protein yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Selain itu, binatang tertentu dapat  menjadi kawan, penjaga, dan pelindung yang sangat setia. Kita kenal hewan yang sudah termasyur karena kesetiannya, seperti kucing, anjing, kuda, merpati, ikan lumba-lumba, dan sebagainya.

Banyak jenis binatang di planet kita ini, entah jenis binatang besar entah binatang kecil. Semua binatang itu sangat indah dan menarik. Namun, terkadang kita mengabaikan keberadaan mereka, terutama binatang-binatang kecil seperti cecak, tokek, laba-laba, dsb. padahal mereka sangat melindungi kita. Mereka sering merayap di sudut- sudut rumah waktu kita tidur lelap dan menangkap nyamuk atau jenis serangga lain yang dapat mendatangkan penyakit bagi kita. Kita tidak pernah tahu, entah sudah berapa ribu kali kita terluput dari nyamuk malaria, misalnya, karena pertolongan binatang- binatang yang kelihatan tak berarti.

b)        Manfaat Fauna bagi Sesama Fauna

Dalam dunia binatang terdapat suatu kerja sama alamiah yang rapi sekali. Unsur kerja sama dalam kehidupan hewan jauh lebih mengesankan daripada unsur persaingan atau bunuh membunuh.

Sebenarnya, antara binatang yang dijadikan makanan dan binatang yang memakannya ada semacam kerja sama yang cukup tertib. Hewan yang membunuh hewan lain untuk makanannya tidak melakukan tindakan itu karena nafsu agresi, melainkan karena keharusan alamiah di dalam tubuhnya, yaitu kelaparan.

Sekelompok hewan antilope, misalnya, tidak akan takut untuk berada dekat dengan seekor singa yang baru saja memperoleh makanannya. Selama masih kenyang, singa itu tidak akan membunuh. Beberapa species hewan juga memiliki naluri untuk tidak meninggalkan rekannya yang terluka sampai rekan itu mati atau tidak dapat dipulihkan lagi. Seekor gajah yang menjumpai seekor hewan kecil yang lemah di jalan kadang-kadang akan mengangkatnya dengan lembut dan menaruhnya di pinggir jalan.

Paling kelihatan dalam hal kehidupan sosial adalah kehidupan dari semut, burung parkit, dan kera. Dalam kerja sama terhindarlah permborosan energi untuk persaiangan atau untuk mencapai dominasi. Kesosialan mereka merupakan satu faktor utama yang memungkinkan perkembangan dalam sejarah alam dari makhluk- makhluk yang sederhana menjadi lebih sempurna.

c)         Manfaat Fauna bagi Flora

Sebagai sesama makhluk hidup, terdapat pula kerja sama antara fauna dan flora. Ada beberapa jenis binatang yang dapat membantu penyebarluasan tanaman tertentu. Misalnya, kelelawar, musang, dan  tupai  yang  mebuang  kotorannya  yang  mengandung  biji-bijian suatu tanaman yang dimakannya dapat membantu untuk pertumbuhan dan penyebaran tanaman tersebut di tempat ia membuang kotoran. Kotoran bianatang ini sekaligus dapat menjadi pupuk yang dapat menyuburkan tanah.

Sementara itu, binatang-binatang jenis serangga, misalnya lebah, kupu-kupu, kumbang, dsb., sangat membantu penyerbukan suatu tanaman. Sebab, ada jenis tanaman tertentu yang tidak dapat menyerbuk sendiri dan membutuhkan bantuan binatang-binatang tersebut.

d)        Manfaat Fauna bagi Tanah

Kotoran binatang dapat menjadi pupuk yang menyuburkan tanah. Sementara  itu,  ada  jenis  binatang  yang  sering  dianggap  hina, tetapi bumi kita sangat membutuhkan mereka. Binatang yang sangat berjasa dalam menggemburkan tanah adalah cacing tanah, kumbang tanah, rayap, dan organisme lain yang hidup dalam tanah. Apa yang terjadi jika tanah di sekitar kita tidak mengandung organisme dalam tanah yang dapat menyuburkannya?

 

Mendalami Kitab Suci

Mengamati pesan Kitab Suci Kitab Kej 1: 1-24

1 Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. 2 Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. 3 Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi. 4 Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. 5 Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama. 6 Berfirmanlah Allah: “Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air.” 7 Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian. 8 Lalu Allah menamai cakrawala itu langit. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kedua. 9 Berfirmanlah Allah:  “Hendaklah  segala  air  yang  di  bawah  langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering.” Dan jadilah demikian. 10 Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. 11 Berfirmanlah Allah: “Hendaklah tanah menumbuhkan tunas- tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah- buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh- tumbuhan di bumi.” Dan jadilah demikian. 12 Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas  muda,  segala  jenis  tumbuh-tumbuhan  yang  berbiji  dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. 13 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga. 14 Berfirmanlah Allah: “Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa- masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun, 15 dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi.” Dan jadilah demikian. 16 Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang. 17 Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi, 18 dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. 19 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat. 20 Berfirmanlah Allah: “Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala.” 21 Maka Allah menciptakan binatang- binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. 22 Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya: “Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak.” 23 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kelima. 24 Berfirmanlah Allah: “Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar.” Dan jadilah demikian.

 

****

 

Peneguhan

Kisah penciptaan yang penuh simbolik di atas hanya akan mengatakan dua pesan pokok berikut:

a.       Segala sesuatu berasal dari Allah, langsung atau tidak langsung. Sejalan dengan teori evolusi, kita harus mengatakan bahwa betapa ajaibnya unsur alam yang amat sederhana (entah apa namanya). Allah telah “menuntunnya” untuk berkembang sampai tercipta alam dan lingkungan hidup yang sedemikian indah, harmonis, dan ajaib.

b.      Semua yang tercipta (ciptaan Allah selalu aktual) adalah baik, seperti yang telah kita renungkan sampai saat ini.

 

 

BAGIAN 2: PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

1.       Macam-Macam Pencemaran dan Perusakan   Lingkungan Hidup

(1)    Pencemaran dan perusakan tanah

           Tanah  diracuni  oleh  pestisida,  minyak  bekas,  dan  semua jenis limbah pabrik yang dibuang sembarangan.

           Tanah  menjadi  kritis  dan  tidak  subur  karena  erosi  yang disebabkan oleh penggundulan hutan.

(2)    Pembabatan dan perusakan hutan (flora)

           Banyak pepohonan dan tanaman digusur demi perluasan lahan pertanian, kota, pabrik, tempat rekreasi (lapangan golf), dan jalan secara tidak bertanggung jawab.

           Banyak  hutan  ditebang  untuk  perusahaan  kertas,  kayu lapis, bangunan, dsb.

(3)    Pemusnahan fauna

           Banyak  jenis  hewan  dan  satwa  mulai  berkurang  karena nafsu manusia untuk berburu.

           Banyak  jenis  binatang  terancam  punah,  karena  diburu untuk diambil bulunya, kulitnya, tanduknya, gadingnya, keindahan bentuk dan bunyinya (hobi).

(4)    Pencemaran air dan laut

           Air minum dicemari bahan kimia yang beracun dan deterjen dari rumah tangga, bengkel, pabrik, pestisida pertanian.

           Air laut dikotori oleh minyak dan bahan kimiawi yang dibawa oleh sungai dari kota-kota raksasa, daerah industri dan kapal-kapal.

(5)    Pencemaran udara

           Udara  dicemari  oleh  asap  beracun  dari  mobil  dan  corong pabrik.

           Udara menjadi berbau busuk karena timbunan sampah dan pembuangan kotoran serta air limbah pabrik.

 

2.       Sebab Utama Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

(1)    Manusia adalah penyebab utama pencemaran dan perusakan lingkungan. Manusia    yang    serakah,    yang    memburu keuntungannya sendiri. Manusia yang memboroskan sumber alam,  karena  merasa  diri  sebagai  tuan  atas  lingkungan sekitarnya.Manusia yang tidak mau bertanggung jawab untuk makhluk lain dan generasi yang akan datang.

(2)    Kepadatan   penduduk   dan   kemiskinan   dapat   mendorong orang mengeksploitasi sumber alam untuk mempertahankan hidup mereka. Di mana ada kepadatan penduduk, apalagi kalau penduduknya miskin, maka dapat terjadi pencemaran lingkungan dan pemanfaatan sumber alam sekitar yang sering tidak bertanggung jawab.

(3)    Pandangan yang keliru tentang pembangunan, kesejahteraan, dan hidup modern. Pembangunan identik dengan gedung- gedung pencakar langit, jalan-jalan lebar, beton-beton yang masif, pabrik-pabrik, dsb. Keutuhan ekologi dan hidup yang tenteram dan ramah lingkungan tidak masuk dalam kategori kesejahteraan dan modernitas. Nilai keunikan lingkungan, kesejarahan, arsitektur tua, dan arkeologi dikorbankan begitu saja demi alasan ekonomis dan pembangunan. Desa, kota, dan daerah semakin kehilangan identitas. Semua menjadi modern, tetapi tanpa wajah.

 

3.       Akibat dari Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

(1)    Pencemaran Tanah

Dewasa ini tampaknya proses selama jutaan tahun untuk membentuk tanah yang subur menjadi tidak ada artinya sama sekali bagi manusia di banyak tempat. Berpuluh-puluh hektar tanah subur berubah kembali menjadi batu-batuan yang mati oleh ulah manusia hanya dalam waktu beberapa tahun saja. Tanah itu bukan benda mati. Tanah mempunyai kehidupan dan memberi kehidupan kepada semua makhluk di bumi ini (flora, fauna, dan manusia). Kesuburan tanah dapat merosot jika tanah itu tidak dikelola dengan baik. Tanah yang tidak dikelola dengan baik akan merana dan mati. jika tanah telah menjadi kritis dan mati, maka segala tumbuhan akan meranggas, ternak dan manusia akan kekurangan gizi dan merana. Banyak negera di bumi ini telah menjadi padang maut karena tanahnya secara pelan- pelan mulai merana bahkan mati. Mungkin dalam keadaan macam itu baru kita sadari apa arti dan makna tanah bagi kita.

Kehidupan kita dalam banyak aspek sangat bergantung pada tanah. Jika kesuburan tanah mulai merosot atau sudah terlalu jenuh dengan zat-zat kimia dari pupuk buatan, maka semua kehidupan di atas tanah akan terpengaruh, termasuk kehidupan manusia sebagai konsumen terakhir.

(2)    Akibat dari Ditebangnya Jalur Hijau (Flora)

Para ahli tumbuh-tumbuhan dunia mengatakan bahwa jalur hijau (flora) bukanlah benda mati yang kasar seperti yang sering kita bayangkan. Jalur hijau memiliki semacam “saraf” dan “perasaan”. Ia dapat bereaksi “mendengarkan” musik, misalnya. Ada jenis musik yang membuat dia tumbuh subur dan yang lainnya tidak. Perawatan jalur hijau yang penuh kasih sayang membuat dia “senang” dan berkembang. Perlakuan kita tehadap jalur hijau yang kasar dapat membuat dia meradang dan merana.

Karena penebangan hutan yang tak bertanggung jawab, sekarang kita menyaksikan:

Di banyak daerah di mana hutannya ditebang, maka banyak mata air mulai mengering dan debit air menurun. Di  daerah  yang  hutannya  sudah  lama  lenyap,  maka tanahnya mulai kering dan gersang, sebab gampang terjadi erosi. Tanah-tanah subur mudah tergusur oleh air hujan. Di daerah yang hutannya sudah lenyap, maka lenyap pula berbagai jenis satwa, sebab mereka kehilangan “rumah” dan tempat tinggal. Di daerah-daerah yang gundul (hutannya lenyap), maka suhu udaranya menjadi lebih tinggi dan curah hujan cenderung berkurang.

(3)    Akibat Perburuan dan Pembunuhan Binatang dan Margasatwa

Manusia adalah pembunuh hewan berdarah dingin. Jika manusia membunuh hewan untuk dimakan, hal itu dapat dimengerti. Namun, hewan sering dibunuh hanya untuk hobi dan untuk konsumsi manusia berselera tinggi.

Banyak daerah yang dahulu ramai dengan siul burung sekarang menjadi sepi, karena menjadi sasaran senapan angin dan senapan sungguhan. Banyak margasatwa yang terancam punah.

Beberapa waktu lalu dikabarkan bahwa “Harimau Bali” yang tubuhya paling mungil dari tujuh ras harimau loreng telah musnah. Ia sudah menjadi bagian dari masa lalu yang hanya tinggal dalam ingatan para ahli. Kita sendiri tak pernah akan melihatnya lagi.

Beberapa jenis fauna telah punah dari muka bumi ini dan tidak  pernah  akan  kembali  lagi. Tuhan  pun  tidak  akan menciptakannya lagi untuk kedua kalinya.

(4)    Akibat Pencemaran Air dan Udara

Kita harus menyadari bahwa pencemaran dan perusakan lingkungan akan merupakan bumerang bagi kita. Kita sudah mulai mengalami akibat dari perusakan alam lingkungan kita Bencana banjir, tanah longsor, musim yang tidak menentu, kemarau panjang, berbagai penyakit aneh mulai mewabah. Itulah tanda bahwa alam lingkungan kita mulai berontak.

 

Mendalami ajaran Kitab Suci

Manusia Jatuh ke dalam Dosa (Kej 3: 1-7. 21-24)

1 Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: “Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?” 2 Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: “Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, 3 tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu nanti kamu mati”. 4 Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu tidak akan mati, 5 tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat”. 6  Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagi pula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya. 7 Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat. 21   Dan TUHAN Allah  membuat  pakaian  dari  kulit  binatang  untuk manusia dan untuk istrinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka. 22 Berfirmanlah TUHAN  Allah:  “Sesungguhnya  manusia  itu  telah menjadi seperti salah satu dari kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat: maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga  ia  hidup  untuk  selama-lamanya”.  23   Lalu  TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil. 24  Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala  dan  menyambar-nyambar,  untuk  menjaga  jalan  ke pohon kehidupan.

 

Peneguhan

1.       Kita  pernah  mendengar  atau  membaca  tentang  dosa  pertama yang diceritakan dalam Kitab Suci (Kej 3). Cerita itu bukanlah suatu laporan tentang suatu kejadian di masa lampau, tetapi lebih merupakan suatu cerita simbolik, suatu cerita kiasan yang ingin menunjukkan kepada kita bahwa manusia lebih suka mengikuti jalan pikiran dan seleranya sendiri. Secara kiasan Kitab Suci menceritakan bagaimana Tuhan memberikan kepada manusia pertama (Adam dan Hawa) suatu taman, suatu kebun, yang indah dan subur. Tuhan memberikan semuanya, namun Tuhan berpesan supaya pohon yang tumbuh di tengah kebun itu tidak diganggu gugat. Sebenarnya ini suatu “perintah” yang tidak berat. Namun, Adam dan Hawa telah menentang perintah Tuhan itu. Ia memilih pikiran dan kemauannya sendiri. Ia mengganggu pohon itu, ia memetik buahnya, untuk suatu kesenangan sesaat. Kita tahu akibat dari ulah manusia itu, kebun yang indah itu lenyap. Lalu manusia harus menuai berbagai derita dan bencana secara turun temurun.

2.       Manusia sesungguhnya diciptakan oleh Allah menurut gambar-Nya. Artinya, manusia diciptakan untuk menjadi wakil Allah di dunia ini. Sebagai wakil Allah, manusia diberi tugas untuk menguasai ciptaan lainnya. Menaklukkan dan menguasai alam tidak berarti menggunakannya sampai habis dan merusaknya, tetapi mengatur dan menyiasati alam demi kebahagiaan manusia itu sendiri dan semua makhluk ciptaan Allah. Manusia mempunyai tugas untuk memelihara alam ciptaan (lingkungan hidup), sehingga alam ini dapat dinikmati oleh umat manusia sepanjang masa.

3.       Alam  semesta  ini  bukan  hanya  untuk  manusia  atau  untuk sekelompok manusia yang saat ini memiliki sarana dan kemampuan untuk memanfaatkannya saja, tetapi alam semesta ini untuk semua generasi manusia kini dan masa datang. Maka seluruh tindakan manusia atas alam harus menunjukkan tanggung jawab bagi masa depan, bagi generasi yang akan datang.

4.       Manusia  perlu  menyadari  bahwa  keberadaan  alam  semesta  ini saling kait-mengait. Manusia adalah makhluk yang hidup bersama dengan makhluk ciptaan lain dan hidup dalam lingkungan ciptaan yang indah mengagumkan. Manusia bukan satu-satunya ciptaan yang  punya  hak  atas  alam  semesta  ini.  Maka,  manusia  harus  membangun kesetiakawanan dengan makhluk yang lain. Adanya alam semesta ini adalah untuk bersama, sehingga keharmonisan antara satu dan yang lain harus dipelihara. Manusia tidak dapat menguras kekayaan alam tanpa memperhitungkan akibat bagi keberadaan, kelestarian, dan keindahan ciptaan yang lain.

 

Mendalami Ajaran Gereja  tentang Pelestarian Lingkungan Hidup

Menyimak dokumen Ajaran Sosial Gereja

“(466) Kepedulian terhadap lingkungan hidup menyajikan sebuah tantangan bagi segenap umat manusia. Ini merupakan persoalan kewajiban bersama dan universal, yakni soal menghormati harta milik bersama,yang diperuntukkan bagi semua orang, dengan mencegah siapa pun untuk menggunakan “semaunya sendiri saja pelbagai golongan ciptaan, entah bernyawa atau tidak-margasatwa, tumbuh- tumbuhan, unsur-unsur alam untuk memenuhi kebutuhannya di bidang ekonomi. Inilah pula sebuah tanggung jawab yang mesti dimatangkan dengan berlandaskan pada matra global krisis ekologi sekarang ini beserta keniscayaan yang konsekuen untuk menghadapinya pada tingkat sedunia, sebab semua makhluk bergantung satu sama lain dalam tatanan universal yang ditetapkan oleh Sang Pencipta. “Kita mesti mengindahkan kodrat setiap makhluk serta hubungan timbal baliknya di dalam suatu tata susunan yang teratur, yang justru disebut ‘kosmos’.”

Perspektif ini memperoleh suatu makna khusus tatkala kita mempertimbangkan, dalam konteks hubungan erat yang mengikat aneka ragam bagian ekosistem, nilai alamiah keragaman biologis, yang mesti ditangani dengan rasa tanggung jawab serta dilindungi secara memadai, karena ia mengandung sebuah kekayaan yang luar biasa bagi segenap umat manusia. Berkenaan dengan hal ini, setiap orang dapat dengan mudah mengakui misalnya pentingnya kawasan Amazon, “salah satu kawasan alam yang paling berharga di dunia ini, karena keragaman biologisnya menjadikan kawasan tersebut teramat penting bagi keseimbangan lingkungan dan keseluruhan planet ini”.Hutan membantu menjaga keseimbangan alamiah yang hakiki dan yang mutlak diperlukan bagi kehidupan.Perusakan atasnya juga melalui pembakaran secara serampangan dan sengaja,   mempercepatprosespenggundulan dengan  berbagai  konsekuensi  penuh  risiko  bagi  sumber  sumber air serta membahayakan kehidupan banyak suku bangsa pribumi sertakemaslahatan generasi-generasi yang akan datang. Semua pribadi dan lembaga mesti merasa wajib untuk melindungi warisan hutan dan untuk melakukan penghijauan di mana memang perlu.

(467) Tanggung jawab terhadap lingkungan hidup, warisan bersama umat manusia, tidak saja mencakup kebutuhan-kebutuhan saat sekarang tetapi juga kebutuhan-kebutuhan di masa depan. “Kita menjadi ahli waris angkatan-angkatan sebelum kita, dan kita menuai buah keuntungan dan usaha-usaha orang-orang sezaman.Kita mempunyai kewajiban terhadap semua orang.Oleh karena itu, kita tidak dapat mengabaikan kesejahteraan mereka yang akan menyusul kita untuk menumbuhkan bangsa manusia.”Inilah tanggung jawab yang dipunyai genarasi- generasi sekarang terhadap generasi-generasi yang akan datang,sebuah tanggung jawab yang juga berkaitan dengan masing-masing negara serta masyarakat internasional”.

(Kompendium Ajaran Sosial Gereja)

 

Peneguhan

1.       Ajaran Sosial Gereja (universal)

a)    Ajaran Sosial Gereja mengajak kita umat kristiani dan juga umat manusia pada umumnya untuk bersama-sama menjaga lingkungan alam sebagai harta milik bersama dari Allah.

b)   Tanggung jawab terhadap lingkungan hidup, warisan bersama umat manusia, tidak saja mencakup kebutuhan-kebutuhan saat sekarang tetapi juga kebutuhan-kebutuhan di masa depan. Artinya bahwa generasi pada masa yang akan datang berhak untuk hidup sejahtera dari alam ini. Maka jangan sampai generasi sekarang  menghancurkannya sehingga generasi mendatang hanya menuai bencana alam akibat keserahakan generasi sekarang ini.

2.       Ajaran Gereja Katolik Indonesia

Dalam Pesan Pastoral   KWI 2012, tentang “Keterlibatan Gereja dalam melestarikan keutuhan ciptaan” para uskup Indonesia menyampaikan beberapa hal yang perlu diperhatikan umat Katolik Indonesia:

Keprihatinan Alam semesta dan manusia sama-sama diciptakan oleh Allah karena kasih-Nya, sehingga manusia tidak bisa tidak menyadari kesatuannya dengan alam. Itulah sebabnya manusia harus memperlakukan alam sebagai sesama ciptaan dan mengolahnya secara bertanggung jawab. Bumi sendiri merupakan rumah bagi manusia dan seluruh makhluk yang lain. Hal ini mengharuskan manusia melihat lingkungan hidup sebagai tempat kediaman dan sumber kehidupan. Oleh karena itu, sejak awal Allah menciptakan langit dan bumi serta isinya baik adanya (Kej 1:10.12.18.21.25.31) dan Allah mempercayakan alam kepada manusia untuk diusahakan dan dipelihara.

Alam semesta bukanlah obyek yang dapat dieksploitasi sesuka hati tetapi  merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan  dari kehidupan  manusia.  Sumber  daya  alam  yang  diciptakan Allah untuk memenuhi kebutuhan manusia di bumi ini diperuntukkan bagi siapa saja tanpa memandang suku, agama dan  status sosial. Sumber daya itu akan cukup apabila dikelola secara bertanggung jawab, baik untuk kebutuhan generasi saat ini maupun generasi yang akan datang.   Oleh karena itu, alam harus diperlakukan dengan adil,  dikelola dan digarap dengan penuh rasa hormat dan tanggung jawab.

Akan tetapi kenyataannya, lingkungan yang adalah anugerah Allah itu, dieksploitasi oleh manusia secara serakah dan ceroboh serta tidak memperhitungan kebaikan bersama, misalnya penebangan hutan, pembukaan lahan untuk perkebunan dan pertambangan yang kurang bertanggung jawab. Lingkungan menjadi rusak, terjadi bencana alam, lahir konflik sosial, akses pada sumber daya alam hilang dan terjadi marginalisasi masyarakat lokal/adat, perempuan dan anak-anak. Keadaan itu diperparah oleh kebijakan-kebijakan yang didasarkan pada kepentingan politik sesaat dan pola pikir jangka pendek yang mengabaikan keadilan lingkungan. Akibatnya antara lain pemanasan bumi, bertumpuknya sampah, pencemaran air tanah, laut, udara serta tanah, pengurasan sumber daya alam yang menyebabkan kerusakan lingkungan dalam skala besar.

3.       Gereja peduli

Gereja telah lama menaruh keprihatinan atas masalah lingkungan yang berakibat buruk pada manusia. Paus Paulus VI dalam Ensiklik  Populorum  Progressio  (1967,  No.  12)  mengingatkan kita bahwa masyarakat setempat  harus dilindungi dari kerakusan pendatang. Hal ini diperjelas oleh Paus Yohanes II dalam Ensiklik Sollicitudo Rei Socialis (1987, No. 34) yang menekankan bahwa alam ciptaan sebagai kosmos tidak boleh digunakan semaunya dan pengelolaannya harus tunduk pada tuntunan moral karena dampak pengelolaan yang tidak bermoral tidak hanya dirasakan oleh manusia saat ini tetapi juga generasi mendatang. Paus Benediktus XVI dalam Ensiklik Caritas in Veritate (2009, No. 48) menyadarkan kita bahwa alam adalah anugerah Allah untuk semua orang sehingga harus dikelola secara bertanggungjawab bagi seluruh umat manusia.

Gereja Katolik Indonesia pun telah menaruh perhatian besar pada masalah lingkungan. Hal ini ditegaskan dalam Pesan SAGKI 2005 berjudul “Bangkit dan Bergeraklah” yang mengajak kita untuk segera mengatasi berbagai ketidakadaban publik yang paling mendesak,  khususnya  yang  berhubungan  dengan  lingkungan hidup dan keutuhan ciptaan. Gereja juga telah melakukan banyak usaha seperti edukasi, advokasi dan negosiasi dalam mengatasi pengrusakan lingkungan yang masih berlangsung terus bahkan kian meningkat kualitas dan kuantitasnya.

4.       Gereja meningkatkan kepedulian

KWI mengajak seluruh umat untuk   meneruskan langkah dan meningkatkan kepedulian dalam pelestarian keutuhan ciptaan dalam semangat pertobatan ekologis dan gerak ekopastoral. Kita menyadari bahwa perjuangan ekopastoral untuk melestarikan keutuhan ciptaan tak mungkin dilakukan sendiri. Oleh karenanya, komitmen ini hendaknya diwujudkan dalam bentuk kemitraan dan gerakan bersama, baik dalam Gereja sendiri maupun dengan semua pihak yang terlibat dalam pelestarian keutuhan ciptaan.

5.       Beberapa pesan untuk ditindaklanjuti bersama

a)      Kepada para pengambil kebijakan publik: kebijakan terhadap pemanfaatan sumber daya alam dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) hendaknya membawa peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup. Undang-undang yang mengabaikan kepentingan masyarakat perlu ditinjau ulang dan pengawasan terhadap pelaksanaannya haruslah lebih diperketat.

b)      Kepada para pebisnis : pemanfaatan sumber daya alam hendaknya tidak hanya mengejar keuntungan ekonomis, tetapi juga keuntungan sosial yaitu tetap terpenuhinya hak hidup masyarakat setempat dan adanya jaminan bahwa sumber daya alam  akan tetap cukup tersedia untuk generasi yang akan datang. Di samping itu, usaha- usaha produksi di kalangan masyarakat kecil dan terpinggirkan, terutama masyarakat adat, petani dan nelayan, serta mereka yang rentan terhadap perubahan iklim dan bencana lingkungan, perlu lebih didukung.

c)       Kepada umat kristiani: umat kristiani hendaknya mengembangkan habitus baru, khususnya hidup selaras dengan alam berdasarkan kesadaran dan perilaku yang peduli lingkungan sebagai bagian perwujudan iman dan pewartaan dalam bentuk tindakan pemulihan keutuhan ciptaan. Untuk itu, perlu dicari usaha bersama misalnya pengolahan sampah, penghematan listrik dan air, penanaman pohon, gerakan percontohan di bidang ekologi, advokasi persuasif di bidang hukum terkait dengan hak hidup dan keberlanjutan alam serta lingkungan. Secara khusus lembaga-lembaga pendidikan diharapkan dapat mengambil peranan yang besar dalam gerakan penyadaran akan masalah lingkungan dan pentingnya kearifan lokal.

6.       Tahun Iman yang dibuka oleh Paus Benediktus XVI pada tanggal 11 Oktober 2012, antara lain mengingatkan kita untuk mewujudkan iman kita pada Tuhan secara nyata dalam tindakan kasih (bdk. Mat 25: 31-40). Dengan demikian tanggungjawab dan panggilan kita untuk memulihkan keutuhan ciptaan sebagai wujud iman makin dikuatkan dan komitmen ekopastoral kita untuk peduli pada lingkungan kian diteguhkan. Kita semua berharap agar sikap dan gerakan ekopastoral kita menjadi kesaksian kasih nyata dan “pintu kepada iman” yang “mengantar kita pada hidup dalam persekutuan dengan Allah” (Porta Fidei, No.1). Kita yakin bahwa karya mulia di bidang ekopastoral ini diberkati Tuhan dan mendapat dukungan semua pihak yang berkehendak baik.

 

7.       Pola Penyadaran

a.       Seperti perjuangan penegakan nilai-nilai yang lain (keadilan, kejujuran, dll.), maka perjuangan untuk menanamkan sikap “mencintai lingkungan” harus merupakan gerakan berbagai jaringan dan melibatkan sebanyak mungkin orang pada akar rumput.

b.      Pendekatan yang digunakan hendaklah pendekatan penyadaran berpola proses yang bersifat komunikatif, bukan indoktrinasi

c.       Yang perlu diproses untuk disadari antara lain:

1)    Menyadari  pencemaran  dan  perusakan  lingkungan  dan akibat-akibatnya yang mulai dirasakan.

2)    Menyadari  makna  dan  manfaat  lingkungan  yang  sangat luas.

d.      Mencari jalan keluar dan usaha untuk memelihara lingkungan hidup antara lain dengan cara:

1)      Mendesak  pemerintah  untuk  menghentikan  pencemaran dan perusakan lingkungan yang tidak bertanggung jawab: seperti penebangan dan pembakaran hutan, pencemaran lingkungan oleh limbah pabrik, perburuan satwa langka, dsb.

2)      Mendesak  pemerintah  untuk  mengeluarkan  dan melaksanakan undang-undang dan    peraturan yang melindungi lingkungan hidup.

e.       Mulai dengan diri dan golongan sendiri (umat Katolik) untuk menolak setiap tindakan yang mencemari lingkungan dan terlibat dalam semua kegiatan penghijauan dan pembersihan di lingkungan sendiri.

 

PERTANYAAN:

1)      Apa makna Kej 1: 1-24? Jelaskam!

2)      Apa makna Kej 3: 1-7. 21-24? Jelaskam!

3)      Rumuskan ajaran Gereja  tentang Pelestarian Lingkungan Hidup!

4)      Apa yang hendaknya dikakukan oleh umat kristiani? Rumuskan jawabanmu!

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar