MENJAGA KEUTUHAN LINGKUNGAN HIDUP CIPTAAN
TUHAN
Bagian 1: LINGKUNGAN HIDUP
Mengamati Keindahan dan Keharmonisan Lingkungan Hidup
Bila kita amati dan kita
refleksikan dengan seksama, ternyata bahwa alam lingkungan kita ini seungguhnya
amat indah dan harmonis. Jika kita memperhatikan dengan teliti, maka di dalam
alam lingkungan kita terdapat rantai kerja sama antara semua unsur yang saling
menunjang dan menghidupi satu sama lain.
Ada rantai kerja sama antara
tanah, matahari, udara, flora, fauna, dan manusia. Rantai kerja sama dimulai
dari tumbuh-tumbuhan yang menggunakan zat-zat dari tanah dan tenaga sinar
matahari untuk membentuk jaringan sel.
Kemudian, tumbuh-tumbuhan dimakan oleh binatang herbivora atau pemakan
tumbuh-tumbuhan. Binatang herbivora selanjutnya dimakan oleh binatang karnivora
atau pemakan daging. Terakhir, manusia ikut serta dalam rantai kerja sama itu
dengan memanfaatkan binatang karnivora.
Sejak tumbuh-tumbuhan dan
binatang muncul di bumi ini, rantai kerja sama itu belum berubah. Di dalam
hutan, misalnya, rantai kerja sama itu berbentuk sebagai berikut: ada buah
jatuh dari pohon dan menjadi makanan tupai. Tupai itu makanan rubah. Kemudian,
manusia memburu rubah itu untuk dimanfaatkan (dimakan) dagingnya.
Sementara itu, kotoran rubah
yang jatuh di tanah dalam hutan menjadi makanan bakteri yang menciptakan humus.
Humus ini menyuburkan tanah sehingga tanaman dan pohon-pohon dapat menghasilkan
buah yang dapat dimanfaatkan oleh binatang ataupun manusia.
Makna Tanah bagi Lingkungan Hidup Kita
1. Sejarah
Tanah
Sejarah
alam, jutaan tahun yang lalu, bola bumi kita ini berbentuk yang terdiri atas
bongkah-bongkah batu dan padas. Batu-batuan itu hancur sedikit demi sedikit
dalam kurun waktu jutaan tahun. Kadang-kadang terjadi proses percepatan
penghancuran bongkah- bongkah batu, misalnya melalui letusan gunung berapi,
gempa, benturan-benturan hebat waktu terjadi prahara di bumi ini, dan
sebagainya.
Proses penghancuran
batu-batuan itu masih
dapat dipercepat lagi oleh daya
berat, daya panas, cahaya, udara, air, dan es. Batu yang hancur mengandung zat
mineral seperti Nitrogen, Fosfor dan Potasium yang memungkinkan tumbuh-tumbuhan
mulai hidup. Tumbuh-tunbuhan pertama yang mulai merayap di batu- batuan yang
telah hancur menjadi tanah itu adalah lumut-lumutan, kemudian tumbuh-tumbuhan
paku-pakuan. Kemudian disusul tumbuh-tumbuhan lain yang mulai menancapkan
dirinya di kulit bumi yang mulai
merekah. Akar-akarnya mulai dengan
rakus mencekam, mencabik kulit bumi untuk mengisap dan menyedot zat- zat
kehidupan dari bumi. Dengan demikian, proses penghancuran batu-batuan menjadi
tanah makin dipercepat.
Begitu
panjang dan peliknya proses alam untuk membentuk segumpal tanah (humus) yang
sekarang tinggal kita sendok di halaman rumah kita. Tanah segumpal itu telah
mengalami “sejarah hidup” selama jutaan tahun untuk menjadi tanah, seperti
sekarang dapat kita injak di mana pun juga.
Manfaat
Tanah
a) Tanah
adalah sumber kehidupan
Dalam banyak
kepercayaan dan falsafah tanah dianggap sebagai ibu yang mengandung, dan
melahirkan berbagai unsur alam lain seperti: emas, perak, tambaga, batu bara,
minyak tanah, flora, dan fauna.
Segumpal
tanah mengandung zat-zat mineral, gas, dan bakteri- bakteri yang memungkinkan
berbagai bentuk kehidupan tumbuh dan berkembang. Banyak tanaman dapat tumbuh
dengan subur dan memberi hasil, walaupun kita hanya melontarkan benihnya begitu
saja di atas tanah. Kehidupan kita dalam banyak aspek sangat bergantung pada
tanah. Pada waktu pemakaman jenazah seseorang yang meninggal dianjurkan agar
para pengiring jenazah melemparkan
sejumput tanah atau
menabur sejemput bunga ke dalam lobang kubur, tempat jenazah itu
dibaringkan. Kita seolah-olah dipaksa melihat ke perut bumi yang menganga untuk
menyadari bahwa dari sana kita berasal dan ke sana pula kita akan kembali.
Kalau kita renungkan sungguh-sungguh, sebenarnya pesan itu tidak hanya bergema
pada saat kita megantarkan jenazah sesama kita yang meninggal, tetapi juga
sepanjang masa kehidupan kita. Kita sesungguhnya berasal dari tanah.
Apa yang
kita makan sehari-hari
itu sebenarnya berasal
dari tanah. Nasi dan sayur berasal dari tanah. Daging akhir-akhirnya
juga berasal dari tanah. Badan kita dikenyangkan, diberi gizi, ditumbuhkan, dan
dibentuk oleh semua yang berasal dari tanah. Diri kita sungguh dibentuk dari
tanah. Secantik-cantiknya seorang gadis, segagah-gagahnya seorang perjaka, ia
sungguh dibentuk dan dipercantik oleh Sang Ibu Tanah. Bukan sekedar simbol
saja. Sampai sekarang pun Tuhan tetap membentuk diri kita dari tanah.
b) Tanah
adalah tempat tinggal
Tanah bukan
saja menjadi sumber kehidupan, tetapi juga menjadi tempat tinggalkita. Memiliki
sebidang tanah untuk dijadikan tempat tinggal yang membuat kita merasa aman dan
bahagia. Seseorang yang tidak memiliki tanah akan selalu merasa asing, selalu
merasakan di negeri asing. Sesudah Tuhan menciptakan
Adam dan
Hawa, Ia menyerahkan kepada mereka sebidang tanah yang dinamakan Taman Eden
(Firdaus) untuk menjadi
tempat tinggal bagi mereka.
Allah pernah
menjanjikan pula sebidang tanah, sebuah Tanah Air, bagi Ibrahim dan seluruh
keturunannya. Dengan menjanjikan dan memberikan sebidang tanah, sebuah Tanah Air
di bumi ini, Allah ingin mendidik dan mengarahkan pandangan kita kepada Tanah
Air abadi, yakni Diri-Nya sendiri.
c) Tanah
adalah simbol persatuan
Kebanyakan
keluarga atau suku memiliki sebidang tanah atau lebih. Tanah itu mungkin
diwariskan oleh ayah ibu atau leluhur kita yang mereka peroleh sebagai warisan,
jual beli, perkawinan, atau direbut melalui perang dan pertumpahan darah. Dalam
tanah itu pula, para leluhur kita dikuburkan, sehingga antara kita dan tanah
sudah tumbuh semacam ikatan “batin” yang mendalam. Tanah bukan saja membangun
ikatan batin dengan kita, tetapi tanah juga membangun ikatan batin dengan
sesama kita dalam keluarga atau dalam
suku. Tanah menjadi simbol
persatuan keluarga atau suku. Oleh sebab itu, kita sering
mempertahankannya mati-matian tanah warisan leluhur apa pun taruhannya. Tanah
warisan leluhur itu sering kita beri nama yang merupakan nama kebanggaan bagi
kita bersama.
2. Mendalami
Manfaat Tanaman (Flora) bagi Lingkungan Hidup Kita
Hutan dapat
memberi kita makanan berupa buah-buahan, daun-daunan, batang-batang tanaman
sampai ke akar-akar tanaman. Selain makanan, hutan memberi kita pula berbagai
jenis obat-obatan nabati dan sari minuman. Di samping itu, ada beberapa
kegunaan hutan yang mungkin sering luput dari perhatian kita, antara lain
sebagai berikut:
a)
Hutan Membantu Manusia untuk Bernafas
Selain
memberi makanan dan minuman, hutan kita butuhkan untuk bernafas. Di permukaan
setiap daun terdapat berjuta-juta mulut daun yang selalu mengeluarkan zat asam
(O ) yang sangat kita butuhkan untuk bernafas dan hidup. Kekurangan zat asam (O
) akan membuat kita dan seluruh satwa di bumi ini mati. Dalam udara di sekitar
kita juga terdapat zat yang disebut zat asam arang (CO ). Jika zat asam arang
(CO ) terlalu banyak, maka kita pun akan mati. Mulut-mulut daun di hutan itulah
yang mengisapnya, sehingga kita luput dari maut. Dari waktu ke waktu, tanpa
kita sadari, dunia tanam-tanaman (flora) telah menyelamatkan kehidupan kita.
b)
Hutan Mengatur Suhu Udara
Di daerah
atau kawasan yang gundul, sinar matahari akan menyengat dan memanaskan
permukaan bumi sehingga suhu udara panas seperti di padang gurun. Tetapi dengan
adanya hutan di suatu daerah yang dekat, suhu udara tidak akan terlalu tinggi.
Mengapa? Hutan akan menguapkan air dan membasahi serta menyejukkan udara di
sekitar kita. Kita mungkin mulai merasa di masa sekarang ini bahwa hutan (jalur
hijau) secara pelan-pelan menghilang, sehingga suhu udara di sekitar kita
menjadi panas.
c)
Hutan Mendatangkan Hujan
Uap air yang
naik ke udara akan menjadi awan. Semakin banyak uap air yang naik ke udara,
maka akan semakin banyak awan di udara sehinggamenjadi jenuh dan berat. Jika
awan tersebut naik semakin tinggi, maka awan tersebut akan semakin dingin pula.
Karena semakin jenuh, maka awan itu akan semakin berat dan dingin. Akhirnya,
uap air itu akan menjadi butir-butir hujan yang turun ke bumi. Hutan atau jalur
hijau itulah yang menghasilkan uap air, mengatur suhu udara, menentukan jumlah
dan sebaran hujan. Oleh karena itu, daerah yang berhutan akan mempunyai curah
hujan lebih besar daripada daerah yang tidak berhutan atau gundul.
d)
Hutan Menjadi Tempat Tinggal Margasatwa
Hutan
menjadi tempat tinggal (“rumah”) bagi margasatwa atau binatang. Di mana ada
hutan (jalur hijau) di sana ada berbagai macam satwa. Margasatwa dan hutan
kiranya tidak dapat dipisahkan. Karena itu, jika hutan (jalur hijau) mulai
menghilang, maka menghilang pula bergabai macam satwa yang menjadi penghuni di
dalam tersebut.
e)
Hutan Menyimpan Air
Air hujan
yang jatuh akan cepat sekali terisap oleh tanah, terlebih di daeah yang
ditumbuhi hutan (jalur hijau). Hutan akan mengundang hujan dan menahan air
hujan untuk masuk ke perut bumi. Dengan demikian, hutan menjadi bak penampungan
air yang raksasa dan kemudian membagikannya kepada manusia melalui sumber-
sumber mata air
f)
Hutan Melindungi Tanah
Hutan
mempertebal humus. Akar-akar tanaman hutan akan menjadi pengikat tanah subur
dan mencegah tanah subur terkikis oleh erosi. Penyebab utama erosi dan tanah
longsor adalah penggundulan hutan. Gunung atau bukit tanpa hutan akan dikikis
sedikit demi sedikit oleh air hujan dan angin. Di tanah-tanah yang gundul, air
hujan yang jatuh tidak ditampung, melainkan langsung mengalir ke bawah dan
melarutkan serta membawa lapisan-lapisan tanah yang subur. Akar-akar pohon akan
memeluk dan menjepit tanah-tanah subur sehingga tidak terbawa air atau angin.
Jika puhon-pohon hutan dilukai, ditebang, atau dibakar, maka akar-akar tanaman
itu akan melemah dan mati sehingga tidak dapat mengikat tanah-tanah subur yang
dapat mensejahterakan manusia.
3. Mendalami
Manfaat Binatang/Margasatwa (Fauna)
a.
Manfaat Fauna (Margasatwa) bagi Manusia
Sejak zaman
dulu manusia membutuhkan binatang, baik sebagai sarana transportasi, sarana
kerja (menarik gerobak atau mengarap tanah), maupun untuk diambil daingnya
sebagai makanan. Sebagai bahan makanan, binatang memberi banyak gizi dan
protein yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Selain itu, binatang tertentu dapat menjadi kawan, penjaga, dan pelindung yang
sangat setia. Kita kenal hewan yang sudah termasyur karena kesetiannya, seperti
kucing, anjing, kuda, merpati, ikan lumba-lumba, dan sebagainya.
Banyak jenis
binatang di planet kita ini, entah jenis binatang besar entah binatang kecil.
Semua binatang itu sangat indah dan menarik. Namun, terkadang kita mengabaikan
keberadaan mereka, terutama binatang-binatang kecil seperti cecak, tokek,
laba-laba, dsb. padahal mereka sangat melindungi kita. Mereka sering merayap di
sudut- sudut rumah waktu kita tidur lelap dan menangkap nyamuk atau jenis
serangga lain yang dapat mendatangkan penyakit bagi kita. Kita tidak pernah
tahu, entah sudah berapa ribu kali kita terluput dari nyamuk malaria, misalnya,
karena pertolongan binatang- binatang yang kelihatan tak berarti.
b)
Manfaat Fauna bagi Sesama Fauna
Dalam dunia
binatang terdapat suatu kerja sama alamiah yang rapi sekali. Unsur kerja sama
dalam kehidupan hewan jauh lebih mengesankan daripada unsur persaingan atau
bunuh membunuh.
Sebenarnya,
antara binatang yang dijadikan makanan dan binatang yang memakannya ada semacam
kerja sama yang cukup tertib. Hewan yang membunuh hewan lain untuk makanannya
tidak melakukan tindakan itu karena nafsu agresi, melainkan karena keharusan
alamiah di dalam tubuhnya, yaitu kelaparan.
Sekelompok
hewan antilope, misalnya, tidak akan takut untuk berada dekat dengan seekor
singa yang baru saja memperoleh makanannya. Selama masih kenyang, singa itu
tidak akan membunuh. Beberapa species hewan juga memiliki naluri untuk tidak meninggalkan
rekannya yang terluka sampai rekan itu mati atau tidak dapat dipulihkan lagi.
Seekor gajah yang menjumpai seekor hewan kecil yang lemah di jalan
kadang-kadang akan mengangkatnya dengan lembut dan menaruhnya di pinggir jalan.
Paling
kelihatan dalam hal kehidupan sosial adalah kehidupan dari semut, burung
parkit, dan kera. Dalam kerja sama terhindarlah permborosan energi untuk
persaiangan atau untuk mencapai dominasi. Kesosialan mereka merupakan satu
faktor utama yang memungkinkan perkembangan dalam sejarah alam dari makhluk-
makhluk yang sederhana menjadi lebih sempurna.
c)
Manfaat Fauna bagi Flora
Sebagai
sesama makhluk hidup, terdapat pula kerja sama antara fauna dan flora. Ada
beberapa jenis binatang yang dapat membantu penyebarluasan tanaman tertentu.
Misalnya, kelelawar, musang, dan
tupai yang mebuang
kotorannya yang mengandung
biji-bijian suatu tanaman yang dimakannya dapat membantu untuk
pertumbuhan dan penyebaran tanaman tersebut di tempat ia membuang kotoran.
Kotoran bianatang ini sekaligus dapat menjadi pupuk yang dapat menyuburkan
tanah.
Sementara
itu, binatang-binatang jenis serangga, misalnya lebah, kupu-kupu, kumbang,
dsb., sangat membantu penyerbukan suatu tanaman. Sebab, ada jenis tanaman
tertentu yang tidak dapat menyerbuk sendiri dan membutuhkan bantuan
binatang-binatang tersebut.
d)
Manfaat Fauna bagi Tanah
Kotoran
binatang dapat menjadi pupuk yang menyuburkan tanah. Sementara itu,
ada jenis binatang
yang sering dianggap
hina, tetapi bumi kita sangat membutuhkan mereka. Binatang yang sangat
berjasa dalam menggemburkan tanah adalah cacing tanah, kumbang tanah, rayap,
dan organisme lain yang hidup dalam tanah. Apa yang terjadi jika tanah di
sekitar kita tidak mengandung organisme dalam tanah yang dapat menyuburkannya?
Mendalami Kitab Suci
Mengamati pesan Kitab Suci Kitab Kej 1: 1-24
1 Pada mulanya
Allah menciptakan langit dan bumi. 2 Bumi belum berbentuk dan
kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di
atas permukaan air. 3 Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu
terang itu jadi. 4 Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu
dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. 5 Dan Allah menamai terang
itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari
pertama. 6 Berfirmanlah Allah: “Jadilah cakrawala di tengah segala
air untuk memisahkan air dari air.” 7 Maka Allah menjadikan
cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang
ada di atasnya. Dan jadilah demikian. 8 Lalu Allah menamai cakrawala
itu langit. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kedua. 9 Berfirmanlah
Allah: “Hendaklah segala
air yang di
bawah langit berkumpul pada satu
tempat, sehingga kelihatan yang kering.” Dan jadilah demikian. 10 Lalu
Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut.
Allah melihat bahwa semuanya itu baik. 11 Berfirmanlah Allah:
“Hendaklah tanah menumbuhkan tunas- tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji,
segala jenis pohon buah- buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada
tumbuh- tumbuhan di bumi.” Dan jadilah demikian. 12 Tanah itu
menumbuhkan tunas-tunas muda, segala
jenis tumbuh-tumbuhan yang
berbiji dan segala jenis
pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat bahwa semuanya
itu baik. 13 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga. 14
Berfirmanlah Allah: “Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk
memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda
yang menunjukkan masa- masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun, 15 dan
sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi.” Dan
jadilah demikian. 16 Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang
besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil
untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang. 17 Allah
menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi, 18 dan untuk
menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah
melihat bahwa semuanya itu baik. 19 Jadilah petang dan jadilah pagi,
itulah hari keempat. 20 Berfirmanlah Allah: “Hendaklah dalam air
berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi
melintasi cakrawala.” 21 Maka Allah menciptakan binatang- binatang
laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan
dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya
itu baik. 22 Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya:
“Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan
hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak.” 23 Jadilah petang
dan jadilah pagi, itulah hari kelima. 24 Berfirmanlah Allah: “Hendaklah bumi
mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata dan
segala jenis binatang liar.” Dan jadilah demikian.
****
Peneguhan
Kisah penciptaan yang penuh simbolik di atas hanya akan
mengatakan dua pesan pokok berikut:
a. Segala sesuatu berasal dari Allah,
langsung atau tidak langsung. Sejalan dengan teori evolusi, kita harus
mengatakan bahwa betapa ajaibnya unsur alam yang amat sederhana (entah apa
namanya). Allah telah “menuntunnya” untuk berkembang sampai tercipta alam dan
lingkungan hidup yang sedemikian indah, harmonis, dan ajaib.
b.
Semua
yang tercipta (ciptaan Allah selalu aktual) adalah baik, seperti yang telah
kita renungkan sampai saat ini.
BAGIAN 2: PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP
1. Macam-Macam
Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
(1) Pencemaran
dan perusakan tanah
•
Tanah
diracuni oleh pestisida,
minyak bekas, dan
semua jenis limbah pabrik yang dibuang sembarangan.
•
Tanah
menjadi kritis dan
tidak subur karena
erosi yang disebabkan oleh
penggundulan hutan.
(2) Pembabatan
dan perusakan hutan (flora)
•
Banyak pepohonan dan tanaman digusur demi
perluasan lahan pertanian, kota, pabrik, tempat rekreasi (lapangan golf), dan
jalan secara tidak bertanggung jawab.
•
Banyak
hutan ditebang untuk
perusahaan kertas, kayu lapis, bangunan, dsb.
(3) Pemusnahan
fauna
•
Banyak
jenis hewan dan
satwa mulai berkurang
karena nafsu manusia untuk berburu.
•
Banyak
jenis binatang terancam
punah, karena diburu untuk diambil bulunya, kulitnya,
tanduknya, gadingnya, keindahan bentuk dan bunyinya (hobi).
(4) Pencemaran
air dan laut
•
Air minum dicemari bahan kimia yang beracun dan
deterjen dari rumah tangga, bengkel, pabrik, pestisida pertanian.
•
Air laut dikotori oleh minyak dan bahan kimiawi
yang dibawa oleh sungai dari kota-kota raksasa, daerah industri dan
kapal-kapal.
(5) Pencemaran
udara
•
Udara
dicemari oleh asap
beracun dari mobil
dan corong pabrik.
•
Udara menjadi berbau busuk karena timbunan
sampah dan pembuangan kotoran serta air limbah pabrik.
2. Sebab
Utama Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
(1) Manusia
adalah penyebab utama pencemaran dan perusakan lingkungan. Manusia yang
serakah, yang memburu keuntungannya sendiri. Manusia yang
memboroskan sumber alam, karena merasa
diri sebagai tuan
atas lingkungan
sekitarnya.Manusia yang tidak mau bertanggung jawab untuk makhluk lain dan
generasi yang akan datang.
(2) Kepadatan penduduk
dan kemiskinan dapat
mendorong orang mengeksploitasi sumber alam untuk mempertahankan hidup
mereka. Di mana ada kepadatan penduduk, apalagi kalau penduduknya miskin, maka
dapat terjadi pencemaran lingkungan dan pemanfaatan sumber alam sekitar yang
sering tidak bertanggung jawab.
(3) Pandangan
yang keliru tentang pembangunan, kesejahteraan, dan hidup modern. Pembangunan
identik dengan gedung- gedung pencakar langit, jalan-jalan lebar, beton-beton
yang masif, pabrik-pabrik, dsb. Keutuhan ekologi dan hidup yang tenteram dan
ramah lingkungan tidak masuk dalam kategori kesejahteraan dan modernitas. Nilai
keunikan lingkungan, kesejarahan, arsitektur tua, dan arkeologi dikorbankan
begitu saja demi alasan ekonomis dan pembangunan. Desa, kota, dan daerah
semakin kehilangan identitas. Semua menjadi modern, tetapi tanpa wajah.
3. Akibat
dari Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
(1) Pencemaran
Tanah
Dewasa ini
tampaknya proses selama jutaan tahun untuk membentuk tanah yang subur menjadi
tidak ada artinya sama sekali bagi manusia di banyak tempat. Berpuluh-puluh
hektar tanah subur berubah kembali menjadi batu-batuan yang mati oleh ulah
manusia hanya dalam waktu beberapa tahun saja. Tanah itu bukan benda mati.
Tanah mempunyai kehidupan dan memberi kehidupan kepada semua makhluk di bumi ini
(flora, fauna, dan manusia). Kesuburan tanah dapat merosot jika tanah itu tidak
dikelola dengan baik. Tanah yang tidak dikelola dengan baik akan merana dan
mati. jika tanah telah menjadi kritis dan mati, maka segala tumbuhan akan
meranggas, ternak dan manusia akan kekurangan gizi dan merana. Banyak negera di
bumi ini telah menjadi padang maut karena tanahnya secara pelan- pelan mulai
merana bahkan mati. Mungkin dalam keadaan macam itu baru kita sadari apa arti
dan makna tanah bagi kita.
Kehidupan
kita dalam banyak aspek sangat bergantung pada tanah. Jika kesuburan tanah
mulai merosot atau sudah terlalu jenuh dengan zat-zat kimia dari pupuk buatan,
maka semua kehidupan di atas tanah akan terpengaruh, termasuk kehidupan manusia
sebagai konsumen terakhir.
(2) Akibat
dari Ditebangnya Jalur Hijau (Flora)
Para ahli
tumbuh-tumbuhan dunia mengatakan bahwa jalur hijau (flora) bukanlah benda mati
yang kasar seperti yang sering kita bayangkan. Jalur hijau memiliki semacam
“saraf” dan “perasaan”. Ia dapat bereaksi “mendengarkan” musik, misalnya. Ada
jenis musik yang membuat dia tumbuh subur dan yang lainnya tidak. Perawatan
jalur hijau yang penuh kasih sayang membuat dia “senang” dan berkembang.
Perlakuan kita tehadap jalur hijau yang kasar dapat membuat dia meradang dan
merana.
Karena
penebangan hutan yang tak bertanggung jawab, sekarang kita menyaksikan:
Di banyak
daerah di mana hutannya ditebang, maka banyak mata air mulai mengering dan
debit air menurun. Di daerah yang
hutannya sudah lama
lenyap, maka tanahnya mulai
kering dan gersang, sebab gampang terjadi erosi. Tanah-tanah subur mudah
tergusur oleh air hujan. Di daerah yang hutannya sudah lenyap, maka lenyap pula
berbagai jenis satwa, sebab mereka kehilangan “rumah” dan tempat tinggal. Di
daerah-daerah yang gundul (hutannya lenyap), maka suhu udaranya menjadi lebih
tinggi dan curah hujan cenderung berkurang.
(3) Akibat
Perburuan dan Pembunuhan Binatang dan Margasatwa
Manusia
adalah pembunuh hewan berdarah dingin. Jika manusia membunuh hewan untuk
dimakan, hal itu dapat dimengerti. Namun, hewan sering dibunuh hanya untuk hobi
dan untuk konsumsi manusia berselera tinggi.
Banyak
daerah yang dahulu ramai dengan siul burung sekarang menjadi sepi, karena
menjadi sasaran senapan angin dan senapan sungguhan. Banyak margasatwa yang
terancam punah.
Beberapa
waktu lalu dikabarkan bahwa “Harimau Bali” yang tubuhya paling mungil dari
tujuh ras harimau loreng telah musnah. Ia sudah menjadi bagian dari masa lalu
yang hanya tinggal dalam ingatan para ahli. Kita sendiri tak pernah akan melihatnya
lagi.
Beberapa
jenis fauna telah punah dari muka bumi ini dan tidak pernah
akan kembali lagi. Tuhan
pun tidak akan menciptakannya lagi untuk kedua kalinya.
(4) Akibat
Pencemaran Air dan Udara
Kita harus
menyadari bahwa pencemaran dan perusakan lingkungan akan merupakan bumerang
bagi kita. Kita sudah mulai mengalami akibat dari perusakan alam lingkungan
kita Bencana banjir, tanah longsor, musim yang tidak menentu, kemarau panjang,
berbagai penyakit aneh mulai mewabah. Itulah tanda bahwa alam lingkungan kita
mulai berontak.
Mendalami ajaran Kitab Suci
Manusia Jatuh ke dalam Dosa (Kej
3: 1-7. 21-24)
1 Adapun ular ialah
yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN
Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: “Tentulah Allah berfirman: Semua
pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?” 2 Lalu
sahut perempuan itu kepada ular itu: “Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh
kami makan, 3 tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah
taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu nanti kamu
mati”. 4 Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali
kamu tidak akan mati, 5 tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu
kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu
tentang yang baik dan yang jahat”. 6
Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan
sedap kelihatannya, lagi pula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian.
Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada
suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya. 7 Maka
terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu
mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat. 21 Dan TUHAN Allah membuat
pakaian dari kulit
binatang untuk manusia dan untuk
istrinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka. 22 Berfirmanlah
TUHAN Allah: “Sesungguhnya
manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari kita,
tahu tentang yang baik dan yang jahat: maka sekarang jangan sampai ia
mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan
memakannya, sehingga ia hidup
untuk selama-lamanya”. 23
Lalu TUHAN Allah mengusir
dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil. 24 Ia menghalau manusia itu dan di sebelah
timur taman Eden ditempatkan-Nyalah beberapa kerub dengan pedang yang
bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk
menjaga jalan ke pohon kehidupan.
Peneguhan
1. Kita pernah
mendengar atau membaca
tentang dosa pertama yang diceritakan dalam Kitab Suci
(Kej 3). Cerita itu bukanlah suatu laporan tentang suatu kejadian di masa
lampau, tetapi lebih merupakan suatu cerita simbolik, suatu cerita kiasan yang
ingin menunjukkan kepada kita bahwa manusia lebih suka mengikuti jalan pikiran dan seleranya sendiri. Secara kiasan Kitab Suci
menceritakan bagaimana Tuhan
memberikan kepada manusia pertama (Adam dan Hawa) suatu taman, suatu kebun,
yang indah dan subur. Tuhan
memberikan semuanya, namun Tuhan berpesan supaya pohon yang tumbuh di
tengah kebun itu tidak diganggu gugat. Sebenarnya ini suatu “perintah” yang
tidak berat. Namun, Adam dan
Hawa telah menentang perintah Tuhan itu. Ia memilih pikiran dan kemauannya
sendiri. Ia mengganggu pohon itu, ia memetik buahnya, untuk suatu
kesenangan sesaat. Kita tahu akibat dari ulah manusia itu, kebun yang indah itu lenyap.
Lalu manusia harus menuai
berbagai derita dan bencana secara turun temurun.
2. Manusia sesungguhnya diciptakan
oleh Allah menurut gambar-Nya. Artinya, manusia diciptakan untuk menjadi wakil Allah di dunia ini.
Sebagai wakil Allah, manusia
diberi tugas untuk menguasai ciptaan lainnya. Menaklukkan dan menguasai alam tidak berarti
menggunakannya sampai habis dan merusaknya, tetapi mengatur dan menyiasati alam
demi kebahagiaan manusia itu sendiri dan semua makhluk ciptaan Allah.
Manusia mempunyai tugas untuk memelihara alam ciptaan (lingkungan hidup),
sehingga alam ini dapat dinikmati oleh umat manusia sepanjang masa.
3. Alam semesta
ini bukan hanya
untuk manusia atau
untuk sekelompok manusia yang saat ini memiliki sarana dan kemampuan
untuk memanfaatkannya saja, tetapi alam semesta ini untuk semua generasi manusia kini dan masa datang.
Maka seluruh tindakan manusia
atas alam harus menunjukkan tanggung jawab bagi masa depan, bagi generasi yang
akan datang.
4. Manusia perlu
menyadari bahwa keberadaan
alam semesta ini saling kait-mengait. Manusia adalah makhluk yang
hidup bersama dengan makhluk ciptaan lain dan hidup dalam lingkungan ciptaan
yang indah mengagumkan. Manusia bukan satu-satunya ciptaan yang punya
hak atas alam
semesta ini. Maka, manusia harus
membangun kesetiakawanan dengan makhluk yang lain. Adanya alam
semesta ini adalah untuk bersama, sehingga keharmonisan antara satu dan yang
lain harus dipelihara. Manusia
tidak dapat menguras kekayaan alam tanpa memperhitungkan akibat bagi
keberadaan, kelestarian, dan keindahan ciptaan yang lain.
Mendalami Ajaran Gereja tentang
Pelestarian Lingkungan Hidup
Menyimak
dokumen Ajaran Sosial Gereja
“(466)
Kepedulian terhadap lingkungan hidup menyajikan sebuah tantangan bagi segenap
umat manusia. Ini merupakan persoalan kewajiban bersama dan universal, yakni
soal menghormati harta milik bersama,yang diperuntukkan bagi semua orang,
dengan mencegah siapa pun untuk menggunakan “semaunya sendiri saja pelbagai
golongan ciptaan, entah bernyawa atau tidak-margasatwa, tumbuh- tumbuhan,
unsur-unsur alam untuk memenuhi kebutuhannya di bidang ekonomi. Inilah pula
sebuah tanggung jawab yang mesti dimatangkan dengan berlandaskan pada matra
global krisis ekologi sekarang ini beserta keniscayaan yang konsekuen untuk
menghadapinya pada tingkat sedunia, sebab semua makhluk bergantung satu sama
lain dalam tatanan universal yang ditetapkan oleh Sang Pencipta. “Kita mesti
mengindahkan kodrat setiap makhluk serta hubungan timbal baliknya di dalam
suatu tata susunan yang teratur, yang justru disebut ‘kosmos’.”
Perspektif
ini memperoleh suatu makna khusus tatkala kita mempertimbangkan, dalam konteks
hubungan erat yang mengikat aneka ragam bagian ekosistem, nilai alamiah
keragaman biologis, yang mesti ditangani dengan rasa tanggung jawab serta
dilindungi secara memadai, karena ia mengandung sebuah kekayaan yang luar biasa
bagi segenap umat manusia. Berkenaan dengan hal ini, setiap orang dapat dengan
mudah mengakui misalnya pentingnya kawasan Amazon, “salah satu kawasan alam
yang paling berharga di dunia ini, karena keragaman biologisnya menjadikan
kawasan tersebut teramat penting bagi keseimbangan lingkungan dan keseluruhan
planet ini”.Hutan membantu menjaga keseimbangan alamiah yang hakiki dan yang
mutlak diperlukan bagi kehidupan.Perusakan atasnya juga melalui pembakaran
secara serampangan dan sengaja,
mempercepatprosespenggundulan dengan
berbagai konsekuensi penuh
risiko bagi sumber
sumber air serta membahayakan kehidupan banyak suku bangsa pribumi
sertakemaslahatan generasi-generasi yang akan datang. Semua pribadi dan lembaga
mesti merasa wajib untuk melindungi warisan hutan dan untuk melakukan
penghijauan di mana memang perlu.
(467)
Tanggung jawab terhadap lingkungan hidup, warisan bersama umat manusia, tidak
saja mencakup kebutuhan-kebutuhan saat sekarang tetapi juga kebutuhan-kebutuhan
di masa depan. “Kita menjadi ahli waris angkatan-angkatan sebelum kita, dan
kita menuai buah keuntungan dan usaha-usaha orang-orang sezaman.Kita mempunyai
kewajiban terhadap semua orang.Oleh karena itu, kita tidak dapat mengabaikan
kesejahteraan mereka yang akan menyusul kita untuk menumbuhkan bangsa
manusia.”Inilah tanggung jawab yang dipunyai genarasi- generasi sekarang
terhadap generasi-generasi yang akan datang,sebuah tanggung jawab yang juga
berkaitan dengan masing-masing negara serta masyarakat internasional”.
(Kompendium Ajaran Sosial Gereja)
Peneguhan
1. Ajaran
Sosial Gereja (universal)
a) Ajaran Sosial Gereja mengajak
kita umat kristiani dan juga umat manusia pada umumnya untuk bersama-sama
menjaga lingkungan alam sebagai harta milik bersama dari Allah.
b) Tanggung jawab terhadap
lingkungan hidup, warisan bersama umat manusia, tidak saja mencakup
kebutuhan-kebutuhan saat sekarang tetapi juga kebutuhan-kebutuhan di masa
depan. Artinya bahwa generasi pada masa yang akan datang berhak untuk hidup
sejahtera dari alam ini. Maka jangan sampai generasi sekarang menghancurkannya sehingga generasi mendatang
hanya menuai bencana alam akibat keserahakan generasi sekarang ini.
2. Ajaran
Gereja Katolik Indonesia
Dalam Pesan
Pastoral KWI 2012, tentang
“Keterlibatan Gereja dalam melestarikan keutuhan ciptaan” para uskup Indonesia
menyampaikan beberapa hal yang perlu diperhatikan umat Katolik Indonesia:
Keprihatinan Alam semesta dan
manusia sama-sama diciptakan oleh Allah karena kasih-Nya, sehingga
manusia tidak bisa tidak menyadari kesatuannya dengan alam. Itulah sebabnya manusia harus memperlakukan alam
sebagai sesama ciptaan dan mengolahnya secara bertanggung jawab. Bumi
sendiri merupakan rumah bagi manusia dan seluruh makhluk yang lain. Hal ini
mengharuskan manusia melihat lingkungan hidup sebagai tempat kediaman dan
sumber kehidupan. Oleh karena itu, sejak awal Allah menciptakan langit dan bumi
serta isinya baik adanya (Kej 1:10.12.18.21.25.31) dan Allah mempercayakan alam
kepada manusia untuk diusahakan dan dipelihara.
Alam
semesta bukanlah obyek yang dapat dieksploitasi sesuka hati tetapi merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia.
Sumber daya
alam yang diciptakan Allah untuk memenuhi kebutuhan
manusia di bumi ini diperuntukkan bagi siapa saja tanpa memandang suku, agama
dan status sosial. Sumber daya
itu akan cukup apabila dikelola secara bertanggung jawab, baik untuk kebutuhan
generasi saat ini maupun generasi yang akan datang. Oleh karena itu, alam harus diperlakukan
dengan adil, dikelola dan digarap dengan
penuh rasa hormat dan tanggung jawab.
Akan tetapi
kenyataannya, lingkungan
yang adalah anugerah Allah itu, dieksploitasi oleh manusia secara serakah dan
ceroboh serta tidak memperhitungan kebaikan bersama, misalnya penebangan
hutan, pembukaan lahan untuk perkebunan dan pertambangan yang kurang
bertanggung jawab. Lingkungan menjadi rusak, terjadi bencana alam, lahir
konflik sosial, akses pada sumber daya alam hilang dan terjadi marginalisasi
masyarakat lokal/adat, perempuan dan anak-anak. Keadaan itu diperparah oleh
kebijakan-kebijakan yang didasarkan pada kepentingan politik sesaat dan pola
pikir jangka pendek yang mengabaikan keadilan lingkungan. Akibatnya antara lain
pemanasan bumi, bertumpuknya sampah, pencemaran air tanah, laut, udara serta
tanah, pengurasan sumber daya alam yang menyebabkan kerusakan lingkungan dalam
skala besar.
3. Gereja
peduli
Gereja
telah lama menaruh keprihatinan atas masalah lingkungan yang berakibat buruk
pada manusia. Paus Paulus VI dalam Ensiklik
Populorum Progressio (1967,
No. 12) mengingatkan kita bahwa masyarakat
setempat harus dilindungi dari kerakusan
pendatang. Hal ini diperjelas oleh Paus Yohanes II dalam Ensiklik Sollicitudo
Rei Socialis (1987, No. 34) yang menekankan bahwa alam ciptaan sebagai kosmos
tidak boleh digunakan semaunya dan pengelolaannya harus tunduk pada tuntunan
moral karena dampak pengelolaan yang tidak bermoral tidak hanya dirasakan oleh
manusia saat ini tetapi juga generasi mendatang. Paus Benediktus XVI dalam
Ensiklik Caritas in Veritate (2009, No. 48) menyadarkan kita bahwa alam adalah
anugerah Allah untuk semua orang sehingga harus dikelola secara
bertanggungjawab bagi seluruh umat manusia.
Gereja
Katolik Indonesia pun telah menaruh perhatian besar pada masalah lingkungan.
Hal ini ditegaskan dalam Pesan SAGKI 2005 berjudul “Bangkit dan Bergeraklah”
yang mengajak kita untuk segera mengatasi berbagai ketidakadaban publik yang
paling mendesak, khususnya yang
berhubungan dengan lingkungan hidup dan keutuhan ciptaan. Gereja
juga telah melakukan banyak usaha seperti edukasi, advokasi dan negosiasi dalam
mengatasi pengrusakan lingkungan yang masih berlangsung terus bahkan kian
meningkat kualitas dan kuantitasnya.
4. Gereja
meningkatkan kepedulian
KWI
mengajak seluruh umat untuk meneruskan langkah dan meningkatkan kepedulian
dalam pelestarian keutuhan ciptaan dalam semangat pertobatan ekologis dan gerak
ekopastoral. Kita menyadari bahwa perjuangan ekopastoral untuk melestarikan
keutuhan ciptaan tak mungkin dilakukan sendiri. Oleh karenanya, komitmen ini
hendaknya diwujudkan dalam bentuk kemitraan dan gerakan bersama, baik dalam
Gereja sendiri maupun dengan semua pihak yang terlibat dalam pelestarian
keutuhan ciptaan.
5. Beberapa
pesan untuk ditindaklanjuti bersama
a) Kepada
para pengambil kebijakan publik: kebijakan terhadap pemanfaatan sumber daya
alam dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) hendaknya membawa peningkatan
kesejahteraan hidup masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup. Undang-undang
yang mengabaikan kepentingan masyarakat perlu ditinjau ulang dan pengawasan
terhadap pelaksanaannya haruslah lebih diperketat.
b) Kepada
para pebisnis : pemanfaatan sumber daya alam hendaknya tidak hanya mengejar
keuntungan ekonomis, tetapi juga keuntungan sosial yaitu tetap terpenuhinya hak
hidup masyarakat setempat dan adanya jaminan bahwa sumber daya alam akan tetap cukup tersedia untuk generasi yang
akan datang. Di samping itu, usaha- usaha produksi di kalangan masyarakat kecil
dan terpinggirkan, terutama masyarakat adat, petani dan nelayan, serta mereka
yang rentan terhadap perubahan iklim dan bencana lingkungan, perlu lebih
didukung.
c) Kepada umat kristiani: umat
kristiani hendaknya mengembangkan habitus baru, khususnya hidup selaras dengan
alam berdasarkan kesadaran dan perilaku yang peduli lingkungan sebagai bagian
perwujudan iman dan pewartaan dalam bentuk tindakan pemulihan keutuhan ciptaan.
Untuk itu, perlu dicari usaha bersama misalnya pengolahan sampah, penghematan
listrik dan air, penanaman pohon, gerakan percontohan di bidang ekologi,
advokasi persuasif di bidang hukum terkait dengan hak hidup dan keberlanjutan
alam serta lingkungan. Secara khusus lembaga-lembaga pendidikan diharapkan dapat mengambil
peranan yang besar dalam gerakan penyadaran akan masalah lingkungan dan
pentingnya kearifan lokal.
6. Tahun
Iman yang dibuka oleh Paus Benediktus XVI pada tanggal 11 Oktober 2012, antara
lain mengingatkan kita untuk mewujudkan iman kita pada Tuhan secara nyata dalam
tindakan kasih (bdk. Mat 25: 31-40). Dengan demikian tanggungjawab dan
panggilan kita untuk memulihkan keutuhan ciptaan sebagai wujud iman makin
dikuatkan dan komitmen ekopastoral kita untuk peduli pada lingkungan kian
diteguhkan. Kita semua berharap agar sikap dan gerakan ekopastoral kita menjadi
kesaksian kasih nyata dan “pintu kepada iman” yang “mengantar kita pada hidup
dalam persekutuan dengan Allah” (Porta Fidei, No.1). Kita yakin bahwa karya
mulia di bidang ekopastoral ini diberkati Tuhan dan mendapat dukungan semua
pihak yang berkehendak baik.
7.
Pola Penyadaran
a. Seperti
perjuangan penegakan nilai-nilai yang lain (keadilan, kejujuran, dll.), maka
perjuangan untuk menanamkan sikap “mencintai lingkungan” harus merupakan
gerakan berbagai jaringan dan melibatkan sebanyak mungkin orang pada akar
rumput.
b. Pendekatan
yang digunakan hendaklah pendekatan penyadaran berpola proses yang bersifat
komunikatif, bukan indoktrinasi
c. Yang
perlu diproses untuk disadari antara lain:
1) Menyadari pencemaran
dan perusakan lingkungan
dan akibat-akibatnya yang mulai dirasakan.
2) Menyadari makna
dan manfaat lingkungan
yang sangat luas.
d. Mencari
jalan keluar dan usaha untuk memelihara lingkungan hidup antara lain dengan
cara:
1) Mendesak pemerintah
untuk menghentikan pencemaran dan perusakan lingkungan yang
tidak bertanggung jawab: seperti penebangan dan pembakaran hutan, pencemaran
lingkungan oleh limbah pabrik, perburuan satwa langka, dsb.
2) Mendesak pemerintah
untuk mengeluarkan dan melaksanakan undang-undang dan peraturan yang melindungi lingkungan hidup.
e. Mulai
dengan diri dan golongan sendiri (umat Katolik) untuk menolak setiap tindakan
yang mencemari lingkungan dan terlibat dalam semua kegiatan penghijauan dan
pembersihan di lingkungan sendiri.
PERTANYAAN:
1) Apa
makna Kej 1: 1-24? Jelaskam!
2) Apa
makna Kej 3: 1-7. 21-24? Jelaskam!
3) Rumuskan
ajaran Gereja tentang Pelestarian Lingkungan
Hidup!
4)
Apa yang hendaknya dikakukan oleh umat kristiani?
Rumuskan jawabanmu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar