GEREJA YANG APOSTOLIK
Doa Pembukaan
Ya Bapa sumber kebijaksanaan
sejati, Dalam pertemuan ini
kami ingin memahami
lebih mendalam tentang
hakekat dan sifat-sifat Gereja,
teristimewa Gereja yang
Apostolik. Kami mohon
kepada-Mu, anugerahkanlah kepada kami hati dan budi yang suci, serta
berilah semangat untuk mengikuti dan ambil bagian dalam proses pembelajaran
ini, agar kami dapat memahami keapostolikan
Gereja-Mu di bumi ini. Engkau yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang
segala masa. Amin
Pengantar
Kristus mendirikan Gereja dan
mempercayakan otoritas-Nya kepada para rasul-Nya, para uskup yang pertama. Ia
mempercayakan otoritas khusus kepada St. Petrus, Paus Pertama dan Uskup Roma,
untuk bertindak sebagai Vicaris-Nya (=wakil-Nya) di sini, di dunia. Otoritas
ini telah diwariskan melalui Sakramen Tahbisan Suci dalam apa yang kita sebut
suksesi apostolik dari Uskup ke Uskup, dan kemudian diperluas ke Imam dan
Diakon. Ketika Bapa Uskup mentahbiskan imam, ia melakukannya dengan otoritas
suksesi apostolik. Imam tertabis itu, pada gilirannya ikut ambil bagian dalam
imamat Tuhan kita Yesus Kristus.
Tak ada Uskup, Imam, atau
Diakon dalam Gereja kita yang mentahbiskan dirinya sendiri atau memaklumkan
dirinya sendiri, melainkan, ia dipanggil oleh Gereja dan ditahbiskan ke dalam
pelayanan apostolik yang dianugerahkan Tuhan kita kepada Gereja-Nya untuk
dilaksanakan dalam persatuan dengan
Paus. Gereja yang apostolik
berarti warisan iman seperti yang kita dapati dalam Kitab
Suci dan Tradisi Suci dilestarikan, diajarkan, dan diwariskan oleh para rasul.
Di bawah bimbingan Roh Kudus, Roh kebenaran, Magisterium (= otoritas mengajar
Gereja yang dipercayakan kepada para rasul dan penerus mereka) berkewajiban
untuk melestarikan, mengajarkan, membela, dan mewariskan warisan iman. Di
samping itu, Roh Kudus melindungi Gereja dari kesalahan dalam otoritas
mengajarnya.
Yesus mengutus para Rasul dan
bersabda, “Pergilah, ajarilah semua bangsa, dan baptislah mereka atas nama Bapa
dan Putra dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka menaati segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu” (lih. Mat. 28: 19-20). Perintah resmi Kristus untuk
mewartakan kebenaran yang menyelamatkan itu oleh Gereja diterima dari para
Rasul dan harus dilaksanakan sampai ke ujung bumi. Gereja terus-menerus
mengutus para pewarta sampai Gereja-Gereja baru terbentuk sepenuhnya untuk
melanjutkan karya pewartaan Injil.
Melalui pelajaran ini, peserta
didik dibimbing untuk memahami sifat keapostolikan Gereja sehingga terdorong
untuk ikut serta mewujudkan nilai-nilai luhur Injili dan memperjuangkan suatu
dunia yang lebih baik untuk seluruh umat manusia tanpa pandang bulu.
Menggali Makna Keapostolikan Gereja
Menyimak Cerita
Habemus
Papam
Tepat pukul 19.07 waktu Roma,
asap putih mengepul dari cerobong asap paling terkenal di dunia, di atas Kapel
Sistina, Vatikan. Awalnya, asap putih itu tipis; makin lama makin menebal
menembus hujan rintik yang mengguyur Vatikan sejak siang hari.
Tepuk tangan puluhan ribu umat
dan warga bergemuruh. Teriakan dan jeritan “fumata bianca” (asap putih)
mewarnai Piazza San Pietro. Selang lima menit, lonceng-lonceng Basilika Santo
Petrus berdentang, bersahut-sahutan. Seturut tradisi, bunyi lonceng
mengonfirmasi bahwa asap putih betul putih, tanda Paus sudah terpilih. Lebih
dari lima menit asap putih mengepul disertai oleh lonceng, disaksikan puluhan
ribu orang di Piazza, dan jutaan orang di seluruh dunia yang mengikuti momentum
ini lewat berbagai media komunikasi. Alun-alun Santo Petrus makin dipadati
warga Roma, umat beriman dari berbagai bangsa, meski hujan terus mengguyur
dengan suhu udara 10°C. Kebanyakan orang, baik tua-muda, anak pun remaja,
merangsek mendekati Basilika, ingin lebih dekat menyambut Paus baru dan
menerima berkat.
Mata seluruh orang di Piazza
tertuju pada balkon utama tempat namanya akan diumumkan. Wajah Basilika San
Pietro sore itu berseri. Bagian mukanya terang benderang, disinari lampu dari
kiri dan kanan; jendela-jendela mengeluarkan cahaya kekuningan. Pada pukul
20.05, cahaya di jendela makin cerah, semakin memikat banyak manusia yang
berkerumun di Piazza. Selang beberapa saat, pukul 20.10, Kardinal Jean-Louis
Tauran sebagai Kardinal Proto Diacon muncul di balkon itu. Seluruh Piazza
menjadi hening. Ia mengangkat muka dan berkata: “Saya umumkan kepada Anda
sebuah suka cita besar: kita mempunyai seorang Paus”. Selanjutnya ia menyebut
nama Jorge Mario Bergoglio. Sebagai Paus ia mengenakan nama Fransiskus. Setelah
ini diumumkan, meledaklah Piazza dengan sorak dan tepuk-tangan. Sebagian
melonjak. Sebagian lagi berseru: “Viva il Papa”,“Papa Francesco!”
Pukul 20.22, keluarlah para
Kardinal di balkon sebelah kiri dan balkon sebelah kanan Basilika. Paus
Fransiskus muncul, berjubah putih dan mengenakan Soli Deo putih. Ia berdiri,
diam, menatap umatnya. Lalu, ia mengucap salam sahaja, “Saudara- saudariku,
selamat sore!”. Publik menyambut dengan tepuk tangan dan sorak-sorai. Ia
melanjutkan dan mengatakan bahwa amanat sebuah Konklaf adalah menghadiahkan
seorang Uskup kepada
Roma. Seperti diketahui
Paus adalah juga
Uskup Roma. Bapa Suci mengatakan,
“Tampaknya para saudaraku Kardinal telah pergi untuk mengambilnya hampir-hampir
di ujung dunia. Saya ucapkan terima kasih atas sambutan Anda sekalian.
Komunitas Keuskupan Roma mempunyai uskupnya, terima kasih!” Paus yang dikenal
bersahabat dengan orang kecil ini menuturkan, Uskup Roma dan umat berjalan
bersama-sama. Peziarahan ini merupakan peziarahan persaudaraan, kasih, dan
saling percaya. Ia pun mengajak untuk berdoa bagi dunia supaya menjadi sebuah
persaudaraan agung.
Dalam sambutan pertama dan
spontan itu, Paus Fransiskus juga mengajak umat untuk berdoa bagi Uskup
Emeritus Roma, Benediktus XVI, agar Tuhan memberkatinya dan Bunda Maria
menjaganya. Hari makin gelap, malam sudah turun, tetapi tidak di Vatikan,
terutama di Piazza San Pietro. Terang dan sorak kegirangan terus berlangsung.
Mereka sedang menantikan sebuah hal istimewa yang ditunggu-tunggu, berkat Urbi
et Orbi, bagi Kota Roma dan dunia. Sebelum memberikan berkatnya, Bapa Suci
meminta umat yang hadir untuk mendoakan dirinya. Satu menit, hening. Pada pukul
20.25, Paus Fransiskus melimpahkan berkatnya.
(http://www.hidupkatolik.com/2013/04/10/..)
Mendalami Makna Keapostolikan
dalam Ajaran Kitab Suci dan Ajaran Gereja
Menyimak ajaran Kitab Suci tentang Keapostolikan Gereja
Matius
28:19-20
19Karena itu
pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa
dan Anak dan Roh Kudus, 20dan ajarlah mereka melakukan segala
sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Penjelasan
1.
Yesus mengutus para rasul dengan bersabda: “Pergilah, ajarilah semua bangsa,
dan baptislah mereka atas nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka
menaati segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (lih. Mat 28:
19-20).
2.
Perintah
resmi Kristus untuk mewartakan kebenaran yang menyelamatkan itu oleh
Gereja diterima dari para
rasul dan harus dilaksanakan sampai ke ujung bumi. Gereja terus-menerus
mengutus para pewarta sampai Gereja-Gereja baru terbentuk sepenuhnya untuk
melanjutkan karya pewartaan Injil.
Menyimak ajaran Gereja tentang keapostolikan Gereja
Dokumen Gereja Konsili Vatikan II.
Uskup
Setempat dan Gereja Universal (Lumen
Gentium artikel 23)
“Persatuan kolegial
tampak juga dalam
hubungan timbal-balik antara
Uskup dan Gereja-Gereja khusus serta Gereja semesta. Imam Agung di Roma,
sebagai pengganti Petrus, menjadi azas dan dasar yang kekal dan kelihatan bagi
kesatuan para Uskup maupun segenap kaum beriman. Selanjutnya, setiap Uskup
menjadi azas dan dasar kelihatan bagi kesatuan dalam Gereja khususnya, yang
terbentuk menurut citra Gereja semesta. Gereja katolik yang satu dan tunggal
berada dalam Gereja-Gereja khusus dan terhimpun daripadanya. Maka dari itu,
tiap-tiap Uskup mewakili Gerejanya sendiri, sedangkan semua Uskup bersama Paus
mewakili seluruh Gereja dalam ikatan damai, cinta kasih dan kesatuan. Setiap
Uskup, yang mengetuai Gereja khusus, menjalankan kepemimpinan pastoralnya
terhadap Umat Allah yang dipercayakan kepadanya. Bukan terhadap Gereja-Gereja
lain atau Gereja semesta, melainkan sebagai anggota Dewan para Uskup dan
pengganti para Rasul yang sah mereka masing-masing – atas penetapan dan
perintah Kristus – wajib menaruh perhatian terhadap seluruh Gereja. Meskipun
perhatian itu tidak diwujudkan melalui tindakan menurut wewenang hukumnya,
sangat bermanfaat bagi seluruh Gereja. Semua Uskup wajib memajukan dan
melindungi kesatuan iman dan tata tertib yang berlaku umum bagi segenap Gereja,
mendidik umat beriman untuk mencintai seluruh Tubuh Kristus yang mistik,
terutama para anggotanya yang miskin serta bersedih hati, dan mereka yang
menanggung penganiayaan demi kebenaran (lih. Mat. 5:10); akhirnya memajukan
segala kegiatan, yang umum bagi seluruh Gereja, terutama agar supaya iman
berkembang dan cahaya kebenaran yang penuh terbit bagi semua orang. Memang
sudah pastilah bahwa bila mereka membimbing dengan baik Gereja mereka sendiri
sebagai bagian Gereja semesta, mereka memberi sumbangan yang nyata bagi
kesejahteraan seluruh Tubuh mistik, yang merupakan badan Gereja-Gereja itu.
Penyelenggaraan pewartaan
Injil di seluruh dunia merupakan kewajiban badan para Gembala, yang kesemuanya
bersama-sama menerima perintah Kristus, dan dengan demikian juga mendapat tugas
bersama, seperti telah ditegaskan oleh Paus Coelestinus kepada para bapa
Konsili di Efesus. Maka setiap Uskup, melaksanakan tugas mereka sendiri, wajib
ikut serta dalam kerja sama antara mereka sendiri dan dengan pengganti Petrus,
yang secara istimewa diserahi tugas menyiarkan iman kristiani. Untuk daerah-
daerah misi sedapat mungkin mereka wajib menyediakan pekerja-pekerja panenan,
maupun bantuan-bantuan rohani dan jasmani, bukan hanya langsung dari mereka
sendiri, melainkan juga dengan membangkitkan semangat kerja sama yang berkobar
di antara umat beriman. Akhirnya hendaklah para Uskup, dalam persekutuan
semesta cinta kasih, dengan sukarela memberi bantuan persaudaraan kepada
Gereja-Gereja lain, terutama yang lebih dekat dan miskin, menurut teladan mulia
Gereja kuno”.
Berkat penyelenggaraan ilahi,
bahwa pelbagai Gereja, yang didirikan di pelbagai tempat oleh para Rasul serta
para pengganti mereka, sesudah waktu tertentu bergabung menjadi berbagai
kelompok yang tersusun secara organis. Dengan tetap mempertahankan kesatuan
iman serta susunan satu-satunya yang berasal dari Allah bagi seluruh Gereja,
kelompok-kelompok itu mempunyai tata tertib sendiri, tata cara liturgi mereka
sendiri, dan warisan teologis serta rohani mereka sendiri. Di antaranya ada
beberapa, khususnya Gereja-Gereja patriarkal kuno, yang ibarat ibu dalam iman,
melahirkan Gereja-Gereja lain sebagai anak-anaknya. Gereja-Gereja kuno itu sampai
sekarang tetap berhubungan dengan Gereja-Gereja cabang mereka karena ikatan
cinta kasih yang lebih erat dalam hidup sakramental dan saling menghormati hak-
hak serta kewajiban mereka. Keanekaragaman Gereja-Gereja setempat yang menuju
kesatuan itu dengan cemerlang memperlihatkan sifat katolik Gereja yang tak
terbagi. Begitu pula konferensi-konferensi Uskup sekarang ini dapat memberi
sumbangan bermacam-macam yang berfaedah, supaya semangat kolegial mencapai
penerapannya yang konkret.” (LG art. 23)
Penjelasan
1. Gereja yang
apostolik berarti Gereja
yang berasal dari
para Rasul dan
tetap berpegang teguh pada kesaksian iman mereka, yang mengalami secara
dekat peristiwa Yesus. Kesadaran bahwa Gereja dibangun atas dasar para
Rasul dengan Yesus Kristus sebagai batu penjuru sudah ada sejak zaman Gereja
Perdana.
2. Hubungan
historis antara Gereja para Rasul dan Gereja sekarang tidak boleh dilihat
sebagai semacam “estafet”, yang di dalamnya ajaran yang benar bagaikan sebuah
tongkat dari Rasul-Rasul tertentu diteruskan sampai kepada para uskup sekarang.
Yang disebut apostolik
bukanlah para Uskup, melainkan Gereja. Hubungan historis itu
pertama-tama menyangkut seluruh
Gereja dalam segala bidang dan pelayanannya. Gereja bersifat apostolik berarti Gereja sekarang
mengaku diri sama dengan Gereja Perdana, yakni Gereja para Rasul.
Hubungan historis itu jangan dilihat sebagai pergantian orang, melainkan
sebagai kelangsungan iman dan
pengakuan.
3. Gereja yang apostolik
tidak berarti bahwa
Gereja terpaku pada Gereja Perdana. Gereja tetap berkembang di bawah bimbingan Roh Kudus dan tetap berpegang
pada Gereja para Rasul sebagai norma imannya. Hidup Gereja tidak boleh
bersifat rutin, tetapi harus dinamis.
4. Gereja disebut apostolik karena
Gereja berhubungan dengan para rasul yang diutus oleh Kristus. Hubungan
itu tampak dalam:
a. Legitimasi
fungsi dan kuasa hierarki dari para Rasul. Fungsi dan kuasa hierarki diwariskan
dari para rasul.
b. Ajaran-ajaran
Gereja diturunkan dan berasal dari kesaksian para rasul.
c. Ibadat
dan struktur Gereja pada dasarnya berasal dari para rasul.
5. Gereja sekarang sama dengan
Gereja para rasul. Bahkan, identitas Gereja sekarang mempunyai kesatuan dan kesamaan
fundamental dengan Gereja para rasul.
6.
Usaha kita untuk keapostolikan Gereja antara lain:
a.
Setia
dan mempelajari Injil, sebab Injil merupakan iman Gereja para rasul.
b.
Menafsirkan
dan mengevaluasi situasi konkret kita dengan iman Gereja para rasul, serta
c.
Setia
dan loyal kepada hierarki sebagai pengganti para rasul.
Doa Penutup
Terima kasih ya Bapa, atas
penyertaan-Mu dalam pertemuan kami ini. Kini kami telah memahami rencana
penyelamatan-Mu untuk seluruh umat manusia melalui Gereja, juga penyelamatan-Mu
atas kami yang bepangkal pada tradisi para rasul. Kami mohon ya Bapa,
jadikanlah kami pewarta-pewarta Kabar Sukacita di tengah-tengah masyarakat kami
agar setiap orang menemukan kebahagiaan sejati baik di dunia ini, maupun dalam
kemuliaan kekal nanti. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar