MEMPERJUANGKAN KEJUJURAN
Mengamati berbagai ketidakjujuran dalam masyarakat.
“Riauterkini-JAKARTA- Said
Faisal Mukhlis alias Hendra ajudan mantan Gubernur Riau Rusli Zainal hari ini,
Kamis (10/4/14) kembali diperiksa oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
sebagai tersangka keterangan atau sumpah palsu dalam persidangan kasus PON Riau
atas terdakwa M Rusli Zainal di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pekanbaru,
Riau.Said sendiri mendatangi gedung KPK Kuningan, Jakarta sekitar pukul 09.30
WIB lengkap dengan seragam tahanan KPK, dan tujuh jam kemudian Said keluar dari
Gedung KPK pada pukul 16:00 WIB dengan dijemput dengan mobil tahanan. Namun,
Said Faisal tetap bungkam serta tidak mau menjawab pertanyaan wartawan dan
buru-buru masuk ke mobil tahanan saat diminta komentar.
Setelah ditetapkan tersangka,
pertengahan Februari lalu, baru hari ini Said Faisal kembali diperiksa sebagai
tersangka oleh KPK. Ia disangkakan melanggar Pasal 22 juncto Pasal 35
Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang mengatur soal
penyampaian keterangan palsu.Pasal tersebut memuat ancaman hukuman paling lama
12 tahun penjara dan denda paling banyak Rp 600 juta. Bukan hanya itu saja, KPK
juga menjerat Said Faisal dengan Pasal 15 juncto Pasal 12 huruf ( a) atau Pasal
11 Undang- Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 56. Pasal 15
mengatur soal percobaan pembantuan atau pemufakatan jahat untuk melakukan
tindak pidana korupsi.
Sebelumnya, Said Faisal kepada
wartawan sesaat setelah keluar dari Gedung KPK setelah ditahan, dirinya
membantah semua sangkaan yang diberikan KPK terhadap dirinya. Penetapan Said
sebagai tersangka ini
merupakan hasil pengembangan
kasus dugaan suap PON Riau. Dan ini pertama kali KPK menetapkan
seseorang sebagai tersangka karena menyampaikan keterangan palsu dalam
persidangan”(jor)
http://riauterkini.com/hukum.php?10
April 2014 17:31
Peneguhan
Indonesia terkenal
sebagai negara paling
korup, baik di
tingkat Asia maupun tingkat dunia. Setiap hari, media massa di Indonesia memberitakan tentang kasus
korupsi yang melibatkan banyak pejabat negara
dan kroni-kroninya. Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) pun kewalahan menangani para koruptor
itu. Korupsi adalah
salah satu wujud perbuatan atau perilaku tidak jujur.
1. Makna
Kejujuran
(1) Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia ditulis, jujur berarti tidak curang dan tidak berbohong.
Jujur juga kerap diartikan satunya kata dengan perbuatan. Apa yang ada dalam
hati sama dengan apa yang dikatakan.
(2) Kejujuran
merupakan sebuah keutamaan dan memiliki nilai yang penting karena:
a) Kejujuran dapat
menjadi modal untuk
perkembangan pribadi dan kemajuan kelompok. Orang yang jujur akan
sanggup menerima kenyataan
pada diri sendiri,
orang lain dan kelompok. Sikap ini dapat membawa banyak perkembangan
pribadi dan kelompok.
b) Kejujuran menimbulkan
kepercayaan yang menjadi landasan pergaulan dan hidup
bersama. Tanpa kejujuran orang tidak dapat bergaul dan hidup secara
wajar.
c) Kejujuran dapat
memecahkan banyak persoalan. Baik persoalan pribadi, persoalan kelompok,
masyarakat, maupun negara. Jika kita berpolitik secara jujur, membangun hidup
ekonomi secara jujur,
berbudaya secara jujur, maka krisis multidimensi dapat teratasi.
2.
Bentuk-Bentuk Ketidakjujuran
a)
Ketidakjujuran
di bidang politik
1) Penguasa dapat
bersikap curang dan
korup untuk kepentingan diri dan
golongan; memanipulasi undang- undang dan peraturan; menggunakan agama untuk
kepentingan politik, dsb.
2) Sementara
itu, rakyat jelata yang menghadapi kekuasaan yang sewenang-wenang akan bersikap
munafik, formalitas, ABS, dsb.
b)
Ketidakjujuran
di bidang ekonomi
1) Penguasa
dan pengusaha akan bersikap korup, membuat mark up, kredit macet, menggelapkan
uang negara, menyusun proyek fiktif, dsb.
2) Rakyat
berusaha untuk menyogok, bersikap ABS, menipu, dsb.
c)
Ketidakjujuran
di bidang budaya/pendidikan
1) Penguasa merekayasa
pendidikan, termasuk undang-undangnya.
2) Fanatik budaya
daerah tertentu dan
mendiskreditkan budaya daerah lain.
3) Rakyat
dan anak didik akan bersikap formalitas, munafik, dsb.
3.
Alasan dan Akar Ketidakjujuran
(1) Alasan ketidakjujuran di bidang
politik tentu saja keserakahan pada kekuasaan. Kekuasaan seperti opium,
orang terdorong untuk menambahkan kekuasaan
atau mempertahankannya, apa pun
taruhannya. Tujuan (kekuasaan) dapat menghalalkan segala cara. Sementara bagi
rakyat kecil ketidakjujuran terpaksa dilakukan demi rasa aman.
(2) Alasan ketidakjujuran di bidang
ekonomi adalah keserakahan pada materi, harta, khususnya pada uang. Uang
menjadi dewa baru bagi manusia zaman ini, yang sudah hanyut dalam budaya
konsumerisme dan hedonisme. Uang dapat membeli apa saja, termasuk kejujuran.Sementara
bagi rakyat kecil ketidakjujuran terpaksa dibuat demi untuk mempertahankan
hidup.
(3) Alasan ketidakjujuran di bidang
budaya mungkin adalah demi harmonisasi palsu. Orang bersopan santun
hanyalah formalitas dan munafik demi harmonitas palsu itu.
4. Akibat
dari Ketidakjujuran
(1)
Untuk para pelaku
a) Walaupun
ia hidup berkelimpahan dan senang, tetapi belum tentu bahagia.
b) Hati nurani
tidak berfungsi (mati)
jika ketidakjujuran dilakukan
berulang-ulang.
c) Kemerosotan
moral dan kepribadiannya.
d) Mungkin saja
suatu saat ketidakjujuran akan
terbongkar dan ia serta keluarganya akan menderita.
(2)
Untuk masyarakat luas
Ketidakjujuran merupakan
salah satu
akar dari berbagai krisis multi dimensi seperti
yang dialami negeri kita. Karena ketidakjujuran (dan ketidakadilan), kita
mengalami krisis di bidang politik/hukum, ekonomi, lingkungan hidup, budaya,
dsb.
Mendalami Kitab Suci
•
Matius 23:13 - 16
13 Celakalah
kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik,
karena kamu menutup
pintu-pintu Kerajaan Sorga di
depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang
berusaha untuk masuk. 14 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah
janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang.
Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat. 15 Celakalah
kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang
munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan
satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan
dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri. 16 Celakalah
kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci,
sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu
mengikat.
•
Matius 5:33 - 37
33 Kamu
telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan
bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. 34 Tetapi
Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena
langit adalah takhta Allah, 35 maupun demi bumi, karena bumi adalah
tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja
Besar; 36 janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena
engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun. 37 Jika
ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa
yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.
Peneguhan
Secara khusus Yesus menasihatkan kepada kita
supaya kita tidak bersumpah palsu: “Kamu telah mendengar pula yang
difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan
peganglah sumpahmu di depan Tuhan. Tetapi Aku berkata kepadamu, janganlah
sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah,
maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kakinya, ataupun demi Yerusalem,
karena Yerusalem adalah kota Raja Besar. Janganlah juga
engkau bersumpah demi
kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau
menghitamkan sehelai rambut pun. Jika ‘ya’, hendaklah kamu katakan ‘ya’, jika
‘tidak’, hendaklah kamu katakan ‘tidak’. Apa yang lebih dari itu berasal dari
si jahat (lih. Mat 5: 33-37).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar