Cari Blog Ini

Senin, 27 September 2021

KAUM AWAM DALAM GEREJA KATOLIK

 

KAUM AWAM DALAM GEREJA KATOLIK

Doa Pembukaan

Ya Bapa yang Mahabijaksana, Engkau telah mengangkat hamba-hamba-Mu, melalui Imamat yang suci menjadi pemimpin Gereja kami. Engkau juga memanggil semua orang kristiani, mereka yang tak tertahbis, para Awam, untuk terlibat aktif dalam karya-karya Gereja-Mu di dunia ini. Kami mohon ya Bapa, semoga dalam pertemuan ini kami dapat mengerti dan memahami pentingnya keterlibatan Kaum Awam dalam gerak-gerak Gereja. Engkau yang kami puji kini dan sepanjang masa. Amin.

 

Pemikiran Dasar

Istilah “Awam” diterjemahkan dari kata Yunani “Laikos” yang berarti bukan ahli. Dalam  kaitan dengan kehidupan agama Yahudi, kelompok “Awam” adalah anggota umat yang bukan golongan Imam atau Levit yang terkenal sebagai ahli Kitab Suci (Taurat). Kompendium Ajaran Sosial Gereja menjelaskan bahwa “ciri khas hakiki kaum  awam  beriman  yang  bekerja  di  kebun  anggur  Tuhan  (bdk.Mat  20:1-16) adalah corak sekular dari kemuridan mereka sebagai   orang   Kristen, yang justru dilaksanakan di dalam dunia”. Fakta dalam kehidupan Gereja, bagian terbesar dalam Gereja adalah Kaum Awam.  Menurut Lumen Gentium art.31, Kaum Awam adalah semua orang beriman Kristiani kecuali mereka yang termasuk golongan Imam atau berstatus religius yang diakui dalam Gereja. Jadi, kaum beriman Kristiani, berkat baptis telah menjadi anggota Tubuh Kristus, terhimpun menjadi Umat Allah. Dengan cara mereka sendiri, mereka ikut mengemban tugas Imamat, kenabian, dan rajawi Kristus. Dengan demikian, sesuai dengan kemampuannya mereka melaksanakan perutusan segenap umat Kristiani dalam Gereja dan dunia.Tugas khas Kaum Awam adalah melaksanakan dan mewujudkan kabar baik di tengah-tengah dunia, di mana kaum klerus dan biarawan-biarawati tidak dapat masuk ke dalamnya kecuali melalui Kaum Awam.

Dewasa ini, keterlibatan Kaum Awam dalam tugas mengGereja dan memasyarakat semakin aktif. Harus diakui bahwa masih ada Awam yang masih bersifat pasif, menunggu perintah dari hierarki. Namun demikian, hal itu tidak mengurangi meningkatnya partisipasi Kaum Awam dalam kegiatan kerasulan Gerejani.

Melalui pelajaran ini, para peserta didik dibimbing untuk memahami siapa yang dimaksud dengan Kaum Awam dan apa yang menjadi tugas khasnya dalam Gereja dewasa ini. Peserta didik juga dibimbing untuk memahami makna, bentuk-bentuk Kerasulan Awam serta   apa dan bagaimana hubungan antara Awam dan hierarki sebagai  partner kerja yang sederajat untuk membangun Kerajaan Allah.

 

 

Menggali Pemahaman tentang Makna Kaum Awam dalam Gereja Katolik

Menyimak Cerita

Ignatius Joseph Kasimo, Pahlawan Nasional  Indonesia

Pendiri Partai Katolik, Ignatius Joseph Kasimo dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Upacara penganugerahan gelar pahlawan nasional dilakukan di Istana Negara oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Selasa 8 November 2011  sebagai rangkaian dari perayaan hari Pahlawan 2011.

I.J. Kasimo mungkin bagi kebanyakan masyarakat Indonesia merupakan nama yang masih asing dan tidak terlalu dikenal, pun juga bagi sebagian orang Katolik. Ignatius Joseph Kasimo, anak seorang prajurit Keraton Yogyakarta yang menjadi Katolik di bawah asuhan Pater van Lith, SJ telah menjadi teladan bagaimana berpolitik semestinya dihidupi dan mengabdi kepada kepentingan rakyat.

Pernah menjadi murid Pater van Lith, S.J. di Sekolah Guru Muntilan, IJ. Kasimo muda mengabdikan diri dan karyanya di bidang pendidikan. Selain pendidikan, pernah juga I.J. Kasimo muda bekerja sebagai mandor perkebunan karet. Namun karena keberanian I.J. Kasimo membela buruh-buruh yang ditindas, I.J. Kasimo akhirnya dipindah kembali menjadi guru pertanian. Kedalamannya akan penghayatan iman katolik dalam hidup nyata di masyarakat dan bangsanya sangat dipengaruhi oleh pemahaman I.J. Kasimo tentang Ajaran Sosial Gereja. Inspirasi dari ASG yang menekankan kemerdekaan, persamaan hak dan persatuan bangsa mendorong I.J. Kasimo untuk mulai aktif di berbagai organisasi pergerakan dan politik.

Peranan I.J. Kasimo dalam perjuangan kebangsaan dimulai dari kegigihannya membela dan memperjuangkan hak-hak kemerdekaan di dalam Volksraad (Dewan Rakyat) dari tahun 1931-1943. Pidato terkenalnya di Volksraad adalah ketika dia menyerukan kemerdekaan untuk bangsa Indonesia dalam sidang Volksraad 19 Juli 1932. Bagi kalangan Katolik sendiri IJ. Kasimo dipandang sebagai “bapak politik” bagi umat Katolik Indonesia. Lewat Partai Katolik yang didirikannya I.J. Kasimo mau menggarisbawahi bahwa iman katolik adalah iman yang harusnya menggema dalam hidup bermasyarakat sehari-hari. I.J.  Kasimo  melihat  politik  sebagai  sebuah  sarana  perjuangan  yang  harus dilaksanakan dengan menjunjung kemanusiaan dan kesejahteraan masyarakat. Dan ini semua dia yakini sebagai sebuah penghayatan akan iman Katoliknya. Sebagaiseorang Katolik, I.J. Kasimo berani berdiri di persimpangan, mewartakan yang benar, dan atas keyakinan dan imannya dia berani memperjuangkan kebenaran itu.

Diangkatnya I.J. Kasimo menjadi Pahlawan Nasional seharusnyalah membuat kita umat Katolik diajak untuk kembali bercermin pada sosok I.J. Kasimo. Dewasa ini, baik para Uskup, umat dan kita semua, tidak banyak yang berdiri di “persimpangan” untuk mewartakan kebenaran. Mungkin tidak ada lagi para Uskup atau Awam yang berani bersuara lantang secara individu atas ketidakadilan  baik  yang  menimpa umat Katolik atau masyarakat pada umumnya. Bagaimana politikus Katolik? Kita patut prihatin misalnya beberapa skandal di DPR baik hukum dan keuangan yang melibatkan politisi Katolik, yang tidak berani bersuara melantangkan kebenaran.

I.J. Kasimo adalah potret bagaimana iman bersuara dan mungkin merupakan sebuah “sketsa”  Gereja  yang  bersuara.  Dia  adalah  potret  bagaimana  iman  itu menggema dalam hidup dan memberanikan diri berpijak pada “yang benar”.Semoga kita dan Gereja Katolik Indonesia tidak semakin takut kepada “yang bayar” atau malu-malu berbicara lantang tentang “yang benar”. Bila kita takut, semoga bercermin pada Ignatius Joseph Kasimo dan Yesus sendiri membuat kita berani bangkit.

Sumber:  http://www.pmkri.or.id/ dari berbagai sumber

 

Penjelasan

-                      Semangat Ajaran Sosial Gereja (ASG) yang menekankan kemerdekaan, persamaan hak dan persatuan bangsa mendorong I.J. Kasimo untuk aktif di berbagai organisasi pergerakan dan politik.

-                      Melalui Partai Katolik yang didirikannya I.J. Kasimo bersaksi bahwa iman Katolik adalah iman yang harusnya menggema dalam hidup bermasyarakat sehari-hari.

-                      I.J.  Kasimo  melihat  politik  sebagai  sebuah  sarana  perjuangan  yang  harus dilaksanakan dengan menjunjung kemanusiaan dan kesejahteraan masyarakat.

 

Menggali Makna Awam dan Kerasulan Awam dalam Ajaran Gereja Katolik

“Siapakah Kaum Awam Itu?”

Yang dimaksud dengan istilah Awam disini ialah semua orang beriman kristiani kecuali mereka yang termasuk golongan Imam atau status religius yang diakui dalam Gereja. Jadi, kaum beriman kristiani, yang berkat babtis telah menjadi anggota tubuh Kristus, terhimpun menjadi Umat Allah, dengan cara mereka sendiri ikut mengemban tugas Imamat, kenabian dan rajawi Kristus, dengan demikian sesuai dengan kemampuan mereka melaksanakan perutusan segenap Umat kristiani dalam Gereja dan di dunia. Ciri khas dan istimewa Kaum Awam yakni sifat keduniaannya. Mereka yang termasuk golongan imam, meskipun kadang-kadang memang dapat berkecimpung dalam urusan-urusan keduniaan, juga dengan mengamalkan profesi keduniaan, berdasarkan panggilan khusus dan tugas mereka terutama diperuntukkan bagi pelayanan suci. Sedangkan para religius dengan status hidup mereka memberi kesaksian  yang  cemerlang  dan  luhur,  bahwa  dunia  tidak  dapat  diubah  dan dipersembahkan kepada Allah, tanpa semangat Sabda bahagia. Berdasarkan panggilan mereka yang khas, Kaum Awam wajib mencari kerajaan Allah, dengan mengurusi hal-hal yang fana dan mengaturnya seturut kehendak Allah. Mereka hidup dalam dunia, artinya: menjalankan segala macam tugas dan pekerjaan duniawi, dan berada ditengah kenyataan biasa hidup berkeluarga dan sosial. Hidup mereka kurang lebih terjalin dengan itu semua. Di situlah mereka dipanggil oleh Allah, untuk menunaikan tugas mereka sendiri dengan dijiwai semangat Injil, dan dengan demikian ibarat ragi membawa sumbangan mereka demi pengudusan dunia bagaikan dari dalam. Begitulah mereka memancarkan iman, harapan dan cinta kasih terutama dengan kesaksian hidup mereka, serta menampakkan Kristus kepada sesama. Jadi tugas mereka yang istimewa yakni: menyinari dan mengatur semua hal-hal fana, yang erat- erat melibatkan mereka, sedemikian rupa, sehingga itu semua selalu terlaksana dan berkembang menurut kehendak Kristus, demi kemuliaan Sang Pencipta dan Penebus”. (Lumen Gentium, Art. 31)

 

Menyimak Ajaran Gereja

(Hubungan Kaum Awam dengan Hierarki)

“Dari harta kekayaan rohani Gereja Kaum Awam, seperti semua orang beriman kristiani, berhak  menerima  secara  melimpah  melalui  pelayanan  para  Gembala hierarkis, terutama bantuan sabda Allah dan sakramen-sakramen. Hendaklah para Awam  mengemukakan  kebutuhan-kebutuhan  dan  keinginan-keinginan  mereka kepada  para  Imam,  dengan  kebebasan  dan  kepercayaan,  seperti  layaknya  bagi anak-anak Allah dan saudara-saudara dalam Kristus. Sekadar ilmu pengetahuan, kompetensi dan kecakapan mereka para Awam mempunyai kesempatan, bahkan kadang-kadang juga kewajiban, untuk menyatakan pandangan mereka tentang hal-hal yang menyangkut kesejahteraan Gereja. Bila itu terjadi, hendaklah itu dijalankan melalui lembaga-lembaga yang didirikan Gereja untuk itu, dan selalu dengan jujur, tegas dan bijaksana, dengan hormat dan cinta kasih terhadap mereka, yang karena tugas suci bertindak atas nama Kristus.

Hendaklah para Awam, seperti semua orang beriman kristiani, mengikuti teladan Kristus, yang dengan ketaatan-Nya sampai mati, membuka jalan yang membahagiakan bagi semua orang, jalan kebebasan anak-anak Allah. Hendaklah mereka dengan ketaatan kristiani bersedia menerima apa yang ditetapkan oleh para Gembala hierarkis sejauh menghadirkan Kristus, sebagai guru dan pemimpin dalam Gereja. Dan janganlah mereka lupa mendoakan di hadirat Allah para pemimpin mereka, sebab para pemimpin itu berjaga karena akan memberi pertanggungjawaban atas jiwa-jiwa kita, supaya itu mereka jalankan dengan gembira tanpa keluh-kesah (lih. Ibr 13:1).

Sebaliknya hendaklah para Gembala hierarkis mengakui dan memajukan martabat serta tanggung jawab Kaum Awam dalam Gereja. Dan Hendaklah mereka diberi kebebasan dan keleluasaan untuk bertindak; bahkan mereka pantas diberi hati, supaya secara spontan memulai kegiatan-kegiatan juga. Hendaklah para Gembala dengan kasih kebapaan, penuh perhatian dalam Kristus, mempertimbangkan prakarsa-prakarsa , usul-usul serta keinginan-keinginan yang diajukan oleh Kaum Awam. Hendaklah para Gembala dengan saksama mengakui kebebasan sewajarnya, yang ada pada semua warga masyarakat duniawi.

Dari pergaulan persaudaraan antara Kaum Awam dan para Gembala itu boleh diharapkan banyak manfaat bagi Gereja. Dengan demikian para Awam diteguhkan kesadaran bertanggung jawab dan ditingkatkan semangat. Lagi pula tenaga Kaum Awam lebih mudah digabungkan dengan karya para Gembala. Sebaliknya, dibantu oleh pengalaman para Awam, para Gembala dapat mengadakan penegasan yang lebih jelas dan tepat dalam perkara-perkara rohani maupun jasmani. Dengan demikian seluruh Gereja, dikukuhkan oleh semua anggotanya akan menunaikan secara lebih tepat perutusannya demi kehidupan dunia. (Lumen Gentium artikel 37)

 

Penjelasan

Pengertian Awam

Yang dimaksud dengan kaum Awam adalah semua orang beriman Kristiani yang tidak termasuk golongan yang menerima tahbisan suci dan status kebiarawanan yang diakui dalam Gereja (lih. LG 31). Definisi Awam dalam praktik dan dalam dokumen-dokumen Gereja ternyata mempunyai dua macam:

-                      Definisi teologis: Awam adalah warga Gereja yang tidak ditahbiskan. Jadi, Awam meliputi Biarawan/Biarawati seperti Suster dan Bruder yang tidak menerima tahbisan suci.

-                      Definisi tipologis: Awam adalah warga Gereja yang tidak ditahbiskan dan juga bukan Biarawan/Biarawati. Maka dari itu Awam tidak mencakup para Suster dan Bruder. Definisi ini dikutip dari Lumen Gentium yang rupanya menggunakan definisi tipologis. Dan untuk selanjutnya istilah “Awam” yang digunakan adalah sesuai dengan pengertian tipologis di atas.

 

Hubungan Awam dan Hierarki sebagai Partner Kerja

Sesuai dengan ajaran Konsili Vatikan II, rohaniwan (hierarki) dan Awam memiliki martabat  yang  sama,  hanya  berbeda  fungsi.  Semua  fungsi  sama  luhurnya,  asal dilaksanakan dengan motivasi yang baik, demi Kerajaan Allah.

 

Peranan Awam

Peranan Awam sering diistilahkan sebagai Kerasulan Awam yang tugasnya dibedakan sebagai  Kerasulan  internal  dan  eksternal.  Kerasulan  internal  atau  kerasulan  “di dalam Gereja” adalah Kerasulan membangun jemaat. Kerasulan ini lebih diperani oleh jajaran hierarkis, walaupun Awam dituntut juga untuk mengambil bagian di dalamnya. Kerasulan eksternal atau kerasulan “dalam tata dunia” lebih diperani oleh para Awam. Namun harus disadari bahwa kerasulan dalam Gereja bermuara pula ke dunia. Gereja tidak hadir di dunia ini untuk dirinya sendiri, tetapi untuk dunia. Gereja hadir untuk membangun Kerajaan Allah di dunia ini

 

1.       Kerasulan dalam Tata Dunia (eksternal)

Berdasarkan panggilan khasnya, Awam bertugas mencari Kerajaan Allah dengan mengusahakan hal-hal duniawi dan mengaturnya sesuai dengan kehendak Allah. Mereka hidup dalam dunia, yakni dalam semua dan tiap jabatan serta kegiatan dunia. Mereka dipanggil Allah menjalankan tugas khasnya dan dibimbing oleh semangat Injil. Mereka dapat menguduskan dunia dari dalam laksana ragi (lih. LG 31). Kaum Awam dapat menjalankan Kerasulannya dengan kegiatan penginjilan dan pengudusan manusia serta meresapkan dan memantapkan semangat Injil ke dalam “tata dunia” sedemikian rupa sehingga kegiatan mereka sungguh-sungguh memberikan kesaksian tentang karya Kristus dan melayani keselamatan manusia.

Dengan kata lain “tata dunia” adalah medan bakti khas kaum Awam. Hidup keluarga dan masyarakat yang bergumul dalam bidang-bidang ipoleksosbudhamkamnas hendaknya menjadi medan bakti mereka.

Sampai sekarang ini, masih banyak di antara kita yang melihat Kerasulan dalam tata dunia bukan sebagai kegiatan Kerasulan. Mereka menyangka bahwa Kerasulan hanya berurusan dengan hal-hal rohani yang sakral, kudus, serba keagamaan, dan yang menyangkut kegiatan-kegiatan dalam lingkup Gereja.

Dengan paham Gereja sebagai “Tanda dan Sarana Keselamatan Dunia” yang dimunculkan oleh Gaudium et Spes, di mana otonomi dunia dan sifatnya yang sekuler diakui, maka dunia dan lingkungannya mulai diterima sebagai partner dialog dapat saling memperkaya diri. Orang mulai menyadari bahwa menjalankan tugas-tugas duniawi tidak hanya berdasarkan alasan kewargaan dalam masyarakat atau negara saja, tetapi juga karena dorongan iman dan tugas Kerasulan kita, asalkan dengan motivasi yang baik. Iman tidak hanya menghubungkan kita dengan Tuhan, tetapi sekaligus juga menghubungkan dengan sesama kita di dunia ini.

 

2.       Kerasulan dalam Gereja (internal)

Karena Gereja itu Umat Allah, Gereja harus sungguh-sungguh menjadi Umat Allah.Ia hendaknya mengkonsolidasi diri untuk benar-benar menjadi Umat Allah. Ini adalah tugas membangun Gereja. Tugas ini dapat disebut Kerasulan internal. Tugas ini pada dasarnya dipercayakan kepada golongan hierarkis (kerasulan hierarkis), tetapi Awam dituntut pula untuk ambil bagian di dalamnya. Keterlibatan Awam dalam tugas membangun Gereja ini bukanlah karena menjadi perpanjangan tangan dari hierarki atau ditugaskan hierarki, karena pembabtisan ia mendapat tugas itu dari Kristus. Awam hendaknya berpartisipasi dalam tri tugas Gereja.

1)      Dalam tugas nabiah (pewarta sabda), seorang Awam dapat mengajar agama, sebagai katekis, memimpin kegiatan pendalaman Kitab Suci atau pendalaman iman, dsb

2)      Dalam tugas Imamiah (menguduskan), seorang Awam dapat:

a)    memimpin doa dalam pertemuan umat;

b)    memimpin koor/paduan suara atau nyanyian dalam ibadah;

c)     membagi komuni sebagi prodiakon; dan

d)    menjadi pelayan Altar, dsb

3)      Dalam tugas rajawi, memimpin, atau melayani, seorang Awam dapat:

a)    menjadi anggota dewan paroki,

b)    menjadi ketua seksi, ketua lingkungan atau wilayah, dan sebagainya.

 

3.       Hubungan antara Awam dan hierarki, perlu memerhatikan  hal-hal berikut ini.

a)      Gereja sebagai Umat Allah

Keyakinan bahwa semua anggota warga Gereja memiliki martabat yang sama, hanya berbeda fungsi dapat menjamin hubungan yang wajar antara semua komponen Gereja.

Tidak boleh ada klaim bahwa komponen-komponen tertentu lebih bermartabat dalam Gereja Kristus dan menyepelekan komponen yang lainnya. Keyakinan ini harus diimplementasikan secara konsekuen dalam hidup dan karya semua anggota Gereja.

b)      Setiap Komponen Gereja memiliki Fungsi yang khas

Setiap  komponen  Gereja  memiliki  fungsi  yang  khas.  Hierarki  yang  bertugas memimpin (melayani) dan mempersatukan Umat Allah. Biarawan/biarawati dengan kaul-kaulnya mengarahkan umat Allah pada dunia yang akan datang (eskatologis). Para awam  bertugas  merasul  dalam  tata  dunia.  Mereka menjadi Rasul dalam keluarga-keluarga dan dalam masyarakat di bidang ipoleksosobudhamkamnas. Jika setiap komponen Gereja menjalankan fungsinya masing-masing dengan baik, maka adanya kerja sama yang baik pasti terjamin.

c)       Kerja sama

Walaupun  tiap  komponen  memiliki  fungsinya  masing-masing,  namun  untuk bidang-bidang tertentu, terlebih dalam kerasulan internal yaitu membangun hidup meng-Gereja, masih dibutuhkan partisipasi dan kerja sama dari semua komponen. Dalam  hal  ini  hendaknya  hierarki  tampil  sebagai pelayan yang memimpin dan mempersatukan. Pimpinan tertahbis, yaitu dewan Diakon, dewan Presbyter, dan dewan Uskup tidak berfungsi untuk mengumpulkan kekuasaan ke dalam tangan mereka,  tetapi  untuk  menyatukan  rupa-rupa  tipe,  jenis,  dan  fungsi  pelayanan (kharisma) yang ada. Hierarki   berperan   untuk   memelihara   keseimbangan   dan   persaudaraan   di antara sekian  banyak  tugas  pelayanan.  Para pemimpin  tertahbis  memperhatikan serta memelihara keseluruhan visi, misi, dan reksa pastoral. Karena itu, tidak mengherankan bahwa di antara mereka termasuk dalam dewan hierarki ini ada yang bertanggung jawab untuk memelihara ajaran yang benar dan memimpin perayaan sakramen-sakramen.

 

Doa Penutup

Tuhan Yesus, terima  kasih  kami  sampaikan  kepada-Mu,  karena  Engkau  telah  berkenan  hadir dan menyertai pembicaraan kami dalam pembelajaran ini. Ya Tuhan kami mohon, buatlah agar para pemimpin Gereja kami dengan seluruh Umat Allah sehati dan sejiwa dalam membangun Gereja. Semangati juga diri kami, agar dapat terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan Gereja. Amin.

 

 

 

Pertanyaan panduan

1.       Definisi awam dalam praktek dan dalam dokumen-dokumen resmi Gereja dapat dibedakan dalam 2 macam. Jelaskan!

2.       Tugas kerasulan kaum awam memiliki 2 (dua) dimensi yang berbeda, yakni kerasulan internal dan kerasulan eksternal. Jelaskan masing-masing!

3.       Sebutkan apa saja yang termasuk dalam tri-tugas Gereja dan bagaimana kaum awam berpartisipasi dalam tiga tugas tersebut!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar