GEREJA YANG MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA (KERYGMA)
Doa Pembuka
Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh
Kudus. Amin.
Ya Allah yang Mahakuasa, kami
bersyukur ke hadapan-Mu atas berkat-Mu yang berlimpah. Yesus telah mengutus
para murid-Nya dengan berkata “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka
melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu”. Perintah Yesus ini
juga merupakan perintah kepada kami sebagai murid-murid Yesus.
Ya Bapa, melalui pembelajaran ini
ajarilah kami agar bijaksana dan memiliki hati yang sanggup mencintai,
berbakti, terlibat dalam karya pewartaan Gereja-Mu. Karena Kristus Tuhan dan
pengantara kami. Amin.
Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh
Kudus. Amin.
Langkah pertama: menggali pemahaman tentang hierarki
1. Apersepsi
Guru
mengawali kegiatan pembelajaran dengan berdialog bersama peserta didik dengan
mengajak mereka mengingat kembali tema pembelajaran sebelumnya tentang tugas
karya Gereja yang menguduskan (liturgia) dan penugasan yang diberikan.
Misalnya, adakah kesulitan atau hambatan dalam melaksanakan tugas Gereja yang
menguduskan (liturgia) dalam hidupnya sehari-hari di rumah, dan lingkungan gerejanya.
Selanjutnya
guru menyampaikan materi pembelajaran saat ini yaitu tentang tugas Gereja yaitu
mewartakan kabar gembira (kerygma). Berkaitan dengan materi pembelajaran ini,
guru dapat memotivasi belajar peserta didik dengan pertanyaan, misalnya apa
makna tugas Gereja yaitu mewartakan Kabar Gembira (kerygma), dan apa bentuk
perwujudan tugas pewartaan itu dalam hidup sehari- hari? Untuk memahami hal
itu, marilah kita memulai pembelajaran dengan menyimak sebuah kisah berikut
ini.
2. Kisah
Kehidupan
a. Membaca/menyimak
kisah kehidupan
Peserta
didik membaca dan menyimak kisah kehidupan berikut ini.
Menyebarkan Benih Sabda
Ketika
seseorang menyebarkan benih sabda, dia tidak tahu apa yang sedang dilakukannya
atau apa dampak benih tersebut. H.L. Gee menceritakan hal ini.
Di
gereja tempat dia berdoa, ada seorang bapak tua yang kesepian, namanya Thomas.
Dia hidup lebih lama dari sahabat-sahabatnya dan hampir tak ada seorang pun
yang mengenalinya. Ketika Thomas meninggal, Gee merasa bahwa tak akan ada
seorang pun yang akan menghadiri pemakaman Thomas. Sehingga dia memutuskan
untuk pergi dan dengan demikian akan ada seorang yang akan mengantarkan orang
tua itu ke peristirahatannya yang terakhir.
Tak
ada orang lain dan hari itu hujan turun dengan lebatnya. Ketika peti mati
sampai di pemakaman, di pintu masuk berdirilah seorang tentara sedang menunggu.
Dia adalah seorang perwira. Tentara itu datang ke tempat itu untuk menghadiri
pemakaman. Ketika upacara selesai, tentara melangkah ke depan dan di hadapan
makam yang masih terbuka itu, dia mengangkat tangannya untuk memberi hormat
yang selayaknya diberikan pada seorang raja. H. L. Gee berjalan pergi bersama
tentara ini dan ketika dia berjalan, angin yang bertiup menyingkapkan pangkat
tentara itu. Ternyata dia adalah seorang Brigadir Jenderal.
Brigadir
Jenderal itu berkata kepada Gee, “Mungkin kamu heran mengapa saya berada di
sini. Beberapa tahun yang lalu, Thomas menjadi guru Sekolah Minggu, saya
sungguh nakal dan merepotkannya. Dia tidak pernah mengetahui hasil pengajarannya
tapi saya sangat berhutang kepadanya, dan hari ini saya harus datang untuk
memberikan penghormatan akhir kepadanya. Thomas tidak tahu apa yang telah
dilakukannya. Tak ada seorang pewarta pun yang akan mengetahuinya. Tugas kita
adalah menyebarkan benih dan setelah itu kita serahkan semuanya pada Tuhan.
Sumber:
Frank Mihalic, SVD, 1500 Cerita Bermakna, Jilid 2, Obor, Jakarta, 2014
b. Pendalaman
Setelah membaca/menyimak kisah
kehidupan, peserta didik
diajak untuk berdialog dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
1) Apa
yang diceritakan dalam kisah itu?
2) Apa
yang dilakukan tentara itu?
3) Mengapa
tentara melakukan hal itu?
4) Pesan
apa yang kalian dapatkan dari cerita itu untuk hidup kalian sendiri?
Setelah
mendengar jawaban peserta didik, guru memberikan penjelasan sebagai peneguhan
bahwa seorang pewarta atau guru agama di Sekolah Minggu seperti Thomas
melaksanakan tugasnya dengan sepenuh hati, menghadapi dengan penuh kesabaran
anak bandel yang kemudian hari menjadi tentara berpangkat brigadir jenderal datang
memberi hormat kepada sang guru yang dianggapnya berjasa dalam perjalanan
hidupnya.
Langkah kedua: menggali ajaran Kitab Suci dan ajaran Gereja
tentang pewartaan
1. Membaca/menyimak
artikel
Guru
mengajak peserta didik untuk membaca dan menyimak artikel berikut ini.
Evangelisasi Orang Muda Katolik
Sudah
tidak dapat dipungkiri lagi, dunia kini digoncangkan oleh sorak-sorai orang
muda Katolik di bukit Corcovado (Rio De Janairo). Tema World Youth Day 2013 (23–28
Juli 2013) kali ini yaitu memanggil orang-orang muda Katolik sedunia untuk
menerima panggilan misi, hidup sebagai saksi Kristus yang bangkit. “Pergilah
dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku.” (Mat. 28:19). Dari kutipan ini kita
diajak untuk menjadi Missionaris bagi setiap orang yang membutuhkan kasih
Tuhan. Seringkali kita berpikir sebagai orang muda Katolik, 'aku masih terlalu
muda' seperti yang dikatakan oleh Nabi Yesaya. Allah tidak memandang orang dari
umur, rupa dan jenis kelamin. Kita telah dibaptis di dalam nama Kristus dan
telah dicurahi rahmat penguatan dan pendewasaan iman di dalam sakramen Krisma.
Kita
mempunyai tanggung jawab besar untuk berani mewartakan iman Katolik. Iman
kebenaran bagi dunia yang penuh kegelapan. Banyak anak muda zaman kini yang
hidupnya dilanda budaya dan isme-isme yang berdampak buruk bagi hidupnya,
sebagai contoh budaya hedonisme, konsumerisme, relativisme, masa bodoh dengan
agamanya sendiri. Dan sekarang adalah waktunya dimana kita semua sebagai orang
muda Katolik mampu melawan arus buruk tersebut dengan mengejar kekudusan hidup.
Kita
bisa melihat riwayat hidup santo-santa yang umurnya masih belia, sebagai contoh
Santo Dominikus Savio. Santo Dominikus Savio adalah seorang anak muda yang
masih belia namun begitu mencintai kekudusan, ia adalah murid dari Santo
Yohanes Bosco, kini apabila kita semua membaca dengan lubuk hati yang terdalam
maka kita akan merasa 'ditampar’ oleh kekudusan yang dimiliki oleh Santo
Dominikus dan tentu akan merasa malu besar akan kehidupan yang diharumi oleh
harum kekudusan.
Sungguh
di zaman sekarang, kita harus sadar bahwa kita telah menerima berkat luar biasa
dari Konsili Vatikan II dimana setiap orang yang telah dibaptis mempunyai
kewajiban untuk mewartakan imannya, dan tentu mewartakan Injil bukan hanya
tugas para kaum klerus. Namun kita semua! Yang percaya bahwa Kristus telah
wafat dan bangkit dari alam maut, yang telah mendirikan Gereja- Nya sendiri di
atas Sang Petrus.
Kita
tentu mengenal Rasul Paulus yang merupakan seorang pendosa yang bertobat dan
menjadi pewarta iman yang begitu bersemangat mewartakan sabda Kristus. Dia
dijebloskan ke dalam penjara, digiring ke pengadilan, diancam dengan hukuman
mati. Namun ia sama sekali tidak gentar menghadapi semua itu, ia mewartakan
Sabda Kristus sebagai bentuk ungkapan rasa cintanya akan Tuhan. Perjumpaannya
dengan Tuhan dalam perjalanannya ke Damsyik, mengubah ia yang dulunya sebagai
seorang pembunuh bayaran untuk membunuh murid-murid Kristus, menjadi seorang
manusia baru. Semangat Rasul Paulus untuk mewartakan Kristus, dapat menjadi
inspirasi bagi kita semua untuk juga melakukan tugas pewartaan.
Tugas
pewartaan yang dulu dilakukan oleh Rasul Paulus dengan berjalan kaki,
menjelajahi samudra luas, mengalami penghinaan dan penderitaan, sampai akhirnya
menyerahkan nyawa demi Kristus yang tersalib, kini menjadi tugas yang harus
kita emban bersama. Hanya jaman sekarang dan keadaannya berbeda. Dengan
kehidupan yang diwarnai dengan informasi digital, cyber space, maka tugas
mewartakan Kristus menjadi lebih mudah bagi kita. Kita dapat melakukan semuanya
dari rumah, asal terhubung dengan kabel internet.
Berikut
ini adalah beberapa prinsip ajaran Rasul Paulus yang mungkin dapat kita jadikan
sebagai patokan dasar pewartaan kita yang diambil dari katolisitas. org.
1) Beritakanlah
Injil! “Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.” (1Kor. 9:16) Rasul
Paulus mempunyai kecintaan yang besar kepada Injil. Maka pewartaannya tentang
Kristus juga merupakan pewartaan akan segala pengajaran dan perintah Kristus
dalam Injil. Semangat Rasul Paulus ini harus mendorong kita untuk juga semakin
bersemangat untuk membaca Kitab Suci, merenungkannya dan melaksanakannya;
supaya Injil menjadi sungguh hidup di dalam keseharian kita. Dengan kata lain,
Injil yang kita imani itu menentukan sikap hidup, pikiran dan tutur kata kita;
inilah sesungguhnya bentuk pewartaan yang sesuai dengan yang diajarkan oleh
Rasul Paulus (Flp. 1:27). Selanjutnya Injil inilah yang harus kita wartakan
dalam tugas kerasulan kita sebagai katekis.
2) Berpegang
pada pilar kebenaran: Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja - “Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah
pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari
kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis”. (2Tes. 2:15). Rasul Paulus mengajarkan kepada
kita agar berpegang kepada ajaran-ajaran para rasul, baik yang disampaikan
secara lisan–yaitu Tradisi Suci– maupun yang tertulis–yaitu Kitab Suci. Dengan
demikian, jika kita mengikuti jejak Rasul Paulus dalam pewartaan Sabda Tuhan,
selain kita menyampaikan ajaran yang tertulis dalam Kitab Suci, kita harus juga
menyampaikan ajaran Tradisi Suci yaitu pengajaran dari para Bapa Gereja dan
Magisterium, yang walaupun tidak termasuk di dalam Kitab Suci namun berasal
dari sumber yang sama–yaitu dari Kristus, para rasul dan para penerus mereka–
sehingga baik Kitab Suci maupun Tradisi Suci perlu mendapat penghormatan yang
sama. Di samping sumber Kitab Suci dan Tradisi Suci, Rasul Paulus juga
mengajarkan untuk “Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana
orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat (ekklesia = Gereja) dari
Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran”. (1Tim. 3:15) Dari sini
kita tahu, bahwa Rasul Paulus sangat menghargai Gereja. Dan penghargaan dan
ketaatan Rasul Paulus akan keputusan Gereja diwujudkan dengan mentaati segala
sesuatu yang diputuskan dalam Konsili Yerusalem I.
3) Memberitakan
Kristus: kebangkitan-Nya tak terlepas dari kurban salib-Nya. “Sebab aku telah
memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus,
yaitu Dia yang disalibkan.” (1Kor. 2:2). Rasul Paulus mengajarkan kepada kita
agar tidak ragu untuk mewartakan Kristus yang disalibkan, sebab kebangkitan-Nya
tidak pernah terlepas dari sengsara dan wafat-Nya di kayu salib. Maka sebagai
umat kristiani, seharusnya kita tidak menekankan hanya pada hal kebangkitan
Kristus dan mengabaikan sengsara dan wafat-Nya, sebab tidak ada hari Minggu
Paskah tanpa hari Jumat Agung. Sebenarnya tantangan pewartaan Rasul Paulus
kepada kaum Yahudi dan kepada kaum Yunani pada jamannya juga masih relevan saat
ini. Sebab pewartaan Yesus yang disalibkan itu memang menjadi batu sandungan
bagi banyak orang, dan sering dianggap sebagai kebodohan bagi kaum cendekiawan
dunia. Namun bagi kita yang percaya, Kristus yang disalibkan merupakan kekuatan
dan hikmat Allah (lih. 1Kor. 1:23).
4) Menjangkau semua
orang, karena Allah
menghendaki semua orang diselamatkan. “[Allah] menghendaki
semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan
kebenaran.” (1Tim. 2:4) Pesan pewartaan
berikutnya yang perlu disampaikan
sehubungan dengan Kristus
yang disalibkan adalah: melalui
kurban salib-Nya itu, Allah menghendaki agar semua orang diselamatkan dan
memperoleh pengetahuan akan kebenaran. Jadi pesan ini jugalah yang harus kita
sampaikan saat kita mewartakan Kristus.
5) Pewartaan
iman, pengharapan dan kasih, di dalam Kristus. “Sebab karena kasih karunia kamu
diselamatkan oleh iman…. ” (Ef. 2:8)…. “yang bekerja oleh kasih” (Gal. 5:6) …
karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua
manusia, (1Tim. 4:10) “[karena] kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup
bagi Allah dalam Kristus Yesus.” (Rom. 6:11). Pewartaan Kristus yang tersalib
itu adalah pewartaan kebenaran akan kasih karunia Allah kepada kita manusia,
dan dengan mengimaninya dan mewujudkan iman itu di dalam perbuatan kasih, kita
diselamatkan. Pewartaan akan pentingnya iman yang tak terpisahkan dari kasih
ini menjadi salah satu inti pengajaran Rasul Paulus. Walaupun sebelum bertobat ia
berlatar belakang Farisi
yang sangat taat
kepada hukum Taurat, namun setelah perjumpaannya dengan Kristus, Rasul
Paulus mengetahui bahwa manusia diselamatkan bukan dari melakukan hukum Taurat
tetapi karena kasih karunia Allah yang mengubah seseorang sehingga ia
memperoleh hidup yang baru di dalam Kristus. Apalagi yang kita tunggu?
Gunakanlah segala-galanya untuk mewartakan kasih, Sabda dan Kurban Kristus bagi
setiap orang. Pergilah dan jadilah saksi sukacita perjumpaan dengan Kristus
yang bangkit. Dominus illuminatio mea!
Sumber:
katolisitas-indonesia.blogspot.com (2013)
2. Pendalaman
Peserta
didik dalam kelompok mendalami artikel dengan pertanyaan-pertanyaan berikut
ini.
1) Apa
makna sabda Yesus ini, “Pergilah dan jadikanlah semua bangsa murid- Ku....”
(Mat. 28:19)?
2) Apa
makna pesan ini ajaran Rasul Paulus ini, “Celakalah aku, jika aku tidak
memberitakan Injil.” (1Kor. 9:16)?
3) Apa makna
ajaran Rasul Paulus
ini, “Sebab itu, berdirilah
teguh dan berpeganglah pada
ajaran-ajaran yang kamu terima dari
kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.” (2Tes. 2:15)?
4) Apa
makna ajaran rasul Paulus ini, “Sebab
aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus
Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.” (1Kor. 2:2)?
5) Apa
makna pesan ini, “[Allah] menghendaki semua orang diselamatkan dan memperoleh
pengetahuan akan kebenaran.” (1Tim. 2:4)?
6) Apa
makna pesan-pesan dalam ayat-ayat Kitab Suci ini, “Sebab karena kasih karunia
kamu diselamatkan oleh iman…. ” (Ef. 2:8)…. “yang bekerja oleh kasih” (Gal.
5:6) …karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juru
Selamat semua manusia, (1Tim. 4:10) “[karena] kamu telah mati bagi dosa, tetapi
kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.” (Rom. 6:11)?
7) Jelaskan
mengapa kita semua orang Katolik tanpa kecuali harus menjadi pewarta Injil atau
kabar baik dalam hidup sehari-hari!
3. Melaporkan
hasil diskusi
Peserta
didik melaporkan hasil diskusi kelompok masing-masing, dan peserta lain dapat
menanggapi dengan pertanyaan atau mengkritisinya.
4. Penjelasan
Setelah
mendengar laporan hasil diskusi kelompok, guru memberikan penjelasan sebagai
peneguhan.
1) Perintah
resmi Kristus untuk mewartakan kebenaran yang menyelamatkan itu oleh Gereja
diterima dari para Rasul, dan harus
dilaksanakan sampai ujung bumi (lih. Kis. 1:8). Maka Gereja mengambil
alih sabda Rasul: “Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil!” (1Kor.
9:16). Maka dari itu Gereja terus-menerus mengutus para pewarta, sampai
Gereja-Gereja baru terbentuk sepenuhnya, dan mereka sendiri pun melanjutkan
karya pewartaan Injil...” (LG, 17).
2) Dalam
mewartakan sabda Allah, kita dapat mewartakannya secara verbal melalui
kata-kata (kerygma), tetapi juga dengan tindakan nyata.
3) Pewartaan
verbal pada dasarnya merupakan tugas hierarki, tetapi para awam diharapkan
untuk berpartisipasi dalam tugas ini, misalnya sebagai katekis, guru agama,
fasilitator pendalaman Kitab Suci, guru atau pendamping bina iman anak di
paroki atau stasi, dan sebagainya.
4) Kita
mempunyai tanggung jawab besar untuk
berani mewartakan Iman Katolik. Iman kebenaran bagi dunia yang
penuh kegelapan. Banyak anak muda zaman kini yang hidupnya dilanda budaya dan
isme-isme yang berdampak buruk bagi hidupnya, sebagai contoh budaya hedonisme,
konsumerisme, relativisme, masa bodoh dengan agamanya sendiri. Dan sekarang
adalah waktunya dimana kita semua sebagai orang muda Katolik mampu melawan arus
buruk tersebut dengan mengejar kekudusan hidup.
Langkah ketiga: menghayati tugas pewartaan Gereja dalam hidup
1. Refleksi
Peserta
didik membuat refleksi dengan membuat renungan singkat dari perikop Kitab Suci
yang menjadi inspirasi hidupnya sebagai seorang pewarta dalam hidupnya
sehari-hari.
2. Aksi
Peserta
didik membacakan/membawakan hasil renungan singkat yang sudah dibuat dalam doa
bersama di keluarga dan melaporkan hasilnya dalam buku catatan dan
ditandatangani orang tua.
Doa Penutup
Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh
Kudus. Amin.
Ya Allah yang Mahabijaksana,
pujian dan syukur, kami haturkan kepada-Mu atas rahmat penyertaan-Mu dalam
pertemuan ini. Kami bersyukur, ya Tuhan karena ajaran kasih-Mu bagi kami,
terlebih karena karya pewartaan kabar sukacita-Mu dalam karya pewartaan Gereja
yang hidup. Semoga kami mau dan mampu diutus untuk membawa kabar sukacita bagi
sesama demi Kristus Tuhan dan Juru Selamat kami. Amin.
Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh
Kudus. Amin.
Rangkuman
1. Setiap orang
Katolik yang telah
dibaptis mempunyai tugas
untuk melaksanakan pewartaan Injil atau kerygma. Tugas itu dilaksanakan
dengan cara mendengarkan, menghayati, melaksanakan dan mewartakan sabda Allah.
2. Pewartaan
(kerygma) berarti ikut serta membawa Kabar Gembira bahwa Allah telah
menyelamatkan dan menebus manusia dari dosa melalui Yesus Kristus, Putera-Nya.
Bidang karya ini diharapkan dapat membantu umat Allah untuk mendalami kebenaran
firman Allah, menumbuhkan semangat menghayati hidup berdasarkan semangat Injil,
dan mengusahakan pengenalan yang semakin mendalam akan pokok iman kristiani
supaya tidak mudah goyah dan tetap setia.
3. Beberapa
karya yang masuk dalam bidang ini, misalnya pendalaman iman, katekese para
calon baptis, dan persiapan penerimaan sakramen-sakramen lainnya. Termasuk
dalam kerygma ini adalah pendalaman iman lebih lanjut bagi orang yang sudah
Katolik lewat kegiatan-kegiatan katekese.
4. Dalam
mewartakan sabda Allah, kita dapat mewartakannya, baik secara verbal melalui
kata-kata (kerygma) maupun dengan tindakan nyata terhadap sesama.
5. Kita mempunyai
tanggung jawab besar
untuk berani mewartakan
iman Katolik. Iman kebenaran bagi dunia yang penuh kegelapan. Banyak
anak muda zaman kini yang hidupnya dilanda budaya dan isme-isme yang berdampak
buruk bagi hidupnya, sebagai contoh budaya hedonisme, konsumerisme,
relativisme, masa bodoh dengan agamanya sendiri. Dan sekarang adalah waktunya
dimana kita semua sebagai orang muda Katolik mampu melawan arus buruk tersebut
dengan mengejar kekudusan hidup.