Cari Blog Ini

Minggu, 19 Januari 2025

AJARAN SOSIAL GEREJA

AJARAN SOSIAL GEREJA

 

Tujuan Pembelajaran

Peserta didik mampu memahami ajaran sosial Gereja, dan dapat mewujud- kannya dalam hidup sehari-hari di tengah masyarakat.

 

Gagasan Pokok

Ajaran sosial Gereja merupakan bentuk keprihatinan Gereja terhadap dunia dan umat manusia dalam wujud dokumen yang perlu disosialisasikan. Karena masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia beragama bervariasi, dan ini dipengaruhi oleh semangat dan kebutuhan zaman, maka tanggapan Gereja juga bervariasi sesuai dengan isu sosial yang muncul.

Ajaran sosial Gereja yang dikembangkan sejak abad XIX merupakan bagian integral dari seluruh pandangan hidup kristiani. Ensiklik Rerum Novarum (1891) mengembangkan ajaran sosial klasik yang berkisar pada masalah-masalah keadilan untuk kaum buruh upahan. Selanjutnya sejak Ensiklik Mater et Magistra (1961), Gaudium et Spes (1965), dan Populorum Progressio (1971) dimunculkan tekanan baru pada segi pastoral dan praksis, dimensi internasional dan masalah hak-hak asasi manusia. Ajaran sosial Gereja menolak pandangan yang salah tentang masyarakat, yaitu ajaran kapitalisme liberal dan komunisme total. Ajaran sosial Gereja memusatkan perhatian pada penekanan nilai-nilai dasar kehidupan bersama. Titik tolaknya adalah pengertian manusia sebagai makhluk berpribadi dan sekaligus makhluk sosial. Di satu pihak, manusia membutuhkan masyarakat dan hanya dapat berkembang di dalamnya.

Di lain pihak, masyarakat yang sungguh manusiawi mustahil terwujud tanpa individu-individu yang berkepribadian kuat, baik, dan penuh tanggung jawab. Masyarakat sehat dicirikan oleh adanya pengakuan terhadap martabat pribadi manusia, kesejahteraan bersama, solidaritas.

Melalui pembelajaran ini peserta didik dibimbing untuk memahami ajaran sosial Gereja dan mampu menghayati dan mengamalkan dalam hidupnya di tengah masyarakat.

 

Doa Pembuka

Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Amin.

Allah Bapa yang penuh kasih, Yesus Kristus telah mengutus kami untuk menjadi Gereja yang hidup di tengah-tengah dunia ini.

Bersama-Mu, jadikanlah kami insan yang mampu terbuka,

dan mengulurkan tangan untuk membangun dunia yang ada di sekitar kami. Melalui pembelajaran ini mampukanlah kami untuk semakin memahami permasalahan yang sedang dihadapi dunia pada saat ini

sehingga sebagai anggota Gereja, kami pun dapat ikut menjaga ketenteraman sesuai kehendak-Mu.

Demi Yesus Kristus, Tuhan, dan Juru Selamat kami. Amin.

Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Amin.

 

 

Langkah Pertama: Menggali Pengalaman Hidup

1.    Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan berdialog bersama peserta didik dan mengajak mereka mengingat kembali tema pembelajaran sebelumnya tentang hubungan Gereja dan dunia dan penugasan yang diberikan. Guru menanyakan, misalnya adakah kesulitan atau hambatan dalam melaksanakan tugas terakhir yang diberikan yaitu mewujudkan hubungan Gereja dan dunia dalam hidupmu sehari-hari.

2.    Selanjutnya guru menyampaikan materi pembelajaran saat ini yaitu tentang makna ajaran sosial Gereja. Berkaitan dengan materi pembelajaran ini, guru dapat memotivasi belajar peserta didik dengan pertanyaan, misalnya: Apa makna ajaran sosial Gereja? Siapa yang mengeluarkan ajaran sosial Gereja? Dan bagaimana pelaksanaan ajaran sosial Gereja itu? Untuk itu marilah kita memulai pembelajaran dengan menyimak artikel berita berikut ini.

 

3.    Peserta didik membaca dan menyimak artikel berikut ini.

Kecaman Paus Fransiskus atas “Perbudakan” di Banglades

Sebagaimana dilansir media pada akhir April lalu, tepatnya Rabu (24/4/2013), sebuah pabrik garmen berlantai delapan, Rana Plaza, di Dhaka, Banglades terbakar dan runtuh, sehingga memakan 400 korban jiwa. Uniknya, pemakaman massal para korban justru dilakukan pemerintah Banglades bertepatan dengan perayaan May Day. Para buruh pun tidak melakukan aksi di jalanan kota, tetapi berkumpul di sekitar tempat pemakaman.

Tragedi kemanusiaan ini cukup menyita perhatian internasional, sehingga Uni Eropa (UE) yang selama ini menjadi mitra dagang utama Banglades, khususnya untuk tekstil dan produk tekstil (TPT) berniat mengkaji kembali model kemitraannya dengan pemerintah Banglades. Hal ini disampaikan oleh Perwakilan Kebijakan Luar Negeri UE Catherine Ashton dan Komisioner Perdagangan UE Karel de Gucht di Brussels, Belgia. Model kemitraan yang membuat Banglades menikmati privilese dalam hal bebas bea masuk, bebas kuota ke pasar UE akan ditinjau kembali.

Paus Fransiskus pun bereaksi keras ketika mengetahui tragedi ini. Dalam homilinya pada Misa untuk merayakan Hari Buruh di Wisma Santa Marta Vatikan, Paus Fransiskus mengucapkan empatinya yang mendalam terhadap buruh yang menjadi korban dan kelurga. Secara tegas juga Paus mengecam buruknya kondisi kerja buruh yang terjebak dalam reruntuhan tersebut yang disebutnya sebagai bentuk "perbudakan" jenis baru di zaman modern. Mengapa? Karena omzet perusahan tekstil yang produknya dipasarkan ke Eropa tersebut tidak sebanding dengan gaji para buruh. Para buruh yang terjebak di dalam reruntuhan bangunan digaji 38 euro atau Rp490.000 per bulan. "Hari ini di dunia, praktik perbudakan sedang dilakukan menentang sesuatu yang indah yang telah diberikan Tuhan pada kita, yaitu kemampuan untuk mencipta, bekerja, dan memiliki martabat. Tidak membayar upah yang adil, tidak memberikan pekerjaan karena Anda hanya melihat neraca keuangan, untuk mencari keuntungan, adalah hal yang bertentangan dengan Tuhan," kata Paus pada dalam perayaan ini. Kata-kata Paus yang dekat dengan orang kecil di atas konsisten dengan apa yang menjadi Ajaran Sosial Gereja yang muncul sejak abad ke 19.

Sumber: kompasiana.com/Fajar (2015)

 

4.    Peserta didik diajak berdialog dengan pertanyaan-pertanyaan berikut.

a.      Peristiwa apa yang diberitakan dalam artikel berita ini?

b.      Apa yang menjadi keprihatinan sosial dalam berita ini?

c.       Apa yang dikritik Paus Fransiskus?

d.      Apa itu ajaran sosial Gereja?

e.      Mengapa ada ajaran sosial Gereja?

 

5.    Guru memberi penjelasan sebagai peneguhan, misalnya sebagai berikut:

a.      Paus Fransiskus berempati terhadap buruh yang menjadi korban dan keluarga. Secara tegas juga Paus mengecam buruknya kondisi kerja buruh yang terjebak dalam reruntuhan tersebut yang disebutnya sebagai bentuk "perbudakan" jenis baru di zaman modern karena omzet perusahan tekstil yang produknya dipasarkan ke Eropa tersebut tidak sebanding dengan gaji para buruh. Para buruh yang terjebak di dalam reruntuhan bangunan digaji 38 euro atau Rp490.000 per bulan.

b.      Kecaman Paus: "Hari ini di dunia, praktik perbudakan sedang dilakukan menentang sesuatu yang indah yang telah diberikan Tuhan pada kita, yaitu kemampuan untuk mencipta, bekerja, dan memiliki martabat. Tidak membayar upah yang adil, tidak memberikan pekerjaan karena Anda hanya melihat neraca keuangan, untuk mencari keuntungan, adalah hal yang bertentangan dengan Tuhan," kata-kata Paus yang dekat dengan orang kecil dan konsisten dengan apa yang menjadi Ajaran Sosial Gereja yang muncul sejak abad ke 19.

c.       Ajaran Sosial Gereja (ASG) adalah seluruh kumpulan prinsip sosial dan ajaran moral sebagaimana diartikulasikan hierarki dalam dokumen-dokumen resmi Gereja Katolik sejak akhir abad ke–19 melalui ensiklik pertama dari Paus Paus Leo XIII, Rerum Novarum (Kondisi Kerja).

 

Langkah Kedua: Menggali Informasi Ajaran Sosial Gereja

1.    Peserta didik membaca dan menyimak Ajaran Sosial Gereja berikut ini.

a.      Rerum Novarum (Hal-Hal Baru).

Rerum Novarum merupakan ensiklik pertama yang disampaikan oleh Paus Leo XIII. Ensiklik atau surat pastoral kepausan ini diumumkan pada tanggal 15 Mei 1891 sebagai awal lahirnya ajaran sosial Gereja. Ensiklik ini menaruh perhatian pada masalah-masalah sosial secara sistematis. Juga pertama kali jalan pikiran ajaran sosial berangkat dari prinsip keadilan universal.

Paus Leo XIII telah melihat parahnya kondisi kerja, karena eksploitasi oleh kapitalisme tanpa kontrol akibat revolusi industri, dan bangkitnya kekuatan sosialisme serta Marxisme. Berdasarkan hukum kodrat, Paus membela hak- hak buruh, pentingnya keadilan dan solidaritas, sekaligus juga meneguhkan hak kodrati atas kepemilikan pribadi (Lih. Komkat KWI, Diutus sebagai Murid Yesus, 2019).

 

b.      Quadragessimo Anno (Setelah 40 Tahun).

Ensiklik ini disampaikan oleh Paus Pius XI, dan diumumkan pada tanggal 15 Mei 1931. Paus Pius XI berbicara mengenai rekonstruksi tata sosial kemasyarakatan. Di tengah-tengah depresi parah, pada masa para diktator dan sistem-sistem totalitarian sayap kanan maupun kiri berjaya, Paus Pius XI merayakan 40 tahun Rerum Novarum dengan menerbitkan Quadragessimo Anno. Paus menegaskan kembali prinsip-prinsip dalam Rerum Novarum dan mengaplikasikannya dalam situasi masa itu. Paus menolak solusi komunisme yang menghilangkan hak-hak pribadi. Tetapi juga sekaligus mengkritik persaingan kapitalisme sebagai yang akan menghancurkan dirinya sendiri. Ajaran beliau menunjukkan bagaimana ASG berkembang dan menjadi lebih spesifik, terutama dalam mempertahankan prinsip-prinsip agung: kedamaian dan keadilan, solidaritas, kesejahteraan umum, subsidiaritas, hak milik, hak untuk berserikat, dan peranan fundamental keluarga dalam masyarakat (Lih. Komkat KWI, Diutus sebagai Murid Yesus, 2019).

 

c.       Mater et Magistra (Ibu dan Guru).

Ensiklik ini disampaikan oleh Paus Yohanes XXIII pada tangal 15 Mei 1961. Paus menyoroti soal kemajuan sosial dalam terang ajaran kristiani. Ensiklik ini diterbitkan dalam rangka peringatan 70 tahun Rerum Novarum. Sri Paus mengungkapkan keprihatinan mendalam soal masalah keadilan. Nampaknya ada jurang antara negara kaya dan miskin, sebagai produk dari sistem tata dunia yang tidak adil dan akibat dari penekanan yang terlalu kuat pada kemajuan industri, perdagangan, dan teknologi masa itu.

Dalam ensiklik ini diajukan pula “jalan pikiran” Ajaran Sosial Gereja: see, judge, and act. Gereja Katolik didesak untuk berpartisipasi secara aktif dalam memajukan tata dunia yang adil (Lih. Komkat KWI, Diutus sebagai Murid Yesus, 2019)

 

 

 

d.      Pacem in Terris (Damai di Bumi).

Ensiklik ini disampaikan oleh Paus Yohanes XXIII pada tanggal 11 April 1963. Ajaran tentang perdamaian dan perang adalah tema penting dalam ajaran sosial dari seluruh paus modern. Paus, menyerukan perdamaian kepada dunia. Pada saat itu baru terjadi krisis Kuba, salah satu masa paling menegangkan dalam perang dingin dengan ancaman nuklirnya. Masa itu juga ditandai dengan berakhirnya kolonialisme di banyak negara, yang diwarnai dengan perselisihan tragis, yang melibatkan rasisme, tribalisme, dan aplikasi brutal ideologi Marxisme. Untuk memajukan tatanan sosial yang penuh damai, paus mendukung partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan berkaitan dengan kesejahteraan umum, terutama melalui proses-proses demokratis (Lih. Komkat KWI, Diutus sebagai Murid Yesus, 2019).

 

e.      Populorum Progressio (Kemajuan Bangsa-Bangsa)

Ensiklik ini disampaikan oleh Paus Paulus VI pada tanggal 26 Maret 1967. Paus berbicara di pihak jutaan rakyat dari negara-negara berkembang. Berhadapan dengan semakin lebarnya jurang antara negara-negara kaya dan miskin, paus menegaskan bahwa keadilan tidak bisa dipisahkan dari pembangunan dan kemajuan. Pembangunan dan kemajuan harus ditujukan bagi perkembangan manusia yang integral. Isu tentang marjinalisasi kaum miskin akibat pembangunan banyak dibahas.

Ensiklik ini mendorong banyak umat Katolik untuk menjalankan option for the poor dan menghadapi sebab-sebab penindasan (Lih. Komkat KWI, Diutus sebagai Murid Yesus, 2019) .

 

f.        Octogesima Adveniens (Penantian Tahun ke Delapan Puluh).

Ensiklik ini disampaikan oleh Paus Paulus VI, dan diterbitkan pada tanggal 15 Mei 1971 dengan tema tentang panggilan untuk bertindak. Dengan melanjutkan tradisi menandai peringatan terbitnya Rerum Novarum dengan dokumen kepausan, Paus membahas persoalan-persoalan khas tahun 70an dengan surat apostolik kepada Kardinal Maurice Roy.

Surat tersebut memuji seruan kuat keadilan sosial dalam Populorum Progressio dengan memperhitungkan ancaman komunisme dan masalah-masalah serius lain, seperti urbanisasi, diskriminasi rasial, teknologi baru, dan peran umat Katolik dalam politik. Soal-soal yang berkaitan dengan urbanisasi dipandang menjadi salah satu sebab lahirnya “kemiskinan baru”. Paus mendorong umat untuk bertindak ambil bagian secara aktif dalam masalah-masalah politik dan mendesak untuk memperjuangkan nilai-nilai injili guna membangun keadilan sosial (Lih. Komkat KWI, Diutus sebagai Murid Yesus, 2019)

 

g.       Justicia in Mundo (Keadilan di Dunia atau Justice in the World).

Ensiklik ini merupakan hasil sinode para uskup di Roma tahun 1971. Para uskup yang berkumpul di Roma untuk sinode tahun 1971, menyuarakan jutaan orang yang tinggal di negara-negara berkembang. Mereka tidak hanya menyerukan diakhirinya kemiskinan dan penindasan, namun juga perdamaian abadi dan keadilan sejati.

Dalam Gereja, sebagaimana di dalam dunia, keadilan harus dipertahankan dan dipromosikan. Misi Gereja tanpa ada suatu upaya konkret dan tegas mengenai tindakan perjuangan keadilan, tidaklah integral. Misi Kristus dalam mewartakan datangnya kerajaan Allah mencakup pula datangnya keadilan. Keadilan merupakan dimensi konstitutif pewartaan Injil. Para uskup juga menyerukan dihormatinya hak untuk hidup, hak-hak perempuan, dan perlunya pendidikan keadilan. Dokumen ini banyak diinspirasikan oleh seruan keadilan dari Gereja- Gereja di Afrika, Asia, dan Amerika Latin, khususnya pengaruh pembahasan tema “pembebasan” oleh para uskup Amerika Latin di Medellin, Kolumbia (Lih. Komkat KWI, Diutus sebagai Murid Yesus, 2019).

 

h.      Laborem Exercens (Kerja Manusia).

Ensiklik ini ditulis oleh Paus Yohanes Paulus II, dan dirilis pada tanggal 14 September 1981 dalam rangka peringatan 90 tahun Rerum Novarum. Paus berbicara tentang martabat kerja manusia dalam kerangka rencana ilahi. Ensiklik ini mengkritik tajam komunisme dan kapitalisme karena memperlakukan manusia sebagai alat produksi. Manusia berhak kerja, sekaligus berhak upah yang adil dan wajar, sekaligus berhak untuk makin hidup secara lebih manusiawi dengan kerjanya (Lih. Komkat KWI, Diutus sebagai Murid Yesus, 2019).

 

i.        Sollicitudo Rei Socialis (Keprihatinan akan Masalah-Masalah Sosial).

Ensiklik ini ditulis oleh Paus Yohanes Paulus II dan diterbitkan pada tanggal 30 Desember 1987 dalam rangka memperingati 20 tahun Populorum Progressio. Paus melukiskan kebutuhan akan solidaritas dan kebebasan, keadilan sejati dan jalan yang lebih baik dari sosialisme ataupun pasar bebas kapitalisme. Ajaran paus berfokus pada makna dan nilai pribadi manusia. Dengan visi global tentang perubahan-perubahan sosial, paus mengamati relasi antarnegara, mencela beban hutang pada negara-negara dunia ketiga dan imperialime baru (Lih. Komkat KWI, Diutus sebagai Murid Yesus, 2019).

 

j.        Centesimus Annus (Tahun ke Seratus).

Ensiklik ini ditulis oleh Paus Yohanes Paulus II dalam rangka 100 tahun Rerum Novarum. Terbit 15 Mei 1991. Masa itu ditandai dengan jatuhnya komunisme. Paus menunjukkan akar kekeliruan dari komunisme dan Marxisme, namun sekaligus dengan sangat tegas tidak membenarkan liberalisme dan kapitalisme sebagai ideologi dan persepsi ekonomi yang akan mampu menyejahterakan manusia. Ensiklik ini merupakan salah satu dokumen kepausan yang paling banyak dibahas di akhir abad ke-20 (Lih. Komkat KWI, Diutus sebagai Murid Yesus, 2019).

 

k.       Caritas in Veritate (Kasih dalam Kebenaran).

Ensiklik ini ditulis oleh Paus Benediktus XVI dan diterbitkan pada tanggal 29 Juni 2009. Ensiklik ini berbicara tentang perkembangan integral manusia dalam kasih dan kebenaran.

Ensiklik ini mendiskusikan krisis finansial global dalam konteks meluasnya relativisme. Pandangan paus melampaui kategori-kategori tradisional kekuasaan pasar sayap kanan (kapitalisme) dan kekuasaan negara sayap kiri (sosialisme).

Dengan mengamati bahwa setiap keputusan ekonomi memiliki konsekuensi moral, paus menekankan pengelolaan ekonomi yang berfokus pada martabat manusia (Lih. Komkat KWI, Diutus sebagai Murid Yesus, 2019).

 

l.        Laudato Si (Terpujilah Engkau Tuhanku).

Paus Fransiskus menyampaikan ensiklik Laudato Si (Terpujilah Engkau Tuhanku) tertanggal 24 Mei 2015, dan dipublikasikan secara resmi pada tanggal 18 Juni 2015. “Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena Saudari kami, Ibu Pertiwi, yang menyuapi dan mengasuh kami, dan menumbuhkan aneka ragam buah-buahan, beserta bunga warna-warni dan rumput-rumputan. Saudari ini sekarang menjerit karena kerusakan yang telah kita timpakan kepadanya, karena tanpa tanggung jawab kita menggunakan dan menyalahgunakan kekayaan yang telah diletakkan Allah di dalamnya.” Begitulah Paus Fransiskus memulai bait-bait awal ensikliknya dengan ucapan “Laudato Si’, mi’ Signore,” “Terpujilah Engkau, Tuhanku,” yang ia kutip dari ucapan Santo Fransiskus dari Assisi. Paus Fransiskus memulai penegasan sikapnya yang lahir dari refleksi keimanan atas realitas dunia yang hadir saat ini. Dua ratus empat puluh enam paragraf dari keseluruhan ensiklik ini berbicara soal bagaimana seharusnya manusia beragama dan beriman bersikap atas alam dan lingkungannya.

m.    Fratelli Tutti (Semua Bersaudara).

Paus Fransiskus menerbitkan ensiklik berjudul Fratelli Tutti pada peringatan Santo Fransiskus Assisi, 3 Oktober 2020. Judul Fratelli Tutti (Semua Bersaudara). Sebuah seruan yang sangat dalam dan relevan di masa kelam kemanusiaan belakangan ini. Seruan Paus Fransiskus ini ditulis dan digemakan di tengah pelbagai tanda zaman yang mengawatirkan: kelaparan, wabah, perang antar bangsa, kekerasan dan perpecahan di masyarakat semakin meluas (bdk. Luk. 21:5–11). Ensiklik ini berfokus pada persaudaraan dan persahabatan sosial yang inspirasinya ditemukan dalam kisah dan spiritualitas Santo Fransiskus Assisi, “seorang kudus dalam kasih persaudaraan, kesederhanaan dan sukacita.” Dibagi dalam delapan bab besar, refleksi Paus Fransiskus ini mendesak tiap pribadi untuk mengubah tatanan politik yang telah dijangkiti virus berbahaya ‘individualisme radikal.’ Semua orang tak boleh lupa bahwa dunia yang sedang “berdarah dan sakit” ini harus disembuhkan lewat tatanan kebaikan bersama di bidang ekonomi, politik dan ekologi. Pandemi COVID-19 ini mengingatkan pada kita betapa beratnya menjadi terpisah dan terisolasi dari yang lain dan bahwa ini adalah saat yang paling tepat untuk benar-benar “bermimpi sebagai satu keluarga besar bangsa manusia, di mana setiap dari kita menjadi saudara dan saudari bagi semua (par. 8).”

 

2.    Pendalaman

Jelaskan keprihatinan utama ajaran sosial Gereja dari masa ke masa dan buatlah analisis apa yang melatarbelakangi lahirnya Ajaran Sosial Gereja tersebut!

 

Langkah Ketiga: Menghayati Ajaran Sosial Gereja

1.    Refleksi

Peserta didik memilih salah satu ensiklik ajaran sosial Gereja dan membuat refleksi berdasarkan ensiklik yang dipilih itu. (Alternatif lain, peserta didik membuat refleksi berdasarkan situasi yang berkembang di masyarakat saat ini, dalam konteks revolusi industri 4.0).

 

2.    Aksi

Peserta didik membuat rencana aksi untuk melaksanakan ajaran sosial Gereja dalam hidupmu sehari-hari. Misalnya, berlaku adil pada teman-temannya atau saudara dan saudarinya di rumah, atau menjaga kebersihan lingkungan alam sekitar, membuang sampah pada tempatnya (semangat Laudato Si). Dibuat tertulis dan ditandatangani oleh orang tua atau wali murid.

 

Doa Penutup

Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Amin.

Bapa, Pencipta umat manusia,

kami dapat mengucapkan syukur kepada-Mu,

karena melalui berkat yang senantiasa berlimpah dalam kehidupan kami.

Bapa, berkatilah kami agar senantiasa terbuka, memahami, dan menghayati serta ikut memperjuangkan cinta kasih, keadilan,

kedamaian, dan kesejahteraan bagi sesama dan juga

dalam kehidupan kami sehari-hari. Kemuliaan kepada Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus…

Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Amin.

 

Rangkuman

1.    Ajaran Sosial Gereja (ASG) adalah ajaran mengenai hak dan kewajiban berbagai anggota masyarakat dalam hubungannya dengan kebaikan bersama, baik dalam lingkup nasional maupun internasional. Ajaran sosial Gereja merupakan tanggapan Gereja terhadap fenomena atau persoalan- persoalan yang dihadapi oleh umat manusia dalam bentuk himbauan, kritik atau dukungan. Dengan kata lain, ajaran sosial Gereja merupakan bentuk keprihatinan Gereja terhadap dunia dan umat manusia dalam wujud dokumen yang perlu disosialisasikan. Karena masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia beragama bervariasi, dan ini dipengaruhi oleh semangat dan kebutuhan zaman, maka tanggapan Gereja juga bervariasi sesuai dengan isu sosial yang muncul.

2.    Tujuan ASG adalah menghadirkan kepada manusia rencana Allah bagi realitas duniawi dan menerangi serta membimbing manusia dalam membangun dunia seturut rencana Tuhan. Atau ASG dimaksudkan untuk menjadi pedoman, dorongan dan bekal bagi banyak orang Katolik dalam perjuangannya ikut serta menciptakan dunia kerja dan beragam relasi manusia yang terhormat dan masyarakat sejahtera yang bersahabat dan bermartabat. Dengan bekal dan pedoman ajaran sosial, mereka diharapkan menjadi rasul awan yang tangguh dan terus berkembang di tengah kehidupan nyata.

 

 


  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar