AJARAN SOSIAL GEREJA
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu memahami
ajaran sosial Gereja, dan dapat mewujud- kannya dalam hidup sehari-hari di
tengah masyarakat.
Gagasan Pokok
Ajaran sosial Gereja merupakan
bentuk keprihatinan Gereja terhadap dunia dan umat manusia dalam wujud dokumen
yang perlu disosialisasikan. Karena masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia
beragama bervariasi, dan ini dipengaruhi oleh semangat dan kebutuhan zaman,
maka tanggapan Gereja juga bervariasi sesuai dengan isu sosial yang muncul.
Ajaran sosial Gereja yang
dikembangkan sejak abad XIX merupakan bagian integral dari seluruh pandangan
hidup kristiani. Ensiklik Rerum Novarum (1891) mengembangkan ajaran sosial
klasik yang berkisar pada masalah-masalah keadilan untuk kaum buruh upahan.
Selanjutnya sejak Ensiklik Mater et Magistra (1961), Gaudium et Spes (1965),
dan Populorum Progressio (1971) dimunculkan tekanan baru pada segi pastoral dan
praksis, dimensi internasional dan masalah hak-hak asasi manusia. Ajaran sosial
Gereja menolak pandangan yang salah tentang masyarakat, yaitu ajaran
kapitalisme liberal dan komunisme total. Ajaran sosial Gereja memusatkan
perhatian pada penekanan nilai-nilai dasar kehidupan bersama. Titik tolaknya
adalah pengertian manusia sebagai makhluk berpribadi dan sekaligus makhluk
sosial. Di satu pihak, manusia membutuhkan masyarakat dan hanya dapat
berkembang di dalamnya.
Di lain pihak, masyarakat yang
sungguh manusiawi mustahil terwujud tanpa individu-individu yang berkepribadian
kuat, baik, dan penuh tanggung jawab. Masyarakat sehat dicirikan oleh adanya
pengakuan terhadap martabat pribadi manusia, kesejahteraan bersama,
solidaritas.
Melalui pembelajaran ini peserta
didik dibimbing untuk memahami ajaran sosial Gereja dan mampu menghayati dan
mengamalkan dalam hidupnya di tengah masyarakat.
Doa Pembuka
Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh
Kudus. Amin.
Allah Bapa yang penuh kasih, Yesus
Kristus telah mengutus kami untuk menjadi Gereja yang hidup di tengah-tengah
dunia ini.
Bersama-Mu, jadikanlah kami insan
yang mampu terbuka,
dan mengulurkan tangan untuk
membangun dunia yang ada di sekitar kami. Melalui pembelajaran ini mampukanlah
kami untuk semakin memahami permasalahan yang sedang dihadapi dunia pada saat
ini
sehingga sebagai anggota Gereja,
kami pun dapat ikut menjaga ketenteraman sesuai kehendak-Mu.
Demi Yesus Kristus, Tuhan, dan
Juru Selamat kami. Amin.
Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh
Kudus. Amin.
Langkah Pertama: Menggali Pengalaman Hidup
1. Guru
mengawali kegiatan pembelajaran dengan berdialog bersama peserta didik dan
mengajak mereka mengingat kembali tema pembelajaran sebelumnya tentang hubungan
Gereja dan dunia dan penugasan yang diberikan. Guru menanyakan, misalnya adakah
kesulitan atau hambatan dalam melaksanakan tugas terakhir yang diberikan yaitu
mewujudkan hubungan Gereja dan dunia dalam hidupmu sehari-hari.
2. Selanjutnya
guru menyampaikan materi pembelajaran saat ini yaitu tentang makna ajaran
sosial Gereja. Berkaitan dengan materi pembelajaran ini, guru dapat memotivasi
belajar peserta didik dengan pertanyaan, misalnya: Apa makna ajaran sosial
Gereja? Siapa yang mengeluarkan ajaran sosial Gereja? Dan bagaimana pelaksanaan
ajaran sosial Gereja itu? Untuk itu marilah kita memulai pembelajaran dengan
menyimak artikel berita berikut ini.
3. Peserta
didik membaca dan menyimak artikel berikut ini.
Kecaman
Paus Fransiskus atas “Perbudakan” di Banglades
Sebagaimana dilansir media pada
akhir April lalu, tepatnya Rabu (24/4/2013), sebuah pabrik garmen berlantai
delapan, Rana Plaza, di Dhaka, Banglades terbakar dan runtuh, sehingga memakan
400 korban jiwa. Uniknya, pemakaman massal para korban justru dilakukan
pemerintah Banglades bertepatan dengan perayaan May Day. Para buruh pun tidak
melakukan aksi di jalanan kota, tetapi berkumpul di sekitar tempat pemakaman.
Tragedi kemanusiaan ini cukup
menyita perhatian internasional, sehingga Uni Eropa (UE) yang selama ini
menjadi mitra dagang utama Banglades, khususnya untuk tekstil dan produk
tekstil (TPT) berniat mengkaji kembali model kemitraannya dengan pemerintah
Banglades. Hal ini disampaikan oleh Perwakilan Kebijakan Luar Negeri UE
Catherine Ashton dan Komisioner Perdagangan UE Karel de Gucht di Brussels,
Belgia. Model kemitraan yang membuat Banglades menikmati privilese dalam hal
bebas bea masuk, bebas kuota ke pasar UE akan ditinjau kembali.
Paus Fransiskus pun bereaksi keras
ketika mengetahui tragedi ini. Dalam homilinya pada Misa untuk merayakan Hari
Buruh di Wisma Santa Marta Vatikan, Paus Fransiskus mengucapkan empatinya yang
mendalam terhadap buruh yang menjadi korban dan kelurga. Secara tegas juga Paus
mengecam buruknya kondisi kerja buruh yang terjebak dalam reruntuhan tersebut
yang disebutnya sebagai bentuk "perbudakan" jenis baru di zaman
modern. Mengapa? Karena omzet perusahan tekstil yang produknya dipasarkan ke
Eropa tersebut tidak sebanding dengan gaji para buruh. Para buruh yang terjebak
di dalam reruntuhan bangunan digaji 38 euro atau Rp490.000 per bulan.
"Hari ini di dunia, praktik perbudakan sedang dilakukan menentang sesuatu
yang indah yang telah diberikan Tuhan pada kita, yaitu kemampuan untuk
mencipta, bekerja, dan memiliki martabat. Tidak membayar upah yang adil, tidak
memberikan pekerjaan karena Anda hanya melihat neraca keuangan, untuk mencari
keuntungan, adalah hal yang bertentangan dengan Tuhan," kata Paus pada
dalam perayaan ini. Kata-kata Paus yang dekat dengan orang kecil di atas
konsisten dengan apa yang menjadi Ajaran Sosial Gereja yang muncul sejak abad
ke 19.
Sumber: kompasiana.com/Fajar
(2015)
4. Peserta
didik diajak berdialog dengan pertanyaan-pertanyaan berikut.
a. Peristiwa
apa yang diberitakan dalam artikel berita ini?
b. Apa
yang menjadi keprihatinan sosial dalam berita ini?
c. Apa
yang dikritik Paus Fransiskus?
d. Apa
itu ajaran sosial Gereja?
e. Mengapa
ada ajaran sosial Gereja?
5. Guru
memberi penjelasan sebagai peneguhan, misalnya sebagai berikut:
a. Paus
Fransiskus berempati terhadap buruh yang menjadi korban dan keluarga. Secara
tegas juga Paus mengecam buruknya kondisi kerja buruh yang terjebak dalam
reruntuhan tersebut yang disebutnya sebagai bentuk "perbudakan" jenis
baru di zaman modern karena omzet perusahan tekstil yang produknya dipasarkan
ke Eropa tersebut tidak sebanding dengan gaji para buruh. Para buruh yang
terjebak di dalam reruntuhan bangunan digaji 38 euro atau Rp490.000 per bulan.
b. Kecaman
Paus: "Hari ini di dunia, praktik perbudakan sedang dilakukan menentang
sesuatu yang indah yang telah diberikan Tuhan pada kita, yaitu kemampuan untuk
mencipta, bekerja, dan memiliki martabat. Tidak membayar upah yang adil, tidak
memberikan pekerjaan karena Anda hanya melihat neraca keuangan, untuk mencari
keuntungan, adalah hal yang bertentangan dengan Tuhan," kata-kata Paus
yang dekat dengan orang kecil dan konsisten dengan apa yang menjadi Ajaran
Sosial Gereja yang muncul sejak abad ke 19.
c. Ajaran
Sosial Gereja (ASG) adalah seluruh kumpulan prinsip sosial dan ajaran moral
sebagaimana diartikulasikan hierarki dalam dokumen-dokumen resmi Gereja Katolik
sejak akhir abad ke–19 melalui ensiklik pertama dari Paus Paus Leo XIII, Rerum
Novarum (Kondisi Kerja).
Langkah Kedua: Menggali Informasi Ajaran Sosial Gereja
1. Peserta
didik membaca dan menyimak Ajaran Sosial Gereja berikut ini.
a. Rerum
Novarum (Hal-Hal Baru).
Rerum
Novarum merupakan ensiklik pertama yang disampaikan oleh Paus Leo XIII.
Ensiklik atau surat pastoral kepausan ini diumumkan pada tanggal 15 Mei 1891
sebagai awal lahirnya ajaran sosial Gereja. Ensiklik ini menaruh perhatian pada
masalah-masalah sosial secara sistematis. Juga pertama kali jalan pikiran
ajaran sosial berangkat dari prinsip keadilan universal.
Paus
Leo XIII telah melihat parahnya kondisi kerja, karena eksploitasi oleh
kapitalisme tanpa kontrol akibat revolusi industri, dan bangkitnya kekuatan
sosialisme serta Marxisme. Berdasarkan hukum kodrat, Paus membela hak- hak
buruh, pentingnya keadilan dan solidaritas, sekaligus juga meneguhkan hak
kodrati atas kepemilikan pribadi (Lih. Komkat KWI, Diutus sebagai Murid Yesus,
2019).
b. Quadragessimo
Anno (Setelah 40 Tahun).
Ensiklik
ini disampaikan oleh Paus Pius XI, dan diumumkan pada tanggal 15 Mei 1931. Paus
Pius XI berbicara mengenai rekonstruksi tata sosial kemasyarakatan. Di
tengah-tengah depresi parah, pada masa para diktator dan sistem-sistem
totalitarian sayap kanan maupun kiri berjaya, Paus Pius XI merayakan 40 tahun
Rerum Novarum dengan menerbitkan Quadragessimo Anno. Paus menegaskan kembali
prinsip-prinsip dalam Rerum Novarum dan mengaplikasikannya dalam situasi masa
itu. Paus menolak solusi komunisme yang menghilangkan hak-hak pribadi. Tetapi
juga sekaligus mengkritik persaingan kapitalisme sebagai yang akan
menghancurkan dirinya sendiri. Ajaran beliau menunjukkan bagaimana ASG
berkembang dan menjadi lebih spesifik, terutama dalam mempertahankan
prinsip-prinsip agung: kedamaian dan keadilan, solidaritas, kesejahteraan umum,
subsidiaritas, hak milik, hak untuk berserikat, dan peranan fundamental
keluarga dalam masyarakat (Lih. Komkat KWI, Diutus sebagai Murid Yesus, 2019).
c. Mater
et Magistra (Ibu dan Guru).
Ensiklik
ini disampaikan oleh Paus Yohanes XXIII pada tangal 15 Mei 1961. Paus menyoroti
soal kemajuan sosial dalam terang ajaran kristiani. Ensiklik ini diterbitkan
dalam rangka peringatan 70 tahun Rerum Novarum. Sri Paus mengungkapkan
keprihatinan mendalam soal masalah keadilan. Nampaknya ada jurang antara negara
kaya dan miskin, sebagai produk dari sistem tata dunia yang tidak adil dan
akibat dari penekanan yang terlalu kuat pada kemajuan industri, perdagangan,
dan teknologi masa itu.
Dalam
ensiklik ini diajukan pula “jalan pikiran” Ajaran Sosial Gereja: see, judge,
and act. Gereja Katolik didesak untuk berpartisipasi secara aktif dalam
memajukan tata dunia yang adil (Lih. Komkat KWI, Diutus sebagai Murid Yesus,
2019)
d. Pacem
in Terris (Damai di Bumi).
Ensiklik
ini disampaikan oleh Paus Yohanes XXIII pada tanggal 11 April 1963. Ajaran
tentang perdamaian dan perang adalah tema penting dalam ajaran sosial dari
seluruh paus modern. Paus, menyerukan perdamaian kepada dunia. Pada saat itu
baru terjadi krisis Kuba, salah satu masa paling menegangkan dalam perang
dingin dengan ancaman nuklirnya. Masa itu juga ditandai dengan berakhirnya
kolonialisme di banyak negara, yang diwarnai dengan perselisihan tragis, yang
melibatkan rasisme, tribalisme, dan aplikasi brutal ideologi Marxisme. Untuk
memajukan tatanan sosial yang penuh damai, paus mendukung partisipasi rakyat
dalam proses pengambilan keputusan berkaitan dengan kesejahteraan umum,
terutama melalui proses-proses demokratis (Lih. Komkat KWI, Diutus sebagai
Murid Yesus, 2019).
e. Populorum
Progressio (Kemajuan Bangsa-Bangsa)
Ensiklik
ini disampaikan oleh Paus Paulus VI pada tanggal 26 Maret 1967. Paus berbicara
di pihak jutaan rakyat dari negara-negara berkembang. Berhadapan dengan semakin
lebarnya jurang antara negara-negara kaya dan miskin, paus menegaskan bahwa
keadilan tidak bisa dipisahkan dari pembangunan dan kemajuan. Pembangunan dan
kemajuan harus ditujukan bagi perkembangan manusia yang integral. Isu tentang
marjinalisasi kaum miskin akibat pembangunan banyak dibahas.
Ensiklik
ini mendorong banyak umat Katolik untuk menjalankan option for the poor dan
menghadapi sebab-sebab penindasan (Lih. Komkat KWI, Diutus sebagai Murid Yesus,
2019) .
f.
Octogesima Adveniens (Penantian Tahun ke Delapan Puluh).
Ensiklik
ini disampaikan oleh Paus Paulus VI, dan diterbitkan pada tanggal 15 Mei 1971
dengan tema tentang panggilan untuk bertindak. Dengan melanjutkan tradisi
menandai peringatan terbitnya Rerum Novarum dengan dokumen kepausan, Paus
membahas persoalan-persoalan khas tahun 70an dengan surat apostolik kepada
Kardinal Maurice Roy.
Surat
tersebut memuji seruan kuat keadilan sosial dalam Populorum Progressio dengan
memperhitungkan ancaman komunisme dan masalah-masalah serius lain, seperti
urbanisasi, diskriminasi rasial, teknologi baru, dan peran umat Katolik dalam
politik. Soal-soal yang berkaitan dengan urbanisasi dipandang menjadi salah
satu sebab lahirnya “kemiskinan baru”. Paus mendorong umat untuk bertindak
ambil bagian secara aktif dalam masalah-masalah politik dan mendesak untuk
memperjuangkan nilai-nilai injili guna membangun keadilan sosial (Lih. Komkat
KWI, Diutus sebagai Murid Yesus, 2019)
g. Justicia
in Mundo (Keadilan di Dunia atau Justice in the World).
Ensiklik
ini merupakan hasil sinode para uskup di Roma tahun 1971. Para uskup yang
berkumpul di Roma untuk sinode tahun 1971, menyuarakan jutaan orang yang
tinggal di negara-negara berkembang. Mereka tidak hanya menyerukan diakhirinya
kemiskinan dan penindasan, namun juga perdamaian abadi dan keadilan sejati.
Dalam
Gereja, sebagaimana di dalam dunia, keadilan harus dipertahankan dan dipromosikan.
Misi Gereja tanpa ada suatu upaya konkret dan tegas mengenai tindakan
perjuangan keadilan, tidaklah integral. Misi Kristus dalam mewartakan datangnya
kerajaan Allah mencakup pula datangnya keadilan. Keadilan merupakan dimensi
konstitutif pewartaan Injil. Para uskup juga menyerukan dihormatinya hak untuk
hidup, hak-hak perempuan, dan perlunya pendidikan keadilan. Dokumen ini banyak
diinspirasikan oleh seruan keadilan dari Gereja- Gereja di Afrika, Asia, dan
Amerika Latin, khususnya pengaruh pembahasan tema “pembebasan” oleh para uskup
Amerika Latin di Medellin, Kolumbia (Lih. Komkat KWI, Diutus sebagai Murid
Yesus, 2019).
h. Laborem
Exercens (Kerja Manusia).
Ensiklik
ini ditulis oleh Paus Yohanes Paulus II, dan dirilis pada tanggal 14 September
1981 dalam rangka peringatan 90 tahun Rerum Novarum. Paus berbicara tentang
martabat kerja manusia dalam kerangka rencana ilahi. Ensiklik ini mengkritik
tajam komunisme dan kapitalisme karena memperlakukan manusia sebagai alat
produksi. Manusia berhak kerja, sekaligus berhak upah yang adil dan wajar,
sekaligus berhak untuk makin hidup secara lebih manusiawi dengan kerjanya (Lih.
Komkat KWI, Diutus sebagai Murid Yesus, 2019).
i.
Sollicitudo Rei Socialis (Keprihatinan akan Masalah-Masalah
Sosial).
Ensiklik
ini ditulis oleh Paus Yohanes Paulus II dan diterbitkan pada tanggal 30
Desember 1987 dalam rangka memperingati 20 tahun Populorum Progressio. Paus
melukiskan kebutuhan akan solidaritas dan kebebasan, keadilan sejati dan jalan
yang lebih baik dari sosialisme ataupun pasar bebas kapitalisme. Ajaran paus
berfokus pada makna dan nilai pribadi manusia. Dengan visi global tentang
perubahan-perubahan sosial, paus mengamati relasi antarnegara, mencela beban
hutang pada negara-negara dunia ketiga dan imperialime baru (Lih. Komkat KWI,
Diutus sebagai Murid Yesus, 2019).
j.
Centesimus Annus (Tahun ke Seratus).
Ensiklik
ini ditulis oleh Paus Yohanes Paulus II dalam rangka 100 tahun Rerum Novarum.
Terbit 15 Mei 1991. Masa itu ditandai dengan jatuhnya komunisme. Paus
menunjukkan akar kekeliruan dari komunisme dan Marxisme, namun sekaligus dengan
sangat tegas tidak membenarkan liberalisme dan kapitalisme sebagai ideologi dan
persepsi ekonomi yang akan mampu menyejahterakan manusia. Ensiklik ini
merupakan salah satu dokumen kepausan yang paling banyak dibahas di akhir abad
ke-20 (Lih. Komkat KWI, Diutus sebagai Murid Yesus, 2019).
k. Caritas
in Veritate (Kasih dalam Kebenaran).
Ensiklik
ini ditulis oleh Paus Benediktus XVI dan diterbitkan pada tanggal 29 Juni 2009.
Ensiklik ini berbicara tentang perkembangan integral manusia dalam kasih dan
kebenaran.
Ensiklik
ini mendiskusikan krisis finansial global dalam konteks meluasnya relativisme.
Pandangan paus melampaui kategori-kategori tradisional kekuasaan pasar sayap
kanan (kapitalisme) dan kekuasaan negara sayap kiri (sosialisme).
Dengan
mengamati bahwa setiap keputusan ekonomi memiliki konsekuensi moral, paus
menekankan pengelolaan ekonomi yang berfokus pada martabat manusia (Lih. Komkat
KWI, Diutus sebagai Murid Yesus, 2019).
l.
Laudato Si (Terpujilah Engkau Tuhanku).
Paus
Fransiskus menyampaikan ensiklik Laudato Si (Terpujilah Engkau Tuhanku)
tertanggal 24 Mei 2015, dan dipublikasikan secara resmi pada tanggal 18 Juni
2015. “Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena Saudari kami, Ibu Pertiwi, yang
menyuapi dan mengasuh kami, dan menumbuhkan aneka ragam buah-buahan, beserta
bunga warna-warni dan rumput-rumputan. Saudari ini sekarang menjerit karena
kerusakan yang telah kita timpakan kepadanya, karena tanpa tanggung jawab kita
menggunakan dan menyalahgunakan kekayaan yang telah diletakkan Allah di
dalamnya.” Begitulah Paus Fransiskus memulai bait-bait awal ensikliknya dengan
ucapan “Laudato Si’, mi’ Signore,” “Terpujilah Engkau, Tuhanku,” yang ia kutip
dari ucapan Santo Fransiskus dari Assisi. Paus Fransiskus memulai penegasan
sikapnya yang lahir dari refleksi keimanan atas realitas dunia yang hadir saat
ini. Dua ratus empat puluh enam paragraf dari keseluruhan ensiklik ini
berbicara soal bagaimana seharusnya manusia beragama dan beriman bersikap atas
alam dan lingkungannya.
m. Fratelli
Tutti (Semua Bersaudara).
Paus
Fransiskus menerbitkan ensiklik berjudul Fratelli Tutti pada peringatan Santo
Fransiskus Assisi, 3 Oktober 2020. Judul Fratelli Tutti (Semua Bersaudara).
Sebuah seruan yang sangat dalam dan relevan di masa kelam kemanusiaan
belakangan ini. Seruan Paus Fransiskus ini ditulis dan digemakan di tengah
pelbagai tanda zaman yang mengawatirkan: kelaparan, wabah, perang antar bangsa,
kekerasan dan perpecahan di masyarakat semakin meluas (bdk. Luk. 21:5–11). Ensiklik
ini berfokus pada persaudaraan dan persahabatan sosial yang inspirasinya
ditemukan dalam kisah dan spiritualitas Santo Fransiskus Assisi, “seorang kudus
dalam kasih persaudaraan, kesederhanaan dan sukacita.” Dibagi dalam delapan bab
besar, refleksi Paus Fransiskus ini mendesak tiap pribadi untuk mengubah
tatanan politik yang telah dijangkiti virus berbahaya ‘individualisme radikal.’
Semua orang tak boleh lupa bahwa dunia yang sedang “berdarah dan sakit” ini
harus disembuhkan lewat tatanan kebaikan bersama di bidang ekonomi, politik dan
ekologi. Pandemi COVID-19 ini mengingatkan pada kita betapa beratnya menjadi
terpisah dan terisolasi dari yang lain dan bahwa ini adalah saat yang paling
tepat untuk benar-benar “bermimpi sebagai satu keluarga besar bangsa manusia,
di mana setiap dari kita menjadi saudara dan saudari bagi semua (par. 8).”
2. Pendalaman
Jelaskan
keprihatinan utama ajaran sosial Gereja dari masa ke masa dan buatlah analisis
apa yang melatarbelakangi lahirnya Ajaran Sosial Gereja tersebut!
Langkah Ketiga: Menghayati Ajaran Sosial Gereja
1. Refleksi
Peserta
didik memilih salah satu ensiklik ajaran sosial Gereja dan membuat refleksi
berdasarkan ensiklik yang dipilih itu. (Alternatif lain, peserta didik membuat
refleksi berdasarkan situasi yang berkembang di masyarakat saat ini, dalam
konteks revolusi industri 4.0).
2. Aksi
Peserta
didik membuat rencana aksi untuk melaksanakan ajaran sosial Gereja dalam
hidupmu sehari-hari. Misalnya, berlaku adil pada teman-temannya atau saudara
dan saudarinya di rumah, atau menjaga kebersihan lingkungan alam sekitar,
membuang sampah pada tempatnya (semangat Laudato Si). Dibuat tertulis dan
ditandatangani oleh orang tua atau wali murid.
Doa Penutup
Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh
Kudus. Amin.
Bapa, Pencipta umat manusia,
kami dapat mengucapkan syukur
kepada-Mu,
karena melalui berkat yang
senantiasa berlimpah dalam kehidupan kami.
Bapa, berkatilah kami agar
senantiasa terbuka, memahami, dan menghayati serta ikut memperjuangkan cinta
kasih, keadilan,
kedamaian, dan kesejahteraan bagi
sesama dan juga
dalam kehidupan kami sehari-hari.
Kemuliaan kepada Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus…
Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh
Kudus. Amin.
Rangkuman
1. Ajaran
Sosial Gereja (ASG) adalah ajaran mengenai hak dan kewajiban berbagai anggota
masyarakat dalam hubungannya dengan kebaikan bersama, baik dalam lingkup
nasional maupun internasional. Ajaran sosial Gereja merupakan tanggapan Gereja
terhadap fenomena atau persoalan- persoalan yang dihadapi oleh umat manusia
dalam bentuk himbauan, kritik atau dukungan. Dengan kata lain, ajaran sosial
Gereja merupakan bentuk keprihatinan Gereja terhadap dunia dan umat manusia
dalam wujud dokumen yang perlu disosialisasikan. Karena masalah-masalah yang
dihadapi oleh manusia beragama bervariasi, dan ini dipengaruhi oleh semangat
dan kebutuhan zaman, maka tanggapan Gereja juga bervariasi sesuai dengan isu
sosial yang muncul.
2. Tujuan
ASG adalah menghadirkan kepada manusia rencana Allah bagi realitas duniawi dan
menerangi serta membimbing manusia dalam membangun dunia seturut rencana Tuhan.
Atau ASG dimaksudkan untuk menjadi pedoman, dorongan dan bekal bagi banyak
orang Katolik dalam perjuangannya ikut serta menciptakan dunia kerja dan
beragam relasi manusia yang terhormat dan masyarakat sejahtera yang bersahabat
dan bermartabat. Dengan bekal dan pedoman ajaran sosial, mereka diharapkan
menjadi rasul awan yang tangguh dan terus berkembang di tengah kehidupan nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar