YESUS KRISTUS SAHABAT SEJATI DAN
TOKOH IDOLA
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu mengimani
Yesus yang memanggil dirinya sebagai sahabat, sehingga mampu meneladan sikap
Yesus dalam membangun persahabatan dan menjadikan Yesus sebagai idola dalam
membangun persahabatan dengan sesama dalam kehidupan sehari-hari.
Gagasan Pokok:
Kebanyakan remaja biasanya
mempunyai tokoh idola dalam hidupnya masing- masing, baik itu dari kalangan
artis, penyanyi, atlet, pengusaha, orang-orang sukses atau tokoh penting
lainnya. Menganggap seseorang sebagai idola biasanya didorong karena adanya
nilai, sifat, karakter, kemampuan, penampilan, dsb, yang dianggap istimewa yang
dapat menggambarkan impian atau harapan yang ada dalam dirinya. Kekaguman terhadap
tokoh idola sering menumbuhkan kerinduan akan kehadiran sang tokoh yang
diidolakan, mendorong untuk memiliki relasi, baik langsung maupun tidak
langsung. Relasi langsung bisa dilakukan dengan menelepon, atau berkirim pesan
atau menonton saat sang diola tampil dalam acara tertentu, atau yang lainnya.
Selain itu, kekaguman akan sang idola menumbuhkan keinginan untuk meniru apa
saja yang ada dalam diri sang idola. Memilih tokoh idola sebaiknya tidak bisa
sembarangan, karena karakter dan kehidupan mereka akan mempengaruhi kehidupan
kita sebagai pengagum atau pengikut.
Yesus patut menjadi idola remaja
karena memiliki kepribadian yang unggul. Salah satu kepribadian Yesus itu
antara lain dalam cara membangun relasi dengan orang-orang di sekitarnya.
Sangat sulit dibayangkan dan sangat langka kita menemukan pribadi, yang
walaupun sesungguhnya Yesus adalah Mesias, Juru Selamat, Guru, tetapi menyebut
para murid-Nya dan semua orang yang mengikuti-Nya dengan sebutan sahabat. Kalau
Yesus menyebut para murid- Nya dengan sebutan sahabat, tentu bukan sensasi atau
sekadar basa-basi. Ia melakukannya dengan tulus, bahkan Yesus membuktikan
sendiri dengan mengorbankan nyawa-Nya demi sahabat-sahabat-Nya.
Persahabatan yang dibangun oleh
Yesus, sungguh sangat mengagumkan. Maka persahabatan sejati yang diperlihatkan
oleh Yesus itu menjadi model kita dalam membangun persahabatan dengan sesama.
Dengan kata lain, kalau kita menjadikan Yesus sebagai Idola, maka salah satunya
adalah kita bisa meneladan Dia dalam bersahabat.
Kegiatan Pembelajaran:
Doa Pembuka
Ya Yesus yang baik, kami percaya
Engkau adalah Allah yang menjelma menjadi manusia. Dalam diri-Mu, kami mampu
menemukan model kehidupan yang mampu mengarahkan kami pada Bapa dan sesama.
Berkatilah kami ya Yesus, agar melalui pembelajaran hari ini
kami tidak hanya mengagumi Engkau,
tetapi bersedia menjadikan Engkau sebagai idola kami dalam upaya membangun
persahabatan sejati.
Sebab Engkaulah Juru Selamat kami,
Amin.
Langkah Pertama: Menggali Pengalaman Memiliki Idola dan Pengaruh Sang
Idola
1. Guru
bertegur sapa dengan peserta didik untuk menciptakan situasi pembelajaran yang
kondusif dan menyenangkan. Guru memberi kesempatan peserta didik untuk
menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran sebelumnya. Dilanjutkan
dengan memberi pengantar singkat, misalnya:
Banyak remaja mempunyai idola,
walaupun ada juga yang merasa tidak memiliki idola tertentu. Idola yang dipilih
biasanya tidak sembarang, dan untuk menentukan seseorang itu idola atau tidak
sangat tergantung dari kriteria yang ada dalam diri yang memilihnya. Contoh:
untuk remaja yang satu, bisa jadi memilih sang idola karena alasan kegantengan
atau kecantikannya. Tapi bisa jadi ada orang yang tidak ganteng atau tidak
cantik dijadikan idola oleh orang lain.
2. Guru
meminta peserta didik menjawab beberapa pertanyaan berikut dan menuliskan
jawabannya pada catatan mereka
a.
Siapa
idolamu?
b.
Apakah
tokoh idola kalian saat ini masih sama seperti kalian masih di Sekolah Dasar?
c.
Mengapa
mengidolakan tokoh tersebut?
d.
Apa
yang pernah kalian lakukan dalam berelasi dengan sang idola?
e.
Apa
pengaruh sang idola dalam dirimu?
f.
Untuk
kalian yang tidak punya Idola: mengapa kalian tidak punya idola?
g.
Apakah
ada dampaknya bila seseorang tidak memiliki idola?
3. Guru
memberi kesempatan peserta didik menyampaikan jawabannya. Guru mencatatnya di
papan tulis atau pada kertas flap/kertas koran
4. Sebelum
merangkum jawaban peserta didik, Guru terlebih dahulu mengajak peserta didik
mengklasifikasikan jawaban-jawaban atas alasan peserta didik memilih idolanya.
Bisa menggunakan klasifikasi berikut:
a.
Alasan
yang berkaitan dengan hal-hal fisik/jasmani,
b.
Alasan
yang berkaitan dengan karakter/sikap/pembawaan
c.
Alasan
yang berkaitan dengan kemampuan/keterampilan dalam bidang tertentu
d.
Alasan
yang berkaitan dengan pandangan hidup atau nilai penting yang diperjuangkan
5. Bila
dianggap perlu Guru dapat memberikan kesimpulan, misalnya:
a. Memiliki
idola merupakan pengalaman yang wajar. Kebiasaan mengidolakan tokoh tertentu,
tidak hanya dialami oleh remaja, bahkan anak sampai orang dewasa pun biasanya memiliki
Idola. Ada yang terang- terangan menyebutkan dan menceritakan idolanya, ada
yang diam- diam. Ada yang memiliki satu atau dua, ada yang bingung menentukan
idolanya karena dianggap memenuhi kriteriannya atau karena terlalu banyak yang
diidolakan.
b. Jadi
untuk menentukan apakah seseorang itu bisa diidolakan atau tidak, kitalah yang
menentukan. Karena sesungguhnya tokoh yang diidolakan itu merupakan ekspresi
keinginan, harapan kita yang dicerminkan pada orang lain.
c. Relasi
antara orang yang mengidolakan dengan orang yang diidolakan antara tiap orang
berbeda dalam wujud dan kadar kedekatannya. Ada yang hanya sekadar kagum atau
menyukai, ada yang berusaha memiliki foto, tanda tangan atau benda-benda yang
dimiliki sang idola, ada yang sampai berusaha menjumpai sang idola atau
mengikutinya kemanapun sang idola pergi. Ada yang berusaha mengubah penampilan
supaya bisa memiliki penampilan yang sama dengan sang idola. Ada yang membolos
sekolah hanya demi menemui sang idola.
d. Pengidolaan
terhadap seseorang bisa disebabkan berbagai alasan:
1) Ketertarikan
pada hal-hal fisik-biologis, misalnya: karena kecan- tikan atau kegantengannya,
atau karena penampilan fisiknya, karena model pakaiannya, dan sebagainya.
2) Ketertarikan
pada ketrampillan atau kemampuannya, misalnya: karena pandai dalam mata
pelajaran tertentu, karena kepandaiannya dalam memainkan alat musik, karena
hebat dalam cabang olah raga tertentu dan sebagainya.
3) Ketertarikan
pada sifat atau karakter, misalnya karena pembawa- annya yang tenang, sikapnya
yang ramah, pembawaannya yang pendiam, dan sebagainya
4) Ketertarikan
pada nilai-nilai yang dianut atau diperjuangkannya: setia kawan, konsekuen,
gigih memperjuangkan kepentingan orang lain, dan sebagainya.
e. Faktor
ketertarikan tersebut dapat mempengaruhi sikap dan prioritas nilai yang
diutamakan.
1) Secara
umum faktor-faktor yang menyebabkan ketertarikan pada tokoh idola akan sangat
mempengaruhi sikap, pandangan dan nilai yang dianggap penting dalam hidupnya.
Mereka yang menganggap penampilan fisik-jasmaniah lebih penting dibandingkan
dengan yang lainnya akan melakukan apapun demi memiliki penampilan fisik yang
menarik, dan sebagainya.
2) Faktor
fisik-jasmani, kemampuan/ keterampilan serta kebiasan atau karakter, umumnya
bersifat sementara; sedangkan ketertarikan pada nilai-nilainya biasa lebih
bertahan lama, bahkan cenderung bersifat menetap.
f. Kriteria
idola sangat dipengaruhi oleh trend yang berkembang. Contoh: Beberapa dasa
warsa yang lalu, ketika boneka Barbie sedang ngetren, banyak remaja perempuan
setidaknya memiliki boneka Barbie, bahkan ada yang melakukan operasi plastik
demi memiliki wajah seperti Barbie. Kemudian menyusul tokoh Ken, maka banyak
remaja ingin berpenampilan seperti Ken. Tapi sekarang tidak lagi.
g. Umumnya
relasi dengan tokoh idola bersifat sementara, apalagi bila ketertarikan
terhadap idola tersebut berkaitan dengan hal-hal fisik, kebiasaan dan
kemampuan, karena tidak ada seorang pun selamanya cantik atau ganteng atau
penampilannya menarik. Tidak seorang pun yang prestasinya tidak terkalahkan.
h. Pertanyaannya:
adakah tokoh yang bisa diidolakan oleh banyak orang dan bersifat kekal, tak
lekang oleh waktu dan tak tergilas oleh zaman?
Langkah 2: Mendalami Yesus sebagai Sahabat Sejati dan Tokoh Idola
1. Guru
membagi peserta didik dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan soal-soal
berikut:
a. Apakah
Yesus sungguh berarti dalam hidupmu?
b. Apakah
Ia dapat kita dijadikan sebagai sahabat sejati?
c. Sebutkan
sikap-sikap Yesus yang menonjol yang menunjukkan bahwa Ia dapat diandalkan
sebagai sahabat yang sejati!
d. Apakah
tokoh Yesus dapat dijadikan idola bagi kaum remaja?
2. Setelah
semua kelompok melaporkan hasilnya, guru dapat menyimpulkan dan memberi
peneguhan sebagai berikut:
a. Yesus
dapat dijadikan sahabat sejati
1) Yesus
baru sungguh berarti bagimu dan bagi semua orang yang percaya kepada-Nya, bila
Ia sungguh-sungguh menjadi Yesusku, Yesus bagiku, bukan Yesus hafalan dari
pelajaran agama atau dari kotbah atau dari rumusan-rumusan doa. Hal itu berarti
bahwa kita tidak hanya sekedar tahu atau hafal tentang siapa Yesus, tetapi
mempunyai relasi pribadi yang dekat dengan-Nya dan dapat merasakan
kehadiran-Nya dalam hidup kita, sedemikian rupa sehingga seluruh pribadi Yesus
meraksuk dan mengarahkan pikiran, perkataan dan perbuatan kita.
2) Yesus
dapat diandalkan sebagai sahabat sejati. Yesus tidak hanya menyebut para
murid-Nya sebagai sahabat, tapi Dia menawarkan Diri untuk menjadi sahabat semua
orang. “Aku tidak lagi menyebut kamu hamba, sebab hamba tidak tahu apa yang
diperbuat oleh tuannya, tetapi “aku menyebut kamu sahabat” (Yoh. 15:15).
3) Untuk
memupuk persahabatan-Nya dengan para rasul, Yesus menuntut dari mereka
kepercayaan (Mat. 8:26, Yoh. 14:11). Sebaliknya, Ia sendiri sangat mempercayai
rasul-rasul-Nya, walaupun sulit dimengerti. Misalnya: Yesus mempercayakan
tugas- tugas penting kepada Petrus, padahal Petrus berulang kali tidak pantas
dipercayai. (Yoh. 21:17)
4) Yesus
sungguh mempercayai sahabat-sahabat-Nya. Kepercayaan itu pula yang sangat
dibutuhkan kaum remaja. Yesus akan tetap mempercayai kita, walaupun mungkin
kita telah mengecewakan- Nya berulang kali.
5) Yesus
sangat menghormati kawan-kawannya, walaupun mereka datang dari masyarakat
kalangan bawah. Yesus menerima mereka seperti adanya. Yesus membuka seluruh
rahasia diri-Nya dan tugas perutusan-Nya. “Aku menyebut kamu sahabat, karena
Aku telah memberitahu pada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari
Bapa-Ku” (Yoh. 15:15). Inilah sikap seorang sahabat yang sejati.
6) Yesus
menuntut cinta dari sahabat-sahabat-Nya (Yoh. 14:24). Yesus juga mencintai
mereka tanpa batas. Cinta yang penuh pengampunan (Luk. 23:34) dan cinta yang
penuh pengorbanan, bahkan sampai kepada korban nyawa ( Yoh. 15:13)
b. Yesus
idola sejati bagi kaum remaja
Yesus
adalah tokoh yang dapat dijadikan panutan bagi kaum remaja. Kepribadian-Nya,
ajaran-Nya, dan tindakan-Nya dapat kita jadikan panutan dalam hidup kita!
Ciri-ciri
kepribadian Yesus antara lain adalah sebagai berikut:
1) Yesus
dekat dengan sesama
Yesus
berasal dari desa Nazareth, dari keluarga yang sederhana. Ketika menjadi orang
yang termasyur, Ia tidak lupa asal-Nya. Ia tidak tinggal di lingkungan
tertutup, di kawasan elite yang aman. Ia hidup di tengah-tengah masyarakat,
menjelajahi kota dan desa, daerah gunung, dan pantai. Ia ada di tengah-tengah
suka duka hidup manusia. Dalam suasana gembira pesta nikah, Ia tidak sungkan untuk
turut bergembira dan mengambil bagian di dalamnya (lih. Yoh. 2: 2-12). Dalam
suasana pedih karena menderita sakit, Ia turut merasa sakit dan menawarkan
penyembuhan (lih. Mat. 8: 14-17). Pada saat sesama-Nya lapar, Ia berusaha untuk
mengenyangkan mereka (lih. Mrk. 6: 30-44). Ia prihatin terhadap sesama-Nya yang
terlantar, seperti domba tak bergembala.
Semakin
terlibat dengan manusia, Ia semakin mengerti kesulitan dan kebutuhan mereka.
Sebab itu, Ia mengawali warta-Nya bukan dengan instruksi dan ancaman, tetapi
dengan warta tentang kasih dan pengampunan. Manusia dan prospek masa depannya
menjadi pusat perhatian Yesus. Ia mendalami pengalaman-pengalamanNya sendiri
dan pengalaman sesama-Nya, kemudian mengajak para pendengar-Nya untuk menemukan
nilai-nilai Kerajaan Allah di dalamnya.
Pengajaran
Yesus sungguh praktis dan manusiawi. Berulang- ulang Ia berbicara tentang
kebersamaan dan kasih sayang. Yesus berbicara dalam bahasa mudah dimengerti,
apalagi Ia sering memakai perumpamaan yang dipetik dari pengalaman dan
kehidupan sehari-hari. Ia tidak pernah berbicara dalam rumusan- rumusan yang
muluk-muluk dan sukar dimengerti. Cara berbicara dan isi pembicaraan-Nya
berkaitan erat dengan hidup masyarakat pada umumnya.
Singkatnya,
seluruh cara dan sikap hidup Yesus, sampai dengan isi dan tutur kata-Nya
menunjukkan bahwa Ia sangat “dekat” dengan sesama-Nya, khususnya rakyat biasa
yang sederhana.
2) Yesus
sangat “terbuka” terhadap siapa saja yang datang kepada- Nya
Karena
Yesus dekat dengan sesama-Nya, maka Ia juga sangat terbuka kepada siapa saja
yang datang kepada-Nya. Ia bergaul dengan semua orang. Ia tidak membeda-bedakan
orang yang yang dijumpai-Nya dan yang datang kepada-Nya. Ia akrab dengan para
imam (lih. Yoh. 7:42-52), para penguasa, bahkan penjajah (lih. Mrk. 7:1-10)
yang beritikad baik. Ia akrab pula dengan para pegawai pajak korup (lih. Luk.
19,1-10). Ia menyapa (Jw: “nguwongke”) para wanita “nakal” (lih. Luk. 7:36-50),
para penderita penyakit yang berbahaya. Yesus juga bergaul dan menyapa para
pendosa dan kaum wanita.
Dari
contoh-contoh di atas menjadi jelas bagi kita bahwa pergaulan Yesus sangat
terbuka. Ia berusaha untuk merangkul semua orang. Yesus tidak mau terikat oleh
peraturan yang diskriminasi!
3) Yesus
berani membela kebenaran dan keadilan secara konsekuen
Kehidupan
rakyat jelata semasa Yesus sungguh parah. Mereka ditindas dan diimpit oleh para
penguasa dan pemimpin-pemimpin agama. Yesus berani membela rakyat kecil yang
menderita. Yesus tidak pernah bungkam terhadap praktik-praktik sosial yang
tidak adil dalam bentuk apa pun. Yesus tidak berdiam diri atau bersikap
kompromis terhadap kaum penguasa yang menindas. Yesus juga tidak segan-segan
mengkritik mereka yang berpakaian halus di istana (lih. Mat. 11:8). Ia mengecam
raja-raja yang menindas rakyat. Ia mengecam penguasa-penguasa yang menyebut
diri “pelindung rakyat” (lih. Luk. 22:25). Ia tidak takut menyebut raja Herodes
sebagai serigala (lih. Luk. 13:32).
Yesus
berani mengatakan dengan terus terang kepada ahli-ahli Taurat, orang-orang
Farisi, dan kaum munafik. dan orang-orang yang munafik. “Celakalah kamu, hai
ahli-ahli Taurat dan orang- orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab
kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang
tampak bersih, tetapi sebelah dalamnya penuh dengan tulang- belulang dan
berbagai jenis kotoran. Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya
benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh dengan kemunafikan dan
kedurjanaan” (Mat. 23:27-28).
Ia
berani membela rakyat kecil dengan mengkritik dan menyerang setiap penindasan
dan ketidakadilan walaupun penuh risiko bagi hidup-Nya. Walaupun demikian,
Yesus bukanlah seorang tokoh revolusioner yang mau mengubah keadaan sosial dan
politik masa itu. Yesus melakukan itu semua dalam rangka mewartakan
Kabar
Gembira, “Kerajaan Allah”. Kritik yang tajam terhadap para penguasa yang
menindas rakyat tidak bernada politis dan perjuangan kelas. Yesus hanya mau
menegakkan nilai-nilai Kerajaan Allah, yakni keadilan, cinta kasih, dan
perdamaian. Para penguasa dan pemimpin-pemimpin agama harus menegakkan
nilai-nilai itu. Mereka harus melayani rakyat kecil, bukan menindasnya!
Langkah Ketiga: Mendalami Cara Membangun Kedekatan dengan Yesus
Sang Sahabat dan Tokoh Idola
1. Guru
memberi pengantar singkat dan pertanyaan untuk dijawab:
Bila kalian ingin menjadikan Yesus
sebagai sahabat dan tokoh idola, kalian dipanggil untuk membangun relasi yang
erat dengan-Nya.
Sekalipun Yesus yang kita jadikan
sahabat dan tokoh idola itu kini berada di surga, tetapi kita tetap dapat makin
mengenal dan mencintai-Nya, melalui berbagai cara.
2. Pertanyaan:
Dengan cara apa kita dapat
membangun kedekatan dengan Yesus sebagai sahabat dan tokoh idola akan relasi
kita makin dekat dengan-Nya?
3. Guru
dapat memberi peneguhan:
Banyak
cara dapat dilakukan dalam upaya kita membangun kedekatan dengan Yesus sang
sahabat dan tokoh idola, antara lain:
a. Merayakan
Ekaristi sesering mungkin. Dengan merayakan Ekaristi kita bisa merasakan
kehadiran-Nya secara nyata, baik melalui sabda-sabda- Nya maupun (teristimewa)
dengan menerima Kristus dalam Komuni Suci
b. Berdoa
pribadi. Doa merupakan kesempatan kita berjumpa serta ber- komunikasi secara
pribadi. Dalam doa Yesus selalu siap mendengarkan apa yang kita rasakan, apa
yang kita harapkan.
c. Melakukan
mawas diri/pemeriksaan batin secara rutin. Dengan memeriksa bathun kita setiap
saat, kita bisa mengukur dan merasakan sejauhmana hidup kita sudah sesuai atau
belum dengan perintah-Nya
d. Mengaku
dosa secara rutin. Kita tidak mau ada dosa yang menghalangi relasi kita dengan
Yesus. Sebab Yesus hanya bisa didekati dengan kekudusan. Oleh sebab itu, bila
ada dosa, sebaiknya kita secepatnya memohon pengampunan secara semourna dengan
menerima sakramen Tobat.
e. Membaca
Kitab Suci secara rutin. Sebab dengan membaca Kitab Suci kita makin memahami
siapa Yesus sesungguhnya, apa yang dilakukan-Nya dan apa yang dikehendaki-nya
dari diri kita. Untuk dapat memahami maksud bacaan, saat ini tersedia berbagai
macam aplikasi renungan yang dapat membantumu.
f. Melakukan
tindakan belas kasih. Persahabatan dengan Yesus adalah persahabatan yang
mengarahkan kita untuk semakin mencintai Allah dan sesama. Yesus berkata: “Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah
seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk
Aku.”(Mat. 25:40)
g. Membiasakan
bersyukur. Sekecil apapun berkat yang kita terima, hendaknya mendorong kita
mensyukurinya, sebab sesungguhnya hal itu bukti kebaikan Allah yang disalurkan
berkat persahabatan kita dengan Yesus
h. Terlibat
dalam kegiatan gerejani. Dengan terlibat langsung dalam berbagai aktivitas
pelayanan Gereja kita belajar mempraktekkan pengetahuan dan pemahaman iman
kita. Kita belajar menghadapi berbagai tantangan dan ujian yang akan
mempertajam iman dan persahabatan kita dengan Yesus.
4. Ayat
untuk Direnungkan:
Aku tidak menyebut kamu lagi
hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku
menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala
sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. (Yoh. 15:15)
Langkah Keempat: Refleksi dan Aksi
1. Refleksi.
Guru
meminta peserta didik menjawab beberapa pertanyaan refleksi berikut:
a. Apakah
selama ini kalian sudah mendengarkan nasehat Yesus sebaik kalian mendengarkan
nasehat sahabat kalian?
b. Apakah
selama ini kalian sudah mempercayai Yesus seperti kalian mempercayai sahabat
kalian?
c. Apakah
selama ini kalian sudah berusaha menyediakan waktu untuk menjumpai Yesus
seperti yang kalian lakukan terhadap sahabat kalian?
d. Jika
Yesus meminta kalian melakukan sesuatu untuk Dia, maukah kalian meninggalkan
segalanya dan melakukannya?
e. Apakah
selama ini kalian setia kepada Yesus seperti kalian setia kepada sahabat
kalian?
f.
Apakah selama ini kalian akan membiarkan orang lain berbicara
kasar tentang sahabat kalian? Apakah kalian juga membiarkan orang lain
berbicara kasar tentang Yesus?
g. Siapa
yang selama ini lebih kalian andalkan sebagai teman dalam mencapai keberhasilan
hidup kalian: apakah Yesus atau sahabat kalian?
h. Apakah
selama ini kalian sudah membuka diri untuk bersahabat dengan siapa saja,
termasuk yang berbeda keyakinan, seperti yang dilakukan Yesus atau lebih senang
menerima orang yang menyenangkan seperti yang dilakukan sahabat kalian?
i.
Bersediakah kalian menanggung risiko penderitaan bahkan mungkin
kematian sahabat-sahabat Yesus?
2. Aksi.
Peserta
didik menuliskan niat yang akan dilakukan sebagai tanggapan atas persahabatan
dengan Yesus dan menuliskannya dalam buku catatan atau jurnal mereka.
Penutup
Guru mengajak peserta didik
menutup pelajaran dengan bernyanyi lagu rohani bertema Sahabat, Misalnya: Lagu
Sang Sahabat, dalam https://www.youtube.com/watch?v=sT56AQV0EZo
SANG
SAHABAT
Nada:
Chants Notes | Kata: Yan Sunyata OSC Do=A, 4/4, 2/4
1.
Ia
datang menyampaikan sabda-sabda menawan Ia datang menawarkan syarat-syarat
perdamaian Ia datang menerangi hidup gelap, goyah, sepi
Ia penting, Ia penyelamat hidup
kita
Ref:
Datanglah, bersabdalah, sampaikan
tawaran melegakan
Datanglah, bersabdalah,
tebarkanlah keselamatan
2.
Ia
datang dengan lembut, mohon hati menyambut Ia datang dengan diam, meneduhkan
orang muram Ia datang dengan rela, menghibur jiwa kecewa
Ia penting, Ia penyelamat hidup
kita
3.
Ia
datang dengan cinta, mencari-cari kita
Ia datang dengan cinta, menawarkan
pribadi-Nya
Ia datang dengan cinta, Sang
Pengawal, Sang Sahabat
Ia penting, Ia penyelamat hidup
kita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar