MEMBANGUN BANGSA DAN NEGARA
SETURUT KEHENDAK TUHAN
Doa Pembuka
Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh
Kudus. Amin.
Allah Bapa yang penuh kasih,terima
kasih untuk segala rahmat yang Engkau berikan kepada kami sepanjang hidup kami.
Pada kesempatan yang indah ini kami akan belajar untuk memahami tentang membangun
masyarakat yang Engkau kehendaki. Semoga kami dapat menjadi saluran berkat bagi
bangsa dan negara tercinta dengan mengambil bagian dalam pembangunan sesuai
kehendak-Mu. Amin.
Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh
Kudus. Amin.
Langkah Pertama: Membangun Bsangsa Dan Negara Seturut Kehendak
Tuhan
1. Apersepsi
Guru
mengawali kegiatan pembelajaran dengan mengajak peserta didik berdialog dan
mengajak mereka mengingat kembali tema pembelajaran sebelumnya tentang
tantangan dan peluang umat Katolik dalam membangun bangsa dan negara. Guru
menanyakan, misalnya adakah kesulitan atau hambatan dalam melakukan penugasan
terkait rencana aksi, khususnya pada subpokok tersebut.
Selanjutnya
guru menyampaikan materi pembelajaran saat ini yaitu tentang Membangun
Masyarakat yang Dikehendaki Tuhan. Berkaitan dengan materi pembelajaran ini,
guru dapat memotivasi belajar peserta didik dengan pertanyaan, misalnya:
bagaimana cara membangun masyarakat yang dikehendaki Tuhan?
Nah,
mari kita memulai pembelajaran dengan menyimak artikel berikut ini.
2. Mengamati
situasi kehidupan kita
a. Peserta
didik membaca dan menyimak artikel berikut ini.
Visi
Indonesia 2045: Manfaatkan Bonus Demografi Demi Wujudkan Indonesia Maju
Menteri PPN/Kepala Bappenas
Bambang Brodjonegoro berbicara mengenai pentingnya penyelarasan Visi Indonesia
2045 dengan visi, misi, dan program pemerintah untuk memastikan keberlanjutan
pembangunan di Indonesia. “Dalam mewujudkan Visi Indonesia 2045 menjadi negara
yang Berdaulat, Maju, Adil, dan Makmur, Kementerian PPN/Bappenas berkewajiban
menghasilkan perencanaan tahunan, lima tahunan, maupun dua puluh tahunan. Oleh
karenanya, keberlanjutan visi, misi, dan program pemerintah menjadi sangat
penting untuk memastikan keberlanjutan pembangunan nasional. Mengingat
Indonesia akan mengalami bonus demografi, menjadi kesempatan emas bagi kita
untuk dapat mewujudkan mimpi bangsa Indonesia menjadi negara maju. Dengan
memanfaatkan sebaik- baiknya momen bonus demografi yang terjadi satu kali dalam
sejarah bangsa,” jelas beliau dalam Media Visit ke Tempo Group di Palmerah,
Jakarta Selatan, Senin (8/4).
Visi Indonesia 2045 memiliki empat
pilar utama.
Pilar Pertama: Pembangunan Manusia
dan Penguasaan IPTEK, dengan peningkatan taraf pendidikan rakyat Indonesia
secara merata, peran kebudayaandalam pembangunan, sumbangan IPTEK dalam
pembangunan, derajat kesehatan dan kualitas hidup rakyat, serta reformasi
ketenagakerjaan.
Pilar kedua: Pembangunan Ekonomi
yang Berkelanjutan, melalui peningkatan iklim investasi, perdagangan luar
negeri yang terbuka dan adil, industri sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi,
pengembangan ekonomi kreatif dan digital, peran pariwisata Indonesia sebagai
destinasi unggulan, pembangunan ekonomi maritim,pemantapan ketahanan pangan dan
peningkatan kesejahteraan petani, pemantapan ketahanan air, peningkatan
ketahanan energi, dan komitmen terhadap lingkungan hidup.
Pilar ketiga: Pemerataan
Pembangunan, dengan percepatan pengentasan kemiskinan, pemerataan pendapatan,
pemerataan wilayah, dan pembangunan infrastruktur yang merata dan terintegrasi.
Pilar keempat: Pemantapan
Ketahanan Nasional dan Tata Kelola Pemerintahan, dengan meningkatkan demokrasi
Indonesia menuju demokrasi yang mengemban amanat rakyat, reformasi birokrasi
dan kelembagaan, memperkuat sistem hukum nasional dan antikorupsi, pelaksanaan
politik luar negeri yang bebas aktif, serta penguatan pertahanan dan keamanan.
Saat ini, dasar hukum penyusunan
pembangunan nasional dijelaskan dalam UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional Pasal 4 Ayat (2) bahwa RPJMN merupakan
penjabaran visi, misi, dan program presiden yang penyusunannya berpedoman pada
RPJPN, yang memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program K/L
dan Lintas K/L, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro
yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan
fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan pendanaan
indikatif. Ke depan, Visi Indonesia 2045 akan menjadi landasan dalam penyusunan
perencanaan pembangunan nasional baik jangka menengah maupun panjang.
Sumber: www.bappenas.go.id (2019)/
b. Pendalaman
Peserta
didik berdiskusi, dalam kelompok dengan panduan pertanyaan-pertanyaan,
misalnya:
1) Apa
pesan dan kesanmu tentang artikel itu?
2) Mengapa
bonus demografi itu menjadi hal yang menjanjikan bagi generasi milenial?
3) Apa
itu Visi Indonesia 2045 dan keempat pilar utama pembangunannya?
4) Jelaskan
mengapa cita-cita bangsa Indonesia yang digagaskan oleh pendiri bangsa,
Soekarno-Hatta dan para pendiri lainnya, masih terus diperjuangkan hingga saat
ini!
5) Sebagai
orang Katolik Indonesia, mengapa kita harus mendukung pembangunan yang
berkeadilan sosial?
c. Melaporkan
hasil diskusi
Peserta
didik melaporkan hasil diskusi kelompoknya masing-masing dan peserta lain dapat
memberikan tanggapan.
d. Penjelasan
Guru
memberikan penjelasan sebagai peneguhan atas hasil diskusi peserta didik,
misalnya:
1)
Bangsa
Indonesia bercita-cita mewujudkan negara yang bersatu, berdaulat, adil dan
makmur. Negara Indonesia bercita-cita mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil
dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Adapun visi bangsa Indonesia
adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan,
berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman,
bertakwa dan berahklak mulia, cinta tanah air,berkesadaran hukum dan
lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki etos kerja
yang tinggi serta berdisiplin.
2)
Cita-cita
bangsa Indonesia yang digagaskan oleh pendiri bangsa, Soekarno- Hatta dan para
pendiri lainnya, masih terus diperjuangkan hingga saat ini. Memang harus diakui
bahwa kekurangan masih terjadi di masyarakat, namun langkah perbaikan juga
terus diupayakan oleh pemerintah salah satunya adalah pemerataan keadilan
sosial.
3)
Mengingat
Indonesia akan mengalami bonus demografi, menjadi kesempatan emas bagi kita
untuk dapat mewujudkan mimpi bangsa Indonesia menjadi negara maju. Dengan
memanfaatkan sebaik-baiknya momen bonus demografi yang terjadi satu kali dalam
sejarah bangsa.
4)
Visi
Indonesia 2045 memiliki empat pilar utama. Pilar Pertama: Pembangunan Manusia
dan Penguasaan IPTEK, dengan peningkatan taraf pendidikan rakyat Indonesia
secara merata, peran kebudayaan dalam pembangunan, sumbangan IPTEK dalam
pembangunan, derajat kesehatan dan kualitas hidup rakyat, serta reformasi
ketenagakerjaan.
5)
Pilar
kedua: Pembangunan Ekonomi yang Berkelanjutan, melalui peningkatan iklim
investasi, perdagangan luar negeri yang terbuka dan adil, industri sebagai
penggerak pertumbuhan ekonomi, pengembangan ekonomi kreatif dan digital, peran
pariwisata Indonesia sebagai destinasi unggulan, pembangunan ekonomi maritim,pemantapan ketahanan
pangan dan peningkatan kesejahteraan petani, pemantapan ketahanan air,
peningkatan ketahanan energi, dan komitmen terhadap lingkungan hidup.
6)
Pilar
ketiga: Pemerataan Pembangunan, dengan percepatan pengentasan kemiskinan,
pemerataan pendapatan, pemerataan wilayah, dan pembangunan infrastruktur yang
merata dan terintegrasi.
7)
Pilar
keempat: Pemantapan Ketahanan Nasional dan Tata Kelola Pemerintahan, dengan
meningkatkan demokrasi Indonesia menuju demokrasi yang mengemban amanat rakyat,
reformasi birokrasi dan kelembagaan, memperkuat sistem hukum nasional dan
antikorupsi, pelaksanaan politik luar negeri yang bebas aktif, serta penguatan
pertahanan dan keamanan.
Langkah Kedua: Mendalami Ajaran Kitab Suci Dan Ajaran Gereja
1. Ajaran
Kitab Suci.
a. Membaca/menyimak
pesan Kitab Suci
Peserta
didik membaca dan menyimak teks Injil Lukas 4:18–19
18"Roh
Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar
baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku
19untuk
memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi
orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk
memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."
b. Pendalaman
Peserta
didik berdiskusi dalam kelompok, dengan beberapa pertanyaan berikut:
1) Apa
sikap Yesus terhadap orang-orang kecil yang tertindas pada zaman-Nya?
2) Apa
sikap Yesus terhadap para penguasa pada zaman-Nya?
3) Apa
pandanganmu sebagai seorang Katolik menghadapi krisis politik dan krisis
ekonomi di Indonesia saat ini?
4) Apa
ajaran dan tindakan Yesus yang dapat kamu teladani dalam menghadapi sitausi
politik dan ekonomi yang cenderung merugikan orang banyak, khususnya rakyat
jelata?
c. Melaporkan
hasil diskusi
Setelah
berdiskusi dalam kelompok, peserta didik melaporkan hasil diskusi kelompoknya
masing-masing dan peserta lainnya dapat menanggapinya.
d. Penjelasan
Guru
memberi penjelasan sebagai peneguhan atas jawaban peserta didik dalam diskusi,
misalnya:
1)
Sekilas
gambaran latar belakang situasi sosial politik – ekonomi sebelum dan sesudah
Yesus.
Setelah
masa pembuangan bangsa Israel di Babilonia, enam abad sebelum Yesus, Palestina
tunduk kepada kerajaan Persia, Yunani, dan kekaisaran Romawi. Belakangan cecara
internal, masyarakat Pelestina dikuasai oleh raja-raja dan pejabat boneka yang
ditunjuk oleh penguasa Roma. Selain pejabat-pejabat boneka itu, masih ada kelas
pemilik tanah yang kaya raya dan kaum rohaniwan kelas tinggi yang suka menindas
rakyat demi kepentingan dan kedudukan mereka. Golongan ini sering memihak
penjajah, supaya mereka tidak kehi¬langan hak istimewa atau nama baik di mata
penjajah karena Roma mempunyai kekuasaan mencabut hak milik seseorang. Siapa
yang tidak takut? Jadi lebih baik bermanis- manis terhadap Roma, biar untuk itu
rakyat kecil harus menderita.
Kolonial
Romawi secara tidak langsung mengendalikan kaum aristokrat setempat dan para
tuan tanah. Hal ini dapat dengan mudah dilaku¬kan, karena Roma mempunyai
kekuasaan mencabut hak milik seseorang seperti yang sudah disinggung di atas.
Oleh karena itu para aris¬tokrat (baik sipil maupun rohaniwan) berkepentingan
bekerja sama dengan penguasa Romawi. Selain itu ada pejabat- pejabat yang
menjadi perantara yang ditunjuk langsung oleh penguasa Romawi dan pada umumnya
diambil dari kalangan sesepuh Sanhendrin (Majelis Agung) serta majelis rendah
yang diambil dari kelas bawah. Mereka bertanggungjawab mengumpulkan pajak.
Dominasi militer terlihat dengan kehadiran tentara Romawi di mana-mana. Mereka
diambil dari Siria atau Palestina, tetapi tidak dari kalangan Yahudi.
Kadang-kadang
situasi yang menekan tidak tertahankan, sehingga timbul pemberontakan yang umumnya
digerakan oleh kaum Zelot yang bermarkas di Galilea; namun selalu dapat
dipadamkan. Biasanya terjadi banjir darah dalam penumpasan itu. Itu sebabnya
pengharapan akan datangnya tokoh dan masa mesianis yang nasiona¬lis bertumbuh
subur di kalangan pejuang Zelot.
2)
Sikap
dan Tindakan Yesus
Yesus
Kristus hidup di zaman yang penuh pergolakan politik dibawah bangsa penjajah
Romawi serta raja bonekanya di Palestina. Ketika Yesus mulai tampil di hadapan
publik untuk mewartakan kabar baik tentang Kerajaan Allah, Ia menyatakan
perutusan-Nya:
”Roh
Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia mengurapi Aku,untuk menyampaikan kabar baik
kepada orang-orang miskin, dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan
pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta,
untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat
Tuhan telah datang” (Luk 4:18–19).
Kehidupan
rakyat jelata semasa Yesus sungguh memprihatinkan. Mereka ditindas dan dihimpit
oleh para penguasa dan pemimpin-pemimpin agama. Bangsa Yahudi waktu itu
dikuasai oleh Kekaisaran Roma. Roma menempatkan seorang gubernur dengan
tentaranya yang cukup kuat di Palestina. Waktu Yesus mulai aktif berkhotbah,
Pontius Pilatus menjadi gubernur Roma di Palestina, sedangkan rajanya ialah
Herodes. Roma tidak campur tangan dalam kehidupan sosial dan keagamaan bangsa
Yahudi, asal mereka tidak memberontak dan rajin membayar pajak.
Pajak
memang membebani rakyat miskin. Betapa tidak! Selain pajak kepada pemerintah
penjajah, masih ada lagi pajak kepada pemerintahan daerah dan pajak agama.
Pajak agama ialah pajak bagi bait Allah yang berupa sepersepuluh dari hasil
bumi. Selain dihimpit oleh para penguasa, rakyat kecil masa itu dihimpit pula
oleh para rohaniwan, yaitu kaum Farisi. Kaum Farisi itu berjuang untuk menjaga
kemurnian agama. Mereka mewajibkan diri untuk melaksanakan bermacam- macam
tindakan religius dan ritual, seperti puasa, matiraga, dan sebagainya.
Orang-orang Farisi tidak hanya berada di Yerusalem, tetapi juga di desa-desa di
seluruh tanah Yahudi. Karena kegiatan mereka, pengaruh mereka sangat besar
dalam masyarakat. Di antara mereka terdapat para rabbi yang mengajar seluruh
rakyat. Akan tetapi, di balik semuanya itu mereka sebenarnya suka memanipulasi
hukum-hukum Taurat dan menciptakan 1001 macam peraturan yang sangat menekan
rakyat kecil, tetapi menguntungkan diri mereka sendiri.
Terhadap
penindasan dan ketidakadilan seperti itu, Yesus bangkit untuk membela rakyat
kecil yang menderita. Ia mengecam keras para penguasa tanpa takut. Yesus tak pernah
bungkam terhadap praktik-praktik yang tidak adil. Ia tidak berdiam diri atau
bersikap kompromistis supaya terelak dari kesulitan. Ia sudah bisa membayangkan
risikonya. Akan tetapi, Ia konsekuen. Tak segan Ia mengkritik mereka yang
”berpakaian halus di istana” (Mat. 11:8). Ia mengecam raja-raja yang tak
mengenal dan mencintai Allah, tetapi menindas rakyat. Ia mengecam
penguasa-penguasa yang menyebut diri ”pelindung rakyat” (Luk. 22:25). Ia tak
takut menyebut raja Herodes sebagai serigala (Luk. 13:32).
Dan,
apa kata Yesus kepada kaum Farisi, golongan rohaniwan masa-Nya yang sangat
berpengaruh itu? Kita kutip langsung ucapan-ucapan-Nya, antara lain sebagai
berikut.
”Celakalah
kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang
munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang
dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman
yang lebih berat” (Mat. 23:14).
”Celakalah
kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang
munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis, dan jintan kamu bayar,
tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan
belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan
diabaikan” (Mat. 23:23).
Yesus
sangat berani berhadapan dengan para penguasa, entah penguasa pemerintahan,
maupun pengauasa kegamaan. Kaum Farisi adalah golongan yang sangat berpengaruh
pada saat itu, seperti para rohaniwan pada masa kita sekarang ini! Yesus tahu
risikonya. Ia berani membela rakyat kecil. Ia menyerang setiap penindasan dan
ketidakadilan sosial.
Yesus
mewartakan Kabar Gembira dan Kabar Gembira bukanlah suatu program sosial
politis. Orang boleh mengikuti warta-Nya dengan komitmen sosial politik apa
pun. Kritik-Nya yang tajam terhadap penguasa tidak bernada politis dan
perjuangan kelas. Ia hanya mau menegakkan nilai-nilai Kerajaan Allah, seperti
keadilan, cinta kasih, dan perdamaian. Para penguasa dan pemimpin- pemimpin
agama harus menegakkan nilai-nilai itu. Mereka harus melayani rakyat kecil,
bukan menindas!
Mungkin
saja orang melihat Yesus sebagai seorang tokoh revolusioner dan pembebas,
tetapi tokoh yang membebaskan manusia dari egoisme, kesombongan,
kesewenang-wenangan, ketidakadilan, dan sebagainya. Yesus memang Pembebas;
membebaskan manusia tanpa kekerasan. Suatu pembebasan yang muncul dari batin
manusia, lalu mewujud dalam masyarakat dalam bentuk apa pun. Pembebasan juga
berupa pertobatan, yaitu suatu peralihan sikap dari segala praktik egoistis
kepada sikap mengabdi Allah dan sesama.
2. Ajaran
Gereja
“Antara
pewartaan Injil dan kemajuan manusiawi-perkembangan dan pembebasan- memang
terdapat ikatan yang mendalam. Termasuk di situ ikatan pada tingkat
antropologi, sebab manusia yang harus menerima pewartaan bukan sesuatu yang
abstrak, melainkan terkena oleh masalah-persoalan sosial dan ekonomi. Termasuk
pula ikatan pada tingkat teologis, sebab rencana penciptaan tidak terceraikan
dari rencana penebusan. Rencana kedua itu menyangkut pelbagai situasi sangat
konkret ketidak-adilan yang harus diperangi, dan keadilan yang harus
dipulihkan. Tercakup juga ikatan pada tingkat sangat Injili, yakni ikatan cinta
kasih: sebab menurut kenyataan, bagaimana orang dapat mewartakan perintah baru,
tanpa mendukung dalam keadilan dan perdamaian kemajuan manusia yang otentik-
sejati? Kami sendiri berusaha menunjukkan itu dengan mengingatkan, bahwa
mustahillah menerima ”bahwa dalam pewartaan Injil orang dapat atau harus tidak
mau tahu-menahu tentang pentingnya masalah-persoalan yang sekarang ini begitu
banyak diperdebatkan, tentang keadilan, pembebasan, perkembangan dan perdamaian
di dunia. Andaikata begitu, itu berarti melupakan pelajaran yang kita terima
dari Injil tentang cinta kasih terhadap sesama yang sedang menderita dan serba
kekurangan”. Suara-suara serupa, yang selama Sinode penuh semangat, kearifan
dan keberanian menyentuh tema yang hangat itu, –dan ini sangat menggembirakan
kami– telah menyajikan prinsip-prinsip yang gemilang untuk dengan cermat
memahami penting dan mendalamnya makna pembebasan, seperti diwartakan dan
dilaksanakan oleh Yesus dari Nazareth, dan disiarkan oleh Gereja”. (Evangelii
Nuntiandi artikel 31).
Langkah Ketiga: Menghayati Makna Membangun Bangsa Dan Negara
Seturut Kehendak Tuhan
1. Refleksi
Peserta
didik menuliskan sebuah refleksi tentang keterlibatan dirimu dalam pembangunan
bangsa dan negara sesuai dengan kehendak Tuhan. Refleksi bisa dalam bentuk
essay, doa, puisi, dan lain-lain.
Peserta
didik membuat sebuah roadmap yang berisikan peranmu bagi masyarakat Indonesia
di masa depan, bertitik tolak dari cita-cita kariermu di masa depan.
2. Aksi
Peserta
didik membuat rencana aksi untuk terlibat aktif di tempat tinggal masing-
masing, yaitu kerja bhakti, gotong royong di lingkungan RT, RW, dan desa atau
kelurahan. Peserta didik diminta untuk menjadi motor dari gerakan kerja gotong
royong di tempat tinggalnya itu.
Doa Penutup
Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh
Kudus. Amin.
Terima kasih ya Allah Tritunggal,
atas berkat dan rahmat-Mu, kami dapat mengikuti kegiatan pembelajaran tentang
membangun masyarakat yang Engkau kehendaki. Semoga kami sebagai generasi muda
bangsa dapat mengambil bagian dalam pembangunan dengan menggunakan talenta yang
Engkau berikan kepada kami masing-masing, demi kemuliaan-Mu, sepanjang segala masa.
Amin.
Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh
Kudus. Amin.
Rangkuman
§
Bangsa Indonesia bercita-cita mewujudkan negara yang bersatu,
berdaulat, adil dan makmur. Negara Indonesia bercita-cita mewujudkan masyarakat
Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Adapun visi
bangsa Indonesia adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai,
demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat,
mandiri, beriman, bertakwa dan berahklak mulia, cinta tanah air,berkesadaran
hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki
etos kerja yang tinggi serta berdisiplin. Umat Katolik turut mengambil bagian
dalam perjuangan untuk mebangun bangsa dengan asas keadilan sosial, merupakan
bentuk perwujutan imannya akan Yesus Kristus sebagai pusat idup iman kristiani.
§
Yesus Kristus adalah tokoh yang berani berhadapan dengan para
penguasa, entah penguasa pemerintahan, maupun penguasa kegamaan. Kaum Farisi
adalah golongan yang sangat berpengaruh pada saat itu, seperti para rohaniwan
pada masa kita sekarang ini! Yesus tahu risikonya. Ia berani membela rakyat
kecil. Ia melawan setiap penindasan dan ketidakadilan sosial. Yesus menegakkan
nilai-nilai Kerajaan Allah, seperti keadilan, cinta kasih, dan perdamaian. Para
penguasa dan pemimpin-pemimpin agama harus menegakkan nilai-nilai itu. Mereka
harus melayani rakyat kecil, bukan menindas. Itulah sikap dan ajaran Yesus,
melayani bukan dilayani.
§
Yesus adalah seorang Pembebas sejati; membebaskan manusia tanpa
kekerasan. Suatu pembebasan yang muncul dari batin manusia, lalu mewujud dalam
masyarakat dalam bentuk apa pun. Pembebasan juga berupa pertobatan, yaitu suatu
peralihan sikap dari segala praktik egoistis kepada sikap mengabdi Allah dan
sesama.
§
Ajaran Gereja: Ketidakadilan harus diperangi, dan keadilan yang
harus dipulihkan. Tercakup juga ikatan pada tingkat sangat Injili, yakni ikatan
cinta kasih: sebab menurut kenyataan, bagaimana orang dapat mewartakan perintah
baru, tanpa mendukung dalam keadilan dan perdamaian kemajuan manusia yang
otentik-sejati.
§
Gereja harus hadir untuk mewartakan Kerajaan Allah di tengah dunia
yang penuh dengan persoalan. Gereja harus berpihak pada orang-orang kecil dan yang
tertindas, baik secara ekonomi, politik, dan sebagainya.
§
Gereja melanjutkan karya keselamatan Kristus di dunia. Gereja
sebagai sakramen Kristus, yaitu sebagai tanda dan sarana keselamatan bagi umat
manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar