Cari Blog Ini

Senin, 27 Januari 2025

KEBERAGAMAN SEBAGAI REALITAS ASALI KEHIDUPAN MANUSIA

 

KEBERAGAMAN SEBAGAI REALITAS ASALI KEHIDUPAN MANUSIA

 

Doa Pembuka

Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Amin.

Allah, Bapa kami, Engkau telah menciptakan alam semesta sebagai kediaman bagi umat manusia untuk berkarya dan menata hidupnya setiap waktu. Allah Bapa, Kami bersyukur atas Tanah Air yang kami diami ini. Tanah air yang luas, ribuan pulau, gunung, daratan, hutan, semuanya menyemarakkan tanah air kami. Limpah syukur atas ratusan suku dan aneka budaya serta bahasa yang Kau himpun menjadi satu bangsa dan satu bahasa. Kami mohon berkat-Mu bagi semua yang mendiami tanah air ini. Semoga kami semua berusaha memelihara dan memajukannya. Bebaskanlah tanah air kami dari bahaya: bencana alam, kelaparan, perang, dan wabah penyakit. Jadikanlah kami sebagai umat beriman yang makin tekun membangun tanah air demi kemakmuran dan kesejahteraan hidup bangsa dan negara kami. Amin.

Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Amin.

 

Langkah pertama: mengamati keanekaragaman dan kesatuan Bangsa Indonesia

1.    Apersepsi

Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan mengajak peserta didik berdialog dan mengajak mereka mengingat kembali tema pembelajaran sebelumnya tentang memperjuangkan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat. Guru menanyakan, misalnya; adakah kesulitan atau hambatan dalam melakukan penugasan pokok bahasan tentang memperjuangkan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat, khusus materi pembelajaran terakhir tentang Yesus membangun masyarakat yang bermartabat.

Selanjutnya guru menyampaikan materi pembelajaran saat ini yaitu tentang hidup bersama dalam keberagaman. Berkaitan dengan materi pembelajaran ini, guru dapat memotivasi belajar peserta didik dengan pertanyaan, misalnya: apa makna keberagaman sebagai realitas asali kehidupan manusia? Bagaimana mengupayakan perdamian dan persatuan bangsa? (atau) apakah keberagaman itu suatu ancaman atau kekayaan? Pada pertemuan ini, kita akan belajar tentang keberagaman sebagai realitas asali kehidupan manusia, khususnya bagi kita masyarakat bangsa Indonesia. Nah, mari kita memulai pembelajaran dengan menyanyikan salah satu lagu nasional berikut ini.

2.    Melihat keberagaman di Indonesia

a.      Menyanyikan lagu tentang ke-Indonesiaan.

Peserta didik diajak untuk menyanyikan lagu nasional “Dari Sabang sampai Merauke” ciptaan R. Suharjo.

Dari Sabang sampai Merauke, berjajar pulau–pulau.

Sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia.

Indonesia tanah airku, aku berjanji padamu, menjunjung tanah airku, tanah airku Indonesia.

b.      Pendalaman

Setelah bernyanyi dengan penuh hikmat, peserta didik diajak untuk berdiskusi dengan pertanyaan-pertanyaan, misalnya:

1)      Lagu dari Sabang sampai Merauke mau menggambarkan tentang apa?

2)      Apa saja keberagaman di Indonesia?

3)      Apa kekuatan dari keberagaman di Indonesia?

4)      Apa makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika di Indonesia?

c.       Melaporkan Hasil Diskusi

Setiap kelompok menyampaikan laporan hasil diskusinya dan peserta lainnya dapat memberikan tanggapan kritis.

d.      Penjelasan

Guru memberikan penjelasan sebagai peneguhan atas jawaban diskusi peserta didik, misalnya:

·       Lirik lagu tersebut menggambarkan betapa Indonesia sangat kaya akan pulau yang berjajar menjadi satu. Indonesia adalah negara yang mempunyai suku bangsa dan kebudayaan terbanyak di dunia, lebih dari 740 suku bangsa (etnis), serta 726 ragam bahasa, serta beragam kesenian yang berada di Sabang sampai Merauke.

·       Keberagaman adalah anugerah bagi Indonesia, karena keberagaman di Indonesia memiliki banyak potensi dan kekayaan yang luar biasa.

·       Perbedaan suku, bangsa, agama, bahasa, etnis, kekayaan merupakan kekuatan untuk menjadi bangsa yang besar. Karena itu kita harus menjaganya dari kelompok-kelompok tertentu untuk memecah belah kita karena keberagaman itu. Ada kelompok berpandangan bahwa kesamaan suku, etnis, agama, budaya dan lainnya dianggap sebagai sesuatu yang lebih baik dibanding keberagaman. Karena itu bagi mereka keberagaman adalah sebuah ancaman, bukan sebagai peluang. Keberagaman adalah kelemahan bukan kekuatan. Pemikiran-pemikiran seperti itu adalah pemikiran yang sempit, karena keberagaman adalah peluang dan bukan ancaman, kekuatan dan bukan kelemahan.

·       Keberagaman adalah peluang, kekuatan, sekaligus kekayaaan luar biasa yang dimiliki Indonesia. Indonesia ibarat pelangi, indah karena beragam warna, bukan karena satu warna saja. Indonesia ibarat konser musik, bagus karena terdiri dari beragam alat musik bukan hanya 1 jenis alat musik saja. Indonesia adalah keragaman yang satu, seperti tubuh memiliki banyak anggota tubuh berbeda-beda, namun tetap dapat berjalan bersama untuk mencapai tujuan.

·       Bukankah alam ciptaan Tuhan telah menggambarkan bahwa keberagaman adalah sesuatu yang memang ada dan harus disyukuri. Bukankah Tuhan telah mengajarkan kepada manusia bahwa keberagaman adalah karunia dan tidak bisa dihilangkan.

·       Jadi kalau Indonesia memiliki keberagaman budaya, agama, suku, ras, kekayaan alam dan lainnya, itu sebuah anugerah Tuhan yang luar biasa yang harus disyukuri dan dipertahankan. Keberagaman adalah peluang dan kekuatan Indonesia, untuk saling melengkapi, menghormati dan untuk menjadi lebih maju dan sejahtera. Keberagaman itu satu, satu untuk Indonesia, untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

 

Langkah kedua: mendalami keanekaragaman dan kesatuan suatu bangsa dalam terang iman kristiani

1.    Ajaran Kitab Suci.

a.      Menyimak Ajaran Kitab Suci

Guru mengajak peserta didik dalam kelompok untuk menyimak dan mendiskusikan teks-teks Kitab Suci berikut ini.

Yohanes 4:1–42

1Ketika Tuhan Yesus mengetahui, bahwa orang-orang Farisi telah mendengar, bahwa Ia memperoleh dan membaptis murid lebih banyak dari pada Yohanes.

2meskipun Yesus sendiri tidak membaptis, melainkan murid-murid-Nya,

3Ia pun meninggalkan Yudea dan kembali lagi ke Galilea.

4Ia harus melintasi daerah Samaria.

5Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf.

6Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas.

7Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: "Berilah Aku minum."

8Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan.

9Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.)

10Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup."

11Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?

12Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?"

13Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi,

14tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."

15Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air."

16Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini."

17Kata perempuan itu: "Aku tidak mempunyai suami." Kata Yesus kepadanya: "Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami,

18sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar."

19Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi.

20Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah."

21Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.

22Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.

23Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah- penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.

24Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."

25Jawab perempuan itu kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami."

26Kata Yesus kepadanya: "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau."

27Pada waktu itu datanglah murid-murid-Nya dan mereka heran, bahwa Ia sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan. Tetapi tidak seorang pun yang berkata: "Apa yang Engkau kehendaki? Atau: Apa yang Engkau percakapkan dengan dia?"

28Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ:

29"Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?"

30Maka mereka pun pergi ke luar kota lalu datang kepada Yesus.

31Sementara itu murid-murid-Nya mengajak Dia, katanya: "Rabi, makanlah."

32Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal."

33Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain: "Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?"

34Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

35Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang- ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai.

36Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita.

37Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: Yang seorang menabur dan yang lain menuai.

38Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang- orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka."

39Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi: "Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat."

40Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta kepada-Nya, supaya Ia tinggal pada mereka; dan Ia pun tinggal di situ dua hari lamanya.

41Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataan-Nya,

42dan mereka berkata kepada perempuan itu: "Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia."

 

b.      Pendalaman/Diskusi

Peserta didik berdiskusi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.

1.      Apa pesan Yohanes 4:1–42?

2.      Bagaimana sikap Yesus waktu Ia hidup di dunia ini terhadap keanekaan dari bangsanya? Apakah Ia pernah mendambakan semangat persatuan dari bangsanya yang terdiri atas suku-suku?

3.      Apa kaitan pesan Kitab Suci bagi kita yang hidup dalam kebhinnekatunggalikaan di negeri kita Indonesia?

 

c.       Melaporkan hasil diskusi

Peserta didik menyampaikan hasil diskusi kelompok dan kelompok lain dapat memberikan tanggapan, atas laporan diskusi tersebut.

 

d.      Penjelasan

Guru memberikan penjelasan sebagai peneguhan setelah mendapat jawaban para peserta didik, misalnya sebagai berikut:

·     Pada saat Yesus datang, bangsa Yahudi sudah dijajah oleh bangsa Romawi, karena mereka lemah dan terpecah belah. Ketika Yesus ingin mempersatukan mereka dalam suatu Kerajaan dan Bangsa yang baru yang bercorak rohani, Yesus mengeluh bahwa betapa sulit untuk mempersatukan bangsa ini. Mereka seperti anak-anak ayam yang kehilangan induknya.

·     Yesus bahkan berusaha untuk menyapa suku yang dianggap bukan Yahudi lagi seperti orang-orang Samaria. Kita tentu masih ingat akan sapaan dan dialog Yesus dengan wanita Samaria sumur Yakob.

·     Bagi orang Yahudi, orang Samaria adalah orang asing, baik dari sisi adat- istiadat maupun agamanya. Dalam praktik hidup sehari-hari pada zaman Yesus, antara orang Yahudi dan orang Samaria terjadi permusuhan. Orang Yahudi menganggap orang Samaria tidak asli Yahudi, tetapi setengah kafir. Akibatnya, mereka tidak saling menyapa dan selalu ada perasaan curiga. Yang menarik untuk direnungkan adalah kesediaan Yesus menyapa perempuan Samaria dan menerimanya. Dalam perbincangan dengan perempuan Samaria itu, Yesus menuntun perempuannya sampai pada kesadaran akan iman yang benar. Bagi Yesus siapa pun sama, perempuan Samaria bagi Yesus adalah sesama yang sederajat. Yesus tidak pernah membedakan manusia berdasar atas suku, agama, golongan, dan sebagainya. Di mata Tuhan tidak ada orang yang lebih mulia atau lebih rendah. Tuhan memberi kesempatan kepada siapa pun untuk bersaudara. Tuhan menyatakan diri-Nya bukan hanya untuk suku/ golongan tertentu, tetapi untuk semua orang.

 

2.    Mendalami ajaran Gereja

a.      Membaca/menyimak ajaran Gereja

Setelah mendalami pesan Kitab Suci, guru mengajak peserta didik untuk menyimak dan mendiskusikan ajaran Gereja berikut ini:

Sifat Kebersamaan Panggilan Manusia dalam Rencana Allah

Allah, yang sebagai Bapa memelihara semua orang, menghendaki agar mereka semua merupakan satu keluarga, dan saling menghadapi dengan sikap persaudaraan. Sebab mereka semua diciptakan menurut gambar Allah, yang “menghendaki segenap bangsa manusia dari satu asal mendiami seluruh muka bumi” (Kis. 17:26). Mereka semua dipanggil untuk satu tujuan yang sama, yakni Allah sendiri. Oleh karena itu cinta kasih terhadap Allah dan sesama merupakan perintah yang pertama dan terbesar. Kita belajar dari Kitab suci, bahwa kasih terhadap Allah tidak terpisahkan dari kasih terhadap sesama: “… sekiranya ada perintah lain, itu tercakup dalam amanat ini: Hendaknya engkau mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri … jadi kepenuhan hukum ialah cinta kasih” (Rom. 13:9–10; lih. 1Yoh. 4:20). Menjadi makin jelaslah, bahwa itu sangat penting bagi orang-orang yang semakin saling tergantung dan bagi dunia yang semakin bersatu. Bahkan ketika Tuhan Yesus berdoa kepada Bapa, supaya “semua orang menjadi satu …, seperti kita pun satu” (Yoh. 17:21–22), dan membuka cakrawala yang tidak terjangkau oleh akal budi manusiawi, ia mengisyaratkan kemiripan antara persatuan pribadi-pribadi ilahi dan persatuan putera-puteri Allah dalam kebenaran dan cinta kasih. Keserupaan itu menampakkan, bahwa manusia, yang di dunia ini merupakan satu-satunya makhluk yang oleh Allah dikehendaki demi dirinya sendiri, tidak dapat menemukan diri sepenuhnya tanpa dengan tulus hati memberikan dirinya” (GS. 24).

 

b.      Pendalaman

Peserta didik berdiskusi dalam kelompok, dengan panduan pertanyaan- pertanyaan berikut:

1)      Apa pesan secara umum dari Gaudium et Spes (GS) artikel 24 di atas?

2)      Apa maksudnya manusia dipanggil pada satu tujuan yang sama?

3)      Mengapa hukum kasih menjadi dasar dalam membangun relasi dengan sesama?

4)      Bagaimana pandangan pribadimu sendiri kebersamaan dalam hidup dengan sesama?

Catatan:

Bila kondisi kelas memungkinkan, maka pendalaman ajaran Kitab Suci dan ajaran Gereja dapat disatukan dalam satu kegiatan dua kelompok, yaitu kelompok satu membahas Kitab Suci, kelompok kedua membahas GS. 24 dengan pertanyaan- pertanyaan diskusi yang sama atau bisa ditambahkan lagi oleh guru.

 

c.       Melaporkan Hasil Diskusi

Peserta didik melaporkan hasi diskusi kelompok masing-masing dan ditanggapi oleh kelompok lain.

 

d.      Penjelasan

Guru memberikan penjelasan setelah mendapat jawaban dalam diskusi dengan peserta didik, misalnya sebagai berikut:

Sikap Yesus harus menjadi sikap setiap orang kristiani, maka perlu diusahakan, antara lain:

1)      Sikap-Sikap yang Bersifat Mencegah Perpecahan:

Upaya-upaya konkret untuk membangun kehidupan bersama harus dikembangkan dengan menghapus primordial dan sektarian dengan menghapus sekat-sekat dan pengkotak-kotakan masya-rakat menurut kelompok-kelompok agama, etnis, dan lain-lain.

2)      Sikap-sikap yang positif/aktif

·     Dalam masyarakat majemuk, setiap orang harus berani menerima perbedaan sebagai suatu rahmat. Perbedaan/keanekaragaman adalah keindahan dan merupakan faktor yang memperkaya. Adanya perbedaan itu memberi kesempatan untuk berpartisipasi menyumbangkan keunikan dan kekhususannya demi kesejahteraan bersama.

·     Perlu dikembangkan sikap saling menghargai, toleransi, menahan diri, rendah hati, dan rasa solidaritas demi kehidupan yang tenteram, harmonis, dan dinamis.

·     Setiap orang bahu-membahu menata masa depan yang lebih cerah, lebih adil, makmur, dan sejahtera.

·     Mengusahakan tata kehidupan yang adil dan beradab.

·     Mengusahakan kegiatan dan komunikasi lintas suku, agama, dan ras.

 

Langkah ketiga: menghayati keberagaman dalam hidup sehari-hari

1.    Refleksi

·     Peserta didik menuliskan refleksi tentang keberagaman dalam masyarakat dan bangsa Indonesia sebagai suatu anugerah dari Tuhan yang perlu disyukuri dan dipraktikkan dalam hidup sehari-hari. Refleksi ditulis di buku catatannya.

·     Mengungkapkan secara tertulis doa syukur untuk bangsa Indonesia yang telah dianugerahi keanekaragaman suku dan budaya.

 

2.    Aksi

·     Peserta didik membuat poster yang berisi ajakan untuk menjaga kesatuan dan persatuan bangsa dan tempelkan di majalah dinding sekolah atau difoto dan diunggah di media sosial milik sekolah atau di akun media sosial pribadi.

·     Membuat laporan tentang kegiatan di lingkungan rumah/masyarakat sebagai bentuk menghayati keberagaman di tengah masyarakat.

 

Doa Penutup

Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Amin.

Allah Bapa di surga, Kami umat-Mu yang mendiami bumi Indonesia kaya dengan keanekaragaman suku, agama, dan budaya. Kami mohon ajari kami untuk menyadari bahwa keanekaragaman suku, bahasa, dan tanah air yang luas serta indah adalah berkat istimewa bagi kami bangsa Indonesia. Satukanlah kami bangsa Indonesia untuk setia dan cinta akan tanah air kami serta ajari kami untuk mampu membangun bangsa kami. Doa ini kami satukan dengan doa yang diajarkan Yesus Kristus, Tuhan Juru Selamat kami.

Bapa kami…

Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Amin.

 

Rangkuman

·     Kemajemukan adalah ciri asli dari kehidupan manusia di dunia ini. Tuhan menciptakan umat manusia dalam keperbedaan yang tak terhindarkan. Maka, kemajemukan merupakan keadaan yang tak terhindarkan. Orang harus belajar mengambil sikap yang tepat dan belajar bertindak secara arif untuk biasa hidup dan membangun masyarakat dalam keanekaan. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk. Kemajemukan ini tampak dalam berbagai bentuk, antara lain: agama, suku, bahasa, adat-istiadat, dan sebagainya. Contoh keanekaragaman ini dapat disebut lebih banyak lagi. Namun, hal yang terpenting ialah menyadari bahwa bangsa Indonesia ini adalah bangsa yang multi kultur bukan suatu bangsa monokultur.

·     Bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural yang berciri keanekaragaman dalam aspek-aspek kehidupan. Keanekaragaman itu juga diterima dan dihayati dalam satu kesatuan sebagai bangsa. Suku yang berasal dari ribuan pulau dengan budaya, adat-istiadat, bahasa, dan agama yang berbeda-beda itu, semuanya mengikrarkan diri sebagai satu bangsa satu bahasa dan satu tanah air Indonesia. Bangsa Indonesia yang berbeda-beda itu selain diikat oleh satu sejarah masa lampau yang sama, yakni penjajahan oleh bangsa asing dalam kurun waktu yang panjang, juga diikat oleh satu cita-cita yang sama yakni membangun masa depan bangsa yang berketuhanan, berperikemanusiaan, bersatu, berkeadilan, dan berdaulat.

·     Berdasarkan pemahaman seperti itu, maka setiap individu mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Suku yang satu tidak lebih diunggulkan dari suku lain, agama yang satu tidak mendominasi agama lain.

·     Kodrat bangsa Indonesia memang berbeda-beda, namun tetap dalam satu kesatuan. Hal tersebut dirumuskan dengan sangat bijak dan tepat oleh bangsa Indonesia, yakni “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti beranekaragaman atau berbeda-beda namun satu. Kenyataannya keberadaan bangsa Indonesia memang berbeda-beda namun tetap satu bangsa. Bangsa yang utuh dan bersatu serta yang berbeda-beda itu adalah saudara sebangsa dan setanah air. Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928 menegaskan kita adalah satu nusa, satu bangsa, satu bahasa Indonesia.

·     Kebhinnekatunggalikaan itu bukan hal yang sudah selesai, tuntas sempurna, dan statis, tetapi perlu terus-menerus dipertahankan, diperjuangkan, diisi, dan diwujudkan terus-menerus.

·     Menjaga kebhinnekaan, keutuhan, kesatuan, dan keharmonisan kehidupan merupakan panggilan tugas bangsa Indonesia. Keberagaman adalah kekayaan, sedang kesatuan persaudaraan sejati adalah semangat dasar. Kehidupan yang berbeda-beda itu harus saling menyumbang dalam kebersamaan dan kesejahteraan bersama.

·     Yesus Kristus memberikan contoh tentang bagaimana menghargai orang lain sebagai sesama. Dia menyapa, bergaul dengan orang-orang yang dianggap bukan Yahudi lagi seperti orang-orang Samaria. Kita tentu masih ingat akan sapaan dan dialog Yesus dengan wanita Samaria sumur Yakob.

·     Bagi orang Yahudi, orang Samaria adalah orang asing, baik dari sisi adat- istiadat maupun agamanya. Dalam praktik hidup sehari-hari pada zaman Yesus, antara orang Yahudi dan orang Samaria terjadi permusuhan. Orang Yahudi menganggap orang Samaria tidak asli Yahudi, tetapi setengah kafir. Akibatnya, mereka tidak saling menyapa dan selalu ada perasaan curiga. Yang menarik untuk direnungkan adalah kesediaan Yesus menyapa perempuan Samaria dan menerimanya. Dalam perbincangan dengan perempuan Samaria itu, Yesus menuntun perempuannya sampai pada kesadaran akan iman yang benar. Bagi Yesus siapa pun sama, perempuan Samaria bagi Yesus adalah sesama yang sederajat. Yesus tidak pernah membedakan manusia berdasar atas suku, agama, golongan, dan sebagainya. Di mata Tuhan tidak ada orang yang lebih mulia atau lebih rendah. Tuhan memberi kesempatan kepada siapa pun untuk bersaudara. Tuhan menyatakan diri-Nya bukan hanya untuk suku/ golongan tertentu, tetapi untuk semua orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar