KEBERAGAMAN SEBAGAI REALITAS ASALI
KEHIDUPAN MANUSIA
Doa Pembuka
Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh
Kudus. Amin.
Allah, Bapa kami, Engkau telah
menciptakan alam semesta sebagai kediaman bagi umat manusia untuk berkarya dan
menata hidupnya setiap waktu. Allah Bapa, Kami bersyukur atas Tanah Air yang
kami diami ini. Tanah air yang luas, ribuan pulau, gunung, daratan, hutan,
semuanya menyemarakkan tanah air kami. Limpah syukur atas ratusan suku dan
aneka budaya serta bahasa yang Kau himpun menjadi satu bangsa dan satu bahasa.
Kami mohon berkat-Mu bagi semua yang mendiami tanah air ini. Semoga kami semua
berusaha memelihara dan memajukannya. Bebaskanlah tanah air kami dari bahaya:
bencana alam, kelaparan, perang, dan wabah penyakit. Jadikanlah kami sebagai
umat beriman yang makin tekun membangun tanah air demi kemakmuran dan
kesejahteraan hidup bangsa dan negara kami. Amin.
Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh
Kudus. Amin.
Langkah pertama: mengamati
keanekaragaman dan kesatuan Bangsa Indonesia
1.
Apersepsi
Guru
mengawali kegiatan pembelajaran dengan mengajak peserta didik berdialog dan
mengajak mereka mengingat kembali tema pembelajaran sebelumnya tentang
memperjuangkan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat. Guru menanyakan,
misalnya; adakah kesulitan atau hambatan dalam melakukan penugasan pokok
bahasan tentang memperjuangkan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat, khusus
materi pembelajaran terakhir tentang Yesus membangun masyarakat yang
bermartabat.
Selanjutnya
guru menyampaikan materi pembelajaran saat ini yaitu tentang hidup bersama
dalam keberagaman. Berkaitan dengan materi pembelajaran ini, guru dapat
memotivasi belajar peserta didik dengan pertanyaan, misalnya: apa makna
keberagaman sebagai realitas asali kehidupan manusia? Bagaimana mengupayakan
perdamian dan persatuan bangsa? (atau) apakah keberagaman itu suatu ancaman
atau kekayaan? Pada pertemuan ini, kita akan belajar tentang keberagaman
sebagai realitas asali kehidupan manusia, khususnya bagi kita masyarakat bangsa
Indonesia. Nah, mari kita memulai pembelajaran dengan menyanyikan salah satu
lagu nasional berikut ini.
2.
Melihat
keberagaman di Indonesia
a. Menyanyikan
lagu tentang ke-Indonesiaan.
Peserta
didik diajak untuk menyanyikan lagu nasional “Dari Sabang sampai Merauke”
ciptaan R. Suharjo.
Dari Sabang sampai Merauke,
berjajar pulau–pulau.
Sambung menyambung menjadi satu,
itulah Indonesia.
Indonesia tanah airku, aku
berjanji padamu, menjunjung tanah airku, tanah airku Indonesia.
b. Pendalaman
Setelah
bernyanyi dengan penuh hikmat, peserta didik diajak untuk berdiskusi dengan
pertanyaan-pertanyaan, misalnya:
1)
Lagu
dari Sabang sampai Merauke mau menggambarkan tentang apa?
2)
Apa
saja keberagaman di Indonesia?
3)
Apa
kekuatan dari keberagaman di Indonesia?
4)
Apa
makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika di Indonesia?
c. Melaporkan
Hasil Diskusi
Setiap
kelompok menyampaikan laporan hasil diskusinya dan peserta lainnya dapat
memberikan tanggapan kritis.
d. Penjelasan
Guru
memberikan penjelasan sebagai peneguhan atas jawaban diskusi peserta didik,
misalnya:
·
Lirik
lagu tersebut menggambarkan betapa Indonesia sangat kaya akan pulau yang berjajar
menjadi satu. Indonesia adalah negara yang mempunyai suku bangsa dan kebudayaan
terbanyak di dunia, lebih dari 740 suku bangsa (etnis), serta 726 ragam bahasa,
serta beragam kesenian yang berada di Sabang sampai Merauke.
·
Keberagaman
adalah anugerah bagi Indonesia, karena keberagaman di Indonesia memiliki banyak
potensi dan kekayaan yang luar biasa.
·
Perbedaan
suku, bangsa, agama, bahasa, etnis, kekayaan merupakan kekuatan untuk menjadi
bangsa yang besar. Karena itu kita harus menjaganya dari kelompok-kelompok
tertentu untuk memecah belah kita karena keberagaman itu. Ada kelompok
berpandangan bahwa kesamaan suku, etnis, agama, budaya dan lainnya dianggap
sebagai sesuatu yang lebih baik dibanding keberagaman. Karena itu bagi mereka
keberagaman adalah sebuah ancaman, bukan sebagai peluang. Keberagaman adalah
kelemahan bukan kekuatan. Pemikiran-pemikiran seperti itu adalah pemikiran yang
sempit, karena keberagaman adalah peluang dan bukan ancaman, kekuatan dan bukan
kelemahan.
·
Keberagaman
adalah peluang, kekuatan, sekaligus kekayaaan luar biasa yang dimiliki
Indonesia. Indonesia ibarat pelangi, indah karena beragam warna, bukan karena
satu warna saja. Indonesia ibarat konser musik, bagus karena terdiri dari
beragam alat musik bukan hanya 1 jenis alat musik saja. Indonesia adalah
keragaman yang satu, seperti tubuh memiliki banyak anggota tubuh berbeda-beda,
namun tetap dapat berjalan bersama untuk mencapai tujuan.
·
Bukankah
alam ciptaan Tuhan telah menggambarkan bahwa keberagaman adalah sesuatu yang
memang ada dan harus disyukuri. Bukankah Tuhan telah mengajarkan kepada manusia
bahwa keberagaman adalah karunia dan tidak bisa dihilangkan.
·
Jadi
kalau Indonesia memiliki keberagaman budaya, agama, suku, ras, kekayaan alam
dan lainnya, itu sebuah anugerah Tuhan yang luar biasa yang harus disyukuri dan
dipertahankan. Keberagaman adalah peluang dan kekuatan Indonesia, untuk saling
melengkapi, menghormati dan untuk menjadi lebih maju dan sejahtera. Keberagaman
itu satu, satu untuk Indonesia, untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Langkah kedua: mendalami keanekaragaman dan kesatuan suatu bangsa
dalam terang iman kristiani
1.
Ajaran
Kitab Suci.
a. Menyimak
Ajaran Kitab Suci
Guru
mengajak peserta didik dalam kelompok untuk menyimak dan mendiskusikan
teks-teks Kitab Suci berikut ini.
Yohanes
4:1–42
1Ketika Tuhan Yesus mengetahui,
bahwa orang-orang Farisi telah mendengar, bahwa Ia memperoleh dan membaptis
murid lebih banyak dari pada Yohanes.
2meskipun Yesus sendiri tidak
membaptis, melainkan murid-murid-Nya,
3Ia pun meninggalkan Yudea dan
kembali lagi ke Galilea.
4Ia harus melintasi daerah Samaria.
5Maka sampailah Ia ke sebuah kota
di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada
anaknya, Yusuf.
6Di situ terdapat sumur Yakub.
Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu.
Hari kira-kira pukul dua belas.
7Maka datanglah seorang perempuan
Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: "Berilah Aku
minum."
8Sebab murid-murid-Nya telah pergi
ke kota membeli makanan.
9Maka kata perempuan Samaria itu
kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang
Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.)
10Jawab Yesus kepadanya:
"Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata
kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia
telah memberikan kepadamu air hidup."
11Kata perempuan itu kepada-Nya:
"Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah
Engkau memperoleh air hidup itu?
12Adakah Engkau lebih besar dari
pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah
minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?"
13Jawab Yesus kepadanya:
"Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi,
14tetapi barangsiapa minum air yang
akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya
air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang
terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."
15Kata perempuan itu kepada-Nya:
"Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah
datang lagi ke sini untuk menimba air."
16Kata Yesus kepadanya: "Pergilah,
panggillah suamimu dan datang ke sini."
17Kata perempuan itu: "Aku
tidak mempunyai suami." Kata Yesus kepadanya: "Tepat katamu, bahwa
engkau tidak mempunyai suami,
18sebab engkau sudah mempunyai lima
suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau
berkata benar."
19Kata perempuan itu kepada-Nya:
"Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi.
20Nenek moyang kami menyembah di
atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang
menyembah."
21Kata Yesus kepadanya:
"Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan
menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.
22Kamu menyembah apa yang tidak kamu
kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa
Yahudi.
23Tetapi saatnya akan datang dan
sudah tiba sekarang, bahwa penyembah- penyembah benar akan menyembah Bapa dalam
roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.
24Allah itu Roh dan barangsiapa
menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."
25Jawab perempuan itu kepada-Nya:
"Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia
datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami."
26Kata Yesus kepadanya: "Akulah
Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau."
27Pada waktu itu datanglah
murid-murid-Nya dan mereka heran, bahwa Ia sedang bercakap-cakap dengan seorang
perempuan. Tetapi tidak seorang pun yang berkata: "Apa yang Engkau
kehendaki? Atau: Apa yang Engkau percakapkan dengan dia?"
28Maka perempuan itu meninggalkan
tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di
situ:
29"Mari, lihat! Di sana ada
seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat.
Mungkinkah Dia Kristus itu?"
30Maka mereka pun pergi ke luar kota
lalu datang kepada Yesus.
31Sementara itu murid-murid-Nya
mengajak Dia, katanya: "Rabi, makanlah."
32Akan tetapi Ia berkata kepada
mereka: "Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal."
33Maka murid-murid itu berkata
seorang kepada yang lain: "Adakah orang yang telah membawa sesuatu
kepada-Nya untuk dimakan?"
34Kata Yesus kepada mereka:
"Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan
menyelesaikan pekerjaan-Nya.
35Bukankah kamu mengatakan: Empat
bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah
sekelilingmu dan pandanglah ladang- ladang yang sudah menguning dan matang
untuk dituai.
36Sekarang juga penuai telah
menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga
penabur dan penuai sama-sama bersukacita.
37Sebab dalam hal ini benarlah
peribahasa: Yang seorang menabur dan yang lain menuai.
38Aku mengutus kamu untuk menuai apa
yang tidak kamu usahakan; orang- orang lain berusaha dan kamu datang memetik
hasil usaha mereka."
39Dan banyak orang Samaria dari kota
itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu, yang
bersaksi: "Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah
kuperbuat."
40Ketika orang-orang Samaria itu
sampai kepada Yesus, mereka meminta kepada-Nya, supaya Ia tinggal pada mereka;
dan Ia pun tinggal di situ dua hari lamanya.
41Dan lebih banyak lagi orang yang
menjadi percaya karena perkataan-Nya,
42dan mereka berkata kepada
perempuan itu: "Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang
kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah
benar-benar Juruselamat dunia."
b. Pendalaman/Diskusi
Peserta
didik berdiskusi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.
1.
Apa
pesan Yohanes 4:1–42?
2.
Bagaimana
sikap Yesus waktu Ia hidup di dunia ini terhadap keanekaan dari bangsanya?
Apakah Ia pernah mendambakan semangat persatuan dari bangsanya yang terdiri
atas suku-suku?
3.
Apa
kaitan pesan Kitab Suci bagi kita yang hidup dalam kebhinnekatunggalikaan di
negeri kita Indonesia?
c. Melaporkan
hasil diskusi
Peserta
didik menyampaikan hasil diskusi kelompok dan kelompok lain dapat memberikan
tanggapan, atas laporan diskusi tersebut.
d. Penjelasan
Guru
memberikan penjelasan sebagai peneguhan setelah mendapat jawaban para peserta
didik, misalnya sebagai berikut:
·
Pada
saat Yesus datang, bangsa Yahudi sudah dijajah oleh bangsa Romawi, karena
mereka lemah dan terpecah belah. Ketika Yesus ingin mempersatukan mereka dalam
suatu Kerajaan dan Bangsa yang baru yang bercorak rohani, Yesus mengeluh bahwa
betapa sulit untuk mempersatukan bangsa ini. Mereka seperti anak-anak ayam yang
kehilangan induknya.
·
Yesus
bahkan berusaha untuk menyapa suku yang dianggap bukan Yahudi lagi seperti
orang-orang Samaria. Kita tentu masih ingat akan sapaan dan dialog Yesus dengan
wanita Samaria sumur Yakob.
·
Bagi
orang Yahudi, orang Samaria adalah orang asing, baik dari sisi adat- istiadat
maupun agamanya. Dalam praktik hidup sehari-hari pada zaman Yesus, antara orang
Yahudi dan orang Samaria terjadi permusuhan. Orang Yahudi menganggap orang
Samaria tidak asli Yahudi, tetapi setengah kafir. Akibatnya, mereka tidak
saling menyapa dan selalu ada perasaan curiga. Yang menarik untuk direnungkan
adalah kesediaan Yesus menyapa perempuan Samaria dan menerimanya. Dalam
perbincangan dengan perempuan Samaria itu, Yesus menuntun perempuannya sampai
pada kesadaran akan iman yang benar. Bagi Yesus siapa pun sama, perempuan
Samaria bagi Yesus adalah sesama yang sederajat. Yesus tidak pernah membedakan
manusia berdasar atas suku, agama, golongan, dan sebagainya. Di mata Tuhan
tidak ada orang yang lebih mulia atau lebih rendah. Tuhan memberi kesempatan
kepada siapa pun untuk bersaudara. Tuhan menyatakan diri-Nya bukan hanya untuk
suku/ golongan tertentu, tetapi untuk semua orang.
2.
Mendalami
ajaran Gereja
a. Membaca/menyimak
ajaran Gereja
Setelah
mendalami pesan Kitab Suci, guru mengajak peserta didik untuk menyimak dan
mendiskusikan ajaran Gereja berikut ini:
Sifat
Kebersamaan Panggilan Manusia dalam Rencana Allah
Allah, yang sebagai Bapa
memelihara semua orang, menghendaki agar mereka semua merupakan satu keluarga,
dan saling menghadapi dengan sikap persaudaraan. Sebab mereka semua diciptakan menurut
gambar Allah, yang “menghendaki segenap bangsa manusia dari satu asal mendiami
seluruh muka bumi” (Kis. 17:26). Mereka semua dipanggil untuk satu tujuan yang
sama, yakni Allah sendiri. Oleh karena itu cinta kasih terhadap Allah dan
sesama merupakan perintah yang pertama dan terbesar. Kita belajar dari Kitab
suci, bahwa kasih terhadap Allah tidak terpisahkan dari kasih terhadap sesama:
“… sekiranya ada perintah lain, itu tercakup dalam amanat ini: Hendaknya engkau
mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri … jadi kepenuhan hukum ialah cinta
kasih” (Rom. 13:9–10; lih. 1Yoh. 4:20). Menjadi makin jelaslah, bahwa itu
sangat penting bagi orang-orang yang semakin saling tergantung dan bagi dunia
yang semakin bersatu. Bahkan ketika Tuhan Yesus berdoa kepada Bapa, supaya
“semua orang menjadi satu …, seperti kita pun satu” (Yoh. 17:21–22), dan
membuka cakrawala yang tidak terjangkau oleh akal budi manusiawi, ia
mengisyaratkan kemiripan antara persatuan pribadi-pribadi ilahi dan persatuan
putera-puteri Allah dalam kebenaran dan cinta kasih. Keserupaan itu
menampakkan, bahwa manusia, yang di dunia ini merupakan satu-satunya makhluk
yang oleh Allah dikehendaki demi dirinya sendiri, tidak dapat menemukan diri
sepenuhnya tanpa dengan tulus hati memberikan dirinya” (GS. 24).
b. Pendalaman
Peserta
didik berdiskusi dalam kelompok, dengan panduan pertanyaan- pertanyaan berikut:
1) Apa
pesan secara umum dari Gaudium et Spes (GS) artikel 24 di atas?
2) Apa
maksudnya manusia dipanggil pada satu tujuan yang sama?
3) Mengapa
hukum kasih menjadi dasar dalam membangun relasi dengan sesama?
4) Bagaimana
pandangan pribadimu sendiri kebersamaan dalam hidup dengan sesama?
Catatan:
Bila kondisi kelas memungkinkan,
maka pendalaman ajaran Kitab Suci dan ajaran Gereja dapat disatukan dalam satu
kegiatan dua kelompok, yaitu kelompok satu membahas Kitab Suci, kelompok kedua
membahas GS. 24 dengan pertanyaan- pertanyaan diskusi yang sama atau bisa
ditambahkan lagi oleh guru.
c. Melaporkan
Hasil Diskusi
Peserta
didik melaporkan hasi diskusi kelompok masing-masing dan ditanggapi oleh
kelompok lain.
d. Penjelasan
Guru
memberikan penjelasan setelah mendapat jawaban dalam diskusi dengan peserta
didik, misalnya sebagai berikut:
Sikap Yesus harus menjadi sikap
setiap orang kristiani, maka perlu diusahakan, antara lain:
1)
Sikap-Sikap
yang Bersifat Mencegah Perpecahan:
Upaya-upaya konkret untuk
membangun kehidupan bersama harus dikembangkan dengan menghapus primordial dan
sektarian dengan menghapus sekat-sekat dan pengkotak-kotakan masya-rakat
menurut kelompok-kelompok agama, etnis, dan lain-lain.
2)
Sikap-sikap
yang positif/aktif
·
Dalam
masyarakat majemuk, setiap orang harus berani menerima perbedaan sebagai suatu
rahmat. Perbedaan/keanekaragaman adalah keindahan dan merupakan faktor yang
memperkaya. Adanya perbedaan itu memberi kesempatan untuk berpartisipasi
menyumbangkan keunikan dan kekhususannya demi kesejahteraan bersama.
·
Perlu
dikembangkan sikap saling menghargai, toleransi, menahan diri, rendah hati, dan
rasa solidaritas demi kehidupan yang tenteram, harmonis, dan dinamis.
·
Setiap
orang bahu-membahu menata masa depan yang lebih cerah, lebih adil, makmur, dan
sejahtera.
·
Mengusahakan
tata kehidupan yang adil dan beradab.
·
Mengusahakan
kegiatan dan komunikasi lintas suku, agama, dan ras.
Langkah ketiga: menghayati keberagaman dalam hidup sehari-hari
1. Refleksi
· Peserta
didik menuliskan refleksi tentang keberagaman dalam masyarakat dan bangsa
Indonesia sebagai suatu anugerah dari Tuhan yang perlu disyukuri dan
dipraktikkan dalam hidup sehari-hari. Refleksi ditulis di buku catatannya.
· Mengungkapkan
secara tertulis doa syukur untuk bangsa Indonesia yang telah dianugerahi
keanekaragaman suku dan budaya.
2. Aksi
· Peserta
didik membuat poster yang berisi ajakan untuk menjaga kesatuan dan persatuan
bangsa dan tempelkan di majalah dinding sekolah atau difoto dan diunggah di
media sosial milik sekolah atau di akun media sosial pribadi.
· Membuat
laporan tentang kegiatan di lingkungan rumah/masyarakat sebagai bentuk
menghayati keberagaman di tengah masyarakat.
Doa Penutup
Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh
Kudus. Amin.
Allah Bapa di surga, Kami umat-Mu
yang mendiami bumi Indonesia kaya dengan keanekaragaman suku, agama, dan
budaya. Kami mohon ajari kami untuk menyadari bahwa keanekaragaman suku,
bahasa, dan tanah air yang luas serta indah adalah berkat istimewa bagi kami
bangsa Indonesia. Satukanlah kami bangsa Indonesia untuk setia dan cinta akan
tanah air kami serta ajari kami untuk mampu membangun bangsa kami. Doa ini kami
satukan dengan doa yang diajarkan Yesus Kristus, Tuhan Juru Selamat kami.
Bapa kami…
Dalam nama Bapa, Putera, dan Roh
Kudus. Amin.
Rangkuman
·
Kemajemukan
adalah ciri asli dari kehidupan manusia di dunia ini. Tuhan menciptakan umat
manusia dalam keperbedaan yang tak terhindarkan. Maka, kemajemukan merupakan
keadaan yang tak terhindarkan. Orang harus belajar mengambil sikap yang tepat
dan belajar bertindak secara arif untuk biasa hidup dan membangun masyarakat
dalam keanekaan. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk.
Kemajemukan ini tampak dalam berbagai bentuk, antara lain: agama, suku, bahasa,
adat-istiadat, dan sebagainya. Contoh keanekaragaman ini dapat disebut lebih
banyak lagi. Namun, hal yang terpenting ialah menyadari bahwa bangsa Indonesia
ini adalah bangsa yang multi kultur bukan suatu bangsa monokultur.
·
Bangsa
Indonesia adalah bangsa yang plural yang berciri keanekaragaman dalam
aspek-aspek kehidupan. Keanekaragaman itu juga diterima dan dihayati dalam satu
kesatuan sebagai bangsa. Suku yang berasal dari ribuan pulau dengan budaya,
adat-istiadat, bahasa, dan agama yang berbeda-beda itu, semuanya mengikrarkan
diri sebagai satu bangsa satu bahasa dan satu tanah air Indonesia. Bangsa
Indonesia yang berbeda-beda itu selain diikat oleh satu sejarah masa lampau
yang sama, yakni penjajahan oleh bangsa asing dalam kurun waktu yang panjang,
juga diikat oleh satu cita-cita yang sama yakni membangun masa depan bangsa
yang berketuhanan, berperikemanusiaan, bersatu, berkeadilan, dan berdaulat.
·
Berdasarkan
pemahaman seperti itu, maka setiap individu mempunyai hak dan kewajiban yang
sama. Suku yang satu tidak lebih diunggulkan dari suku lain, agama yang satu
tidak mendominasi agama lain.
·
Kodrat
bangsa Indonesia memang berbeda-beda, namun tetap dalam satu kesatuan. Hal
tersebut dirumuskan dengan sangat bijak dan tepat oleh bangsa Indonesia, yakni
“Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti beranekaragaman atau berbeda-beda namun
satu. Kenyataannya keberadaan bangsa Indonesia memang berbeda-beda namun tetap
satu bangsa. Bangsa yang utuh dan bersatu serta yang berbeda-beda itu adalah
saudara sebangsa dan setanah air. Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada tanggal 28
Oktober 1928 menegaskan kita adalah satu nusa, satu bangsa, satu bahasa
Indonesia.
·
Kebhinnekatunggalikaan
itu bukan hal yang sudah selesai, tuntas sempurna, dan statis, tetapi perlu
terus-menerus dipertahankan, diperjuangkan, diisi, dan diwujudkan
terus-menerus.
·
Menjaga
kebhinnekaan, keutuhan, kesatuan, dan keharmonisan kehidupan merupakan
panggilan tugas bangsa Indonesia. Keberagaman adalah kekayaan, sedang kesatuan
persaudaraan sejati adalah semangat dasar. Kehidupan yang berbeda-beda itu
harus saling menyumbang dalam kebersamaan dan kesejahteraan bersama.
·
Yesus
Kristus memberikan contoh tentang bagaimana menghargai orang lain sebagai
sesama. Dia menyapa, bergaul dengan orang-orang yang dianggap bukan Yahudi lagi
seperti orang-orang Samaria. Kita tentu masih ingat akan sapaan dan dialog
Yesus dengan wanita Samaria sumur Yakob.
·
Bagi
orang Yahudi, orang Samaria adalah orang asing, baik dari sisi adat- istiadat
maupun agamanya. Dalam praktik hidup sehari-hari pada zaman Yesus, antara orang
Yahudi dan orang Samaria terjadi permusuhan. Orang Yahudi menganggap orang
Samaria tidak asli Yahudi, tetapi setengah kafir. Akibatnya, mereka tidak
saling menyapa dan selalu ada perasaan curiga. Yang menarik untuk direnungkan
adalah kesediaan Yesus menyapa perempuan Samaria dan menerimanya. Dalam
perbincangan dengan perempuan Samaria itu, Yesus menuntun perempuannya sampai
pada kesadaran akan iman yang benar. Bagi Yesus siapa pun sama, perempuan
Samaria bagi Yesus adalah sesama yang sederajat. Yesus tidak pernah membedakan
manusia berdasar atas suku, agama, golongan, dan sebagainya. Di mata Tuhan
tidak ada orang yang lebih mulia atau lebih rendah. Tuhan memberi kesempatan
kepada siapa pun untuk bersaudara. Tuhan menyatakan diri-Nya bukan hanya untuk
suku/ golongan tertentu, tetapi untuk semua orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar