ALLAH TRITUNGGAL
Gagasan Pokok:
Setiap agama mempunyai
ajaran-ajaran yang kadang-kadang sulit dicerna oleh penganutnya sendiri –
terutama oleh mereka yang wawasan pengetahuan keagamaannya minim, apalagi oleh
orang lain yang berbeda agama. Kesulitan memahami konsep ajaran agama idealnya
mendorong orang tersebut untuk belajar lebih banyak, sehingga hidup
keagamaannya didasari oleh keyakinan yang kokoh.
Salah satu ajaran iman kristiani
yang dirasa sulit dipahami adalah tentang Tritunggal Mahakudus. Kesulitan
tersebut sering menjadi penyebab terjadinya kesalahan penafsiran. Misalnya:
banyak orang yang yang bukan Kristen mengatakan bahwa orang Kristen percaya
akan tiga Tuhan. Tentu saja hal ini tidak benar, sebab iman Kristiani
mengajarkan Allah yang Esa. Namun bagaimana mungkin Allah yang Esa ini
mempunyai tiga Pribadi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut dibutuhkan iman dan
keterbukaan hati serta pola pikiran yang lebih dalam dan luas dalam memahami
Allah. Pola pikir yang dibutuhkan adalah bahwa tidak semua hal tentang Allah
dapat dijelaskan dengan logika manusia semata-mata. Kita harus sampai pada
kesadaran bahwa dibalik kesulitan menjelaskan Allah, kenyataannya kehadiran
Allah dapat dirasakan secara konkret dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun
ajaran tentang Trinitas ini tidak dapat dijelaskan hanya dengan akal, bukan
berarti bahwa Allah Tritunggal ini adalah konsep yang sama sekali tidak masuk
akal. St. Agustinus bahkan mengatakan, “Kalau engkau memahami-Nya, Ia bukan
lagi Allah”. Sebab Allah jauh melebihi manusia dalam segala hal, dan meskipun
Ia telah mewahyukan Diri, Ia tetap rahasia/misteri. Di sinilah peran iman,
karena dengan iman inilah kita menerima misteri Allah yang diwahyukan dalam
Kitab Suci, sehingga kita dapat menjadikannya sebagai dasar pengharapan, dan
bukti dari apa yang tidak kita lihat (lihat Ibrani 11:1⎯2). Agar dapat sedikit menangkap maknanya, kita perlu mempunyai
keterbukaan hati. Hanya dengan hati terbuka, kita dapat menerima rahmat Tuhan,
untuk menerima rahasia Allah yang terbesar ini; dan hati kita akan dipenuhi
oleh ucapan syukur tanpa henti. Jadi jika ada orang yang bertanya, apa dasarnya
kita percaya pada Allah Tritunggal, sebaiknya kita katakan, “karena Allah
melalui Yesus menyatakan Diri-Nya sendiri demikian”, dan hal ini kita ketahui
dari Kitab Suci.
Dalam rangka membantu peserta
didik memahami Tritunggal Mahakudus, mereka akan diajak untuk melihat dari
Kitab Suci maupun ajaran Bapa Gereja. Walaupun cukup sulit, minimal peserta
didik mempunyai pemahaman dasar yang diharapkan memperkokoh iman kepercayaan
mereka.
Doa Pembuka
+ Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus
Guru : Allah, Bapa Yang Mahakuasa,
Pencipta langit dan bumi. Semua : Datanglah Kerajaan-Mu di tengah-tengah kami.
Guru : Tuhan Yesus Kristus, Putra
Allah yang hidup: Semua : Kasihanilah aku, orang berdosa.
Guru : Roh Kudus, Roh Allah yang
hidup dalam diri kami
Semua : Baharuilah kami dan
seluruh dunia.
Marilah berdoa,
Allah, Bapa yang Mahakasih
tak henti-hentinya Engkau
mengasihi manusia.
Engkau menunjukkan cinta-Mu dengan
menciptakan kami
dan menyediakan segala sesuatu
yang diperlukan agar kami hidup
Engkau mendatangi kami melalui
Putra-Mu, sehingga melalui Dia kami makin mengenal Engkau Dan kini Engkau
menyertai kami melalui Roh Kudus agar hidup kami selalu terarah pada-Mu.
kuatkalah iman kami
dan gelorakanlah cinta kami, kini
dan sepanjang segala masa Amin.
+ Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus .
Langkah Pertama: Menggali Pengalaman Mengungkapkan Iman akan
Tritunggal
1. Guru
menyapa peserta dan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif. Selanjutnya
memberi pengantar tentang materi pembelajaran hari ini, misalnya:
Materi pembelajaran kita hari ini
adalah tentang Tritunggal. Tritunggal merupakan ajaran iman kristiani yang
menimbulkan berbagai macam tanggapan, baik dari umat Katolik dan Kristen sendiri
maupun dari saudara-saudara kita yang beragama lain. Yang sering dipersoalkan
sesungguhnya terutama berkaitan dengan istilah “Tritunggal”, padahal isi
pengakuan imannya itu sendiri sudah jelas, yakni sebagaimana dirumuskan dalam
syahadat.
2. Guru
mengajak peserta didik menyimak tayangan video “Umat Katolik malu membuat TANDA SALIB???” dalam
https://www.youtube.com/watch?v=- dCFp8WWcx
3. Setelah
selesai Guru menyampaikan beberapa pertanyaan:
a.
Apakah
kalian sering merasa malu membuat tanda salib? Mengapa malu?
b.
Dalam
tayangan tadi dikatakan kita tidak usah malu membuat tanda salib. Apa makna
tanda salib bagi umat Katolik?
c.
Selain
membuat tanda salib, apa yang biasa kalian lakukan atau kalian dengar atau
kalian dirasakan berkaitan dengan ungkapan iman akan Allah Tritunggal ?
d.
Apa
yang kalian sendiri pahami tentang Tritunggal?
e.
Pernahkah
kalian mendengar komentar atau tanggapan orang lain tentang Tritunggal?
Bagaimana kalian sendiri menanggapi mereka yang memberi tanggapan seperti itu?
4. Guru
memberi kesempatan beberapa peserta didik untuk menyampaikan jawabannya dan
memberi kesempatan peserta didik lain untuk menanggapi jawaban temannya
5. Guru
merangkum jawaban peserta didik dan memberikan beberapa gagasan pokok berikut,
misalnya:
a.
Sesungguhnya
banyak kebiasaan yang dilakukan Umat Katolik untuk mengungkapkan iman akan
Tritunggal, walaupun seringkali kurang disadari, diantaranya:
1)
Tanda
Salib
Membuat Tanda Salib (menandai diri
dengan salib) sebelum dan sesudah berdoa merupakan ungkapan yang khas bagi Umat
Katolik. Pada saat membuat tanda salib kita mengucapkan kata-kata yang
mengungkapkan iman akan Tritungggal: “Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus,
Amin”.
Dengan membuat tanda salib kita
hendak mengungkapkan iman akan karya penyelamatan Allah yang sejak semula sudah
direncanakan dan dilaksanakan Bapa dengan berbagai cara, dan yang secara khusus
dinyatakan dalam sengsara dan wafat serta kebangkitan Putra-Nya, Yesus Kristus,
dan yang berkat Roh Kudus masih berlangsung hingga sekarang ini.
Dengan tanda salib kita meneladan
Yesus Kristus yang berkat salibNya telah menebus dosa dan mengantar manusia
kepada Allah Bapa, serta berharap dapat berpartisipasi meneruskan dan
mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2)
Doa
Kemuliaan (Gloria)
Madah kemuliaan yang biasanya kita
nyanyikan merupakan pujian atas kebesaran karya keselamatan Allah. “Kemuliaan
kepada Allah di Surga.” Kita tahu bahwa Allah telah turun dari Surga untuk
keselamatan kita dan untuk mengangkat kita “ke atas” manusia yang kecil yang
mengagumi karya kebesaran Allah. Dalam madah ini, kita juga memuji Putra Allah
yang setara dengan Bapa, yang “menghapus dosa dunia”, yang menebus kita. Dalam
penutup madah ini, kita sekali lagi mengingat hidup Allah Tritunggal; dan
Kristus Penebus kita, yang mewahyukan Bapa bersama dengan Roh Kudus, sekali
lagi menjadi pusat cinta kasih dan pujian kita: “Karena hanya Engkaulah kudus,
hanya Engkaulah Tuhan, hanya Engkaulah Mahatinggi, Ya Yesus Kristus, bersama
dengan Roh Kudus, dalam kemuliaan Allah Bapa. Amin.
3)
Syahadat/Credo
Isi Syahadat/Credo, dengan sangat
jelas mengungkapkan iman akan Allah Tritunggal Mahakudus. Syahadat atau credo
merupakan ringkasan seluruh sejarah karya penyelamatan Allah, mulai dari
penciptaan, penjelmaan, kesengsaraan, wafat, kebangkitan, kenaikan ke Surga,
kedatangan Roh Kudus, kedatangan Kristus kembali, misteri Gereja,
sakramen-sakramen sampai dengan kehidupan kekal. Oleh karena itu, setiap kali
kita mengucapkan Syahadat/Credo kita mengenangkan seluruh sejarah penyelamatan
yang dilaksanakan oleh Allah Tritunggal Mahakudus. Sejarah penyelamatan adalah
sejarah keselamatan yang berasal dari Bapa, terlaksana oleh Putra dan
dilanjutkan oleh Roh Kudus di dalam Gereja sampai pada akhir zaman.
4)
Doksologi
Doksologi artinya doa pujian. Doa
ini diucapkan pada akhir dari Doa Syukur Agung pada waktu Perayaan Ekaristi.
Doa Doksologi berbunyi: “Bersama dan bersatu dengan Kristus dan dengan
perantaraanNya, dalam persatuan dengan Roh Kudus, disampaikanlah kepada-Mu
Allah Bapa yang Mahakuasa, segala hormat dan pujian, kini dan sepanjang segala
masa”. Umat menjawab “Amin”.
Doksologi memperlihatkan tiga
macam relasi, hubungan kita dengan Kristus: oleh Kristus, dengan Kristus dan
dalam Kristus. “Oleh Kristus” menekankan perantaraan Kristus. Yesus Kristus
adalah satu-satunya pengantara antara Allah Bapa dan manusia. “Dengan Kristus”
(“bersama Kristus”) berarti bukan Kristus sendiri saja yang mempersembahkan
kurban, tetapi seluruh Gereja mempersembahkannya bersama dengan Dia. “Dalam
Kristus” sangat dekat dengan istilah “Dalam Roh Kudus”.
Dan memang tekanan doksologi
menuju ke sini: Kepada-Mu Allah Bapa yang Mahakuasa, dalam persatuan dengan Roh
Kudus, segala hormat dan pujian. Roh Kudus begitu menyatukan kita dengan
Kristus sehingga hubungan kita dengan Bapa menjadi sama seperti hubungan
Kristus dengan Bapa. Jawaban “Amin” yang kita ucapkan menjadi sungguh-sungguh
pengakuan iman kita yang penuh dan lengkap.
5)
Pembaptisan
Pembaptisan yang dilaksanakan
dalam Gereja Katolik mengguna- kan rumusan Trinitas. Pada waktu membaptis, Imam
mengucapkan, “N .............. (Nama orang yang dibaptis) Aku membaptis kamu:
dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.” Melalui pembaptisan ini, orang yang
dibaptis dipersatukan dalam kehidupan Tritunggal Mahakudus.
b.
Mungkin
kalian sendiri sering merasa bingung dengan ajaran tentang Tritunggal. Atau
pernah mendengar pemahaman orang lain yang salah, misalnya: yang mengatakan
bahwa orang Katolik itu menyembah tiga Allah (Allah Bapa, Allah Putra dan Allah
Roh Kudus), atau pandangan lainnya. Padahal, dalam hal tertentu banyak konsep
yang hampir sejalan dengan Tritunggal dengan mudah dipahami. Misalnya: Istilah
Pancasila, yang artinya lima sila, yang kalau saja salah satu sila itu hilang
maka tidak bisa disebut lagi Pancasila, karena masing-masing sila menjadi satu
kesatuan yang tak terpisahkan, walaupun punya pengertian masing-masing. Atau
istilah “Bhinneka Tunggal Ika”, beragam tapi satu.
c.
Gereja
tidak berdiri dan berkembang setelah adanya ajaran baku terlebih dahulu lalu
diikuti oleh orang-orang yang mau mengikuti ajaran tersebut. Gereja berdiri dan
berkembang karena iman akan Allah yang senantiasa ingin menyelamatkan manusia,
yang kemudian mengutus Yesus Kristus Putra-Nya terkasih, dan tetap menyertai
manusia sepanjang zaman dengan Roh-Nya yang Kudus. Tapi Allah tidak pernah
menurunkan buku pedoman tertulis yang baku untuk dijalankan manusia. Manusia
dengan kebebasan dan akal budi serta hati nuraninya dipanggil Allah untuk
mencari dan mendekati Allah.
d.
Hal
itulah yang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan seringkali dalam
perjalanan Gereja muncul berbagai macam penafsiran yang berkembang menjadi
aliran keagamaan. Tetapi banyak diantaranya dianggap tidak sesuai dengan apa
yang diajarkan Yesus maupun yang diimani oleh para rasul. Salah satu aliran
yang dianggap bidaah adalah Arianisme dengan tokohnya Arius. Arianisme
mengajarkan bahwa Yesus Kristus bukan Anak Allah tapi anak angkat, Ia tidak
sehakekat dengan Allah maka tidak mungkin dapat memahami kehendak Allah, dan
sebagainya. Dan masih banyak aliran lainnya. Munculnya konsep atau istilah
“Tritunggal” tidak bisa dilepaskan dari dinamika tersebut.
e.
Istilah
Tritunggal memang tidak tertulis dalam Kitab Suci. Istilah itu baru dimunculkan
oleh Tertullianus (155⎯230)
– yang digelari ‘Bapak Teologi Latin’ – dan diakui juga sebagai salah satu
‘Bapa Gereja’. Istilah tersebut sangat kental dengan pemikiran filsafat yang
berkembang saat itu. Tertullianus itu pernah belajar filsafat Yunani, terutama
ia terpengaruh oleh seorang filsuf yang namanya adalah ‘Aristoteles’ yang telah
hidup 300 tahun sebelum Yesus. Aristoteles itu terkenal dalam ajarannya yang
menganalisa dan mendefinisikan manusia itu seperti apa. Lalu Tetullianus
mempergunakan istilah-istilah yang ia pakai untuk mendifinisikan manusia itu
dan diterapkannya-diaplikasikannya juga pada pernyataan Yesus yang terdapat
dalam Injil Matius.” … baptislah mereka dalam nama Bapa dan Putra dan Roh
Kudus…” (Mat. 28:19). Dari situ Tertullianus merumuskan bahwa ALLAH ITU SATU
yang daya serta karya keselamatannya hadir dalam 3 pribadi: Bapa, Putra dan Roh
Kudus. Hasil pemikirannya dikembangan oleh para teolog selama beberapa abad
sampai bemuara pada dua Konsili: Konsili Nicea tahun 325 dan Konsili
Konstantinopel tahun 381 yang menegaskan ajaran Allah yang Esa sekaligus
Tritunggal.
f.
Beberapa
kendala dalam memahami ajaran Tritunggal
1)
Kita
sadar bahwa kemampuan manusia memahami Allah itu sangat terbatas, bisa jadi
sampai kita meninggal pun banyak hal belum dapat kita pahami tentang Allah.
Tetapi dalam keterbatasan itu manusia diharapkan tidak menyerah, manusia
dipanggil sampai pada pengenalan akan Allah dalam kebenarannya
2)
Karena
latar belakang perumusan istilah Tritunggal sangat kental dengan filsafat
Yunani, kita juga terkendala dalam hal bahasa. Beberapa istilah kunci yang
mendasari istilah Tritunggal tidak bisa diterjemahkan secara pas dengan istilah
dalam bahasa Indonesia, misalnya: istilah persona (bahasa Yunani), istilah
substantia/ esentia (bahasa Latin), tidak bisa terlalu pas diterjemahkan dalam
kata “pribadi, topeng, hakikat”. Dengan demikian perumusan istilah Tritunggal
tidak berarti salah atau tidak berguna, melainkan akan dapat dipahami oleh
mereka yang menguasai filsafat. Sama halnya dengan pengalaman kita sehari-hari:
orang yang tidak memiliki latar belakang ilmu kedokteran, tidak bisa sepenuhnya
memahami istilah-istilah yang dipakai dalam dunia kedokteran, walaupun istilah
itu menunjuk pada sesuatu yang ada atau terjadi.
g.
Kendala-kendala
yang diuraikan di atas, mengajak kita untuk kembali pada kebenaran yang diimani
oleh Gereja, sebagaimana diungkapkan dalam Kitab Suci dan Tradisi. Dan yang
harus dimengerti dalam terang iman dan Roh Kudus. Artinya: orang yang tidak
mengimani sudah pasti tidak akan mengerti juga.
Langkah Kedua: Memahami ajaran Kitab Suci tentang Tritunggal
1. Guru
meminta peserta didik bekerja dalam kelompok untuk membaca beberapa kutipan
berikut dan menjawab pertanyaannya:
a.
Ul.
6:4 ⎯ 5
4Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN
itu Allah kita, TUHAN itu esa!
5Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan
segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.
Pertanyaan:
1)
Apa
inti iman/kepercayaan bangsa Israel?
2)
Apakah
dalam pewartaan-Nya, Yesus juga mengajarkan hal yang sama dengan yang diimani
bangsa Israel?
b.
Yoh.
1:1⎯ 4
1Pada mulanya adalah Firman; Firman
itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
2Ia pada mulanya bersama-sama
dengan Allah.
3Segala sesuatu dijadikan oleh Dia
dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah
dijadikan.
4 Dalam Dia ada hidup dan hidup itu
adalah terang manusia.
Pertanyaan:
1)
Siapakah
yang dimaksud Firman?
2)
Bagaimana
hubungan Firman dengan Allah?
c.
Mat.
28:19⎯20
19“Karena itu pergilah, jadikanlah
semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka
dalam nama Bapa dan Anak dan Roh
Kudus,
20 dan ajarlah mereka melakukan
segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai
kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Pertanyaan:
1)
Siapa
yang menyampaikan perintah di atas?
2)
Adakah
pernyataan yang menunjukkan iman akan Allah Tritunggal?
2. Guru
memberi kesempatan tiap kelompok melaporkan hasilnya
3. Bila
dipandang perlu guru dapat mengulas isi kutipan-kutipan tersebut:
a.
Keesaan
Allah
Iman Kristiani tidak bisa
dilepaskan begitu saja dari iman yang sudah lama dihayati oleh umat Perjanjian
Lama, yakni percaya akan Allah yang Maha Esa. Allah yang Esa, bukan hanya
berarti bahwa Allah itu satu, tetapi juga mengandung arti bahwa kekuasaan Allah
itu tak terbatas. Allah Maha Esa juga karena ia adalah satu-satunya Allah,
tiada yang lain. Pengakuan iman akan Allah Esa itu dirumuskan dalam Kitab
Ulangan: “Dengarlah, hai orang Israel TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu Esa!”
(Ul. 6:4).
b.
Sejak
semula Allah sudah Trinitas
Kenyataan bahwa Allah Yang Esa itu
sekaligus Tritunggal Mahakudus tersirat pada Kitab Kejadian 1:1⎯3 “Pada mulanya Allah menciptakan
langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi
samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan udara.
Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi. ” Ayat-ayat ini
menyatakan hakikat Allah yang Tritunggal itu: Allah (Bapa), Roh Allah (Roh
Kudus), dan Firman Allah (Yesus) muncul sebagai satu kesatuan. “Pada mulanya
adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah
Allah.” (Yoh. 1: 1).
Sejak awal Kitab Suci
memperlihatkan bahwa Allah tidak pernah sendirian. Kitab Kejadian 1:26 menulis:
"Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya
mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas
ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di
bumi" Di sini, dengan terang bahwa sudah sejak semula Allah menunjukkan
diriNya sebagai kesatuan komuniter (Kasih). Allah, Roh yang melayang- layang,
firman yang bersama-sama dengan Bapa, ketiganya satu sejak semula. Ayat-ayat
lain misalnya (Yohanes 14:9) “Barangsiapa melihat Aku, ia telah melihat Bapa”,
lalu (Yohanes 10:30) “Aku dan Bapa adalah satu”. Semua ini menunjukkan bahwa
ketiganya satu kaesatuan dalam jalinan kasih yang tak terbagi.
c.
Kesatuan
Bapa, Putra dan Roh Kudus merupakan Relasi Kasih
Keesaan Allah merupakan ciri utama
atau beberadaan Allah. Allah adalah satu dan tiada yang lain. Gereja Katolik
juga beriman akan Allah yang Esa. Pertanyaannya: bagaimana menggambarkan bahwa
Allah yang Esa itu sekaligus Triniter? Untuk menjawab itu, kita terlebih dahulu
berangkat dari pernyataan tentang Allah yang terdapat dalam surat pertama
Yohanes: “Allah adalah Kasih” (1Yoh. 4:8). Kata “Kasih” itu bersifat relasional
atau timbal balik, dan mengandaikan ada pihak lain. Kasih tidak akan pernah ada
dalam kesendirian. “Kasih” yang dimaksudkan dalam kutipan tersebut harus
dimengerti dalam artii kasih ilahi, yakni kasih yang murni, yang terjalin dalam
kesatuan total dan mendalam, sedemikian rupa terbentuk kesamaan pikiran, dan
kehendak, tanpa kehilangan keunikan masing-masing. Kesatuan kasih itulah yang
nampak dalam relasi Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus
Itulah sebabnya sering dikatakan
bahwa “Kasih” merupakan inti iman Kristiani sebab bersumber dari Allah sendiri
yang adalah kasih. Kasih Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus tidak bisa diartikan
seakan-akan ada 3 kasih yang, melainkan tetap satu dan sama dalam kesatuan. .
Itulah relasi kasih. Oleh karena itu ketika kita berelasi dengan Kristus maka
kita mengungkapkan kasih yang satu dan sama sama; dan pada saat kita mengasihi
sesama, maka kita juga mengungkapkan Allah yang adalah kasih, “Dengan demikian
semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu
saling mengasihi,” (Yoh. 13:35). Maka kalau kita percaya Allah itu kasih, kita
dipanggil untuk mengasihi Allah, sebagaimana juga dalam Matius 22: 35⎯38 “Dan seorang dari mereka,
seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: “Guru, hukum manakah yang
terutama dalam hukum Taurat?” Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu,
dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.”
Langkah Ketiga: Penghayatan Gereja akan Allah Tritunggal
1. Guru
mengajak peserta didik membaca teks Ef. 1:3⎯14
dua atau tiga kali.
(Catatan:
kutipan diambil dari Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari)
3Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita
Yesus Kristus! Ia memberkati kita dengan segala berkat rohani di dalam surga,
karena kita bersatu dengan Kristus.
4Sebelum dunia ini diciptakan,
Allah telah memilih kita melalui Kristus dengan maksud supaya kita menjadi
milik-Nya yang khusus dan tidak bercacat di hadapan- Nya. Karena kasih Allah,
5maka Ia sudah menentukan terlebih
dahulu bahwa melalui Yesus Kristus, Ia akan mengangkat kita menjadi
anak-anak-Nya sendiri. Dan memang itulah yang ingin dilakukan-Nya.
6Terpujilah Allah yang agung,
karena melalui Anak-Nya yang tercinta Ia sangat mengasihi kita.
7Sebab, oleh kematian Kristus, kita
dibebaskan oleh Allah, berarti Ia sudah mengampuni kita dari dosa-dosa kita.
8Ia melakukan itu karena Ia sangat
mengasihi kita, dan kasih itu dilimpahkan-Nya kepada kita dengan penuh kebijaksanaan
dan pengertian.
9Menurut kemauan-Nya sendiri, Allah
memberitahukan kepada kita rahasia rencana-Nya; Ia sudah memutuskan bahwa
rencana-Nya itu akan diselesaikan melalui Kristus.
10Rencana itu ialah supaya segala
sesuatu, baik yang di surga maupun yang di bumi, menjadi satu dengan Kristus
sebagai kepala. Dan hal itu akan diselesaikan oleh Allah kalau sudah sampai
waktunya.
11Allah mengerjakan segala sesuatu
menurut keinginan-Nya dan keputusan-Nya sendiri. Sejak semula Ia sudah memilih
kita sebab Ia ingin supaya kita menjadi umat-Nya karena bersatu dengan Kristus.
12Biarlah kita, yang pertama-tama
berharap pada Kristus, memuji Allah karena keagungan-Nya!
13Kalian pun sudah menjadi umat
Allah sewaktu kalian mendengar pesan Allah, yakni Kabar Baik yang memberi
keselamatan kepadamu. Kalian percaya kepada Yesus Kristus, karena itu Allah
memberi tanda milik-Nya kepadamu, yaitu Roh-Nya yang dijanjikan-Nya.
14Roh itulah jaminan bahwa kita akan
menerima apa yang telah dijanjikan Allah kepada umat-Nya. Ini memberi keyakinan
kepada kita bahwa Allah akan membebaskan umat-Nya. Terpujilah Allah karena
keagungan-Nya!
2. Guru
meminta peserta didik merumuskan pesan kutipan di atas, melalui pertanyaan
berikut:
a.
Apa
yang dilakukan Allah untuk menunjukkan cinta-Nya kepada manusia?
b.
Dengan
cara bagaimana Allah melakukan semuanya itu?
3. Guru
memberi kesempatan kepada beberapa peseta didik menyampaikan jawabannya.
4. Guru
merangkum jawaban peserta didik dan menyampaikan peneguhan
a.
Dalam
ucapan syukur yang diungkapkan Santo Paulus kepada umatnya di Efesus, Paulus
secara langsung mengungkapkan karya penyelamatan dan kasih Allah kepada manusia
dalam ketiga pribadi Allah.
b.
Manusia
selayaknya bersyukur dan memuji Allah karena:
1)
Memberikan
berkat rohani
2)
Memilih
kita menjadi milik-Nya dan tidak bercacat di hadapan-Nya
3)
Mengangkat
kita menjadi anak-Nya
4)
Kita
dibebaskan dan diampuni oleh Allah
c.
Semua
berkat itu bisa kita terima dari Bapa berkat iman kita akan Yesus Kristus dan
berkat Roh Kudus yang dicurahkan kepada kita. Roh Kudus membuat kita yang
mendengar pewartaan Kristus mengenal Allah secara lebih dalam dan dekat, dan
menyatakan iman kepada Allah itu dengan mengimani dan mengikuti Yesus Kristus,
sekaligus akan menghantar kita kembali kepada Bapa dalam kemuliaan kekal,
seperti yang sudah diterima oleh Yesus Kristus. Dengan kata lain, keselamatan
yang kita peroleh (memperoleh berkat rohani, diangkat menjadi milik Allah dan
Anak Allah, dan sebagainya) itu berkat Roh Kudus (sebab berkat Roh Kudus yang
dicurahkan kepada para Rasul dan para penggantinya kita mengenal pribadi Yesus
Kristus yang mewartakan Allah menyampaikan pewartaan dan karya keselamatan-Nya)
yang membantu kita beriman kepada Yesus Kristus agar bisa beriman kepada Bapa.
d.
Cinta
kasih dan karya keselamatan dinyatakan kepada kita melalui ketiga pribadi
Allah, tetapi tidak berarti bahwa kita menerima cinta kasih dan karya
keselamatan itu masing-masing sepertiga. Cinta kasih dan karya keselamatan itu satu
dan sama.
e.
Apa
yang diungkapkan Santo Paulus di atas sejalan dengan ajaran Tritunggal yang
telah berakar dari zaman Gereja perdana dan terus dipelahara dalam Tradisi
Gereja, sebagaimana ditegaskan dalam Katekismus Gereja Katolik:
1)
Dogma
Tritunggal sesungguhnya bicara tentang Allah yang Esa (KGK 253). Pribadi ini
tidak membagi-bagi ke-Allah-an seolah masing- masing menjadi sepertiga, namun
mereka adalah ‘sepenuhnya dan seluruhnya’. Bapa adalah yang sama seperti Putra,
Putra yang sama seperti Bapa; dan Bapa dan Putra adalah yang sama seperti Roh
Kudus, yaitu satu Allah dengan kodrat ilahi yang sama. Karena kesatuan ini,
maka Bapa seluruhnya ada di dalam Putra, seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Putra
seluruhnya ada di dalam Bapa, dan seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Roh Kudus ada
seluruhnya di dalam Bapa, dan seluruhnya di dalam Putra.
2)
Walaupun
sama dalam kodrat ilahinya, namun ketiga Pribadi ini berbeda secara nyata satu
sama lain, yaitu berbeda di dalam hal hubungan asalnya: yaitu Allah Bapa yang
‘melahirkan’, Allah Putra yang dilahirkan, Roh Kudus yang dihembuskan (KGK
254).
3)
Ketiga
Pribadi ini berhubungan satu dengan yang lainnya. Perbedaan dalam hal asal
tersebut tidak membagi kesatuan ilahi, namun malah menunjukkan hubungan timbal
balik antarpribadi Allah tersebut. Bapa dihubungkan dengan Putra, Putra dengan
Bapa, dan Roh Kudus dihubungkan dengan keduanya. Hakikat mereka adalah satu,
yaitu Allah (KGK 255).
f.
Bentuk
penghayatan iman akan Allah Tritunggal:
1)
Kita
dipanggil mengupayakan agar diri dan hidup kita menjadi tempat yang layak dan
suci bagi kehadiran Allah yang Kudus.
2)
Kita
dipanggil percaya dan menjadikan Allah sumber kekuatan yang menggerakkan hidup
kita, dan tidak memberi tempat bagi kekuatan lain untuk menguasai dan mengatur
hidup kita
3)
Kita
dipanggil untuk menjadikan model ikatan kasih Tritunggal dalam hidup kita di
tengah keluarga. Keluarga dipanggil menjadi persekutuan cinta yang total, yang
sehati dan seperasaan, yang bersumber dari kasih Allah
4)
Kita
juga dipanggil menjadikan ikatan kasih Tritunggal menjadi model kehidupan kita
di tengah masyarakat. Hal ini merupakan perjuangan yang berat, karena arus yang
ada dalam masyarakat semakin menguat dalam individualisme, egoisme, dan mencari
keuntungan diri sendiri
5. Ayat
untuk Direnungkan:
Karena itu pergilah, jadikanlah
semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh
Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan
kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir
zaman (Mat. 28:19⎯20)
Langkah Keempat: Refleksi dan Aksi
1. Refleksi.
Guru
mengajak peserta untuk membaca bahan refleksi berikut dan menuliskan jawaban
atas pertanyaan refleksi dalam catatan mereka.
Dibalik semua keterbatasan
pengertian kita akan Tritunggal, ada kenyataan yang tak bisa disangkal, yakni:
bahwa Allah begitu mengasihi umat manusia, sampai mengorbankan Yesus Kristus
Putra-Nya, dan sekalipun Yesus telah naik ke surga, Ia mengutus Roh Kudus.
Berkat Roh Kudus yang meng- gerakkan para rasul dan penggantinya, mereka
mewartakan peristiwa keselamatan itu kepada makin banyak orang, sehingga kita
pun bisa memperoleh daya kekuatan Roh itu, dan mendorong kita untuk mengenal
dan mencintai Allah sebagaimana yang diwartakan Yesus Kristus, sehingga kita mempunyai
harapan dapat menikmati keselamatan kekal. Itulah karya Tritunggal dalam diri
kita.
Daya ilahi dalam Bapa dan Putra
memanggil kita untuk hidup dalam lingkaran cinta ilahi-Nya.
a.
Dengan
cara apa kalian akan mewujudkan penghayatan iman kalian akan Tritunggal keempat
hal tersebut? Coba jawab dalam hati dahulu baru kemudian tulis dalam catatan
kalian:
b.
Apa
yang akan kalian lakukan dalam menjaga kesucian diri sehingga menjadi tempat
yang layak bagi kehadiran Allah yang Kudus?
c.
Apa
yang akan kalian lakukan agar semakin menjadikan Allah sebagai sumber kekuatan
hidupmu?
d.
Apa
yang akan kalian lakukan agar persekutuan kasih dalam keluarga makin tulus dan
makin mewujudkan kesatuan ikatan dalam keluarga?
e.
Apa
yang akan kalian lakukan agar kasih Allah semakin meresap dalam kehidupan
bersama di tengah masyarakat?
2. Aksi
Peserta
didik merencanakan tindakan nyata dan menuliskannya di dalam buku
jurnal/catatan, bertolak dari satu diantara empat poin permenungan di atas
PENUTUP
Guru mengajak peserta didik mendaraskan bersama-sama Syahadat
Nicea-Konstantinopel.
Aku percaya akan satu Allah, Bapa
yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi,
dan segala sesuatu yang kelihatan
dan tak kelihatan;
dan akan satu Tuhan Yesus Kristus,
Putra Allah yang tunggal.
Ia lahir dari Bapa sebelum segala
abad, Allah dari Allah,
Terang dari Terang,
Allah benar dari Allah benar.
Ia dilahirkan, bukan dijadikan,
sehakikat dengan Bapa;
segala sesuatu dijadikan oleh-Nya.
Ia turun dari surga untuk kita
manusia dan untuk keselamatan kita.
Ia dikandung dari Roh Kudus,
Dilahirkan oleh Perawan Maria, dan
menjadi manusia.
Ia pun disalibkan untuk kita,
waktu Pontius Pilatus; Ia menderita sampai wafat dan dimakamkan.
Pada hari ketiga Ia bangkit
menurut Kitab Suci. Ia naik ke surga, duduk di sisi Bapa.
Ia akan kembali dengan mulia,
mengadili orang yang hidup dan
yang mati;
kerajaan-Nya takkan berakhir. aku
percaya akan Roh Kudus, Ia Tuhan yang menghidupkan;
Ia berasal dari Bapa dan Putra,
yang serta Bapa dan Putra, disembah dan dimuliakan;
Ia bersabda dengan perantaraan
para nabi. aku percaya akan Gereja
yang satu, kudus, katolik dan
apostolik. aku mengakui satu pembaptisan
akan penghapusan dosa.
aku menantikan kebangkitan orang
mati dan hidup di akhirat. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar