Cari Blog Ini

Rabu, 15 Januari 2025

ALLAH TRITUNGGAL

 

ALLAH TRITUNGGAL

 

Gagasan Pokok:

Setiap agama mempunyai ajaran-ajaran yang kadang-kadang sulit dicerna oleh penganutnya sendiri – terutama oleh mereka yang wawasan pengetahuan keagamaannya minim, apalagi oleh orang lain yang berbeda agama. Kesulitan memahami konsep ajaran agama idealnya mendorong orang tersebut untuk belajar lebih banyak, sehingga hidup keagamaannya didasari oleh keyakinan yang kokoh.

Salah satu ajaran iman kristiani yang dirasa sulit dipahami adalah tentang Tritunggal Mahakudus. Kesulitan tersebut sering menjadi penyebab terjadinya kesalahan penafsiran. Misalnya: banyak orang yang yang bukan Kristen mengatakan bahwa orang Kristen percaya akan tiga Tuhan. Tentu saja hal ini tidak benar, sebab iman Kristiani mengajarkan Allah yang Esa. Namun bagaimana mungkin Allah yang Esa ini mempunyai tiga Pribadi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut dibutuhkan iman dan keterbukaan hati serta pola pikiran yang lebih dalam dan luas dalam memahami Allah. Pola pikir yang dibutuhkan adalah bahwa tidak semua hal tentang Allah dapat dijelaskan dengan logika manusia semata-mata. Kita harus sampai pada kesadaran bahwa dibalik kesulitan menjelaskan Allah, kenyataannya kehadiran Allah dapat dirasakan secara konkret dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun ajaran tentang Trinitas ini tidak dapat dijelaskan hanya dengan akal, bukan berarti bahwa Allah Tritunggal ini adalah konsep yang sama sekali tidak masuk akal. St. Agustinus bahkan mengatakan, “Kalau engkau memahami-Nya, Ia bukan lagi Allah”. Sebab Allah jauh melebihi manusia dalam segala hal, dan meskipun Ia telah mewahyukan Diri, Ia tetap rahasia/misteri. Di sinilah peran iman, karena dengan iman inilah kita menerima misteri Allah yang diwahyukan dalam Kitab Suci, sehingga kita dapat menjadikannya sebagai dasar pengharapan, dan bukti dari apa yang tidak kita lihat (lihat Ibrani 11:12). Agar dapat sedikit menangkap maknanya, kita perlu mempunyai keterbukaan hati. Hanya dengan hati terbuka, kita dapat menerima rahmat Tuhan, untuk menerima rahasia Allah yang terbesar ini; dan hati kita akan dipenuhi oleh ucapan syukur tanpa henti. Jadi jika ada orang yang bertanya, apa dasarnya kita percaya pada Allah Tritunggal, sebaiknya kita katakan, “karena Allah melalui Yesus menyatakan Diri-Nya sendiri demikian”, dan hal ini kita ketahui dari Kitab Suci.

Dalam rangka membantu peserta didik memahami Tritunggal Mahakudus, mereka akan diajak untuk melihat dari Kitab Suci maupun ajaran Bapa Gereja. Walaupun cukup sulit, minimal peserta didik mempunyai pemahaman dasar yang diharapkan memperkokoh iman kepercayaan mereka.

 

Doa Pembuka

+ Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus

Guru : Allah, Bapa Yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi. Semua : Datanglah Kerajaan-Mu di tengah-tengah kami.

Guru : Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang hidup: Semua : Kasihanilah aku, orang berdosa.

Guru : Roh Kudus, Roh Allah yang hidup dalam diri kami

Semua : Baharuilah kami dan seluruh dunia.

 

Marilah berdoa,

Allah, Bapa yang Mahakasih

tak henti-hentinya Engkau mengasihi manusia.

Engkau menunjukkan cinta-Mu dengan menciptakan kami

dan menyediakan segala sesuatu yang diperlukan agar kami hidup

Engkau mendatangi kami melalui Putra-Mu, sehingga melalui Dia kami makin mengenal Engkau Dan kini Engkau menyertai kami melalui Roh Kudus agar hidup kami selalu terarah pada-Mu.

kuatkalah iman kami

dan gelorakanlah cinta kami, kini dan sepanjang segala masa Amin.

+ Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus .

Langkah Pertama: Menggali Pengalaman Mengungkapkan Iman akan Tritunggal

1.      Guru menyapa peserta dan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif. Selanjutnya memberi pengantar tentang materi pembelajaran hari ini, misalnya:

Materi pembelajaran kita hari ini adalah tentang Tritunggal. Tritunggal merupakan ajaran iman kristiani yang menimbulkan berbagai macam tanggapan, baik dari umat Katolik dan Kristen sendiri maupun dari saudara-saudara kita yang beragama lain. Yang sering dipersoalkan sesungguhnya terutama berkaitan dengan istilah “Tritunggal”, padahal isi pengakuan imannya itu sendiri sudah jelas, yakni sebagaimana dirumuskan dalam syahadat.

2.      Guru mengajak peserta didik menyimak tayangan video “Umat Katolik malu membuat TANDA SALIB???” dalam https://www.youtube.com/watch?v=- dCFp8WWcx

3.      Setelah selesai Guru menyampaikan beberapa pertanyaan:

a.      Apakah kalian sering merasa malu membuat tanda salib? Mengapa malu?

b.      Dalam tayangan tadi dikatakan kita tidak usah malu membuat tanda salib. Apa makna tanda salib bagi umat Katolik?

c.       Selain membuat tanda salib, apa yang biasa kalian lakukan atau kalian dengar atau kalian dirasakan berkaitan dengan ungkapan iman akan Allah Tritunggal ?

d.      Apa yang kalian sendiri pahami tentang Tritunggal?

e.      Pernahkah kalian mendengar komentar atau tanggapan orang lain tentang Tritunggal? Bagaimana kalian sendiri menanggapi mereka yang memberi tanggapan seperti itu?

4.      Guru memberi kesempatan beberapa peserta didik untuk menyampaikan jawabannya dan memberi kesempatan peserta didik lain untuk menanggapi jawaban temannya

5.      Guru merangkum jawaban peserta didik dan memberikan beberapa gagasan pokok berikut, misalnya:

a.      Sesungguhnya banyak kebiasaan yang dilakukan Umat Katolik untuk mengungkapkan iman akan Tritunggal, walaupun seringkali kurang disadari, diantaranya:

1)      Tanda Salib

Membuat Tanda Salib (menandai diri dengan salib) sebelum dan sesudah berdoa merupakan ungkapan yang khas bagi Umat Katolik. Pada saat membuat tanda salib kita mengucapkan kata-kata yang mengungkapkan iman akan Tritungggal: “Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus, Amin”.

Dengan membuat tanda salib kita hendak mengungkapkan iman akan karya penyelamatan Allah yang sejak semula sudah direncanakan dan dilaksanakan Bapa dengan berbagai cara, dan yang secara khusus dinyatakan dalam sengsara dan wafat serta kebangkitan Putra-Nya, Yesus Kristus, dan yang berkat Roh Kudus masih berlangsung hingga sekarang ini.

Dengan tanda salib kita meneladan Yesus Kristus yang berkat salibNya telah menebus dosa dan mengantar manusia kepada Allah Bapa, serta berharap dapat berpartisipasi meneruskan dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2)      Doa Kemuliaan (Gloria)

Madah kemuliaan yang biasanya kita nyanyikan merupakan pujian atas kebesaran karya keselamatan Allah. “Kemuliaan kepada Allah di Surga.” Kita tahu bahwa Allah telah turun dari Surga untuk keselamatan kita dan untuk mengangkat kita “ke atas” manusia yang kecil yang mengagumi karya kebesaran Allah. Dalam madah ini, kita juga memuji Putra Allah yang setara dengan Bapa, yang “menghapus dosa dunia”, yang menebus kita. Dalam penutup madah ini, kita sekali lagi mengingat hidup Allah Tritunggal; dan Kristus Penebus kita, yang mewahyukan Bapa bersama dengan Roh Kudus, sekali lagi menjadi pusat cinta kasih dan pujian kita: “Karena hanya Engkaulah kudus, hanya Engkaulah Tuhan, hanya Engkaulah Mahatinggi, Ya Yesus Kristus, bersama dengan Roh Kudus, dalam kemuliaan Allah Bapa. Amin.

 

 

3)      Syahadat/Credo

Isi Syahadat/Credo, dengan sangat jelas mengungkapkan iman akan Allah Tritunggal Mahakudus. Syahadat atau credo merupakan ringkasan seluruh sejarah karya penyelamatan Allah, mulai dari penciptaan, penjelmaan, kesengsaraan, wafat, kebangkitan, kenaikan ke Surga, kedatangan Roh Kudus, kedatangan Kristus kembali, misteri Gereja, sakramen-sakramen sampai dengan kehidupan kekal. Oleh karena itu, setiap kali kita mengucapkan Syahadat/Credo kita mengenangkan seluruh sejarah penyelamatan yang dilaksanakan oleh Allah Tritunggal Mahakudus. Sejarah penyelamatan adalah sejarah keselamatan yang berasal dari Bapa, terlaksana oleh Putra dan dilanjutkan oleh Roh Kudus di dalam Gereja sampai pada akhir zaman.

4)      Doksologi

Doksologi artinya doa pujian. Doa ini diucapkan pada akhir dari Doa Syukur Agung pada waktu Perayaan Ekaristi. Doa Doksologi berbunyi: “Bersama dan bersatu dengan Kristus dan dengan perantaraanNya, dalam persatuan dengan Roh Kudus, disampaikanlah kepada-Mu Allah Bapa yang Mahakuasa, segala hormat dan pujian, kini dan sepanjang segala masa”. Umat menjawab “Amin”.

Doksologi memperlihatkan tiga macam relasi, hubungan kita dengan Kristus: oleh Kristus, dengan Kristus dan dalam Kristus. “Oleh Kristus” menekankan perantaraan Kristus. Yesus Kristus adalah satu-satunya pengantara antara Allah Bapa dan manusia. “Dengan Kristus” (“bersama Kristus”) berarti bukan Kristus sendiri saja yang mempersembahkan kurban, tetapi seluruh Gereja mempersembahkannya bersama dengan Dia. “Dalam Kristus” sangat dekat dengan istilah “Dalam Roh Kudus”.

Dan memang tekanan doksologi menuju ke sini: Kepada-Mu Allah Bapa yang Mahakuasa, dalam persatuan dengan Roh Kudus, segala hormat dan pujian. Roh Kudus begitu menyatukan kita dengan Kristus sehingga hubungan kita dengan Bapa menjadi sama seperti hubungan Kristus dengan Bapa. Jawaban “Amin” yang kita ucapkan menjadi sungguh-sungguh pengakuan iman kita yang penuh dan lengkap.

5)      Pembaptisan

Pembaptisan yang dilaksanakan dalam Gereja Katolik mengguna- kan rumusan Trinitas. Pada waktu membaptis, Imam mengucapkan, “N .............. (Nama orang yang dibaptis) Aku membaptis kamu: dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.” Melalui pembaptisan ini, orang yang dibaptis dipersatukan dalam kehidupan Tritunggal Mahakudus.

b.      Mungkin kalian sendiri sering merasa bingung dengan ajaran tentang Tritunggal. Atau pernah mendengar pemahaman orang lain yang salah, misalnya: yang mengatakan bahwa orang Katolik itu menyembah tiga Allah (Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus), atau pandangan lainnya. Padahal, dalam hal tertentu banyak konsep yang hampir sejalan dengan Tritunggal dengan mudah dipahami. Misalnya: Istilah Pancasila, yang artinya lima sila, yang kalau saja salah satu sila itu hilang maka tidak bisa disebut lagi Pancasila, karena masing-masing sila menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan, walaupun punya pengertian masing-masing. Atau istilah “Bhinneka Tunggal Ika”, beragam tapi satu.

c.       Gereja tidak berdiri dan berkembang setelah adanya ajaran baku terlebih dahulu lalu diikuti oleh orang-orang yang mau mengikuti ajaran tersebut. Gereja berdiri dan berkembang karena iman akan Allah yang senantiasa ingin menyelamatkan manusia, yang kemudian mengutus Yesus Kristus Putra-Nya terkasih, dan tetap menyertai manusia sepanjang zaman dengan Roh-Nya yang Kudus. Tapi Allah tidak pernah menurunkan buku pedoman tertulis yang baku untuk dijalankan manusia. Manusia dengan kebebasan dan akal budi serta hati nuraninya dipanggil Allah untuk mencari dan mendekati Allah.

d.      Hal itulah yang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan seringkali dalam perjalanan Gereja muncul berbagai macam penafsiran yang berkembang menjadi aliran keagamaan. Tetapi banyak diantaranya dianggap tidak sesuai dengan apa yang diajarkan Yesus maupun yang diimani oleh para rasul. Salah satu aliran yang dianggap bidaah adalah Arianisme dengan tokohnya Arius. Arianisme mengajarkan bahwa Yesus Kristus bukan Anak Allah tapi anak angkat, Ia tidak sehakekat dengan Allah maka tidak mungkin dapat memahami kehendak Allah, dan sebagainya. Dan masih banyak aliran lainnya. Munculnya konsep atau istilah “Tritunggal” tidak bisa dilepaskan dari dinamika tersebut.

e.      Istilah Tritunggal memang tidak tertulis dalam Kitab Suci. Istilah itu baru dimunculkan oleh Tertullianus (155230) – yang digelari ‘Bapak Teologi Latin’ – dan diakui juga sebagai salah satu ‘Bapa Gereja’. Istilah tersebut sangat kental dengan pemikiran filsafat yang berkembang saat itu. Tertullianus itu pernah belajar filsafat Yunani, terutama ia terpengaruh oleh seorang filsuf yang namanya adalah ‘Aristoteles’ yang telah hidup 300 tahun sebelum Yesus. Aristoteles itu terkenal dalam ajarannya yang menganalisa dan mendefinisikan manusia itu seperti apa. Lalu Tetullianus mempergunakan istilah-istilah yang ia pakai untuk mendifinisikan manusia itu dan diterapkannya-diaplikasikannya juga pada pernyataan Yesus yang terdapat dalam Injil Matius.” … baptislah mereka dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus…” (Mat. 28:19). Dari situ Tertullianus merumuskan bahwa ALLAH ITU SATU yang daya serta karya keselamatannya hadir dalam 3 pribadi: Bapa, Putra dan Roh Kudus. Hasil pemikirannya dikembangan oleh para teolog selama beberapa abad sampai bemuara pada dua Konsili: Konsili Nicea tahun 325 dan Konsili Konstantinopel tahun 381 yang menegaskan ajaran Allah yang Esa sekaligus Tritunggal.

f.        Beberapa kendala dalam memahami ajaran Tritunggal

1)      Kita sadar bahwa kemampuan manusia memahami Allah itu sangat terbatas, bisa jadi sampai kita meninggal pun banyak hal belum dapat kita pahami tentang Allah. Tetapi dalam keterbatasan itu manusia diharapkan tidak menyerah, manusia dipanggil sampai pada pengenalan akan Allah dalam kebenarannya

2)      Karena latar belakang perumusan istilah Tritunggal sangat kental dengan filsafat Yunani, kita juga terkendala dalam hal bahasa. Beberapa istilah kunci yang mendasari istilah Tritunggal tidak bisa diterjemahkan secara pas dengan istilah dalam bahasa Indonesia, misalnya: istilah persona (bahasa Yunani), istilah substantia/ esentia (bahasa Latin), tidak bisa terlalu pas diterjemahkan dalam kata “pribadi, topeng, hakikat”. Dengan demikian perumusan istilah Tritunggal tidak berarti salah atau tidak berguna, melainkan akan dapat dipahami oleh mereka yang menguasai filsafat. Sama halnya dengan pengalaman kita sehari-hari: orang yang tidak memiliki latar belakang ilmu kedokteran, tidak bisa sepenuhnya memahami istilah-istilah yang dipakai dalam dunia kedokteran, walaupun istilah itu menunjuk pada sesuatu yang ada atau terjadi.

g.      Kendala-kendala yang diuraikan di atas, mengajak kita untuk kembali pada kebenaran yang diimani oleh Gereja, sebagaimana diungkapkan dalam Kitab Suci dan Tradisi. Dan yang harus dimengerti dalam terang iman dan Roh Kudus. Artinya: orang yang tidak mengimani sudah pasti tidak akan mengerti juga.

 

Langkah Kedua: Memahami ajaran Kitab Suci tentang Tritunggal

1.     Guru meminta peserta didik bekerja dalam kelompok untuk membaca beberapa kutipan berikut dan menjawab pertanyaannya:

a.    Ul. 6:4 5

4Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!

5Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.

 

Pertanyaan:

1)      Apa inti iman/kepercayaan bangsa Israel?

2)      Apakah dalam pewartaan-Nya, Yesus juga mengajarkan hal yang sama dengan yang diimani bangsa Israel?

b.    Yoh. 1:1 4

1Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

2Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.

3Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.

4 Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.

 

Pertanyaan:

1)      Siapakah yang dimaksud Firman?

2)      Bagaimana hubungan Firman dengan Allah?

 

c.     Mat. 28:1920

19“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka

dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,

20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

 

Pertanyaan:

1)      Siapa yang menyampaikan perintah di atas?

2)      Adakah pernyataan yang menunjukkan iman akan Allah Tritunggal?

 

2.     Guru memberi kesempatan tiap kelompok melaporkan hasilnya

3.     Bila dipandang perlu guru dapat mengulas isi kutipan-kutipan tersebut:

a.    Keesaan Allah

Iman Kristiani tidak bisa dilepaskan begitu saja dari iman yang sudah lama dihayati oleh umat Perjanjian Lama, yakni percaya akan Allah yang Maha Esa. Allah yang Esa, bukan hanya berarti bahwa Allah itu satu, tetapi juga mengandung arti bahwa kekuasaan Allah itu tak terbatas. Allah Maha Esa juga karena ia adalah satu-satunya Allah, tiada yang lain. Pengakuan iman akan Allah Esa itu dirumuskan dalam Kitab Ulangan: “Dengarlah, hai orang Israel TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu Esa!” (Ul. 6:4).

b.    Sejak semula Allah sudah Trinitas

Kenyataan bahwa Allah Yang Esa itu sekaligus Tritunggal Mahakudus tersirat pada Kitab Kejadian 1:13 “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan udara. Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi. ” Ayat-ayat ini menyatakan hakikat Allah yang Tritunggal itu: Allah (Bapa), Roh Allah (Roh Kudus), dan Firman Allah (Yesus) muncul sebagai satu kesatuan. “Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” (Yoh. 1: 1).

Sejak awal Kitab Suci memperlihatkan bahwa Allah tidak pernah sendirian. Kitab Kejadian 1:26 menulis: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi" Di sini, dengan terang bahwa sudah sejak semula Allah menunjukkan diriNya sebagai kesatuan komuniter (Kasih). Allah, Roh yang melayang- layang, firman yang bersama-sama dengan Bapa, ketiganya satu sejak semula. Ayat-ayat lain misalnya (Yohanes 14:9) “Barangsiapa melihat Aku, ia telah melihat Bapa”, lalu (Yohanes 10:30) “Aku dan Bapa adalah satu”. Semua ini menunjukkan bahwa ketiganya satu kaesatuan dalam jalinan kasih yang tak terbagi.

c.     Kesatuan Bapa, Putra dan Roh Kudus merupakan Relasi Kasih

Keesaan Allah merupakan ciri utama atau beberadaan Allah. Allah adalah satu dan tiada yang lain. Gereja Katolik juga beriman akan Allah yang Esa. Pertanyaannya: bagaimana menggambarkan bahwa Allah yang Esa itu sekaligus Triniter? Untuk menjawab itu, kita terlebih dahulu berangkat dari pernyataan tentang Allah yang terdapat dalam surat pertama Yohanes: “Allah adalah Kasih” (1Yoh. 4:8). Kata “Kasih” itu bersifat relasional atau timbal balik, dan mengandaikan ada pihak lain. Kasih tidak akan pernah ada dalam kesendirian. “Kasih” yang dimaksudkan dalam kutipan tersebut harus dimengerti dalam artii kasih ilahi, yakni kasih yang murni, yang terjalin dalam kesatuan total dan mendalam, sedemikian rupa terbentuk kesamaan pikiran, dan kehendak, tanpa kehilangan keunikan masing-masing. Kesatuan kasih itulah yang nampak dalam relasi Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus

Itulah sebabnya sering dikatakan bahwa “Kasih” merupakan inti iman Kristiani sebab bersumber dari Allah sendiri yang adalah kasih. Kasih Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus tidak bisa diartikan seakan-akan ada 3 kasih yang, melainkan tetap satu dan sama dalam kesatuan. . Itulah relasi kasih. Oleh karena itu ketika kita berelasi dengan Kristus maka kita mengungkapkan kasih yang satu dan sama sama; dan pada saat kita mengasihi sesama, maka kita juga mengungkapkan Allah yang adalah kasih, “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi,” (Yoh. 13:35). Maka kalau kita percaya Allah itu kasih, kita dipanggil untuk mengasihi Allah, sebagaimana juga dalam Matius 22: 3538 “Dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.”

 

Langkah Ketiga: Penghayatan Gereja akan Allah Tritunggal

1.    Guru mengajak peserta didik membaca teks Ef. 1:314 dua atau tiga kali.

(Catatan: kutipan diambil dari Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari)

3Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus! Ia memberkati kita dengan segala berkat rohani di dalam surga, karena kita bersatu dengan Kristus.

4Sebelum dunia ini diciptakan, Allah telah memilih kita melalui Kristus dengan maksud supaya kita menjadi milik-Nya yang khusus dan tidak bercacat di hadapan- Nya. Karena kasih Allah,

5maka Ia sudah menentukan terlebih dahulu bahwa melalui Yesus Kristus, Ia akan mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya sendiri. Dan memang itulah yang ingin dilakukan-Nya.

6Terpujilah Allah yang agung, karena melalui Anak-Nya yang tercinta Ia sangat mengasihi kita.

7Sebab, oleh kematian Kristus, kita dibebaskan oleh Allah, berarti Ia sudah mengampuni kita dari dosa-dosa kita.

8Ia melakukan itu karena Ia sangat mengasihi kita, dan kasih itu dilimpahkan-Nya kepada kita dengan penuh kebijaksanaan dan pengertian.

9Menurut kemauan-Nya sendiri, Allah memberitahukan kepada kita rahasia rencana-Nya; Ia sudah memutuskan bahwa rencana-Nya itu akan diselesaikan melalui Kristus.

10Rencana itu ialah supaya segala sesuatu, baik yang di surga maupun yang di bumi, menjadi satu dengan Kristus sebagai kepala. Dan hal itu akan diselesaikan oleh Allah kalau sudah sampai waktunya.

11Allah mengerjakan segala sesuatu menurut keinginan-Nya dan keputusan-Nya sendiri. Sejak semula Ia sudah memilih kita sebab Ia ingin supaya kita menjadi umat-Nya karena bersatu dengan Kristus.

12Biarlah kita, yang pertama-tama berharap pada Kristus, memuji Allah karena keagungan-Nya!

13Kalian pun sudah menjadi umat Allah sewaktu kalian mendengar pesan Allah, yakni Kabar Baik yang memberi keselamatan kepadamu. Kalian percaya kepada Yesus Kristus, karena itu Allah memberi tanda milik-Nya kepadamu, yaitu Roh-Nya yang dijanjikan-Nya.

14Roh itulah jaminan bahwa kita akan menerima apa yang telah dijanjikan Allah kepada umat-Nya. Ini memberi keyakinan kepada kita bahwa Allah akan membebaskan umat-Nya. Terpujilah Allah karena keagungan-Nya!

 

2.    Guru meminta peserta didik merumuskan pesan kutipan di atas, melalui pertanyaan berikut:

a.    Apa yang dilakukan Allah untuk menunjukkan cinta-Nya kepada manusia?

b.    Dengan cara bagaimana Allah melakukan semuanya itu?

 

3.    Guru memberi kesempatan kepada beberapa peseta didik menyampaikan jawabannya.

4.    Guru merangkum jawaban peserta didik dan menyampaikan peneguhan

a.      Dalam ucapan syukur yang diungkapkan Santo Paulus kepada umatnya di Efesus, Paulus secara langsung mengungkapkan karya penyelamatan dan kasih Allah kepada manusia dalam ketiga pribadi Allah.

b.      Manusia selayaknya bersyukur dan memuji Allah karena:

1)   Memberikan berkat rohani

2)   Memilih kita menjadi milik-Nya dan tidak bercacat di hadapan-Nya

3)   Mengangkat kita menjadi anak-Nya

4)   Kita dibebaskan dan diampuni oleh Allah

c.       Semua berkat itu bisa kita terima dari Bapa berkat iman kita akan Yesus Kristus dan berkat Roh Kudus yang dicurahkan kepada kita. Roh Kudus membuat kita yang mendengar pewartaan Kristus mengenal Allah secara lebih dalam dan dekat, dan menyatakan iman kepada Allah itu dengan mengimani dan mengikuti Yesus Kristus, sekaligus akan menghantar kita kembali kepada Bapa dalam kemuliaan kekal, seperti yang sudah diterima oleh Yesus Kristus. Dengan kata lain, keselamatan yang kita peroleh (memperoleh berkat rohani, diangkat menjadi milik Allah dan Anak Allah, dan sebagainya) itu berkat Roh Kudus (sebab berkat Roh Kudus yang dicurahkan kepada para Rasul dan para penggantinya kita mengenal pribadi Yesus Kristus yang mewartakan Allah menyampaikan pewartaan dan karya keselamatan-Nya) yang membantu kita beriman kepada Yesus Kristus agar bisa beriman kepada Bapa.

d.      Cinta kasih dan karya keselamatan dinyatakan kepada kita melalui ketiga pribadi Allah, tetapi tidak berarti bahwa kita menerima cinta kasih dan karya keselamatan itu masing-masing sepertiga. Cinta kasih dan karya keselamatan itu satu dan sama.

e.      Apa yang diungkapkan Santo Paulus di atas sejalan dengan ajaran Tritunggal yang telah berakar dari zaman Gereja perdana dan terus dipelahara dalam Tradisi Gereja, sebagaimana ditegaskan dalam Katekismus Gereja Katolik:

1)      Dogma Tritunggal sesungguhnya bicara tentang Allah yang Esa (KGK 253). Pribadi ini tidak membagi-bagi ke-Allah-an seolah masing- masing menjadi sepertiga, namun mereka adalah ‘sepenuhnya dan seluruhnya’. Bapa adalah yang sama seperti Putra, Putra yang sama seperti Bapa; dan Bapa dan Putra adalah yang sama seperti Roh Kudus, yaitu satu Allah dengan kodrat ilahi yang sama. Karena kesatuan ini, maka Bapa seluruhnya ada di dalam Putra, seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Putra seluruhnya ada di dalam Bapa, dan seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Roh Kudus ada seluruhnya di dalam Bapa, dan seluruhnya di dalam Putra.

2)      Walaupun sama dalam kodrat ilahinya, namun ketiga Pribadi ini berbeda secara nyata satu sama lain, yaitu berbeda di dalam hal hubungan asalnya: yaitu Allah Bapa yang ‘melahirkan’, Allah Putra yang dilahirkan, Roh Kudus yang dihembuskan (KGK 254).

3)      Ketiga Pribadi ini berhubungan satu dengan yang lainnya. Perbedaan dalam hal asal tersebut tidak membagi kesatuan ilahi, namun malah menunjukkan hubungan timbal balik antarpribadi Allah tersebut. Bapa dihubungkan dengan Putra, Putra dengan Bapa, dan Roh Kudus dihubungkan dengan keduanya. Hakikat mereka adalah satu, yaitu Allah (KGK 255).

f.        Bentuk penghayatan iman akan Allah Tritunggal:

1)      Kita dipanggil mengupayakan agar diri dan hidup kita menjadi tempat yang layak dan suci bagi kehadiran Allah yang Kudus.

2)      Kita dipanggil percaya dan menjadikan Allah sumber kekuatan yang menggerakkan hidup kita, dan tidak memberi tempat bagi kekuatan lain untuk menguasai dan mengatur hidup kita

3)      Kita dipanggil untuk menjadikan model ikatan kasih Tritunggal dalam hidup kita di tengah keluarga. Keluarga dipanggil menjadi persekutuan cinta yang total, yang sehati dan seperasaan, yang bersumber dari kasih Allah

4)      Kita juga dipanggil menjadikan ikatan kasih Tritunggal menjadi model kehidupan kita di tengah masyarakat. Hal ini merupakan perjuangan yang berat, karena arus yang ada dalam masyarakat semakin menguat dalam individualisme, egoisme, dan mencari keuntungan diri sendiri

 

5.    Ayat untuk Direnungkan:

Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Mat. 28:1920)

 

Langkah Keempat: Refleksi dan Aksi

1.    Refleksi.

Guru mengajak peserta untuk membaca bahan refleksi berikut dan menuliskan jawaban atas pertanyaan refleksi dalam catatan mereka.

Dibalik semua keterbatasan pengertian kita akan Tritunggal, ada kenyataan yang tak bisa disangkal, yakni: bahwa Allah begitu mengasihi umat manusia, sampai mengorbankan Yesus Kristus Putra-Nya, dan sekalipun Yesus telah naik ke surga, Ia mengutus Roh Kudus. Berkat Roh Kudus yang meng- gerakkan para rasul dan penggantinya, mereka mewartakan peristiwa keselamatan itu kepada makin banyak orang, sehingga kita pun bisa memperoleh daya kekuatan Roh itu, dan mendorong kita untuk mengenal dan mencintai Allah sebagaimana yang diwartakan Yesus Kristus, sehingga kita mempunyai harapan dapat menikmati keselamatan kekal. Itulah karya Tritunggal dalam diri kita.

Daya ilahi dalam Bapa dan Putra memanggil kita untuk hidup dalam lingkaran cinta ilahi-Nya.

a.      Dengan cara apa kalian akan mewujudkan penghayatan iman kalian akan Tritunggal keempat hal tersebut? Coba jawab dalam hati dahulu baru kemudian tulis dalam catatan kalian:

b.      Apa yang akan kalian lakukan dalam menjaga kesucian diri sehingga menjadi tempat yang layak bagi kehadiran Allah yang Kudus?

c.       Apa yang akan kalian lakukan agar semakin menjadikan Allah sebagai sumber kekuatan hidupmu?

d.      Apa yang akan kalian lakukan agar persekutuan kasih dalam keluarga makin tulus dan makin mewujudkan kesatuan ikatan dalam keluarga?

e.      Apa yang akan kalian lakukan agar kasih Allah semakin meresap dalam kehidupan bersama di tengah masyarakat?

 

2.    Aksi

Peserta didik merencanakan tindakan nyata dan menuliskannya di dalam buku jurnal/catatan, bertolak dari satu diantara empat poin permenungan di atas

 

PENUTUP

Guru mengajak peserta didik mendaraskan bersama-sama Syahadat Nicea-Konstantinopel.

 

Aku percaya akan satu Allah, Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi,

dan segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan;

dan akan satu Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang tunggal.

Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad, Allah dari Allah,

Terang dari Terang,

Allah benar dari Allah benar.

Ia dilahirkan, bukan dijadikan, sehakikat dengan Bapa;

segala sesuatu dijadikan oleh-Nya.

Ia turun dari surga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita.

Ia dikandung dari Roh Kudus,

Dilahirkan oleh Perawan Maria, dan menjadi manusia.

Ia pun disalibkan untuk kita, waktu Pontius Pilatus; Ia menderita sampai wafat dan dimakamkan.

Pada hari ketiga Ia bangkit menurut Kitab Suci. Ia naik ke surga, duduk di sisi Bapa.

Ia akan kembali dengan mulia,

mengadili orang yang hidup dan yang mati;

kerajaan-Nya takkan berakhir. aku percaya akan Roh Kudus, Ia Tuhan yang menghidupkan;

Ia berasal dari Bapa dan Putra, yang serta Bapa dan Putra, disembah dan dimuliakan;

Ia bersabda dengan perantaraan para nabi. aku percaya akan Gereja

yang satu, kudus, katolik dan apostolik. aku mengakui satu pembaptisan

akan penghapusan dosa.

aku menantikan kebangkitan orang mati dan hidup di akhirat. Amin.

 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar