Cari Blog Ini

Senin, 27 Januari 2025

TRADISI SUCI

 

TRADISI SUCI

Doa Pembuka

Allah Bapa kami di surga, kami berterima kasih kepadaMu atas segala rahmat yang kami terima, terlebih Engkau sudah mengumpulkan kami di tampat ini untuk belajar bersama.

Kami mohon kepadamu, ya Tuhan untuk menerangi akal budi kami agar dapat menerima palajaran dengan baik.

Ya Tuhan, pada saat ini kami ingin mencoba mengenal Yesus melalui Tradisi Suci yang Engkau wariskan kepada kami melalui para rasul dan penerusnya. Semoga dengan ini iman kami semakin dikuatkan satu sama lain. Berilah pula kami kekuatan dan semaqngat belajar yang tinggi, supaya kami dapat belajar dengan rajin dan tekun. Bantu kami selama proses belajar ini supaya dapat perhatian kami sepenuhnya dan jauhkanlah kami dari segala godaan yang dapat melemahkan semangat belajar kami.

Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin

 

Langkah Pertama: Mendalami Pengalaman Hidup Sehari-Hari Berkaitan dengan Pelaksanaan Tradisi dalam Masyarakat

1.      Pada pertemuan sebelumnya kita belajar tentang Kitab Suci sebagai sumber untuk mengenal Yesus. Sekarang kita akan belajar tentang sumber yang lain untuk mengenal Yesus, yakni Tradisi Suci. Apa yang kalian ketahui tentang tradisi? Tradisi apa yang terakhir kalian ikuti? Pesan apa yang hendak disampaikan melalui tradisi tersebut? Untuk menjawab itu semua marilah kita simak kisah berikut:

Tradisi Kenduri Lintas Agama di Gereja Ganjuran

Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus di Ganjuran Bantul Yogyakarta melaksanakan tradisi kenduri bersama lintas agama-agama untuk memperingati hari ulang tahun ke-94 gereja yang didirikan oleh keluarga Belanda pemilik pabrik gula di daerah itu, Kamis (21/6/18).

BANTUL, YOGYAKARTA — Ketika matahari mulai condong ke barat, hari Kamis (21/6) sekitar pukul 4 sore, ratusan orang dewasa yang mayoritas laki- kali duduk bersila diatas tikar yang digelar pada rerumputan dan lapangan di komplek gereja Hati Kudus Tuhan Yesus yang dipenuhi pepohonan yang rindang di desa Ganjuran kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Hadirin dengan latar belakang agama dan kepercayaan yang berbeda- beda tersebut berasal dari dusun-dusun sekitar gereja Ganjuran yang datang untuk mengikuti kenduri memperingati ulang tahun ke-94 keberadaan gereja Katolik ditengah masyarakat yang plural di sekitarnya.

Dipandu seorang pembawa acara berbahasa Jawa, mereka melaksanakan kenduri dan berdoa bersama dipimpin oleh 6 pemuka agama berbeda.

Agama Islam diwakili oleh Warsito yang kebetulan ketua RT setempat, Kristen oleh Pendeta Suharjono dari GKJ desa tetangga Jodog, agama Hindu oleh Wagimin, dari aliran kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa oleh Heri Sujoko, dan dari agama Katolik oleh FX Tugiono.

Bupati Bantul Suharsono mengajak seluruh warga yang hadir agar senantiasa menjaga persaudaraan dan kerukunan umat beragama serta merawat keragaman dengan cinta kasih guna mencapai kesejahteraan bersama di Bantul yang kaya akan potensi alam.

Bupati juga menawarkan kepada pengurus Paroki Ganjuran mengajukan permohonan bantuan sedikit keuangan kepada pemerintah setempat karena komunitas agama-agama lainnya sudah mendapatkan bantuan.

Kepada VOA Suharsono menegaskan, ia berkomitmen merangkul semua penganut agama di wilayahnya.

“Saya ingin merangkul semua penganut agama yang sesuai perundangan ada di Indonesia yang wajib menghargai dan menghormati. Walaupun banyak hambatan untuk mewujudkannya saya tidak akan mundur kalau agama tersebut diakui oleh pemerintah Indonesia, wajib kita hargai” kata Suharsono. Windu Kuntoro, panitia rangkaian acara peringatan ulang tahun ke-94 Gereja Ganjuran menyebutkan, tradisi Kenduri lintas iman di gereja Ganjuran sudah dilaksanakan selama bertahun-tahun. Kebersamaan dengan masyarakat sekitar yang berbeda agama juga sudah terbangun sejak lama.“Sudah lama sekali terbangun hubungan harmonis dengan semua agama disini dan itu menjadi agenda kita dan selalu menjadi berkat dalam kenduri ini. Lalu memberikan berkat ini untuk seluruh masyarakat yang ada di sekitar gereja Ganjuran. Ini adalah wajah yang sesungguhnya bahwa kita menjadi berkat bagi sesamanya tanpa melihat perbedaan apapun. Masyarakat hidup rukun dengan gereja ini, mereka bekerja di sekitar gereja, membuka warung, romo kami juga memiliki hubungan yang sangat baik dengan RT setempat, membangun komunikasi dengan tokoh-tokoh NU, tokoh Muhammadiyah, saling menngunjungi dan setiap tahun kita kenduri bersama,” ujar Windu Kuntoro.

Gereja Ganjuran didirikan tahun 1924 oleh keluarga Belanda pemilik pabrik gula, Joseph dan Julius Schmutzer untuk kebaktian keluarga maupun pegawainya. Sejak awal, Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran mengadopsi budaya lokal yaitu budaya Jawa sebagai bagian dari tata cara ibadah agama Katholik meski tetap mengikuti aturan dari Vatikan.

Esti Wijayati, anggota Komisi X DPR RI yang ikut hadir pada kenduri bersama lintas agama mengatakan, ia berharap rasa takut atau khawatir karena masih adanya perselisihan antar pengikut agama-agama bisa hilang dengan belajar dari tradisi kenduri di gereja Ganjuran.

“Setidaknya dengan acara kenduri bersama ini kita punya harapan besar. Dari gereja Ganjuran akan tersiar meluas ke seluruh Indonesia betapa kebersamaan yang dibangun atas dasar persaudaraan, kebhineka-tunggal- ikaan ini menjadi berkah dan karunia bagi bangsa Indonesia membangun bersama republik ini. Sehingga kekhawatiran yang mungkin muncul atau masih ada mengenai bagaimana kelompok yang satu tidak memberi ruang kepada kelompok lain ini akan hilang,” jelas Esti Wijayati. [ms/ab]

Sumber:https://www.voaindonesia.com/a/tradisi-kenduri-lintas-agama-di-gereja-ganjuran/4451417.html

2.      Untuk mendalami artikel di atas, diskusikan beberapa pertanyaan berikut:

a.      Bagaimana kesan kalian ketika membaca artikel di atas?

b.      Apa yang mendasari munculnya kegiatan kenduri lintas agama di Gereja Ganjuran?

c.       Bagaimana tanggapan masyarakat setempat terhadap kegiatan tersebut?

d.      Nilai-nilai apa yang dapat kalian ambil dari kegiatan tersebut?

3.      Tulislah semua hasil diskusi yang menurutmu penting ke dalam buku catatan. Berikutnya, carilah informasi melalui studi pustaka atau browsing di internet tentang salah satu tradisi yang ada di daerahmu masing-masing dan tuliskan pesan yang hendak disampaikan melalui tradisi tersebut. Secara acak beberapa di antara kalian dapat mensharingkan informasi yang tersebut.

 

Langkah Kedua: Mendalami Teks Kitab Suci dan Ajaran Gereja tentang Tradisi

1.         Guru mengajak peserta didik untuk mendalami teks Kitab Suci dan ajaran Gereja berikut:

a)      Yohanes 21:24-25

24Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar.

25Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.

b)      KGK 78

Penerusan yang hidup ini yang berlangsung dengan bantuan Roh Kudus, dinamakan “tradisi”, yang walaupun berbeda dengan Kitab Suci, namun sangat erat berhubungan dengannya. “Demikianlah Gereja dalam ajaran, hidup serta ibadatnya melestarikan serta meneruskan kepada semua keturunan dirinya seluruhnya,  imannya  seutuhnya” (DV 8). “Ungkapan-ungkapan para Bapa Suci memberi kesaksian akan kehadiran tradisi itu yang menghidupkan, dan yang kekayaannya meresapi praktik serta kehidupan Gereja yang beriman dan berdoa” (DV 8).

 

2.         Diskusikan beberapa pertanyaan berikut ke dalam kelompok dan catatlah segala informasi yang diperoleh dalam proses diskusi pada buku catatan.

a)   Kesimpulan apakah yang dapat kalian tarik dari kata-kata Yohanes dalam penutup Injilnya tersebut berkaitan denga ada banyaknya Tradisi dalam Gereja?

b)   Apa arti ungkapan: Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu?

c)    Apa yang hendak disampaikan dalam Katekismus Gereja Katolik artikel 78 berkaitan dengan Tradisi suci?

d)   Carilah contoh salah satu Tradisi Suci yang sampai saat ini masih dihidupi dalam Gereja Katolik!

3.         Pada akhir kegiatan, setiap perwakilan kelompok memplenokan hasilnya di depan kelas.

4.         Untuk Dipahami:

a)      Masyarakat  kita  terdiri  dari  berbagai  macam  suku  yang  masing- masing memiliki budaya dan tradisi berbeda-beda. Tradisi itu tumbuh dan dipelihara dengan baik sebagai warisan turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya, upacara bersih desa, syukur atas panen, dan lain-lain.

b)      Tradisi atau berasal dari kata Latin tradition yang berarti diteruskan. Ini mengarah pada sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Mulanya istilah  ini  dipahami  sebagai  penyerahan  suatu  barang  secara  sah dari pemilik lama ke pemilik baru. Dalam hal ajaran tradisi dipahami sebagai penerusan ajaran dari satu generasi ke generasi berikutnya. Tentu saja ada penambahan ataupun pengurangan yng disesuaikan dengan kebutuhan masyarakatnya. Ini adalah sesuatu hal yang tidak terhindarkan.

c)       Tradisi sangat berperan dalam membentuk suatu kelompok sosial karena bisa menjembatani beberapa generasi terutama dalam pengalihan atau penerusan ajaran. Tradisi di masa lalu tetap dipertahankan karena dianggap tetap bermanfaat untuk masa sekarang dan yang akan datang.

d)      Kitab Suci lahir dari sebuah proses tradisi yang panjang dan Yesuspun hidup dan menjadi bagian dalam tradisi itu. Dalam pengajaran-Nya, Yesus  seringkali  merujuk pada  hukum  Taurat  dan  kitab  para  nabi yang ditafsirkan secara baru. Dalam karya dan pengajaranNya untuk mewartakan Kerajaan Allah, Yesus memulai suatu tradisi sendiri. Inilah tradisi Yesus. Ia memanggil dan mendidik para rasulNya untuk menjadi saksi atas hidup, karya dan pewartaanNya. Selanjutnya, Yesus mengutus mereka untuk menyampaikan apa yang sudah mereka terima kepada seluruh bangsa. Perutusan yang berkelanjutan ini memunculkan tradisi baru, yakni pewartaan karya penyelamatan Allah yang terwujud dalam diri, hidup dan karya Yesus.

e)      Tradisi Yesus dilanjutkan dengan tradisi rasuli, di mana para rasul mewartakan dan meneruskan kabar gembira tentang Yesus Kristus. Mereka yang percaya pada gilirannya meneruskan apa yang mereka dengar dan mereka terima. Penerusan ini tentu disertai penambahan atau pengurangan isinya sesuai kreativitas mereka yang juga disesuaikan dengan situasi dan kondisi jemaatnya. Karena hal itu, mungkin ada hal yang sama tetapi diceritakan secara berbeda, bahkan tidak jarang dimunculkan cerita-cerita baru yang sifatnya mendukung atau melengkapi pewartaan.

f)        Injil Yohanes ditulis oleh murid Yesus yang dikasihi. Segala sesuatu yang ditulis adalah sesuatu yang benar sesuai kesaksian yang terjadi. Digunakan kata kita tahu berarti ada saksi lainnya yang mengetahui dan memang hal itu benar. Mereka yang digolongkan kata kita mungkin penatua-penatua jemaat yang mengenal Yesus dan Yohanes.

g)      Dalam Yoh. 20:30 dikatakan bahwa masih banyak tanda lain yang belum dicatat dalam Kitab Suci. Tanda lain itu di antaranya perbuatan-perbuatan Yesus, atau sikap hidup, pengajaran-Nya, dan kepribadian-Nya. Itulah sebabnya, Rasul Yohanes mengatakan: “Jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu”. (bdk. Yoh 21:25).

h)      Katekismus  Gereja  Katolik  78  menegaskan  bahwa  penerusan  yang hidup ini yang berlangsung dengan bantuan Roh Kudus, dinamakan “Tradisi”, yang walaupun berbeda dengan Kitab Suci, namun sangat erat berhubungan dengannya. “Demikianlah Gereja dalam ajaran, hidup serta ibadatnya dilestarikan serta meneruskan kepada semua keturunan dirinya seluruhnya, imannya yang seutuhnya” (DV 8).

5.         “Ungkapan-ungkapan para Bapa Suci memberi kesaksian akan kehadiran Tradisi ini yang menghidupkan, dan yang kekayaannya meresapi praktik serta kehidupan Gereja yang beriman dan berdoa.” (DV 8, bdk. KKG 174, 1124, 2651).

6.         Gereja Katolik yakin bahwa Kitab Suci (Alkitab) bersama Tradisi dinyatakan oleh Gereja sebagai “Tolok ukur tertinggi iman Gereja” (DV 21). Dengan kata “iman”, yang dimaksudkan adalah baik iman objektif maupun iman subjektif. Jadi, “Kebenaran-kebenaran iman” yang mengacu kepada realitas yang diimani dan sikap hati serta penghayatannya merupakan tanggapan manusia terhadap pewahyuan Allah.

7.         Tradisi Gereja terus ada berkat kuasa Roh Kudus dalam sejarah Gereja, dan terus menerus hingga saat ini. Contoh Tradisi Gereja adalah paham Trinitas, Pribadi Kristus, Bunda Allah, Maria diangkat ke Surga, dan juga Syahadat yang selalu menjadi bagian dalam Gereja Katolik.

8.         Gereja mendapat tugas dari Kristus untuk mengabarkan ajaran Kristus kepada seluruh makhluk (Markus 16: 15), karena itu maka Gereja merasa perlu untuk memiliki suatu rumusan singkat yang merangkum seluruh ajaran Kristus agar bisa diungkapkan dan diingat semua orang. Dengan adanya rumusan tersebut, diharapkan “Supaya kamu seiya sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir” (1 Korintus 1:10). Rumusan itu sendiri diharapkan bisa bertindak “sebagai contoh ajaran” (2 Timotius 1:13).

9.         Di kemudian hari dalam pergelutannya melawan ajaran-ajaran sesat, Gereja merasa perlu menyusun rumusan pengakuan iman untuk memberi garis batas tegas antara ajaran yang benar dan ajaran yang salah. Hal  ini  terjadi  karena  Gereja  menghadapi  ajaran  sesat  yang berkembang dari hal yang relatif umum menuju ke hal yang relatif khusus. Dua contoh yang sering kita gunakan adalah:

a)      Syahadat Nicea Konstantinopel (Tahun 325-381). merupakan hasil dari dua konsili ekumenis yang berlangsung di Nicea pada tahun 325 dan Konstantinopel pada tahun 381.

b)      Syahadat Para Rasul (sebelum tahun 390). Pengakuan iman yang merupakan warisan khas iman Kristen Barat ini menurut tradisi dibuat oleh para rasul.

10.     Contoh Tradisi dalam Gereja Katolik yang lain adalah sebagai berikut: Masa Adven, Perayaan Natal, Jalan salib, Masa Prapaska, Perayaan Masa Paska, Tri Hari Suci, dan lain-lain.

11.     Ayat untuk Direnungkan:

”Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu”(Yoh. 21:25).

 

Langkah Ketiga: Refleksi dan Aksi

1.         Refleksi.

Baca pelan-pelan dan resapkan artikel berikut:

Tradisi Sunat

TRADISI Yahudi, khususnya kaum Farisi, sangat memperhatikan aturan- aturan lahiriah, seperti mencuci tangan terlebih dahulu sebelum makan. Jika tidak, dia dikatakan najis. Yesus melawan pandangan seperti itu. Tradisi tidak boleh mengabaikan aspek yang paling penting yakni kualitas hati yang murni.

Yesus menghendaki agar apa yang tampak di luar, mewakili apa yang tersembunyi di dalam hati. Penampilan lahiriah, menggambarkan aspek kedalaman hati kita. Seiring dengan pandangan Yesus, Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, menolak “sunat” yang sangat diutamakan dalam tradisi Yahudi daripada iman kepada Kristus yang bersumberkan “kasih”.

Bagi Paulus, kasih Allah juga dicurahkan kepada orang-orang yang tidak bersunat, asalkan percaya dan melaksanakan Firman Tuhan. Baginya, tradisi tidak boleh membatasi orang untuk menjadi murid Kristus.

Dalam kehidupan bermasyarakat, sering adat istiadat memenjarakan orang dalam kesempitan hidup. Di beberapa tempat, misalnya: orang yang sudah dibaptis masih lebih mengutamakan adat kebiasaan kawin adat daripada Sakramen pernikahan.

Mampukah kita memurnikannya? Sr. Dr. Grasiana, PRR, Doktor Teologi Biblis dari Pontificio Univeritas St. Tomas Aqinas Angelicum Roma

Sumber:https://www.hidupkatolik.com/2018/10/16/27277/tradisi-sunat/

 

 

2.         Aksi.

(Bisa mengerjakan alternatif satu atau dua)

a.    Berdasarkan  literasi  reflektif  di  atas  tuliskan,  tradisi  baik  yang  ada di keluargamu lalu beri alasan mengapa tradisi itu dipertahankan. Mintalah orang tua menandatangani hasil refleksi yang dibuat.

b.   Kita memiliki dua syahadat sebagai hasil dari Tradisi. Buatlah perbandingan antara syahadat Para Rasul (yang sering disebut dengan istilah Syahadat Singkat) dengan Syahadat Nicea (yang sering disebut Syahadat Panjang), segi-segi mana sama, segi-segi mana berbeda dan berikan komentarmu terhadap dua Syahadat yang kita miliki itu.

 

Doa Penutup

Marilah kita tutup pelajaran dengan mendaraskan Mazmur berikut:

 

Tuhan, Tempat Perlindungan

(Mzm. 11:1–7)

1Untuk pemimpin biduan. Dari Daud. Pada TUHAN aku berlindung, bagaimana kamu berani berkata kepadaku: “Terbanglah ke gunung seperti burung!”

2Sebab, lihat orang fasik melentur busurnya, mereka memasang anak panahnya pada tali busur, untuk memanah orang yang tulus hati di tempat gelap.

3Apabila dasar-dasar dihancurkan, apakah yang dapat dibuat oleh orang benar itu?

4TUHAN ada di dalam bait-Nya yang kudus; TUHAN, takhta-Nya di sorga; mata-Nya mengamat-amati, sorot mata-Nya menguji anak-anak manusia.

5TUHAN  menguji orang benar dan orang fasik, dan Ia membenci orang yang mencintai kekerasan.

6Ia menghujani orang-orang fasik dengan arang berapi dan belerang; angin yang menghanguskan, itulah isi piala mereka.

7Sebab TUHAN adalah adil dan Ia mengasihi keadilan; orang yang tulus akan memandang wajah-Nya.

 

Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus, Seperti pada permulaan, sekarang, dan sepajang segala abad, Amin.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar