TRADISI SUCI
Doa Pembuka
Allah Bapa kami di surga, kami berterima kasih kepadaMu atas
segala rahmat yang kami terima, terlebih Engkau sudah mengumpulkan kami di
tampat ini untuk belajar bersama.
Kami mohon kepadamu, ya Tuhan untuk menerangi akal budi kami agar
dapat menerima palajaran dengan baik.
Ya Tuhan, pada saat ini kami ingin mencoba mengenal Yesus melalui
Tradisi Suci yang Engkau wariskan kepada kami melalui para rasul dan
penerusnya. Semoga dengan ini iman kami semakin dikuatkan satu sama lain.
Berilah pula kami kekuatan dan semaqngat belajar yang tinggi, supaya kami dapat
belajar dengan rajin dan tekun. Bantu kami selama proses belajar ini supaya
dapat perhatian kami sepenuhnya dan jauhkanlah kami dari segala godaan yang
dapat melemahkan semangat belajar kami.
Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin
Langkah Pertama: Mendalami Pengalaman Hidup Sehari-Hari Berkaitan
dengan Pelaksanaan Tradisi dalam Masyarakat
1. Pada
pertemuan sebelumnya kita belajar tentang Kitab Suci sebagai sumber untuk
mengenal Yesus. Sekarang kita akan belajar tentang sumber yang lain untuk
mengenal Yesus, yakni Tradisi Suci. Apa yang kalian ketahui tentang tradisi?
Tradisi apa yang terakhir kalian ikuti? Pesan apa yang hendak disampaikan
melalui tradisi tersebut? Untuk menjawab itu semua marilah kita simak kisah
berikut:
Tradisi
Kenduri Lintas Agama di Gereja Ganjuran
Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus di
Ganjuran Bantul Yogyakarta melaksanakan tradisi kenduri bersama lintas
agama-agama untuk memperingati hari ulang tahun ke-94 gereja yang didirikan
oleh keluarga Belanda pemilik pabrik gula di daerah itu, Kamis (21/6/18).
BANTUL, YOGYAKARTA — Ketika
matahari mulai condong ke barat, hari Kamis (21/6) sekitar pukul 4 sore,
ratusan orang dewasa yang mayoritas laki- kali duduk bersila diatas tikar yang
digelar pada rerumputan dan lapangan di komplek gereja Hati Kudus Tuhan Yesus
yang dipenuhi pepohonan yang rindang di desa Ganjuran kabupaten Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Hadirin dengan latar belakang
agama dan kepercayaan yang berbeda- beda tersebut berasal dari dusun-dusun
sekitar gereja Ganjuran yang datang untuk mengikuti kenduri memperingati ulang
tahun ke-94 keberadaan gereja Katolik ditengah masyarakat yang plural di
sekitarnya.
Dipandu seorang pembawa acara
berbahasa Jawa, mereka melaksanakan kenduri dan berdoa bersama dipimpin oleh 6
pemuka agama berbeda.
Agama Islam diwakili oleh Warsito
yang kebetulan ketua RT setempat, Kristen oleh Pendeta Suharjono dari GKJ desa
tetangga Jodog, agama Hindu oleh Wagimin, dari aliran kepercayaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa oleh Heri Sujoko, dan dari agama Katolik oleh FX Tugiono.
Bupati Bantul Suharsono mengajak
seluruh warga yang hadir agar senantiasa menjaga persaudaraan dan kerukunan
umat beragama serta merawat keragaman dengan cinta kasih guna mencapai
kesejahteraan bersama di Bantul yang kaya akan potensi alam.
Bupati juga menawarkan kepada
pengurus Paroki Ganjuran mengajukan permohonan bantuan sedikit keuangan kepada
pemerintah setempat karena komunitas agama-agama lainnya sudah mendapatkan
bantuan.
Kepada VOA Suharsono menegaskan,
ia berkomitmen merangkul semua penganut agama di wilayahnya.
“Saya ingin merangkul semua
penganut agama yang sesuai perundangan ada di Indonesia yang wajib menghargai
dan menghormati. Walaupun banyak hambatan untuk mewujudkannya saya tidak akan
mundur kalau agama tersebut diakui oleh pemerintah Indonesia, wajib kita
hargai” kata Suharsono. Windu Kuntoro, panitia rangkaian acara peringatan ulang
tahun ke-94 Gereja Ganjuran menyebutkan, tradisi Kenduri lintas iman di gereja
Ganjuran sudah dilaksanakan selama bertahun-tahun. Kebersamaan dengan
masyarakat sekitar yang berbeda agama juga sudah terbangun sejak lama.“Sudah
lama sekali terbangun hubungan harmonis dengan semua agama disini dan itu
menjadi agenda kita dan selalu menjadi berkat dalam kenduri ini. Lalu
memberikan berkat ini untuk seluruh masyarakat yang ada di sekitar gereja
Ganjuran. Ini adalah wajah yang sesungguhnya bahwa kita menjadi berkat bagi
sesamanya tanpa melihat perbedaan apapun. Masyarakat hidup rukun dengan gereja
ini, mereka bekerja di sekitar gereja, membuka warung, romo kami juga memiliki
hubungan yang sangat baik dengan RT setempat, membangun komunikasi dengan
tokoh-tokoh NU, tokoh Muhammadiyah, saling menngunjungi dan setiap tahun kita
kenduri bersama,” ujar Windu Kuntoro.
Gereja Ganjuran didirikan tahun
1924 oleh keluarga Belanda pemilik pabrik gula, Joseph dan Julius Schmutzer
untuk kebaktian keluarga maupun pegawainya. Sejak awal, Gereja Hati Kudus Tuhan
Yesus Ganjuran mengadopsi budaya lokal yaitu budaya Jawa sebagai bagian dari
tata cara ibadah agama Katholik meski tetap mengikuti aturan dari Vatikan.
Esti Wijayati, anggota Komisi X
DPR RI yang ikut hadir pada kenduri bersama lintas agama mengatakan, ia
berharap rasa takut atau khawatir karena masih adanya perselisihan antar
pengikut agama-agama bisa hilang dengan belajar dari tradisi kenduri di gereja
Ganjuran.
“Setidaknya dengan acara kenduri
bersama ini kita punya harapan besar. Dari gereja Ganjuran akan tersiar meluas
ke seluruh Indonesia betapa kebersamaan yang dibangun atas dasar persaudaraan,
kebhineka-tunggal- ikaan ini menjadi berkah dan karunia bagi bangsa Indonesia
membangun bersama republik ini. Sehingga kekhawatiran yang mungkin muncul atau
masih ada mengenai bagaimana kelompok yang satu tidak memberi ruang kepada
kelompok lain ini akan hilang,” jelas Esti Wijayati. [ms/ab]
Sumber:https://www.voaindonesia.com/a/tradisi-kenduri-lintas-agama-di-gereja-ganjuran/4451417.html
2. Untuk
mendalami artikel di atas, diskusikan beberapa pertanyaan berikut:
a. Bagaimana
kesan kalian ketika membaca artikel di atas?
b. Apa
yang mendasari munculnya kegiatan kenduri lintas agama di Gereja Ganjuran?
c. Bagaimana
tanggapan masyarakat setempat terhadap kegiatan tersebut?
d. Nilai-nilai
apa yang dapat kalian ambil dari kegiatan tersebut?
3. Tulislah
semua hasil diskusi yang menurutmu penting ke dalam buku catatan. Berikutnya,
carilah informasi melalui studi pustaka atau browsing di internet tentang salah
satu tradisi yang ada di daerahmu masing-masing dan tuliskan pesan yang hendak
disampaikan melalui tradisi tersebut. Secara acak beberapa di antara kalian
dapat mensharingkan informasi yang tersebut.
Langkah Kedua: Mendalami Teks Kitab Suci dan Ajaran Gereja tentang
Tradisi
1.
Guru mengajak peserta didik untuk mendalami teks Kitab Suci dan
ajaran Gereja berikut:
a) Yohanes
21:24-25
24Dialah
murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya
dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar.
25Masih
banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu
harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua
kitab yang harus ditulis itu.
b) KGK
78
Penerusan
yang hidup ini yang berlangsung dengan bantuan Roh Kudus, dinamakan “tradisi”,
yang walaupun berbeda dengan Kitab Suci, namun sangat erat berhubungan
dengannya. “Demikianlah Gereja dalam ajaran, hidup serta ibadatnya melestarikan
serta meneruskan kepada semua keturunan dirinya seluruhnya, imannya
seutuhnya” (DV 8). “Ungkapan-ungkapan para Bapa Suci memberi kesaksian
akan kehadiran tradisi itu yang menghidupkan, dan yang kekayaannya meresapi
praktik serta kehidupan Gereja yang beriman dan berdoa” (DV 8).
2.
Diskusikan beberapa pertanyaan berikut ke dalam kelompok dan
catatlah segala informasi yang diperoleh dalam proses diskusi pada buku
catatan.
a) Kesimpulan
apakah yang dapat kalian tarik dari kata-kata Yohanes dalam penutup Injilnya
tersebut berkaitan denga ada banyaknya Tradisi dalam Gereja?
b) Apa
arti ungkapan: Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi
jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini
tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu?
c) Apa
yang hendak disampaikan dalam Katekismus Gereja Katolik artikel 78 berkaitan
dengan Tradisi suci?
d) Carilah
contoh salah satu Tradisi Suci yang sampai saat ini masih dihidupi dalam Gereja
Katolik!
3.
Pada akhir kegiatan, setiap perwakilan kelompok memplenokan
hasilnya di depan kelas.
4.
Untuk Dipahami:
a) Masyarakat kita
terdiri dari berbagai
macam suku yang
masing- masing memiliki budaya dan tradisi berbeda-beda. Tradisi itu
tumbuh dan dipelihara dengan baik sebagai warisan turun-temurun dari satu
generasi ke generasi berikutnya, upacara bersih desa, syukur atas panen, dan
lain-lain.
b) Tradisi
atau berasal dari kata Latin tradition yang berarti diteruskan. Ini mengarah
pada sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari
kehidupan suatu kelompok masyarakat. Mulanya istilah ini
dipahami sebagai penyerahan
suatu barang secara
sah dari pemilik lama ke pemilik baru. Dalam hal ajaran tradisi dipahami
sebagai penerusan ajaran dari satu generasi ke generasi berikutnya. Tentu saja
ada penambahan ataupun pengurangan yng disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakatnya. Ini adalah sesuatu hal yang tidak terhindarkan.
c) Tradisi
sangat berperan dalam membentuk suatu kelompok sosial karena bisa menjembatani
beberapa generasi terutama dalam pengalihan atau penerusan ajaran. Tradisi di
masa lalu tetap dipertahankan karena dianggap tetap bermanfaat untuk masa sekarang
dan yang akan datang.
d) Kitab
Suci lahir dari sebuah proses tradisi yang panjang dan Yesuspun hidup dan
menjadi bagian dalam tradisi itu. Dalam pengajaran-Nya, Yesus seringkali
merujuk pada hukum Taurat
dan kitab para
nabi yang ditafsirkan secara baru. Dalam karya dan pengajaranNya untuk
mewartakan Kerajaan Allah, Yesus memulai suatu tradisi sendiri. Inilah tradisi
Yesus. Ia memanggil dan mendidik para rasulNya untuk menjadi saksi atas hidup,
karya dan pewartaanNya. Selanjutnya, Yesus mengutus mereka untuk menyampaikan
apa yang sudah mereka terima kepada seluruh bangsa. Perutusan yang
berkelanjutan ini memunculkan tradisi baru, yakni pewartaan karya penyelamatan
Allah yang terwujud dalam diri, hidup dan karya Yesus.
e) Tradisi
Yesus dilanjutkan dengan tradisi rasuli, di mana para rasul mewartakan dan
meneruskan kabar gembira tentang Yesus Kristus. Mereka yang percaya pada
gilirannya meneruskan apa yang mereka dengar dan mereka terima. Penerusan ini
tentu disertai penambahan atau pengurangan isinya sesuai kreativitas mereka
yang juga disesuaikan dengan situasi dan kondisi jemaatnya. Karena hal itu,
mungkin ada hal yang sama tetapi diceritakan secara berbeda, bahkan tidak jarang
dimunculkan cerita-cerita baru yang sifatnya mendukung atau melengkapi
pewartaan.
f)
Injil Yohanes ditulis oleh murid Yesus yang dikasihi. Segala
sesuatu yang ditulis adalah sesuatu yang benar sesuai kesaksian yang terjadi.
Digunakan kata kita tahu berarti ada saksi lainnya yang mengetahui dan memang
hal itu benar. Mereka yang digolongkan kata kita mungkin penatua-penatua jemaat
yang mengenal Yesus dan Yohanes.
g) Dalam
Yoh. 20:30 dikatakan bahwa masih banyak tanda lain yang belum dicatat dalam
Kitab Suci. Tanda lain itu di antaranya perbuatan-perbuatan Yesus, atau sikap
hidup, pengajaran-Nya, dan kepribadian-Nya. Itulah sebabnya, Rasul Yohanes
mengatakan: “Jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya
dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu”. (bdk. Yoh
21:25).
h) Katekismus Gereja
Katolik 78 menegaskan
bahwa penerusan yang hidup ini yang berlangsung dengan
bantuan Roh Kudus, dinamakan “Tradisi”, yang walaupun berbeda dengan Kitab
Suci, namun sangat erat berhubungan dengannya. “Demikianlah Gereja dalam
ajaran, hidup serta ibadatnya dilestarikan serta meneruskan kepada semua
keturunan dirinya seluruhnya, imannya yang seutuhnya” (DV 8).
5.
“Ungkapan-ungkapan para Bapa Suci memberi kesaksian akan kehadiran
Tradisi ini yang menghidupkan, dan yang kekayaannya meresapi praktik serta
kehidupan Gereja yang beriman dan berdoa.” (DV 8, bdk. KKG 174, 1124, 2651).
6.
Gereja Katolik yakin bahwa Kitab Suci (Alkitab) bersama Tradisi
dinyatakan oleh Gereja sebagai “Tolok ukur tertinggi iman Gereja” (DV 21).
Dengan kata “iman”, yang dimaksudkan adalah baik iman objektif maupun iman
subjektif. Jadi, “Kebenaran-kebenaran iman” yang mengacu kepada realitas yang
diimani dan sikap hati serta penghayatannya merupakan tanggapan manusia
terhadap pewahyuan Allah.
7.
Tradisi Gereja terus ada berkat kuasa Roh Kudus dalam sejarah
Gereja, dan terus menerus hingga saat ini. Contoh Tradisi Gereja adalah paham
Trinitas, Pribadi Kristus, Bunda Allah, Maria diangkat ke Surga, dan juga
Syahadat yang selalu menjadi bagian dalam Gereja Katolik.
8.
Gereja mendapat tugas dari Kristus untuk mengabarkan ajaran
Kristus kepada seluruh makhluk (Markus 16: 15), karena itu maka Gereja merasa
perlu untuk memiliki suatu rumusan singkat yang merangkum seluruh ajaran
Kristus agar bisa diungkapkan dan diingat semua orang. Dengan adanya rumusan
tersebut, diharapkan “Supaya kamu seiya sekata dan jangan ada perpecahan di
antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir” (1
Korintus 1:10). Rumusan itu sendiri diharapkan bisa bertindak “sebagai contoh
ajaran” (2 Timotius 1:13).
9.
Di kemudian hari dalam pergelutannya melawan ajaran-ajaran sesat,
Gereja merasa perlu menyusun rumusan pengakuan iman untuk memberi garis batas
tegas antara ajaran yang benar dan ajaran yang salah. Hal ini
terjadi karena Gereja
menghadapi ajaran sesat
yang berkembang dari hal yang relatif umum menuju ke hal yang relatif
khusus. Dua contoh yang sering kita gunakan adalah:
a) Syahadat
Nicea Konstantinopel (Tahun 325-381). merupakan hasil dari dua konsili ekumenis
yang berlangsung di Nicea pada tahun 325 dan Konstantinopel pada tahun 381.
b) Syahadat
Para Rasul (sebelum tahun 390). Pengakuan iman yang merupakan warisan khas iman
Kristen Barat ini menurut tradisi dibuat oleh para rasul.
10. Contoh
Tradisi dalam Gereja Katolik yang lain adalah sebagai berikut: Masa Adven,
Perayaan Natal, Jalan salib, Masa Prapaska, Perayaan Masa Paska, Tri Hari Suci,
dan lain-lain.
11. Ayat
untuk Direnungkan:
”Masih banyak hal-hal lain lagi
yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu
per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus
ditulis itu”(Yoh. 21:25).
Langkah Ketiga: Refleksi dan Aksi
1.
Refleksi.
Baca
pelan-pelan dan resapkan artikel berikut:
Tradisi
Sunat
TRADISI
Yahudi, khususnya kaum Farisi, sangat memperhatikan aturan- aturan lahiriah,
seperti mencuci tangan terlebih dahulu sebelum makan. Jika tidak, dia dikatakan
najis. Yesus melawan pandangan seperti itu. Tradisi tidak boleh mengabaikan
aspek yang paling penting yakni kualitas hati yang murni.
Yesus
menghendaki agar apa yang tampak di luar, mewakili apa yang tersembunyi di
dalam hati. Penampilan lahiriah, menggambarkan aspek kedalaman hati kita.
Seiring dengan pandangan Yesus, Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di
Galatia, menolak “sunat” yang sangat diutamakan dalam tradisi Yahudi daripada
iman kepada Kristus yang bersumberkan “kasih”.
Bagi
Paulus, kasih Allah juga dicurahkan kepada orang-orang yang tidak bersunat,
asalkan percaya dan melaksanakan Firman Tuhan. Baginya, tradisi tidak boleh
membatasi orang untuk menjadi murid Kristus.
Dalam
kehidupan bermasyarakat, sering adat istiadat memenjarakan orang dalam
kesempitan hidup. Di beberapa tempat, misalnya: orang yang sudah dibaptis masih
lebih mengutamakan adat kebiasaan kawin adat daripada Sakramen pernikahan.
Mampukah
kita memurnikannya? Sr. Dr. Grasiana, PRR, Doktor Teologi Biblis dari
Pontificio Univeritas St. Tomas Aqinas Angelicum Roma
Sumber:https://www.hidupkatolik.com/2018/10/16/27277/tradisi-sunat/
2.
Aksi.
(Bisa
mengerjakan alternatif satu atau dua)
a. Berdasarkan literasi
reflektif di atas
tuliskan, tradisi baik
yang ada di keluargamu lalu beri
alasan mengapa tradisi itu dipertahankan. Mintalah orang tua menandatangani
hasil refleksi yang dibuat.
b. Kita
memiliki dua syahadat sebagai hasil dari Tradisi. Buatlah perbandingan antara
syahadat Para Rasul (yang sering disebut dengan istilah Syahadat Singkat)
dengan Syahadat Nicea (yang sering disebut Syahadat Panjang), segi-segi mana
sama, segi-segi mana berbeda dan berikan komentarmu terhadap dua Syahadat yang
kita miliki itu.
Doa Penutup
Marilah kita tutup pelajaran
dengan mendaraskan Mazmur berikut:
Tuhan,
Tempat Perlindungan
(Mzm.
11:1–7)
1Untuk
pemimpin biduan. Dari Daud. Pada TUHAN aku berlindung, bagaimana kamu berani
berkata kepadaku: “Terbanglah ke gunung seperti burung!”
2Sebab,
lihat orang fasik melentur busurnya, mereka memasang anak panahnya pada tali
busur, untuk memanah orang yang tulus hati di tempat gelap.
3Apabila
dasar-dasar dihancurkan, apakah yang dapat dibuat oleh orang benar itu?
4TUHAN
ada di dalam bait-Nya yang kudus; TUHAN, takhta-Nya di sorga; mata-Nya
mengamat-amati, sorot mata-Nya menguji anak-anak manusia.
5TUHAN menguji orang benar dan orang fasik, dan Ia
membenci orang yang mencintai kekerasan.
6Ia
menghujani orang-orang fasik dengan arang berapi dan belerang; angin yang
menghanguskan, itulah isi piala mereka.
7Sebab
TUHAN adalah adil dan Ia mengasihi keadilan; orang yang tulus akan memandang
wajah-Nya.
Kemuliaan kepada Bapa dan Putra
dan Roh Kudus, Seperti pada permulaan, sekarang, dan sepajang segala abad,
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar