Cari Blog Ini

Senin, 27 Januari 2025

KITAB SUCI PERJANJIAN LAMA DAN PERJANJIAN BARU

 

KITAB SUCI PERJANJIAN LAMA DAN PERJANJIAN BARU

 

Doa Pembuka

Allah yang berbelas kasih, Sabda-Mu adalah terang dan pelita hidup kami. Bimbinglah kami dengan Roh Kudus-Mu agar dalam proses pembelajaran ini kami dapat lebih fokus, terutama dalam membaca dan merenungkan Sabda-Mu.

Dengan Daya Roh Kudus-Mu itu, bukalah telinga dan hati kami untuk mendengarkan Sabda-Mu. Terangilah budi dan hati kami untuk memahami Sabda-Mu. Jernihkanlah hasrat jiwa kami untuk meresapkan Sabda-Mu.

Doronglah kehendak dan tekad kami, untuk mengamalkan Sabda-Mu dalam hidup dan perutusan kami sehari-hari. Demi Kristus, Tuhan kami. Amin.

 

Langkah Pertama: Mendalami Pengalaman Hidup Sehari-hari Berkaitan dengan Kitab Suci

1.      Guru dapat mengajukan pertanyaan, misalnya: Apa nama Kitab Suci orang Katolik? Apa perbedaan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru? Apakah kalian mempunyai Kitab Suci di rumah? Apakah selama ini kalian membaca Kitab Suci rutin? Kapan terakhir kali kalian membuka Kitab Suci? Untuk menjawab itu semua marilah kita simak kisah berikut:

Cintailah Alkitabmu!

HIDUPKATOLIK.com    Suatu  sore,  di  salah  satu sudut  ruangan  kantor pemerintahan, seorang lelaki menceritakan tentang pengalaman yang paling membahagiakan dalam keluarganya. Matanya berbinar, tapi beberapa kedipannya menyisakan sembab di kedua ujung kelopak mata. “Saya sungguh terharu. Suatu pagi, ketika hendak membangunkan anak saya, ia sedang duduk berdoa di ranjang dan membaca Firman,” kenangnya.

Si lelaki itu baru memergoki anaknya membaca Kitab Suci belakangan ini. Tak disangka, aktivitas si buah hati terus berlanjut hingga kini. Awalnya, si bapak menduga bahwa anaknya sedang dalam masalah sehingga rajin berdoa. Ketika mengajak anaknya mengobrol, lagi-lagi ia terhenyak. “Aku kan ikutan Papa yang tiap hari baca Firman!” jawab si anak.

Sepenggal kisah nyata itu terjadi di kota metropolitan Jakarta, dalam sebuah keluarga Katolik asal Manado. Kisah itu inspiratif sekaligus menggelitik. Berapa banyak keluarga katolik yang membiasakan diri membaca Kitab Suci setiap hari? Akurasi jawabannya memang sulit dipastikan, tapi indikasi jawabannya masih lebih mudah ditebak. Tidak banyak! Indikasinya, sering terdengar keluhan bahwa doa rosario di Lingkungan jauh lebih banyak yang hadir dibandingkan acara pendalaman Kitab Suci. Mencari kesediaan umat untuk menjadi Pamong Sabda pun butuh dorongan lebih dari pastor paroki. Itulah realitas kita!

Padahal, semua mengetahui bahwa membaca Kitab Suci itu penting dan amat berguna bagi kehidupan rohani. Begitu pentingnya hal itu, salah satu dokumen Konsili Vatikan II, Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi (Dei Verbum (DV)), 18 November 1965) memuat anjuran bagi Gereja untuk membaca Kitab Suci. Orang diharapkan “membacanya dengan asyik dan mempelajarinya dengan saksama” (DV art.25). Pembacaan itu pun mesti dibalut dalam suasana doa. Kitab Suci ditulis dalam Roh Kudus, sehingga harus dibaca dan ditafsirkan dalam Roh itu juga (DV art.12).

Namun, tak jarang kaum awam merasa begitu sulitnya memahami Kitab Suci. Boleh jadi, orang kurang setia mencintai Kitab Suci sehingga tidak membiasakan diri menjamahnya setiap hari. Lalu, sekali-kalinya membaca, langsung membangun asumsi bahwa nas-nas di dalamnya sulit dimengerti. Sementara  itu,  banyak  buah  rohani  dalam  kehidupan  sehari-hari  yang layak dikumpulkan dan dinikmati dalam terang Firman. Pun kebisingan dan hiruk-pikuk dunia yang butuh oase segar untuk direda. Banyak orang sudah canggung untuk menyelam ke kedalaman spiritual dan lebih suka hingar-bingar di tempat yang dangkal. Apalagi, tawaran kesenangan dan kemudahan  terus  berseliweran.  Menghadapi  situasi  ini,  hendaklah  arif dan bijak menentukan pilihan. Dalam Kitab Suci, Allah berbicara kepada manusia dengan cara manusia (KGK Nomor 109). Di situlah sebenarnya doa dengan Kitab Suci dapat menginspirasi karya-karya kita; pun sebaliknya karya-karya itu menjadi inspirasi doa kita.

Selama Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) ini, kita diajak untuk rajin membaca Kitab Suci guna mengenali situasi zaman di mana kita hidup saat ini. BKSN kali ini bertajuk “Kabar Gembira di Tengah Gaya Hidup Modern”. Maka, marilah belajar bertekun dan setia bersama Kitab Suci. Ingat pesan St. Hieronimus, “Sebab tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus.” Jadi, cintailah Alkitabmu!

Redaksi

Sumber: https://www.hidupkatolik.com/2017/09/03/12213/cintailah-alkitabmu/

 

2.      Diskusikan  dengan  temanmu  beberapa  pertanyaan  pendalaman berikut!

a.       Bagaimana tanggapan kalian terhadap kisah artikel di atas?

b.       Apa yang kalian tangkap dari pengalaman seorang Ayah ketika melihat anaknya menjadi rajin membaca Kitab Suci?

c.        Fenomena apa yang kalian tangkap dari dari minimnya minat umat di lingkungan untuk terlibat dalam pendalaman Kitab Suci?

d.       Mengapa banyak umat yang mempunyai asumsi bahwa Kitab Suci itu menjadi yang sulit dipahami?

e.       St. Hieronimus berkata: “Sebab tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus.” Apa maksudnya?

 

3.      Catatlah hasil diskusi ke dalam buku catatan dan setiap perwakilan kelompok melaporkan hasil diskusi. Selanjutnya, carilah informasi sebanyak- banyaknya melalui studi pustaka atau browsing di internet tentang proses penulisan Kitab Suci.

 

Langkah Kedua: Mendalami Kitab Suci sebagai Upaya Menumbuhkan Iman

1.      Baca dan renungkan teks Kitab Suci berikut:

Iman Bertumbuh dalam Penganiayaan dan Dalam Pembacaan Kitab Suci (2Tim. 3:10–17)

10Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku.

11Engkau telah ikut menderita penganiayaan dan sengsara seperti yang telah kuderita di Antiokhia dan di Ikonium dan di Listra. Semua penganiayaan itu kuderita dan Tuhan telah melepaskan aku dari padanya.

12Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya,

13sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan.

14Tetapi  hendaklah  engkau  tetap  berpegang  pada  kebenaran  yang  telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu.

15Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.

16Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.

17Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik

 

2.      Duduklah berdua-dua bisa di dalam kelas atau di luar kelas dan diskusikan surat Paulus kepada Timotius tersebut dengan bantuan pertanyaan sebagai berikut:

a.      Apa konsekuensi mengikuti Yesus?

b.      Apa yang menjadi himbauan pokok Paulus dalam surat tersebut?

c.       Apa peran atau fungsi Kitab Suci sebagaimana dikatakan Paulus dalam suratnya?

d.      Apa arti ungkapan: Segala tulisan yang diilhamkan Allah (Kitab Suci/ Alkitab) bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran?

 

3.      Tulislah semua hasil diskusi dan buatlah rangkuman proses pembelajaran dari awal.

 

4.      Selanjutnya guru memberikan peneguhan sebagai berikut:

a.      Kata Alkitab berasal dari bahasa Arab dan secara harafiah berarti buku.. Kata Alkitab dalam bahasa lain adalah Bible (Inggris), Bijbel (Belanda) merupakan tiruan dari bahasa Yunani Tabiblia yang berarti Kitab-kitab. Alkitab (Arab-Indonesia), yakni al dan kitab yang berarti sang kitab atau kitab yang mulia. Dengan demikian dalam kata alkitab terkandung pengertian “buku yang suci.” Kitab Suci terdiri dari dua bagian, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Setiap orang mengetahui bahwa Alkitab adalah buku yang paling unik di dunia yang terdiri dari 73 buah kitab yang ditulis oleh banyak orang yang hidup  pada zaman, tempat, tingkat kehidupan, suasana saat penulisan yang berbeda, namun mereka secara khusus telah dipilih Tuhan untuk menuliskan kehendakNya bagi manusia di segala tempat dan abad. Jadi definisi Alkitab adalah Kitab- kitab dari segala kitab yang membicarakan tentang kebenaran.

b.      Istilah Perjanjian Lama pertama kali dipakai oleh Rasul Paulus dalam suratnya yang kedua kepada umat di Korintus (2Kor. 3:14). “Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada  hari ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca perjanjian lama itu tanpa disingkapkan, karena hanya Kristus saja yang dapat menyingkapkannya.” Rasul Paulus secara khusus memikirkan Hukum Taurat. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya, istilah Perjanjian Lama diterapkan pada semua kitab yang diakui bangsa Israel sebagai Kitab Sucinya. Kitab Perjanjian Baru, menunjuk kepada seluruh isi Alkitab jilid kedua yang secara khusus menjadi Kitab Suci umat Kristen. Isinya memang mengenai “Perjanjian Baru” (bdk. Luk. 22:20; 1Kor. 11:25), yang oleh Allah diikat dengan umat manusia melalui Yesus Kristus. Perjanjian itu melanjutkan dan bahkan menyempurnakan perjanjian lama yaitu perjanjian yang diikat Allah dengan umat Israel. Oleh karena umat Israel tidak setia, maka Allah memperbaharui dan menyempurnakannya dalam Yesus Kristus, Putra-Nya. Perjanjian Baru itu tidak akan batal lagi (baik dari pihak Allah atau manusia), karena itu Perjanjian Baru itu juga disebut Perjanjian Kekal, sebab hubungan Allah dengan manusia di dalam Yesus Kristus tidak akan pernah putus atau batal.

c.       Perjanjian Lama adalah perjanjian Allah dengan Umat Israel (Kel. 19) dan memberi kesaksian tentang karya Allah dalam sejarah Israel mulai dengan panggilan Abraham sampai dengan menjelang Perjanjian Baru. Tanda Perjanjian dimeteraikan dengan darah anak domba yang dikurbankan pada mezbah-mezbah perjanjian. Perjanjian Baru mengingatkan perjanjian antara Allah dengan umat manusia, yang dimeteraikan dengan Darah Kristus sebagai Anak Domba Allah yang mengurbankan Diri-Nya demi keselamatan seluruh umat manusia.

d.      Hubungan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah sebagai penggenapan dari janji. Perjanjian Lama mencatat apa yang ‘Allah katakan ... pada zaman dahulu kepada nenek moyang kita dengan perantaraan para nabi’. Perjanjian Baru membicarakan firman terakhir yang difirmankanNya melalui AnakNya, dalam mana seluruh penyataan sebelumnya dimuat, dikukuhkan dan ‘dilampaui’. Perbuatan-perbuatan kekuasaan yang menyatakan Allah dalam Perjanjian Lama memuncak pada karya penyelamatan Kristus; perkataan-perkataan nabi-nabi Perjanjian Lama terpenuhi genap di dalam Dia. Tapi Ia bukan hanya puncak  penyataan  Allah;  Ia  adalah  juga  jawaban  manusia  kepada Allah -- Imam Agung dan serentak Rasul dari pengakuan kita (Ibr. 3:1). Perjanjian Lama menceritakan kesaksian mereka yang melihat hari Kristus sebelum menyingsing, Perjanjian Baru menceritakan kesaksian mereka yang telah melihat dan mendengar Dia pada waktu kemanusiaan-Nya, yang dengan kekuasaan Roh-Nya, secara utuh mengenal lalu memberitakan anti kedatangan-Nya setelah Ia bangkit dari maut.

e.      Alkitab terbagi dalam dua bagian, yakni:

1)      Kitab Suci Perjanjian Lama

a)      Taurat Musa/Pentateukh (Kelima Kitab Musa) yakni Kejadian, Keluaran, Bilangan, Imamat, Ulangan. Kelima kitab tersebut merupakan kitab hukum bangsa Yahudi.

b)      Kitab-Kitab Sejarah. Kitab-kitab sejarah menceritakan tentang peristiwa-peristiwa di Israel. Kitab-kitab ini adalah Yosua, Hakim-Hakim, Rut, 1 dan 2 Samuel, 1 dan 2 Raja-Raja, 1 dan 2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, serta Ester. Tobit, Yudit, 1 Makabe, 2 Makabe.

c)       Kitab-kitab Kebijaksanaan dan Didaktis atau kitab-kitab puisi. Kitab-kitab ini mencatat sebagian kebijaksanaan dan kesusateraan para nabi. Itu adalah Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung, Kebijaksanaan Salomo, dan Yesus bin Sirakh serta Ratapan.

d)      Kitab-kitab Kenabian. Para nabi memperingatkan Israel akan dosa-dosanya dan bersaksi tentang berkat-berkat yang datang dari kepatuhan. Mereka bernubuat tentang kedatangan Kristus, yang akan mendamaikan dosa-dosa mereka yang bertobat, menerima tata cara-tata cara, dan menjalankan Injil. Kitab- kitab para nabi adalah Yesaya, Yeremia, Barukh, Ratapan, Yehezkiel, Daniel, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, serta Maleakhi.

 

Alkitab orang Katolik, khususnya Perjanjian Lama ada perbedaan dengan Alkitab Perjanjian Lama di kalangan Protestan. Alkitab, khususnya Perjanjian Lama milik orang Katolik ada yang disebut dengan istilah “Deuterokanonika”. Kata  Deuterokanonika  adalah  gabungan  dua  kata  Yunani yaitu deuteros (=yang kedua) dan kanonikos (=kitab atau daftar resmi). Kitab-kitab yang diterima kedua dalam kanon sebagai Kitab Suci. Kitab-kitab yang termasuk kitab-kitab ini di kalangan Protestan disebut Apokrifa. Yang termasuk dalam kitab Deuterokanonika adalah Tobit, Yudit, Yesus bin Sirakh, Kebijaksanaan Salomo, Barukh, kedua kitab Makabe, tambahan Ester, tambahan Daniel.

Sebagian besar Kitab Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Ibrani.

 

2)      Bagian kedua Kitab Suci kita adalah Perjanjian Baru.

Perjanjian Baru berisi mengenai perjanjian terakhir yang diadakan Allah dengan umat manusia melalui Yesus Kristus. Sebagai kitab yang mengisahkan perjanjian Allah di dalam dan melalui Yesus Kristus, maka isi Kitab Suci Perjanjian Baru mengisahkan peristiwa Yesus Kristus, Sang Pengantara Perjanjian Baru melalui: hidup, ajaran, karya, sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Jemaat beriman kristiani awal mengalami peristiwa bersama Yesus dan membagikan pengalaman yang sangat mendalam dalam bentuk lisan dan kemudian ditulis menjadi Kitab Suci Perjanjian Baru. Dengan demikian maka Kitab Suci Perjanjian Baru merupakan pengalaman iman jemaat beriman kristiani awal akan karya keselamatan Allah melalui Yesus Kristus.

Isi Kitab Suci Perjanjian Baru adalah sebagai berikut:

a)      Keempat  Injil,  yakni:  Matius,  Markus,  Lukas,  dan  Yohanes. Kitab Suci Perjanjian Baru dibuka dengan keempat Injil yang sebagian besar berupa cerita. Cerita itu langsung mengenai Yesus Kristus yang hidup di dunia mulai dari kelahiran-Nya, karya-Nya di depan publik sampai dengan sengsara, wafat, kebangkitan, penampakan-Nya sesudah bangkit dari antara orang mati dan kenaikan-Nya ke surga. Di dalamnya juga berisi sabda-sabda-Nya dan karya-karya-Nya selama hidup di dunia.

b)      Sesudah keempat Injil dikemukakan sebuah karangan yang diberi judul Kisah Para Rasul. Kitab ini biarpun berjudul Kisah Para Rasul tidak pertama-tama berisi tentang kisah rasul- rasul Yesus, melainkan bercerita tentang munculnya jemaat pertama/jemaat rasuli dan perkembangannya selama kurang lebih 30 tahun. Tokoh utama kitab ini adalah Petrus dan Paulus. Kisah Para Rasul berakhir dengan cerita mengenai Paulus yang ditahan di Roma.

c)       Surat-surat. Sesudah Kisah Para Rasul ada 21 karangan yang disebut “surat”. Kata surat ini dipakai dalam arti yang luas, karena jika diteliti dengan benar ada beberapa karangan  tidak sungguh- sungguh berupa surat, melainkan kumpulan nasihat atau petuah, misalnya Yakobus, 1 Yohanes dan Ibrani. Surat yang paling panjang adalah surat Paulus kepada jemaat di Roma (16 bab), sedangkan yang sangat pendek adalah Filemon dan 3 Yohanes (hanya beberapa ayat saja). Pada umumnya surat- surat ini berisi:

·       Jawaban atas permasalahan atau pertanyaan yang dihadapi oleh jemaat atau orang tertentu.

·       Ajaran-ajaran  dan  nasihat-nasihat  yang  relevan  untuk kehidupan jemaat atau orang yang dituju oleh surat tersebut.

d)      Surat-surat dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu:

·       Kelompok Surat-surat Paulus: Roma, 1 Korintus, 2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1 Tesalonika, 2 Tesalonika, 1 Timotius, 2 Timotius, Titus, Filemon, dan Ibrani. Menurut para ahli Kitab Suci, Surat kepada Orang Ibrani walaupun bukan berasal dari Paulus, tetapi dimasukkan ke dalam Corpus Paulus, artinya kumpulan surat- surat Perjanjian Baru yang dimasukkan ke dalam kelompok Surat-surat Paulus.

·       Surat-surat Katolik: Yakobus, 1 Petrus, 2 Petrus, 1 Yohanes, 2 Yohanes, 3 Yohanes, dan Yudas.

e)      Wahyu

Karangan terakhir dari Perjanjian Baru adalah kitab Wahyu yang ditujukan kepada Yohanes. Kitab ini berisi tentang serangkaian  penglihatan  mengenai  hal  ihwal  umat  kristen dan dunia seluruhnya ke masa depan, masa terakhir. Kitab ini banyak menggunakan lambang-lambang,  sehingga tidak mudah untuk dimengerti.

 

Isi Kitab Suci Perjanjian Baru berjumlah 27 Kitab.

 

f.        Sejarah terbentuknya Kitab Suci

1)      Terbentuknya Kitab Suci Perjanjian Lama

Kitab Suci Perjanjian Lama terbentuk melalui proses yang sangat panjang. Sejarah penyelamatan Allah yang mulai dengan pilihan Allah terhadap Abraham terjadi pada abad 19/18 SM. Asal usul Perjanjian Lama, tradisi-tradisi yang terbentuk di sekitar para bapa bangsa, bermula dari Abraham, manusia yang dipanggil Allah dan yang menerima janji-janji ilahi untuknya dan keturunannya. Namun Musalah sang pemimpin dan pemberi hukum yang pada abad ke 13 SM menghimpun sekelompok suku-suku pelarian menjadi suatu bangsa, yang mengawali gerakan religius besar-besaran. Gerakan inilah yang akhirnya menghasilkan tulisan-tulisan yang ternyata merupakan anugerah Allah kepada umat manusia.

a)      Pentateukh atau Taurat Musa yang mengisahkan awal mula dunia, manusia, sampai terbentuknya bangsa Israel menjadi suatu bangsa di bawah pimpinan Musa sebenarnya baru terbentuk sebagaimana yang kita miliki sekarang sekutar abad 6 atau 5 SM.

b)      Tulisan-tulisan kenabian mulai dengan nabi Amos dan Hosea pada abad 8 SM dan ditutup oleh Yoel dan Zakhria (bab 9-14) pada abad ke 4 SM.

c)       Kitab-kitab sejarah meliputi kurun waktu mulai dengan Yosua sampai 1 Makabe yang ditulis awal abad pertama SM.

d)      Abad ke 5 SM merupakan masa yang sangat subur untuk sastra kebijaksanaan (misalnya Ayub), tetapi gerakan dan tulisan- tulisan kebijaksanaan sudah mulai pada zaman Salomo sampai abad pertama sebelum Masehi.

 

Hal-hal yang diuraikan di atas menunjukkan bahwa terbentuknya tulisan-tulisan Perjanjian Lama sungguh melewati suatu proses yang sangat panjang.

Harus disadari bahwa sebagian besar tulisan-tulisan Perjanjian Lama bukanlah karya satu orang melainkan karya banyak orang yang berkembang selama berabad-abad. Semua yang ikut ambil bagian dalam proses penulisan ini memperoleh inspirasi.

Namun kebanyakan dari mereka tidak sadar bahwa sebenarnya mereka digerakkan oleh Allah. Memang dalam pengantar ini kita akan memberikan perhatian khusus dari sudut “manusia” yang memandang tulisan-tulisan Perjanjian Lama sebagai endapan kekayaan tradisi suatu bangsa yang berkembang selama berabad- abad. Perjanjian Lama sangat terikat dengan suatu bangsa, yaitu bangsa Israel.

Sebagian besar Perjanjian Lama didasarkan pada tradisi lisan: Pentateukh sampai kitab Samuel dilandaskan pada banyak tradisi lisan yang berkaitan terutama dengan para bapa bangsa, Musa, Yosua, Hakim-hakim, Samuel, dan Daud. Kemuadian kitab Raja-raja berdasarkan tradisi lisan di sekitar Elia dan Elisa. Meskipun tulisan- tulisan Perjanjian Lama baru mendapatkan bentuknya yang terakhir pada abad-abad berikutnya, ini hanya menyangkut penulisan. Tradisi-tradisinya sendiri sudah mulai jauh sebelum ditulisakan. Jadi tahun penulisan Perjanjian Lama tidak menunjukkan usia bahan-bahan yang terdapat di dalamnya.

2)      Terbentuknya Kitab Suci Perjanjian Baru

a)      Dari Injil kita tahu bahwa Yesus bisa membaca dan menulis (Lih  Luk.  4:17-19  dan  Yoh.  8:6).  Namun  demikian  Yesus tidak  menulis  apapun  yang  berkaitan  dengan  karya  dan sabda-sabda-Nya, Yesus juga tidak menyuruh atau mendikte para murid-Nya untuk menuliskannya. Ia hanya berkeliling mengajar dan berbuat baik (menyembuhkan, mengusir setan dan sebagainya) di dalam pengajaran-Nya, Yesus kerapkali menggunakan Kitab Suci, tetapi Kitab Suci yang Ia gunakan adalah  Kitab  Suci  Perjanjian  Lama.  Namun  karena  sabda- Nya dan hidup-Nya serta karya-Nya begitu mengesankan dan berwibawa maka banyak orang tertarik dan mengikuti Yesus. Lebih-lebih setelah kebangkitan, di mana Yesus diakui dengan berbagai macam gelar (Kristus, Tuhan, Juru Selamat, dan sebagainya), maka para pengikut-Nya mulai meneruskan apa yang telah dimulai oleh Yesus.

b)      2) Mula-mula para murid mulai mewartakan Yesus secara lisan. Inti pewartaan pada mulanya adalah wafat dan kebangkitan-Nya (bdk. Kisah Para Rasul: Kotbah Petrus pada hari Pentakosta, Kis. 2). Kemudian pewartaan itu berkembang dengan mewartakan juga hidup, karya dan sabda-Nya dan yang terakhir adalah masa muda-Nya atau masa kanak-kanak- Nya. Semua diwartakan dalam terang kebangkitan, karena kebangkitan Kristus merupakan dasar dari iman kepada Yesus Kristus.

c)       Setelah jemaat berkembang dan mulai membentuk komunitas- komunitas, maka para Rasul berhubungan dengan komunitas tersebut melalui utusan dan surat-surat (Kis. 15:2,20-23). Terutama para Rasul dan pewarta pertama yang mendirikan jemaat, dengan alasan khusus mereka mengirim surat. Itulah sebabnya karangan yang tertua adalah surat.

d)      Karangan  tertua  dari  Kitab  Suci  Perjanjian  Baru  adalah  1 Tesalonika (ditulis sekitar tahun 40an) sedangkan yang paling akhir adalah 2 Petrus (tahun 120an).

e)      Karena banyak komunitas yang perlu untuk terus dibina, sementara para saksi mata jumlahnya terbatas, maka mulailah juga ditulis beberapa pokok iman yang penting, terutama kisah kebangkitan dan kisah sengsara yang menjadi pokok pewartaan awal, kemudian sabda dan karya Yesus. Tulisan- tulisan itu dimaksudkan untuk membina komunitas-komunitas yang percaya kepada Yesus.

f)        Setelah  generasi  pertama  mulai  menghilang,  maka dibutuhkan tulisan-tulisan tentang Yesus yang dapat di- pertanggungjawabkan untuk membina iman umat. Maka muncullah karangan-karangan yang masih berupa fragmen- fragmen: kisah sengsara, mukjizat-mukjizat, kumpulan sabda, kumpulan perumpamaan, dan sebagainya.

g)      Dari situ akhirnya disusunlah injil-injil dan kisah para rasul, sampai akhirnya seperti yang kita miliki sekarang ini. Injil itu disusun berdasar atas tradisi, baik lisan maupun tertulis dan yang disesuaikan dengan maksud dan tujuan penulis serta situasi jemaat.

h)      Akhir abad pertama dan awal abad kedua muncul juga tulisan- tulisan lain berupa surat atau buku, baik yang membela iman, maupun yang bahkan bisa menyesatkan. Bahkan kemudian masih muncul tulisan-tulisan, baik injil, kisah, wahyu dan sebagainya yang menggunakan nama para rasul, akan tetapi ternyata tidak mengajarkan ajaran iman yang benar. Maka kitab-kitab itu dikemudian hari disebut kitab apokrif.

g.      Setelah Yesus wafat, para murid-Nya tidak menjadi punah. Pada sekitar tahun 100 Masehi, para rabbi berkumpul di Jamnia, Palestina (mungkin sebagai reaksi terhadap jemaat perdana). Dalam konsili Jamnia ini mereka menetapkan empat kriteria untuk menentukan kanon Kitab Suci mereka. Atas kriteria itu mereka mengeluarkan 7 kitab dari kanon Aleksandria (Tobit, Yudit, Kebijaksanaan Salomo, Sirakh, Barukh, 1 dan 2 Makabe). Hal ini dilakukan semata-mata atas alasan bahwa mereka tidak menemukan versi Ibrani. Gereja Katolik tidak mengakui konsili para rabbi Yahudi itu dan tetap terus menggunakan Septuaginta.

h.      Pada konsili di Hippo (393 M) dan konsili Kartago (397 M), Gereja Katolik secara resmi menetapkan 46 kitab hasil dari kanon Aleksandria sebagai Kitab Suci Perjanjian Lama. Ketujuh kitab yang dibuang dalam Konsili Jamnia sekarang dikenal dengan Kitab Deuterokanonika. Mungkin Gereja Protestan mengikuti keputusan Konsili Jamnia itu, sehingga mereka tidak mengakui kitab-kitab deuterokanonika.

i.        Sejarah terbentuknya Kitab Suci Perjanjian Baru sama seperti Perjanjian Lama, kitab-kitab Perjanjian Baru juga tidak ditulis oleh satu orang. Setidaknya ada 8 orang yang menghasilkan 27 kitab. Jika pada Perjanjian Lama terjadi perbedaan antara Gereja Protestan dan Katolik, 27 kitab dalam Perjanjian Baru ini diterima oleh keduanya. Bagaimana proses terbentuknya? Setidaknya ada 3 uskup membuat daftar kitab- kitab yang diakui sebagai inspirasi Ilahi, yaitu Uskup Mileto (175 M), Uskup Ireneus (185 M) dan Uskup Eusebius (325 M).

j.        Pada tahun 382 M, didahului konsili Roma, Paus Damasus menulis dekrit yang memuat daftar kitab-kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Total seluruhnya ada 73 kitab. Pada konsili Hippo di Afrika Utara (393 M) ditetapkan kembali ke-73 kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Demikian pula pada konsili Kartago di Afrika Utara (397). Sekadar diketahui, konsili Hippo dan Kartago dianggap oleh banyak kaum Protestan dan Evagelis Protestan sebagai otoritatif bagi kanonisasi kitab Perjanjian Baru. Pada tahun 405, Paus Innosensius I  (401-417)  menyetujui  kanonisasi  ke-73  kitab  dalam  Kitab  Suci  dan  menutup kanonisasi Alkitab.

k.       Kitab Suci adalah buku Iman Gereja, bukan sekedar buku sejarah.

1)      Baik  Perjanjian  Lama  maupun  Perjanjian  Baru  tidak  sekali jadi ditulis. Buku-buku suci itu sebenarnya merupakan hasil refleksi umat tentang pengalamannya dalam hubungan dengan Allah. Melalui proses yang lama sekali, umat merefleksikan dan memahami  pengalamannya.  Ternyata  di  belakang  pengalaman dan hal-ihwal manusia tersembunyi karya Allah yang memimpin baik umat, maupun orang perorangan kepada keselamatan. Umat makin lama makin memahami Allah dan manusia dari refleksi pengalamannya itu Allah ternyata adalah Allah yang pengasih. Penyelewengan manusia dari kehendak Allah seolah-olah mau menggagalkan rencana Tuhan. Namun di pihak lain tersingkap pula kasih dan kesetiaan Allah yang kendati penyelewengan manusia, tetap dan terus mengusahakan keselamatan manusia.

2)      Dalam Kitab Suci kita menemukan bagaimana manusia yang sungguh percaya dapat hidup. Ia mesti bergumul dengan segala macam masalah dan persoalan. Dalam sorotan imannya itu manusia mencari  jalan  dan  pemecahan.  Kadang-kadang  usahanya gagal, lain kali berhasil baik. Ada kemajuan dan perkembangan dalam imannya dan dalam pemahamannya. Makin lama pandangan iman diperbaiki dan disempurnakan.

3)      Pengalaman  iman  dalam  pelbagai  keadaan  dan  situasi  itulah yang menjadi kenyataan Alkitab. Justru karena itu Kitab Suci menjadi sumber yang tidak pernah habis ilhamnya bagi manusia yang percaya. Alkitab itu, hasil kepercayaan umat Allah, selalu dapat  dipakai  oleh  umat  Allah  sekarang  ini.  Dewasa  ini  umat Allah bergumul dengan masalah dan persoalan serta pengalaman yang pada pokoknya sama. Memang Alkitab jarang sekali secara langsung dan konkrit menjawabi masalah dan soal-soal hidup seharian. Namun ia selalu menjawabi pertanyaan orang beriman ini: “bagaimana orang yang sungguh-sungguh beriman menggumuli masalah kehidupan”.

4)      Kitab Suci selalu menjawabi pertanyaan “siapakah Allah” itu. Allah dilukiskan garis demi garis dari unsur yang paling sederhana dan primitif dalam halaman tertua dari Kitab Suci sampai unsur yang paling luhur dan mendalam dalam tulisan Santo Yohanes. Menarik untuk disimak ialah bahwa Allah itu memperkenalkan diri kepada sekian banyak orang yang berbeda melalui sekian banyak pertemuan dan peristiwa. Allah itu begitu terlibat dengan nasib umat manusia, seperti terlihat dalam sejarah umat terpilih, berjuang demi mereka, menguatkan mereka sehingga mereka dapat bertahan terhadap musuh. Pada awal, musuh mereka ialah para penganiaya seperti bangsa Mesir atau tetangga kuat seperti bangsa Filistin. Tetapi lama kelamaan manusia Israel dihantar kepada kesadaran bahwa musuh sesungguhnya yang berbahaya tidak datang dari luar, melainkan tinggal dalam diri manusia sendiri: kesombongan, pemberontakan, egoisme, dan lain-lain

5)      Kitab Suci tidak saja menjawab pertanyaan siapakah Allah. Ia juga menyingkapkan siapa sesungguhnya manusia itu di hadapan Allah. Manusia yang coba menghayati imannya sering jatuh-bangun. Terkadang berhasil, kali lain gagal. Kisah tentang manusia berha- dapan dengan Tuhan selalu ups and downs. Mulai berani percaya akan Allah lalu kemudian takut dan tak berani mengandalkan Allah. Mulai meletakkan seluruh jaminan ke dalam tangan Allah namun lewat beberapa waktu manusia yang sama tidak bersedia sabar menunggu lebih lama, mengharap secepatnya janji Allah ditepati.

6)      Karena Kitab Suci merupakan kitab iman, maka dalam memahami isinya kita harus memakai kaca mata iman, yakni dengan merefleksikan maksud dan tujuan penulis. Yang disampaikan penulis adalah penghayatan hidupnya berhadapan dengan Allah yang menyelamatkan hidup manusia. Sedangkan kitab sejarah hendak memberikan laporan peristiwa secara murni dan apa adanya tentang peristiwa yang terjadi pada masa lampau.

l.        Timotius menghadapi situasi pelayanan yang tidak mudah di jemaat Efesus. Ia menghadapi banyak tantangan para pengajar sesat, pelayanan jemaat yang kompleks, dan usianya pun tergolong muda. Sebagai bapak rohani, Paulus menasihati Timotius agar dapat memimpin dengan baik di tengah jemaat di Efesus, yakni:

1)      Ia perlu menerapkan keteladanan yang telah disaksikannya dalam kehidupan Paulus (1Tim. 1:12-13) dalam hal ajaran, cara hidup, pendirian, iman (2Kor. 4:6-10), kesabaran, kasih dan ketekunan. Timotius sangat mengetahui beratnya tantangan kehidupan dan pelayanan Paulus dan menyaksikan perjuangannya. Adapun Timotius sehati sepikir dengan Paulus, teruji setia, bahkan menolong Paulus dalam pelayanannya seperti anak kepada bapaknya (Fil.2:20-22).

2)      Timotius harus berhati-hati terhadap para pengajar sesat (1Tim. 1:6-7).  Jemaat  Efesus  diperhadapkan  pada  pengajar-pengajar palsu. Timotius harus menjaga jemaat dari pengajaran-pengajaran yang tidak sesuai dengan firman Tuhan.

3)      Timotius  harus  tetap  berpegang  teguh  pada  kebenaran  firman Tuhan (1Tim. 1:11). Kebenaran firman itulah yang dapat mem- perlengkapi dan memandunya untuk melangkah dan melayani dengan benar dan seturut kehendak Tuhan. Dengan kebenaran firman, Timotius akan dimampukan untuk mengajar, menegur, dan mendidik karakter jemaat sehingga mereka diperlengkapi untuk mengerjakan perbuatan baik demi kemuliaan Tuhan.

Ketiga  resep  kepemimpinan  rohani  itu  penting  bagi  setiap  orang yang rindu melayani Tuhan. Jadilah pemimpin yang bisa diteladani: mengawasi ajaran dan memimpin sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.

m.    Ada beberapa alasan mengapa kita harus membaca Kitab Suci, yakni:

1)       “Karena tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Tuhan.” (Santo Hieronimus). Ungkapan ini untuk menegaskan bahwa sarana untuk dapat mengenal Kristus adalah Kitab Suci.

2)      Karena iman tumbuh dan berkembang dengan membaca Kitab Suci. Santo Paulus kepada Timotius menegaskan: “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran (2Tim. 3:16-17).

3)      Karena Kitab Suci adalah buku Gereja, buku iman Gereja. Kitab Suci adalah sabda Allah dalam bahasa manusia. Gereja menerimanya sebagai suci dan ilahi, karena di dalamnya mengandung sabda Allah. Oleh karena itu Kitab Suci (Alkitab) bersama Tradisi merupakan tolok ukur tertinggi dari iman Gereja.

4)      Karena melalui Kitab Suci, kita dapat semakin mempersatukan diri dengan saudara-saudara kita dari Gereja lain.

n.      Membaca Kitab Suci dalam rangka membina sikap iman dapat dilakukan dengan dua syarat, yakni:

1)      Iman dan keyakinan bahwa Kitab Suci bukan surat kabar atau cerita pendek, melainkan kitab yang dipakai untuk berfirman. Oleh sebab itu membaca Kitab Suci harus dengan sikap iman dan dalam suasana doa.

2)      Ketekunan dan membiasakan membaca Kitab Suci. Bila orang membiasakan membaca Kitab Suci denga tekun, pasti muncul juga hasrat untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan tentang isi/pesan-pesan Kitab Suci bagi diri kita.

o.      Manfaat Kitab Suci bagi hidup kita.

1)      Untuk Mengajar

Alkitab merupakan sarana utama untuk kita belajar mengenal Allah, mempercayai tentang Allah dan mengetahui apa yang Allah kehendaki dari kehidupan umatNya. Tanpa suatu pemahaman mengenai firman Allah tidak mungkin seorang Kristen mengetahui bagaimana ia harus dengan suatu sikap menyenangkan Tuhan.

2)      Untuk Menyatakan Kesalahan

Dalam hal ini firman Tuhan adalah cermin, apabila kita membaca firman Tuhan, kita mendapat keberadaan diri kita dan dapat melihat keadaan yang berdosa. Taurat memberikan standart kebenaran Tuhan sehingga menyingkapkan keberdosaan. Alkitab memberikan “pengetahuan” yang merupakan fondasi pertobatan (pengetahuan akan hukum Allah dan dosa kita) dan iman (pengetahuan tentang kapasitas Kristus untuk menanggung dosa).

3)      Untuk Memperbaiki Kelakuan

Koreksi, sebagai sarana yang digunakan untuk meluruskan kembali orang Kristen. Alkitab pertama-tama menegur pembaca atas dosa-dosa mereka, lalu Alkitab menunjukkan bagaimana cara menghadapi dosa supaya ia dapat kembali berjalan dengan Allah.

4)      Mendidik Dalam Kebenaran

Dalam hal ini bermanfaat untuk melatih kita dalam jalur kebenaran. Sarana yang digunakan orang percaya untuk dibentuk di jalan yang benar dalam hidupnya.

p.      Alkitab  mengajar  orang  kudus  bagaimana  berjalan  dalam  jalur kebenaran seperti Mazmur 23:3 dikatakan: Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar.

q.      Paulus mengatakan bahwa firman Allah cukup untuk memperlengkapi anak Allah dalam menghadapi setiap dan semua keadaan darurat dalam kehidupannya. Firman Allah tidak pernah meninggalkan orang kudus tanpa suatu jawaban. (1Kor. 10:13).

r.        Agustinus mengatakan bahwa orang Kristen harus mempunyai pikiran yang diubahkan oleh Alkitab. (Roma 12:2) bahwa manusia terus menerus memikirkan pemikiran-pemikiran Allah dalam hidupnya. Kemudian dengan cekatan mengaplikasikan firman Allah dalam kehidupannya kepada orang lain.

s.       Konsili Suci (Konsili Vatikan II) mendesak dengan sangat dan istimewa semua orang beriman, supaya dengan seringkali membaca kitab-kitab Ilahi memperoleh “Pengertian yang mulia akan Yesus Kristus” (Flp. 3:8), “Sebab tidak mengenal Alkitab berarti tidak mengenal Kristus”. .... Namun hendaknya mereka ingat, bahwa doa harus menyertai pembacaan Kitab Suci, supaya terwujudlah wawancara antara Allah dan manusia. Sebab “kita berebicara dengan-Nya bila berdoa; kita mendengarkan-Nya bila membaca amanat-amanat ilahi”.

 

5.      Ayat untuk Direnungkan:

“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran” (2Tim 3:16-17).

 

Langkah Ketiga: Refleksi dan Aksi

1.      Bacalah dan renungkan artikel berikut:

Santo Hieronimus, Imam dan Pujangga Gereja

Pada setiap tanggal 30 September, kita memperingati Santo Hieronimus. Dia adalah seorang Pujangga Gereja abad ke-4, yang sangat ahli dalam 3 bahasa klasik, yakni Latin, Yunani dan Ibrani. Maka, ia diberi kepercayaan oleh Paus Damasus untuk membuat terjemahan baru seluruh teks Kitab Suci ke dalam Bahasa Latin.

Untuk menunaikan tugas itu, ia tinggal di Betlehem selama 30 tahun. Selama kurun waktu itu, ia berhasil membuat terjemahan baru Kitab Suci dalam Bahasa Latin (Vulgata).

Perjanjian Lama diterjemahkannya  dari  bahasa  Ibrani  dan  Aramik ke dalam Bahasa Latin, sedangkan Perjanjian Baru dari bahasa Yunani ke Bahasa Latin.

Keakrabannya dengan Kitab Suci membuatnya berkesimpulan bahwa Kitab Suci merupakan sarana utama untuk mengenal Kristus. Ia mengatakan, “Tidak mengenal Kitab Suci, berarti tidak mengenal Kristus”.

Kitab Suci membantu kita untuk mengenal Yesus secara utuh, mulai dari pre- eksistensinya sebagaimana diramalkan dan dipersiapkan dalam Perjanjian Lama, kelahiran-Nya, karya dan pengajaran-Nya, sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya serta kenaikan-Nya ke surga, juga karya dan penyertaan- Nya dalam diri para murid dan Gereja Perdana. Semua yang dilakukan-Nya tersebut mempunyai satu tujuan, yakni demi keselamatan kita.

Oleh karena itu, marilah kita semakin mengakrabkan diri dengan Kitab Suci supaya kita semakin mengenal Dia yang menyelamatkan kita dan menerima-Nya sepenuh hati dengan segala konsekuensinya.

Sumber:https://2belife.blogspot.com/2014/09/tidak-mengenal-kitab-suci-berarti- tidak.html

 

2.      Refleksikan kata-kata Santo Hieronimus dengan permenungan berikut:

“Tidak Mengenal Kitab Suci Berarti Tidak Mengenal Tuhan”

Pertanyaan Reflektif

a)      Bagaimana sikapku terhadap Kitab Suci selama ini?

b)      Sudahkah aku meluangkan waktu untuk membaca Kitab Suci?

c)       Seberapa jauh aku mendekatkan diri dengan Tuhan melalui Kitab Suci?

d)      Sungguhkah aku mengenal Yesus? Sungguhkah aku mengasihi-Nya, seperti Ia mengasihiku?

 

 

3.      Aksi

a)      Buatlah  sebuah  slogan/iklan  yang  berisi  ajakan  untuk  membaca Kitab Suci. Slogan/iklan ini dibuat semenarik mungkin dan ditempel di majalah dinding atau di tempat yang sudah disiapkan atau kalau memungkinkan diunggah di media sosial (Facebook/Instagram/ Twitter).

b)      Jika  memungkinkan:  Bacalah  satu  perikope  Kitab  Suci  setiap  hari selama seminggu, bisa mengikuti kalender liturgi atau perikop yang disukai. Tuliskan inspirasi yang kalian dapat dan mintalah tanda tangan/tanggapan dari orang tua.

 

Doa Penutup

a.      Guru mengajak peserta didik menutup pelajaran dengan mendaraskan Mazmur berikut::

Kemuliaan TUHAN dalam Pekerjaan Tangan-Nya dan Dalam Taurat-Nya

(Mazmur 19:1–15)

1Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud.

2Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya;

3hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam.

4Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar;

5tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari,

6yang keluar bagaikan pengantin laki-laki yang keluar dari kamarnya, girang bagaikan pahlawan yang hendak melakukan perjalanannya.

7Dari ujung langit ia terbit, dan ia beredar sampai ke ujung yang lain; tidak ada yang terlindung dari panas sinarnya.

8Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman.

9Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya.

10Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya,

11lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah.

12Lagipula hamba-Mu diperingatkan oleh semuanya itu, dan orang yang berpegang padanya mendapat upah yang besar.

13Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari.

14Lindungilah hamba-Mu, juga terhadap orang yang kurang ajar; janganlah mereka menguasai aku! Maka aku menjadi tak bercela dan bebas dari pelanggaran besar.

15Mudah-mudahan Engkau berkenan akan ucapan mulutku dan renungan hatiku, ya TUHAN, gunung batuku dan penebusku.

 

Kemuliaan Kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus Seperti pada permulaan, sekarang, selalu dan sepanjang segala abad, Amin.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar