KITAB SUCI PERJANJIAN LAMA DAN
PERJANJIAN BARU
Doa Pembuka
Allah yang berbelas kasih,
Sabda-Mu adalah terang dan pelita hidup kami. Bimbinglah kami dengan Roh
Kudus-Mu agar dalam proses pembelajaran ini kami dapat lebih fokus, terutama
dalam membaca dan merenungkan Sabda-Mu.
Dengan Daya Roh Kudus-Mu itu,
bukalah telinga dan hati kami untuk mendengarkan Sabda-Mu. Terangilah budi dan
hati kami untuk memahami Sabda-Mu. Jernihkanlah hasrat jiwa kami untuk
meresapkan Sabda-Mu.
Doronglah kehendak dan tekad kami,
untuk mengamalkan Sabda-Mu dalam hidup dan perutusan kami sehari-hari. Demi
Kristus, Tuhan kami. Amin.
Langkah Pertama: Mendalami Pengalaman Hidup Sehari-hari Berkaitan
dengan Kitab Suci
1. Guru
dapat mengajukan pertanyaan, misalnya: Apa nama Kitab Suci orang Katolik? Apa
perbedaan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru? Apakah kalian mempunyai Kitab
Suci di rumah? Apakah selama ini kalian membaca Kitab Suci rutin? Kapan
terakhir kali kalian membuka Kitab Suci? Untuk menjawab itu semua marilah kita
simak kisah berikut:
Cintailah
Alkitabmu!
HIDUPKATOLIK.com –
Suatu sore, di
salah satu sudut ruangan
kantor pemerintahan, seorang lelaki menceritakan tentang pengalaman yang
paling membahagiakan dalam keluarganya. Matanya berbinar, tapi beberapa
kedipannya menyisakan sembab di kedua ujung kelopak mata. “Saya sungguh terharu.
Suatu pagi, ketika hendak membangunkan anak saya, ia sedang duduk berdoa di
ranjang dan membaca Firman,” kenangnya.
Si lelaki itu baru memergoki
anaknya membaca Kitab Suci belakangan ini. Tak disangka, aktivitas si buah hati
terus berlanjut hingga kini. Awalnya, si bapak menduga bahwa anaknya sedang
dalam masalah sehingga rajin berdoa. Ketika mengajak anaknya mengobrol,
lagi-lagi ia terhenyak. “Aku kan ikutan Papa yang tiap hari baca Firman!” jawab
si anak.
Sepenggal kisah nyata itu terjadi
di kota metropolitan Jakarta, dalam sebuah keluarga Katolik asal Manado. Kisah
itu inspiratif sekaligus menggelitik. Berapa banyak keluarga katolik yang
membiasakan diri membaca Kitab Suci setiap hari? Akurasi jawabannya memang
sulit dipastikan, tapi indikasi jawabannya masih lebih mudah ditebak. Tidak
banyak! Indikasinya, sering terdengar keluhan bahwa doa rosario di Lingkungan
jauh lebih banyak yang hadir dibandingkan acara pendalaman Kitab Suci. Mencari
kesediaan umat untuk menjadi Pamong Sabda pun butuh dorongan lebih dari pastor
paroki. Itulah realitas kita!
Padahal, semua mengetahui bahwa
membaca Kitab Suci itu penting dan amat berguna bagi kehidupan rohani. Begitu
pentingnya hal itu, salah satu dokumen Konsili Vatikan II, Konstitusi Dogmatis
tentang Wahyu Ilahi (Dei Verbum (DV)), 18 November 1965) memuat anjuran bagi
Gereja untuk membaca Kitab Suci. Orang diharapkan “membacanya dengan asyik dan
mempelajarinya dengan saksama” (DV art.25). Pembacaan itu pun mesti dibalut
dalam suasana doa. Kitab Suci ditulis dalam Roh Kudus, sehingga harus dibaca
dan ditafsirkan dalam Roh itu juga (DV art.12).
Namun, tak jarang kaum awam merasa
begitu sulitnya memahami Kitab Suci. Boleh jadi, orang kurang setia mencintai
Kitab Suci sehingga tidak membiasakan diri menjamahnya setiap hari. Lalu,
sekali-kalinya membaca, langsung membangun asumsi bahwa nas-nas di dalamnya
sulit dimengerti. Sementara itu, banyak
buah rohani dalam
kehidupan sehari-hari yang layak dikumpulkan dan dinikmati dalam
terang Firman. Pun kebisingan dan hiruk-pikuk dunia yang butuh oase segar untuk
direda. Banyak orang sudah canggung untuk menyelam ke kedalaman spiritual dan
lebih suka hingar-bingar di tempat yang dangkal. Apalagi, tawaran kesenangan
dan kemudahan terus berseliweran.
Menghadapi situasi ini,
hendaklah arif dan bijak
menentukan pilihan. Dalam Kitab Suci, Allah berbicara kepada manusia dengan
cara manusia (KGK Nomor 109). Di situlah sebenarnya doa dengan Kitab Suci dapat
menginspirasi karya-karya kita; pun sebaliknya karya-karya itu menjadi
inspirasi doa kita.
Selama Bulan Kitab Suci Nasional
(BKSN) ini, kita diajak untuk rajin membaca Kitab Suci guna mengenali situasi
zaman di mana kita hidup saat ini. BKSN kali ini bertajuk “Kabar Gembira di
Tengah Gaya Hidup Modern”. Maka, marilah belajar bertekun dan setia bersama
Kitab Suci. Ingat pesan St. Hieronimus, “Sebab tidak mengenal Kitab Suci
berarti tidak mengenal Kristus.” Jadi, cintailah Alkitabmu!
Redaksi
Sumber:
https://www.hidupkatolik.com/2017/09/03/12213/cintailah-alkitabmu/
2. Diskusikan dengan
temanmu beberapa pertanyaan
pendalaman berikut!
a.
Bagaimana
tanggapan kalian terhadap kisah artikel di atas?
b.
Apa
yang kalian tangkap dari pengalaman seorang Ayah ketika melihat anaknya menjadi
rajin membaca Kitab Suci?
c.
Fenomena
apa yang kalian tangkap dari dari minimnya minat umat di lingkungan untuk
terlibat dalam pendalaman Kitab Suci?
d.
Mengapa
banyak umat yang mempunyai asumsi bahwa Kitab Suci itu menjadi yang sulit
dipahami?
e.
St.
Hieronimus berkata: “Sebab tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal
Kristus.” Apa maksudnya?
3. Catatlah
hasil diskusi ke dalam buku catatan dan setiap perwakilan kelompok melaporkan
hasil diskusi. Selanjutnya, carilah informasi sebanyak- banyaknya melalui studi
pustaka atau browsing di internet tentang proses penulisan Kitab Suci.
Langkah Kedua: Mendalami Kitab Suci sebagai Upaya Menumbuhkan Iman
1. Baca
dan renungkan teks Kitab Suci berikut:
Iman
Bertumbuh dalam Penganiayaan dan Dalam Pembacaan Kitab Suci (2Tim. 3:10–17)
10Tetapi engkau telah mengikuti
ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan
ketekunanku.
11Engkau telah ikut menderita
penganiayaan dan sengsara seperti yang telah kuderita di Antiokhia dan di
Ikonium dan di Listra. Semua penganiayaan itu kuderita dan Tuhan telah
melepaskan aku dari padanya.
12Memang setiap orang yang mau hidup
beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya,
13sedangkan orang jahat dan penipu
akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan.
14Tetapi hendaklah
engkau tetap berpegang
pada kebenaran yang
telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang
yang telah mengajarkannya kepadamu.
15Ingatlah juga bahwa dari kecil
engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan
menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.
16Segala tulisan yang diilhamkan
Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk
memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
17Dengan demikian tiap-tiap manusia
kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik
2. Duduklah
berdua-dua bisa di dalam kelas atau di luar kelas dan diskusikan surat Paulus
kepada Timotius tersebut dengan bantuan pertanyaan sebagai berikut:
a. Apa
konsekuensi mengikuti Yesus?
b. Apa
yang menjadi himbauan pokok Paulus dalam surat tersebut?
c. Apa
peran atau fungsi Kitab Suci sebagaimana dikatakan Paulus dalam suratnya?
d. Apa
arti ungkapan: Segala tulisan yang diilhamkan Allah (Kitab Suci/ Alkitab)
bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan
untuk mendidik orang dalam kebenaran?
3. Tulislah
semua hasil diskusi dan buatlah rangkuman proses pembelajaran dari awal.
4. Selanjutnya
guru memberikan peneguhan sebagai berikut:
a.
Kata
Alkitab berasal dari bahasa Arab dan secara harafiah berarti buku.. Kata
Alkitab dalam bahasa lain adalah Bible (Inggris), Bijbel (Belanda) merupakan
tiruan dari bahasa Yunani Tabiblia yang berarti Kitab-kitab. Alkitab
(Arab-Indonesia), yakni al dan kitab yang berarti sang kitab atau kitab yang
mulia. Dengan demikian dalam kata alkitab terkandung pengertian “buku yang
suci.” Kitab Suci terdiri dari dua bagian, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru. Setiap orang mengetahui bahwa Alkitab adalah buku yang paling unik di
dunia yang terdiri dari 73 buah kitab yang ditulis oleh banyak orang yang
hidup pada zaman, tempat, tingkat
kehidupan, suasana saat penulisan yang berbeda, namun mereka secara khusus
telah dipilih Tuhan untuk menuliskan kehendakNya bagi manusia di segala tempat
dan abad. Jadi definisi Alkitab adalah Kitab- kitab dari segala kitab yang
membicarakan tentang kebenaran.
b.
Istilah
Perjanjian Lama pertama kali dipakai oleh Rasul Paulus dalam suratnya yang
kedua kepada umat di Korintus (2Kor. 3:14). “Tetapi pikiran mereka telah
menjadi tumpul, sebab sampai pada hari
ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca
perjanjian lama itu tanpa disingkapkan, karena hanya Kristus saja yang dapat
menyingkapkannya.” Rasul Paulus secara khusus memikirkan Hukum Taurat. Tetapi
dalam perkembangan selanjutnya, istilah Perjanjian Lama diterapkan pada semua
kitab yang diakui bangsa Israel sebagai Kitab Sucinya. Kitab Perjanjian Baru,
menunjuk kepada seluruh isi Alkitab jilid kedua yang secara khusus menjadi
Kitab Suci umat Kristen. Isinya memang mengenai “Perjanjian Baru” (bdk. Luk.
22:20; 1Kor. 11:25), yang oleh Allah diikat dengan umat manusia melalui Yesus
Kristus. Perjanjian itu melanjutkan dan bahkan menyempurnakan perjanjian lama
yaitu perjanjian yang diikat Allah dengan umat Israel. Oleh karena umat Israel
tidak setia, maka Allah memperbaharui dan menyempurnakannya dalam Yesus
Kristus, Putra-Nya. Perjanjian Baru itu tidak akan batal lagi (baik dari pihak
Allah atau manusia), karena itu Perjanjian Baru itu juga disebut Perjanjian
Kekal, sebab hubungan Allah dengan manusia di dalam Yesus Kristus tidak akan
pernah putus atau batal.
c.
Perjanjian
Lama adalah perjanjian Allah dengan Umat Israel (Kel. 19) dan memberi kesaksian
tentang karya Allah dalam sejarah Israel mulai dengan panggilan Abraham sampai
dengan menjelang Perjanjian Baru. Tanda Perjanjian dimeteraikan dengan darah
anak domba yang dikurbankan pada mezbah-mezbah perjanjian. Perjanjian Baru
mengingatkan perjanjian antara Allah dengan umat manusia, yang dimeteraikan
dengan Darah Kristus sebagai Anak Domba Allah yang mengurbankan Diri-Nya demi
keselamatan seluruh umat manusia.
d.
Hubungan
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah sebagai penggenapan dari janji.
Perjanjian Lama mencatat apa yang ‘Allah katakan ... pada zaman dahulu kepada
nenek moyang kita dengan perantaraan para nabi’. Perjanjian Baru membicarakan
firman terakhir yang difirmankanNya melalui AnakNya, dalam mana seluruh
penyataan sebelumnya dimuat, dikukuhkan dan ‘dilampaui’. Perbuatan-perbuatan
kekuasaan yang menyatakan Allah dalam Perjanjian Lama memuncak pada karya
penyelamatan Kristus; perkataan-perkataan nabi-nabi Perjanjian Lama terpenuhi
genap di dalam Dia. Tapi Ia bukan hanya puncak
penyataan Allah; Ia
adalah juga jawaban
manusia kepada Allah -- Imam
Agung dan serentak Rasul dari pengakuan kita (Ibr. 3:1). Perjanjian Lama
menceritakan kesaksian mereka yang melihat hari Kristus sebelum menyingsing,
Perjanjian Baru menceritakan kesaksian mereka yang telah melihat dan mendengar
Dia pada waktu kemanusiaan-Nya, yang dengan kekuasaan Roh-Nya, secara utuh
mengenal lalu memberitakan anti kedatangan-Nya setelah Ia bangkit dari maut.
e.
Alkitab
terbagi dalam dua bagian, yakni:
1)
Kitab
Suci Perjanjian Lama
a)
Taurat
Musa/Pentateukh (Kelima Kitab Musa) yakni Kejadian, Keluaran, Bilangan, Imamat,
Ulangan. Kelima kitab tersebut merupakan kitab hukum bangsa Yahudi.
b)
Kitab-Kitab
Sejarah. Kitab-kitab sejarah menceritakan tentang peristiwa-peristiwa di
Israel. Kitab-kitab ini adalah Yosua, Hakim-Hakim, Rut, 1 dan 2 Samuel, 1 dan 2
Raja-Raja, 1 dan 2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, serta Ester. Tobit, Yudit, 1
Makabe, 2 Makabe.
c)
Kitab-kitab
Kebijaksanaan dan Didaktis atau kitab-kitab puisi. Kitab-kitab ini mencatat
sebagian kebijaksanaan dan kesusateraan para nabi. Itu adalah Ayub, Mazmur,
Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung, Kebijaksanaan Salomo, dan Yesus bin Sirakh
serta Ratapan.
d)
Kitab-kitab
Kenabian. Para nabi memperingatkan Israel akan dosa-dosanya dan bersaksi
tentang berkat-berkat yang datang dari kepatuhan. Mereka bernubuat tentang
kedatangan Kristus, yang akan mendamaikan dosa-dosa mereka yang bertobat,
menerima tata cara-tata cara, dan menjalankan Injil. Kitab- kitab para nabi
adalah Yesaya, Yeremia, Barukh, Ratapan, Yehezkiel, Daniel, Hosea, Yoel, Amos,
Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, serta Maleakhi.
Alkitab orang Katolik, khususnya
Perjanjian Lama ada perbedaan dengan Alkitab Perjanjian Lama di kalangan
Protestan. Alkitab, khususnya Perjanjian Lama milik orang Katolik ada yang
disebut dengan istilah “Deuterokanonika”. Kata
Deuterokanonika adalah gabungan
dua kata Yunani yaitu deuteros (=yang kedua) dan
kanonikos (=kitab atau daftar resmi). Kitab-kitab yang diterima kedua dalam
kanon sebagai Kitab Suci. Kitab-kitab yang termasuk kitab-kitab ini di kalangan
Protestan disebut Apokrifa. Yang termasuk dalam kitab Deuterokanonika adalah
Tobit, Yudit, Yesus bin Sirakh, Kebijaksanaan Salomo, Barukh, kedua kitab
Makabe, tambahan Ester, tambahan Daniel.
Sebagian besar Kitab Perjanjian
Lama ditulis dalam bahasa Ibrani.
2)
Bagian
kedua Kitab Suci kita adalah Perjanjian Baru.
Perjanjian Baru berisi mengenai
perjanjian terakhir yang diadakan Allah dengan umat manusia melalui Yesus
Kristus. Sebagai kitab yang mengisahkan perjanjian Allah di dalam dan melalui
Yesus Kristus, maka isi Kitab Suci Perjanjian Baru mengisahkan peristiwa Yesus
Kristus, Sang Pengantara Perjanjian Baru melalui: hidup, ajaran, karya,
sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Jemaat beriman kristiani awal mengalami
peristiwa bersama Yesus dan membagikan pengalaman yang sangat mendalam dalam
bentuk lisan dan kemudian ditulis menjadi Kitab Suci Perjanjian Baru. Dengan
demikian maka Kitab Suci Perjanjian Baru merupakan pengalaman iman jemaat
beriman kristiani awal akan karya keselamatan Allah melalui Yesus Kristus.
Isi Kitab Suci Perjanjian Baru
adalah sebagai berikut:
a)
Keempat Injil,
yakni: Matius, Markus,
Lukas, dan Yohanes. Kitab Suci Perjanjian Baru dibuka
dengan keempat Injil yang sebagian besar berupa cerita. Cerita itu langsung
mengenai Yesus Kristus yang hidup di dunia mulai dari kelahiran-Nya, karya-Nya
di depan publik sampai dengan sengsara, wafat, kebangkitan, penampakan-Nya
sesudah bangkit dari antara orang mati dan kenaikan-Nya ke surga. Di dalamnya
juga berisi sabda-sabda-Nya dan karya-karya-Nya selama hidup di dunia.
b)
Sesudah
keempat Injil dikemukakan sebuah karangan yang diberi judul Kisah Para Rasul.
Kitab ini biarpun berjudul Kisah Para Rasul tidak pertama-tama berisi tentang
kisah rasul- rasul Yesus, melainkan bercerita tentang munculnya jemaat
pertama/jemaat rasuli dan perkembangannya selama kurang lebih 30 tahun. Tokoh
utama kitab ini adalah Petrus dan Paulus. Kisah Para Rasul berakhir dengan
cerita mengenai Paulus yang ditahan di Roma.
c)
Surat-surat.
Sesudah Kisah Para Rasul ada 21 karangan yang disebut “surat”. Kata surat ini
dipakai dalam arti yang luas, karena jika diteliti dengan benar ada beberapa
karangan tidak sungguh- sungguh berupa
surat, melainkan kumpulan nasihat atau petuah, misalnya Yakobus, 1 Yohanes dan
Ibrani. Surat yang paling panjang adalah surat Paulus kepada jemaat di Roma (16
bab), sedangkan yang sangat pendek adalah Filemon dan 3 Yohanes (hanya beberapa
ayat saja). Pada umumnya surat- surat ini berisi:
·
Jawaban
atas permasalahan atau pertanyaan yang dihadapi oleh jemaat atau orang
tertentu.
·
Ajaran-ajaran dan
nasihat-nasihat yang relevan
untuk kehidupan jemaat atau orang yang dituju oleh surat tersebut.
d)
Surat-surat
dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu:
·
Kelompok
Surat-surat Paulus: Roma, 1 Korintus, 2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi,
Kolose, 1 Tesalonika, 2 Tesalonika, 1 Timotius, 2 Timotius, Titus, Filemon, dan
Ibrani. Menurut para ahli Kitab Suci, Surat kepada Orang Ibrani walaupun bukan
berasal dari Paulus, tetapi dimasukkan ke dalam Corpus Paulus, artinya kumpulan
surat- surat Perjanjian Baru yang dimasukkan ke dalam kelompok Surat-surat
Paulus.
·
Surat-surat
Katolik: Yakobus, 1 Petrus, 2 Petrus, 1 Yohanes, 2 Yohanes, 3 Yohanes, dan
Yudas.
e)
Wahyu
Karangan terakhir dari Perjanjian
Baru adalah kitab Wahyu yang ditujukan kepada Yohanes. Kitab ini berisi tentang
serangkaian penglihatan mengenai
hal ihwal umat
kristen dan dunia seluruhnya ke masa depan, masa terakhir. Kitab ini
banyak menggunakan lambang-lambang,
sehingga tidak mudah untuk dimengerti.
Isi Kitab Suci Perjanjian Baru
berjumlah 27 Kitab.
f.
Sejarah
terbentuknya Kitab Suci
1)
Terbentuknya
Kitab Suci Perjanjian Lama
Kitab Suci Perjanjian Lama
terbentuk melalui proses yang sangat panjang. Sejarah penyelamatan Allah yang
mulai dengan pilihan Allah terhadap Abraham terjadi pada abad 19/18 SM. Asal
usul Perjanjian Lama, tradisi-tradisi yang terbentuk di sekitar para bapa
bangsa, bermula dari Abraham, manusia yang dipanggil Allah dan yang menerima
janji-janji ilahi untuknya dan keturunannya. Namun Musalah sang pemimpin dan
pemberi hukum yang pada abad ke 13 SM menghimpun sekelompok suku-suku pelarian
menjadi suatu bangsa, yang mengawali gerakan religius besar-besaran. Gerakan
inilah yang akhirnya menghasilkan tulisan-tulisan yang ternyata merupakan
anugerah Allah kepada umat manusia.
a)
Pentateukh
atau Taurat Musa yang mengisahkan awal mula dunia, manusia, sampai terbentuknya
bangsa Israel menjadi suatu bangsa di bawah pimpinan Musa sebenarnya baru
terbentuk sebagaimana yang kita miliki sekarang sekutar abad 6 atau 5 SM.
b)
Tulisan-tulisan
kenabian mulai dengan nabi Amos dan Hosea pada abad 8 SM dan ditutup oleh Yoel
dan Zakhria (bab 9-14) pada abad ke 4 SM.
c)
Kitab-kitab
sejarah meliputi kurun waktu mulai dengan Yosua sampai 1 Makabe yang ditulis
awal abad pertama SM.
d)
Abad
ke 5 SM merupakan masa yang sangat subur untuk sastra kebijaksanaan (misalnya
Ayub), tetapi gerakan dan tulisan- tulisan kebijaksanaan sudah mulai pada zaman
Salomo sampai abad pertama sebelum Masehi.
Hal-hal yang diuraikan di atas
menunjukkan bahwa terbentuknya tulisan-tulisan Perjanjian Lama sungguh melewati
suatu proses yang sangat panjang.
Harus disadari bahwa sebagian
besar tulisan-tulisan Perjanjian Lama bukanlah karya satu orang melainkan karya
banyak orang yang berkembang selama berabad-abad. Semua yang ikut ambil bagian
dalam proses penulisan ini memperoleh inspirasi.
Namun kebanyakan dari mereka tidak
sadar bahwa sebenarnya mereka digerakkan oleh Allah. Memang dalam pengantar ini
kita akan memberikan perhatian khusus dari sudut “manusia” yang memandang
tulisan-tulisan Perjanjian Lama sebagai endapan kekayaan tradisi suatu bangsa
yang berkembang selama berabad- abad. Perjanjian Lama sangat terikat dengan
suatu bangsa, yaitu bangsa Israel.
Sebagian besar Perjanjian Lama
didasarkan pada tradisi lisan: Pentateukh sampai kitab Samuel dilandaskan pada
banyak tradisi lisan yang berkaitan terutama dengan para bapa bangsa, Musa,
Yosua, Hakim-hakim, Samuel, dan Daud. Kemuadian kitab Raja-raja berdasarkan
tradisi lisan di sekitar Elia dan Elisa. Meskipun tulisan- tulisan Perjanjian
Lama baru mendapatkan bentuknya yang terakhir pada abad-abad berikutnya, ini
hanya menyangkut penulisan. Tradisi-tradisinya sendiri sudah mulai jauh sebelum
ditulisakan. Jadi tahun penulisan Perjanjian Lama tidak menunjukkan usia
bahan-bahan yang terdapat di dalamnya.
2)
Terbentuknya
Kitab Suci Perjanjian Baru
a)
Dari
Injil kita tahu bahwa Yesus bisa membaca dan menulis (Lih Luk. 4:17-19 dan
Yoh. 8:6). Namun
demikian Yesus tidak menulis
apapun yang berkaitan
dengan karya dan sabda-sabda-Nya, Yesus juga tidak
menyuruh atau mendikte para murid-Nya untuk menuliskannya. Ia hanya berkeliling
mengajar dan berbuat baik (menyembuhkan, mengusir setan dan sebagainya) di
dalam pengajaran-Nya, Yesus kerapkali menggunakan Kitab Suci, tetapi Kitab Suci
yang Ia gunakan adalah Kitab Suci
Perjanjian Lama. Namun
karena sabda- Nya dan hidup-Nya
serta karya-Nya begitu mengesankan dan berwibawa maka banyak orang tertarik dan
mengikuti Yesus. Lebih-lebih setelah kebangkitan, di mana Yesus diakui dengan
berbagai macam gelar (Kristus, Tuhan, Juru Selamat, dan sebagainya), maka para
pengikut-Nya mulai meneruskan apa yang telah dimulai oleh Yesus.
b)
2)
Mula-mula para murid mulai mewartakan Yesus secara lisan. Inti pewartaan pada
mulanya adalah wafat dan kebangkitan-Nya (bdk. Kisah Para Rasul: Kotbah Petrus
pada hari Pentakosta, Kis. 2). Kemudian pewartaan itu berkembang dengan
mewartakan juga hidup, karya dan sabda-Nya dan yang terakhir adalah masa
muda-Nya atau masa kanak-kanak- Nya. Semua diwartakan dalam terang kebangkitan,
karena kebangkitan Kristus merupakan dasar dari iman kepada Yesus Kristus.
c)
Setelah
jemaat berkembang dan mulai membentuk komunitas- komunitas, maka para Rasul
berhubungan dengan komunitas tersebut melalui utusan dan surat-surat (Kis.
15:2,20-23). Terutama para Rasul dan pewarta pertama yang mendirikan jemaat,
dengan alasan khusus mereka mengirim surat. Itulah sebabnya karangan yang
tertua adalah surat.
d)
Karangan tertua
dari Kitab Suci
Perjanjian Baru adalah
1 Tesalonika (ditulis sekitar tahun 40an) sedangkan yang paling akhir
adalah 2 Petrus (tahun 120an).
e)
Karena
banyak komunitas yang perlu untuk terus dibina, sementara para saksi mata
jumlahnya terbatas, maka mulailah juga ditulis beberapa pokok iman yang
penting, terutama kisah kebangkitan dan kisah sengsara yang menjadi pokok
pewartaan awal, kemudian sabda dan karya Yesus. Tulisan- tulisan itu
dimaksudkan untuk membina komunitas-komunitas yang percaya kepada Yesus.
f)
Setelah generasi
pertama mulai menghilang,
maka dibutuhkan tulisan-tulisan tentang Yesus yang dapat di-
pertanggungjawabkan untuk membina iman umat. Maka muncullah karangan-karangan
yang masih berupa fragmen- fragmen: kisah sengsara, mukjizat-mukjizat, kumpulan
sabda, kumpulan perumpamaan, dan sebagainya.
g)
Dari
situ akhirnya disusunlah injil-injil dan kisah para rasul, sampai akhirnya
seperti yang kita miliki sekarang ini. Injil itu disusun berdasar atas tradisi,
baik lisan maupun tertulis dan yang disesuaikan dengan maksud dan tujuan
penulis serta situasi jemaat.
h)
Akhir
abad pertama dan awal abad kedua muncul juga tulisan- tulisan lain berupa surat
atau buku, baik yang membela iman, maupun yang bahkan bisa menyesatkan. Bahkan
kemudian masih muncul tulisan-tulisan, baik injil, kisah, wahyu dan sebagainya
yang menggunakan nama para rasul, akan tetapi ternyata tidak mengajarkan ajaran
iman yang benar. Maka kitab-kitab itu dikemudian hari disebut kitab apokrif.
g.
Setelah
Yesus wafat, para murid-Nya tidak menjadi punah. Pada sekitar tahun 100 Masehi,
para rabbi berkumpul di Jamnia, Palestina (mungkin sebagai reaksi terhadap
jemaat perdana). Dalam konsili Jamnia ini mereka menetapkan empat kriteria
untuk menentukan kanon Kitab Suci mereka. Atas kriteria itu mereka mengeluarkan
7 kitab dari kanon Aleksandria (Tobit, Yudit, Kebijaksanaan Salomo, Sirakh,
Barukh, 1 dan 2 Makabe). Hal ini dilakukan semata-mata atas alasan bahwa mereka
tidak menemukan versi Ibrani. Gereja Katolik tidak mengakui konsili para rabbi
Yahudi itu dan tetap terus menggunakan Septuaginta.
h.
Pada
konsili di Hippo (393 M) dan konsili Kartago (397 M), Gereja Katolik secara
resmi menetapkan 46 kitab hasil dari kanon Aleksandria sebagai Kitab Suci
Perjanjian Lama. Ketujuh kitab yang dibuang dalam Konsili Jamnia sekarang
dikenal dengan Kitab Deuterokanonika. Mungkin Gereja Protestan mengikuti
keputusan Konsili Jamnia itu, sehingga mereka tidak mengakui kitab-kitab
deuterokanonika.
i.
Sejarah
terbentuknya Kitab Suci Perjanjian Baru sama seperti Perjanjian Lama,
kitab-kitab Perjanjian Baru juga tidak ditulis oleh satu orang. Setidaknya ada
8 orang yang menghasilkan 27 kitab. Jika pada Perjanjian Lama terjadi perbedaan
antara Gereja Protestan dan Katolik, 27 kitab dalam Perjanjian Baru ini
diterima oleh keduanya. Bagaimana proses terbentuknya? Setidaknya ada 3 uskup
membuat daftar kitab- kitab yang diakui sebagai inspirasi Ilahi, yaitu Uskup
Mileto (175 M), Uskup Ireneus (185 M) dan Uskup Eusebius (325 M).
j.
Pada
tahun 382 M, didahului konsili Roma, Paus Damasus menulis dekrit yang memuat
daftar kitab-kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Total seluruhnya ada 73
kitab. Pada konsili Hippo di Afrika Utara (393 M) ditetapkan kembali ke-73
kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Demikian pula pada konsili Kartago
di Afrika Utara (397). Sekadar diketahui, konsili Hippo dan Kartago dianggap
oleh banyak kaum Protestan dan Evagelis Protestan sebagai otoritatif bagi
kanonisasi kitab Perjanjian Baru. Pada tahun 405, Paus Innosensius I (401-417)
menyetujui kanonisasi ke-73
kitab dalam Kitab
Suci dan menutup kanonisasi Alkitab.
k.
Kitab
Suci adalah buku Iman Gereja, bukan sekedar buku sejarah.
1)
Baik Perjanjian
Lama maupun Perjanjian
Baru tidak sekali jadi ditulis. Buku-buku suci itu
sebenarnya merupakan hasil refleksi umat tentang pengalamannya dalam hubungan
dengan Allah. Melalui proses yang lama sekali, umat merefleksikan dan
memahami pengalamannya. Ternyata
di belakang pengalaman dan hal-ihwal manusia tersembunyi
karya Allah yang memimpin baik umat, maupun orang perorangan kepada
keselamatan. Umat makin lama makin memahami Allah dan manusia dari refleksi
pengalamannya itu Allah ternyata adalah Allah yang pengasih. Penyelewengan
manusia dari kehendak Allah seolah-olah mau menggagalkan rencana Tuhan. Namun
di pihak lain tersingkap pula kasih dan kesetiaan Allah yang kendati
penyelewengan manusia, tetap dan terus mengusahakan keselamatan manusia.
2)
Dalam
Kitab Suci kita menemukan bagaimana manusia yang sungguh percaya dapat hidup.
Ia mesti bergumul dengan segala macam masalah dan persoalan. Dalam sorotan
imannya itu manusia mencari jalan dan
pemecahan. Kadang-kadang usahanya gagal, lain kali berhasil baik. Ada
kemajuan dan perkembangan dalam imannya dan dalam pemahamannya. Makin lama
pandangan iman diperbaiki dan disempurnakan.
3)
Pengalaman iman
dalam pelbagai keadaan
dan situasi itulah yang menjadi kenyataan Alkitab. Justru
karena itu Kitab Suci menjadi sumber yang tidak pernah habis ilhamnya bagi manusia
yang percaya. Alkitab itu, hasil kepercayaan umat Allah, selalu dapat dipakai
oleh umat Allah
sekarang ini. Dewasa
ini umat Allah bergumul dengan
masalah dan persoalan serta pengalaman yang pada pokoknya sama. Memang Alkitab
jarang sekali secara langsung dan konkrit menjawabi masalah dan soal-soal hidup
seharian. Namun ia selalu menjawabi pertanyaan orang beriman ini: “bagaimana
orang yang sungguh-sungguh beriman menggumuli masalah kehidupan”.
4)
Kitab
Suci selalu menjawabi pertanyaan “siapakah Allah” itu. Allah dilukiskan garis
demi garis dari unsur yang paling sederhana dan primitif dalam halaman tertua
dari Kitab Suci sampai unsur yang paling luhur dan mendalam dalam tulisan Santo
Yohanes. Menarik untuk disimak ialah bahwa Allah itu memperkenalkan diri kepada
sekian banyak orang yang berbeda melalui sekian banyak pertemuan dan peristiwa.
Allah itu begitu terlibat dengan nasib umat manusia, seperti terlihat dalam
sejarah umat terpilih, berjuang demi mereka, menguatkan mereka sehingga mereka
dapat bertahan terhadap musuh. Pada awal, musuh mereka ialah para penganiaya
seperti bangsa Mesir atau tetangga kuat seperti bangsa Filistin. Tetapi lama
kelamaan manusia Israel dihantar kepada kesadaran bahwa musuh sesungguhnya yang
berbahaya tidak datang dari luar, melainkan tinggal dalam diri manusia sendiri:
kesombongan, pemberontakan, egoisme, dan lain-lain
5)
Kitab
Suci tidak saja menjawab pertanyaan siapakah Allah. Ia juga menyingkapkan siapa
sesungguhnya manusia itu di hadapan Allah. Manusia yang coba menghayati imannya
sering jatuh-bangun. Terkadang berhasil, kali lain gagal. Kisah tentang manusia
berha- dapan dengan Tuhan selalu ups and downs. Mulai berani percaya akan Allah
lalu kemudian takut dan tak berani mengandalkan Allah. Mulai meletakkan seluruh
jaminan ke dalam tangan Allah namun lewat beberapa waktu manusia yang sama
tidak bersedia sabar menunggu lebih lama, mengharap secepatnya janji Allah
ditepati.
6)
Karena
Kitab Suci merupakan kitab iman, maka dalam memahami isinya kita harus memakai
kaca mata iman, yakni dengan merefleksikan maksud dan tujuan penulis. Yang
disampaikan penulis adalah penghayatan hidupnya berhadapan dengan Allah yang
menyelamatkan hidup manusia. Sedangkan kitab sejarah hendak memberikan laporan
peristiwa secara murni dan apa adanya tentang peristiwa yang terjadi pada masa
lampau.
l.
Timotius
menghadapi situasi pelayanan yang tidak mudah di jemaat Efesus. Ia menghadapi
banyak tantangan para pengajar sesat, pelayanan jemaat yang kompleks, dan
usianya pun tergolong muda. Sebagai bapak rohani, Paulus menasihati Timotius
agar dapat memimpin dengan baik di tengah jemaat di Efesus, yakni:
1)
Ia
perlu menerapkan keteladanan yang telah disaksikannya dalam kehidupan Paulus
(1Tim. 1:12-13) dalam hal ajaran, cara hidup, pendirian, iman (2Kor. 4:6-10),
kesabaran, kasih dan ketekunan. Timotius sangat mengetahui beratnya tantangan
kehidupan dan pelayanan Paulus dan menyaksikan perjuangannya. Adapun Timotius
sehati sepikir dengan Paulus, teruji setia, bahkan menolong Paulus dalam
pelayanannya seperti anak kepada bapaknya (Fil.2:20-22).
2)
Timotius
harus berhati-hati terhadap para pengajar sesat (1Tim. 1:6-7). Jemaat
Efesus diperhadapkan pada
pengajar-pengajar palsu. Timotius harus menjaga jemaat dari
pengajaran-pengajaran yang tidak sesuai dengan firman Tuhan.
3)
Timotius harus
tetap berpegang teguh
pada kebenaran firman Tuhan (1Tim. 1:11). Kebenaran firman
itulah yang dapat mem- perlengkapi dan memandunya untuk melangkah dan melayani
dengan benar dan seturut kehendak Tuhan. Dengan kebenaran firman, Timotius akan
dimampukan untuk mengajar, menegur, dan mendidik karakter jemaat sehingga
mereka diperlengkapi untuk mengerjakan perbuatan baik demi kemuliaan Tuhan.
Ketiga resep
kepemimpinan rohani itu
penting bagi setiap
orang yang rindu melayani Tuhan. Jadilah pemimpin yang bisa diteladani:
mengawasi ajaran dan memimpin sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.
m.
Ada
beberapa alasan mengapa kita harus membaca Kitab Suci, yakni:
1)
“Karena tidak mengenal Kitab Suci berarti
tidak mengenal Tuhan.” (Santo Hieronimus). Ungkapan ini untuk menegaskan bahwa
sarana untuk dapat mengenal Kristus adalah Kitab Suci.
2)
Karena
iman tumbuh dan berkembang dengan membaca Kitab Suci. Santo Paulus kepada
Timotius menegaskan: “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk
mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan mendidik
orang dalam kebenaran (2Tim. 3:16-17).
3)
Karena
Kitab Suci adalah buku Gereja, buku iman Gereja. Kitab Suci adalah sabda Allah
dalam bahasa manusia. Gereja menerimanya sebagai suci dan ilahi, karena di
dalamnya mengandung sabda Allah. Oleh karena itu Kitab Suci (Alkitab) bersama
Tradisi merupakan tolok ukur tertinggi dari iman Gereja.
4)
Karena
melalui Kitab Suci, kita dapat semakin mempersatukan diri dengan
saudara-saudara kita dari Gereja lain.
n.
Membaca
Kitab Suci dalam rangka membina sikap iman dapat dilakukan dengan dua syarat,
yakni:
1)
Iman
dan keyakinan bahwa Kitab Suci bukan surat kabar atau cerita pendek, melainkan
kitab yang dipakai untuk berfirman. Oleh sebab itu membaca Kitab Suci harus
dengan sikap iman dan dalam suasana doa.
2)
Ketekunan
dan membiasakan membaca Kitab Suci. Bila orang membiasakan membaca Kitab Suci
denga tekun, pasti muncul juga hasrat untuk memperdalam dan memperluas
pengetahuan tentang isi/pesan-pesan Kitab Suci bagi diri kita.
o.
Manfaat
Kitab Suci bagi hidup kita.
1)
Untuk
Mengajar
Alkitab merupakan sarana utama
untuk kita belajar mengenal Allah, mempercayai tentang Allah dan mengetahui apa
yang Allah kehendaki dari kehidupan umatNya. Tanpa suatu pemahaman mengenai
firman Allah tidak mungkin seorang Kristen mengetahui bagaimana ia harus dengan
suatu sikap menyenangkan Tuhan.
2)
Untuk
Menyatakan Kesalahan
Dalam hal ini firman Tuhan adalah
cermin, apabila kita membaca firman Tuhan, kita mendapat keberadaan diri kita
dan dapat melihat keadaan yang berdosa. Taurat memberikan standart kebenaran
Tuhan sehingga menyingkapkan keberdosaan. Alkitab memberikan “pengetahuan” yang
merupakan fondasi pertobatan (pengetahuan akan hukum Allah dan dosa kita) dan
iman (pengetahuan tentang kapasitas Kristus untuk menanggung dosa).
3)
Untuk
Memperbaiki Kelakuan
Koreksi, sebagai sarana yang
digunakan untuk meluruskan kembali orang Kristen. Alkitab pertama-tama menegur
pembaca atas dosa-dosa mereka, lalu Alkitab menunjukkan bagaimana cara
menghadapi dosa supaya ia dapat kembali berjalan dengan Allah.
4)
Mendidik
Dalam Kebenaran
Dalam hal ini bermanfaat untuk
melatih kita dalam jalur kebenaran. Sarana yang digunakan orang percaya untuk
dibentuk di jalan yang benar dalam hidupnya.
p.
Alkitab mengajar
orang kudus bagaimana
berjalan dalam jalur kebenaran seperti Mazmur 23:3
dikatakan: Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar.
q.
Paulus
mengatakan bahwa firman Allah cukup untuk memperlengkapi anak Allah dalam
menghadapi setiap dan semua keadaan darurat dalam kehidupannya. Firman Allah
tidak pernah meninggalkan orang kudus tanpa suatu jawaban. (1Kor. 10:13).
r.
Agustinus
mengatakan bahwa orang Kristen harus mempunyai pikiran yang diubahkan oleh
Alkitab. (Roma 12:2) bahwa manusia terus menerus memikirkan pemikiran-pemikiran
Allah dalam hidupnya. Kemudian dengan cekatan mengaplikasikan firman Allah
dalam kehidupannya kepada orang lain.
s.
Konsili
Suci (Konsili Vatikan II) mendesak dengan sangat dan istimewa semua orang
beriman, supaya dengan seringkali membaca kitab-kitab Ilahi memperoleh
“Pengertian yang mulia akan Yesus Kristus” (Flp. 3:8), “Sebab tidak mengenal
Alkitab berarti tidak mengenal Kristus”. .... Namun hendaknya mereka ingat,
bahwa doa harus menyertai pembacaan Kitab Suci, supaya terwujudlah wawancara
antara Allah dan manusia. Sebab “kita berebicara dengan-Nya bila berdoa; kita
mendengarkan-Nya bila membaca amanat-amanat ilahi”.
5. Ayat
untuk Direnungkan:
“Segala tulisan yang diilhamkan
Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk
memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran” (2Tim 3:16-17).
Langkah Ketiga: Refleksi dan Aksi
1. Bacalah
dan renungkan artikel berikut:
Santo
Hieronimus, Imam dan Pujangga Gereja
Pada setiap tanggal 30 September,
kita memperingati Santo Hieronimus. Dia adalah seorang Pujangga Gereja abad
ke-4, yang sangat ahli dalam 3 bahasa klasik, yakni Latin, Yunani dan Ibrani.
Maka, ia diberi kepercayaan oleh Paus Damasus untuk membuat terjemahan baru
seluruh teks Kitab Suci ke dalam Bahasa Latin.
Untuk menunaikan tugas itu, ia
tinggal di Betlehem selama 30 tahun. Selama kurun waktu itu, ia berhasil
membuat terjemahan baru Kitab Suci dalam Bahasa Latin (Vulgata).
Perjanjian Lama
diterjemahkannya dari bahasa
Ibrani dan Aramik ke dalam Bahasa Latin, sedangkan
Perjanjian Baru dari bahasa Yunani ke Bahasa Latin.
Keakrabannya dengan Kitab Suci
membuatnya berkesimpulan bahwa Kitab Suci merupakan sarana utama untuk mengenal
Kristus. Ia mengatakan, “Tidak mengenal Kitab Suci, berarti tidak mengenal
Kristus”.
Kitab Suci membantu kita untuk
mengenal Yesus secara utuh, mulai dari pre- eksistensinya sebagaimana
diramalkan dan dipersiapkan dalam Perjanjian Lama, kelahiran-Nya, karya dan
pengajaran-Nya, sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya serta kenaikan-Nya ke
surga, juga karya dan penyertaan- Nya dalam diri para murid dan Gereja Perdana.
Semua yang dilakukan-Nya tersebut mempunyai satu tujuan, yakni demi keselamatan
kita.
Oleh karena itu, marilah kita
semakin mengakrabkan diri dengan Kitab Suci supaya kita semakin mengenal Dia
yang menyelamatkan kita dan menerima-Nya sepenuh hati dengan segala
konsekuensinya.
Sumber:https://2belife.blogspot.com/2014/09/tidak-mengenal-kitab-suci-berarti-
tidak.html
2. Refleksikan
kata-kata Santo Hieronimus dengan permenungan berikut:
“Tidak
Mengenal Kitab Suci Berarti Tidak Mengenal Tuhan”
Pertanyaan
Reflektif
a)
Bagaimana
sikapku terhadap Kitab Suci selama ini?
b)
Sudahkah
aku meluangkan waktu untuk membaca Kitab Suci?
c)
Seberapa
jauh aku mendekatkan diri dengan Tuhan melalui Kitab Suci?
d)
Sungguhkah
aku mengenal Yesus? Sungguhkah aku mengasihi-Nya, seperti Ia mengasihiku?
3. Aksi
a)
Buatlah sebuah
slogan/iklan yang berisi
ajakan untuk membaca Kitab Suci. Slogan/iklan ini dibuat
semenarik mungkin dan ditempel di majalah dinding atau di tempat yang sudah
disiapkan atau kalau memungkinkan diunggah di media sosial (Facebook/Instagram/
Twitter).
b)
Jika memungkinkan:
Bacalah satu perikope
Kitab Suci setiap
hari selama seminggu, bisa mengikuti kalender liturgi atau perikop yang
disukai. Tuliskan inspirasi yang kalian dapat dan mintalah tanda
tangan/tanggapan dari orang tua.
Doa Penutup
a. Guru
mengajak peserta didik menutup pelajaran dengan mendaraskan Mazmur berikut::
Kemuliaan
TUHAN dalam Pekerjaan Tangan-Nya dan Dalam Taurat-Nya
(Mazmur
19:1–15)
1Untuk pemimpin biduan. Mazmur
Daud.
2Langit menceritakan kemuliaan
Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya;
3hari meneruskan berita itu kepada
hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam.
4Tidak ada berita dan tidak ada
kata, suara mereka tidak terdengar;
5tetapi gema mereka terpencar ke
seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di
langit untuk matahari,
6yang keluar bagaikan pengantin
laki-laki yang keluar dari kamarnya, girang bagaikan pahlawan yang hendak
melakukan perjalanannya.
7Dari ujung langit ia terbit, dan
ia beredar sampai ke ujung yang lain; tidak ada yang terlindung dari panas
sinarnya.
8Taurat TUHAN itu sempurna,
menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang
yang tak berpengalaman.
9Titah TUHAN itu tepat, menyukakan
hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya.
10Takut akan TUHAN itu suci, tetap
ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya,
11lebih indah dari pada emas, bahkan
dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada
madu tetesan dari sarang lebah.
12Lagipula hamba-Mu diperingatkan
oleh semuanya itu, dan orang yang berpegang padanya mendapat upah yang besar.
13Siapakah yang dapat mengetahui
kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari.
14Lindungilah hamba-Mu, juga terhadap
orang yang kurang ajar; janganlah mereka menguasai aku! Maka aku menjadi tak
bercela dan bebas dari pelanggaran besar.
15Mudah-mudahan Engkau berkenan akan
ucapan mulutku dan renungan hatiku, ya TUHAN, gunung batuku dan penebusku.
Kemuliaan Kepada Bapa dan Putra
dan Roh Kudus Seperti pada permulaan, sekarang, selalu dan sepanjang segala
abad, Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar