YESUS MEWARTAKAN KERAJAAN ALLAH
Gagasan Pokok:
Kata “Kerajaan Allah” atau “Sorga”
merupakan kata yang sering diucapkan oleh orang Katolik, khususnya ketika
mereka mendaraskan doa Bapa Kami. Tetapi persoalannya adalah: apakah kata-kata
yang diucapkan tersebut sungguh difahami dan dihayati serta menjadi daya
kekuatan yang menggerakan dan menuntun pola pikir dan pola laku mereka dalam
kehidupan sehari-hari mereka?. Tentu kita tidak tahu persis. Tanpa bermaksud menghakimi
keimanan mereka, Gereja mempunyai tanggung jawab untuk senantiasa memberi
pewartaan yang terus menerus, agar semakin dipahami dan dihayati oleh umat,
sehingga diharapkan mereka mampu terlibat dalam mewujudkan nilai-nilai Kerajaan
Allah itu dalam hidup sehari-hari.
Keempat Injil memberi petunjuk
yang jelas bahwa fokus utama misi Yesus Kristus di dunia adalah untuk
mewartakan Kerajaan Allah. Pokok pewartaan Yesus tentang “Kerajaan Allah” mau
menyatakan mengenai berkuasanya Allah (Markus 1:15) yang menyatakan bahwa karya
penyelamatan Allah tidak dilaksanakan atas jasa manusia melainkan melulu rahmat
anugerah karena kemurahan Allah.
Yesus mengundang orang-orang yang
mendengarkan pewartaan-Nya untuk masuk ke dalam kerajaan ini. Yesus memberikan
diri seutuhnya bagi pelayanan Kerajaan Allah yang sekarang sudah hadir (Mat.
12:28; Luk. 11:20). Campur tangan Allah terakhir yang menyelamatkan sudah
terjadi melalui pewartaan, pengajaran dan mukjizat-mukjizat yang dikerjakan
Yesus (Mrk. 4:23). Khususnya Yesus menggunakan perumpamaan-perumpamaan untuk
menyatakan bahwa Kerajaan Allah adalah realitas eskatologis yang sudah mulai
tampak wujudnya sekarang. Bagi Yesus menyatakan bahwa “Kerajaan Allah dekat”
berarti Allah dan penyalamatan ilahi sudah di ambang kenyataan. Dengan demikian
Kerajaan Allah merupakan situasi dan peristiwa penyelamatan: situasi dan
perjuangan untuk perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan,
persaudaraan dan kesetiaan, kelestarian lingkungan hidup, yang dirindukan oleh
setiap orang dari berbagai agama dan kepercayaan
Untuk memahami makna Kerajaan
Allah yang diwartakan Yesus, peserta didik akan diajak memahami latarbelakang
pandangan agama Yahudi tentang Mesias dan Kerajaan Allah, serta memahami
pewartaan Yesus sendiri tentang Kerajaan Allah. Harapannya, mereka semakin
mengimaninya dan mampu mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah yang diwartakan
Yesus dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Langkah Pertama: Menggali Pemahaman Peserta Didik tentang Kerajaan
Allah Bertitik Tolak dari Doa Bapa Kami
1. Guru
menyampaikan salam, mengamati kehadiran, bertanya jawab dengan peserta didik
berkaitan dengan materi pembelajaran sebelumnya, atau mengingatkan tagihan atau
tugas yang harus diselesaikan. Guru mengajak peserta didik untuk bernyanyi
bersama lagu Bapa Kami, misalnya Lagu
Bapa Kami versi Putut yang dinyanyikan oleh Maria Magdalena dalam: https://
www.youtube.com/watch?v=hcn0qtZDPY0
2. Guru
mengajak peserta didik membahas lagu yang sudah dinyanyikan, dengan terlebih
dahulu memberi pengantar, misalnya:
“Hampir setiap hari Umat Katolik
mendaraskan doa Bapa Kami. Salah satu permohonan yang ada dalam doa tersebut
adalah “Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di
dalam surga”
3. Guru
menyampaikan beberapa pertanyaan, misalnya:
a.
Mengapa
setiap kali kita berdoa Bapa Kami, kita memohon agar Kerajaan Allah serta
kehendak-Nya terjadi di bumi seperti di dalam surga?
b.
Apakah
Kerajaan Allah itu belum datang dan kehendak-Nya belum terjadi?
c.
Apa
yang kalian pahami tentang Kerajaan Allah?
4. Guru
dapat memberi kesempatan beberapa peserta didik untuk menjawab pertanyaan
tersebut.
5. Bila
diperlukan Guru dapat menyampaikan beberapa pemikiran dasar, misalnya:
a.
Kita
memohon Kerajaan Allah artinya menghendaki Allah merajai hidup kita: pikiran,
akal budi dan kehendak kita; supaya hanya kehendak Allah saja yang kita
lakukan. Dengan demikian, kita memahami bahwa Kerajaan Allah itu bukan soal
tempat, melainkan soal situasi hidup manusia baik kini maupun kelak, dimana
Allah sungguh merajai manusia.
b.
Orang
beriman Kristiani percaya, bahwa Kerajaan Allah itu sudah datang dan dipenuhi
dalam diri Yesus Kristus. Bagaimana persisnya akan kita bahas lebih dalam dalam
proses selanjutnya.
c.
Tetapi
kerinduan manusia akan datangnya Kerajaan Allah bukan hanya pada zaman Yesus
saja atau pada zaman kita ini. Jauh sebelum Yesus datang ke dunia Bangsa Israel
sudah merindukannya. Beberapa tulisan Perjanjian Baru mengungkapkan hal
tersebut
Langkah Kedua: Memahami Paham Kerajaan Allah dalam Masyarakat
Yahudi pada Zaman Yesus
1. Guru
meminta peserta didik berkelompok berdua-dua, untuk membaca kutipan Lukas
1:67-80 sebanyak dua kali dalam hati masing-masing.
Nyanyian
Pujian Zakharia (Luk 1:67- 80)
67Dan Zakharia, ayahnya, penuh
dengan Roh Kudus, lalu bernubuat, katanya:
68"Terpujilah Tuhan, Allah
Israel, sebab Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya,
69Ia menumbuhkan sebuah tanduk
keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu,
70--seperti yang telah
difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus--
71untuk melepaskan kita dari
musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang membenci kita,
72untuk menunjukkan rahmat-Nya
kepada nenek moyang kita dan mengingat akan perjanjian-Nya yang kudus,
73yaitu sumpah yang diucapkan-Nya
kepada Abraham, bapa leluhur kita, bahwa Ia mengaruniai kita,
74supaya kita, terlepas dari tangan
musuh, dapat beribadah kepada-Nya tanpa takut,
75dalam kekudusan dan kebenaran di
hadapan-Nya seumur hidup kita.
76Dan engkau, hai anakku, akan
disebut nabi Allah Yang Mahatinggi; karena engkau akan berjalan mendahului
Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya,
77untuk memberikan kepada umat-Nya
pengertian akan keselamatan yang berdasarkan pengampunan dosa-dosa mereka,
78oleh rahmat dan belas kasihan dari
Allah kita, dengan mana Ia akan melawat kita, Surya pagi dari tempat yang
tinggi,
79untuk menyinari mereka yang diam
dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan
damai sejahtera."
80Adapun anak itu bertambah besar
dan makin kuat rohnya. Dan ia tinggal di padang gurun sampai kepada hari ia
harus menampakkan diri kepada Israel.
2. Guru
memberi kesempatan tiap pasangan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
a.
Siapa
Zakharia itu?
b.
Nubuat
apa yang disampaikannya?
c.
Apa
saja yang menjadi ciri-ciri Mesias yang ada dalam nubuatnya?
d.
Siapakah
orang yang dimaksudkan oleh Zakharia dalam ayat 76?
e.
Apa
tugas anak tersebut?
f.
Siapa
tokoh yang dipersiapkan oleh anak tersebut?
3. Guru
memberi kesempatan tiap kelompok menyampaikan jawabannya.
4. Setelah
selesai, bila dianggap perlu guru dapat menegaskan beberapa hal berikut:
a.
Zakharia
adalah seorang imam yang berasal dari golongan Abia dan aktif bertugas pada
masa pemerintahan Raja Herodes Agung di Yudea yang merupakan keturunan dari
Imam Harun dari suku Lewi. Istrinya, Elisabet; keduanya adalah orang tua
Yohanes Pembaptis. Elisabet sendiri masih bersaudara dengan Maria, ibu Yesus
Kristus. Ia menubuatkan tentang kedatangan Mesias, Juru Selamat.
b.
Gambaran
Mesias yang dilukiskan oleh Zakharia, menggambarkan pemahaman Mesias orang
Yahudi pada umumnya pasca kehancuran Kerajaan Israel menjadi dua Kerajaan
Israel di utara dan Yehuda di bagian selatan. Itulah sebabnya mereka memimpikan
kembalinya kejayaan bangsa Israel, sebagaimana yang pernah dialami zaman Raja
Daud. Oleh karena itu, mereka memimpikan Mesias berasal dari keturunan Daud,
yang mampu melawan penguasa asing yang telah menguasai negeri mereka.
Terbebasnya mereka dari penguasa asing itulah yang akan membuat mereka dapat
berbibadat kepada Allah.
c.
Apa
yang dinubuatan oleh Zakharia itu juga seperti yang sudah dinubuatkan para
nabi. Para nabi (mis. Yes. 24:21-23; 33:22; 52:7-10; Ob. 21; Mi. 2:12-13; Zef.
3:14-20) melihat kedatangan Allah dalam kemuliaan rajawi sebagai hari penebusan
dan penyelamatan Israel.
d.
Dalam
nubuatnya, Zakhraria menyebutkan bahwa anaknya, Yohanes Pembaptis diutus Tuhan
untuk mempersiapkan kedatangan Mesias.
e.
Pada
zaman Yesus pengharapan akan datangnya Kerajaan Allah dan tampilnya seorang
Mesias masih sangat kuat. Tetapi ada beberapa paham Kerajaan Allah, yang
dihayati oleh kelompok-kelompok orang Yahudi zaman Yesus tentang yaitu:
1)
Paham
Kerajaan Allah bersifat nasionalistis
Mereka memahami bahwa Kerajaan
Allah akan terwujud bila bangsa Israel bisa terbebas dari penjajahan bangsa
asing. Untuk mewujudkan hal tersebut, mereka harus melakukan perlawanan agar
mampu mengusir penjajah dari tanah air mereka. Untuk itu dibutuhkan seorang
Mesias yang berperan sebagai pemimpin perang melawan penjajah. Paham Kerajaan
Nasionalis sangat kuat di kalangan Kaum Zelot. Beberapa kali mereka berusaha
melakukan pemberontakan, tetapi karena kekuatan mereka kecil, dengan mudah
ditumpas oleh penguasa Romawi.
2)
Paham
Kerajaan Allah bersifat apokaliptik
Kelompok ini memahami bahwa
Kerajaan Allah akan dinyatakan pada akhir zaman. Pada saat itulah Mesias akan
datang untuk melakukan pengadilan kepada manusia. Mereka yang hidupnya jahat
dan berdosa akan mendapat penghukuman; sementara mereka yang hidupnya berkenan
kepada Allah akan memperoleh ganjaran hidup kekal. Setelah pengadilan itu
terjadi, Allah akan membangun peradaban baru atau bumi baru yang lebih baik
dari sebelumnya. Salah satu kelompok yag cukup kuat memegang paham ini adalah
kelompok Eseni. Mereka adalah kelompok orang yang memilih hidup seperti
biarawan, mengasingkan diri dari keramaian dunia. Kebanyakan mereka tinggal di
gua-gua di tebing Laut Mati.
3)
Paham
Kerajaan Allah bersifat legalistik
Paham ini sangat kuat berkembang
di kalangan para rabi (para Pengajar/ guru agama Yahudi). Menurut mereka saat
ini Allah sudah meraja, dan bangsa Israel adalah warga Kerajaan-Nakan tegak
kembali bila penjajah bisa dihalau dari negeri mereka. Cara yang paling tepat
untuk mencapai itu, bukan dengan cara mengangkat senjata, melainkan menjalankan
kembali Hukum taurat dengan setia.
5. Guru
mengajak peserta didik untuk memahami adanya beberapa tokoh agama dan
masyarakat Yahudi yang menganggap Yesus sebagai Mesias sebagaimana yang mereka
harapkan, dengan cara membaca sendiri-sendiri dan menjawab secara pribadi
kutipan Luk. 2: 25-40, Yoh. 1: 43-51, dan Mrk. 8:27-33
a.
Luk.
2:25-40
25Adalah di Yerusalem seorang
bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan
bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya,
26dan kepadanya telah dinyatakan
oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia
yang diurapi Tuhan.
27Ia datang ke Bait Allah oleh Roh
Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan
kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat,
28ia menyambut Anak itu dan
menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya:
29"Sekarang, Tuhan, biarkanlah
hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu,
30sebab mataku telah melihat
keselamatan yang dari pada-Mu,
31yang telah Engkau sediakan di
hadapan segala bangsa,
32yaitu terang yang menjadi
pernyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu,
Israel."
33Dan bapa serta ibu-Nya amat heran
akan segala apa yang dikatakan tentang Dia.
34Lalu Simeon memberkati mereka dan
berkata kepada Maria, ibu Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan
untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi
suatu tanda yang menimbulkan perbantahan
35--dan suatu pedang akan menembus
jiwamu sendiri--,supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang."
36Lagi pula di situ ada Hana,
seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut
umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya,
37dan sekarang ia janda dan berumur
delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang
malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa.
38Dan pada ketika itu juga datanglah
ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu
kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.
39Dan setelah selesai semua yang
harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya,
yaitu kota Nazaret di Galilea.
40Anak itu bertambah besar dan
menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.
Pertanyaan:
Bagaimana pemahaman Simeon dan
Nabi Hana tentang Mesias? (lihat ayat 32, 34, 38)?
b.
Yoh.
1:43-51
43Pada keesokan harinya Yesus
memutuskan untuk berangkat ke Galilea. Ia bertemu dengan Filipus, dan berkata
kepadanya: "Ikutlah Aku!"
44Filipus itu berasal dari Betsaida,
kota Andreas dan Petrus.
45Filipus bertemu dengan Natanael
dan berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa
dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari
Nazaret."
46Kata Natanael kepadanya:
"Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?"
47Kata Filipus kepadanya: "Mari
dan lihatlah!" Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata
tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di
dalamnya!"
48Kata Natanael kepada-Nya:
"Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus kepadanya: "Sebelum
Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara."
49Kata Natanael kepada-Nya:
"Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!"
50Yesus menjawab, kata-Nya:
"Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka
engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada
itu."
51Lalu kata Yesus kepadanya:
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan
malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia."
Pertanyaan:
1)
Siapa
Yesus menurut Natanael?
2)
Bagaimana
tanggapan Yesus terhadap pernyataan Natanael?
c.
Mrk.
8:27-33
27Kemudian Yesus beserta
murid-murid-Nya berangkat ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di
tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, kata- Nya: "Kata orang,
siapakah Aku ini?"
28Jawab mereka: "Ada yang
mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang
mengatakan: seorang dari para nabi."
29Ia bertanya kepada mereka:
"Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Petrus:
"Engkau adalah Mesias!"
30Lalu Yesus melarang mereka dengan
keras supaya jangan memberitahukan kepada siapapun tentang Dia.
31Kemudian mulailah Yesus
mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak
penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat,
lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.
32Hal ini dikatakan-Nya dengan terus
terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia.
33Maka berpalinglah Yesus dan sambil
memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis,
sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang
dipikirkan manusia."
Pertanyaan:
1)
Mengapa
Yesus memarahi Petrus dan berkata “enyalah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan
apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia?
2)
Yesus
itu Mesias seperti apa, menurut Mrk tersebut, khususnya ayat 31?
6. Guru
memberi kesempatan beberapa orang untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut!
7. Agar
peserta didik lebih mampu memahami latar belakang sosial politik dan keagamaan
orang Yahhdi pada zaman Yesus, serta paham Kerajaan Allah yang ada pada saat
itu, Guru dapat menugaskan mereka untuk mencarinya di berbagai literatur atau
melalui internet.
Langkah Ketiga: Memahami Kerajaan Allah dalam Pewartaan Yesus
1. Guru
mengajak peserta didik membaca kutipan berikut:
a.
Luk
4 :16-21
16Ia datang ke Nazaret tempat Ia
dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat,
lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab.
17Kepada-Nya diberikan kitab nabi
Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis:
18"Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh
sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang
miskin; dan Ia telah mengutus Aku
19untuk memberitakan pembebasan
kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk
membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan
telah datang."
20Kemudian Ia menutup kitab itu,
memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam
rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya.
21Lalu Ia memulai mengajar mereka,
kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."
b.
Yoh.
18:33-37
33Maka kembalilah Pilatus ke dalam
gedung pengadilan, lalu memanggil Yesus dan bertanya kepada-Nya: "Engkau
inikah raja orang Yahudi?"
34Jawab Yesus: "Apakah engkau
katakan hal itu dari hatimu sendiri, atau adakah orang lain yang mengatakannya
kepadamu tentang Aku?"
35Kata Pilatus: "Apakah aku
seorang Yahudi? Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam kepala yang telah menyerahkan
Engkau kepadaku; apakah yang telah Engkau perbuat?"
36Jawab Yesus: "Kerajaan-Ku
bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku
telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi
Kerajaan-Ku bukan dari sini."
37Maka kata Pilatus kepada-Nya:
"Jadi Engkau adalah raja?" Jawab Yesus: "Engkau mengatakan,
bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke
dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang
yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku."
2. Guru
meminta peserta didik merumuskan pemikiran dasar yang ada dalam tiap perikop
berkaitan dengan paham Kerajaan Allah yang diwartakan Yesus.
3. Guru
meminta beberapa peserta menyampaikan hasilnya.
4. Bila
dianggap perlu, guru dapat menyampaikan beberapa gagasan berikut:
a.
Kekhasan
paham Yesus tentang Kerajaan Allah. Pertama, Kerajaan Allah bukan saat
Penghakiman melainkan penyelamatan. Orang-orang Yahudi saat itu memahami bahwa
Kerajaan Allah akan tiba bila Mesias datang untuk mengadili orang hidup dan
mati, dan melakukan penghakiman dan pemisahan. Yang baik akan masuk surga, yang
berdosa akan menerima hukuman dalam neraka. Yesus lebih menekankan Kerajaan
Allah sebagai saat penyelamatan. Bagi Yesus kehendak Allah sejak semula adalah
menyelamatkan manusia, dan untuk itu pula Allah mengutus diri-Nya untuk
mewujudkan tindakan Allah yang menyelamatkan itu. Proklamasi dan pendirian
kerajaan Allah adalah tujuan misinya: "Juga di kota-kota lain Aku harus
memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus." (Luk.
4:43). Injil adalah "Kabar Baik". Kalau Yesus memberitakan Injil, Ia
tidak hanya memberitakan ajaran-ajaran, sebab Injil atau Kabar Baik yang
sesungguhnya adalah Yesus Kristus sendiri. Hal itu sudah sejak awal ditegaskan
di awal misinya di sinagoga di Nazaret, ketika ia menegaskan bahwa kata-kata
yang ada dalam Kitab Yesaya yang dibaca-Nya sesungguhnya mengenai diri-Nya.
"Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk
menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku
untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi
orang-orang buta, untuk membebaskan orang- orang yang tertindas, untuk
memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.... Pada hari ini genaplah ini
sewaktu kamu mendengarnya." (Luk. 4:18-21).
b.
Kedua,
Kerajaan Allah sudah tiba dan sedang berlangsung. Orang-orang Yahudi memandang
bahwa Kerajaan Allah baru akan terwujud kelak pada akhir zaman. Tetapi Yesus
menegaskan bahwa kerajaan Allah itu dekat, sedang berlangsung dan sudah hadir
dalam diri-Nya. Yesus menegaskan bahwa Kerajaan Allah “sudah dekat” (Mrk. 1:15;
13:29; Mat. 10:7), “sudah di ambang pintu” (Luk. 17:20-21.37), “tidak akan
ditunda-tunda lagi” (Luk. 10:9 dsj.; 11:20 dsj.). Kerajaan Allah bukan
peristiwa yang hanya akan terwujud kelak, melainkan saat ini. Hal ini
ditegaskan oleh Yesus pada saat mengajarkan tentang Doa Bapa Kami: ”datanglah
Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.” (Mat. 6:10)
Walaupun demikian keadaan dunia saat ini tidak bisa diidentikkan dengan
Kerajaan Allah, sebab apa yang dapat dicapai di dunia ini masih akan
disempurnakan secara paripurna kelak pada akhir zaman. Dengan demikian ada dua
tegangan waktu: antara kini dan akan datang. Kerajaan Allah sudah dimulai dan
sudah terwujud dalam kata dan perbuatan Yesus, tetapi akan disempurnakan kelak
ketika Yesus datang untuk kedua kalinya. Allah yang adalah Raja hadir dan akan
menunjukkan kekuasaan-Nya dalam diri Yesus Kristus. Kerajaan itu akan dialami
bila manusia bertobat dan menerima Yesus Kristus sebagai wujud Allah yang
meraja. Setiap orang yang menerima dan percaya kepada-Nya secara otomatis
menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah.
c.
Ketiga,
Kerajaan Allah merupakan saat Penyelamatan manusia secara utuh. Kerajaan Allah
yang diwartakan oleh Yesus membebaskan manusia secara utuh dan menyeluruh,
yaitu pembebasan manusia dari belenggu dosa yang memisahkannya dari Allah dan
sesamanya dan sekaligus dari situasi penderitaan yang diakibatkan oleh dosa.
Akar segala kejahatan yang mengasingkan manusia dari Allah dan sesamanya adalah
dosa (bdk. Luk. 10:18). Sebab dosa telah mengakibatkan ketidakadilan,
keserakahan, perendahan martabat manusia, egoisme dan sebagainya. Itulah
sebabnya dalam banyak kesempatan menyembuhkan orang, Yesus juga mengatakan
:dosamu diampuni (Luk. 5:20, Mrk. 2:5)
d.
Kerajaan
Allah merupakan situasi dan peristiwa penyelamatan: situasi dan perjuangan
untuk perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan
kesetiaan, kelestarian lingkungan hidup, yang dirindukan oleh setiap orang dari
pelbagai agama dan kepercayaan.
Langkah Keempat: Memahami Yesus yang Mewartakan Kerajaan Allah
Melalui Sabda, Perbuatan, Keseluruhan Pribadi serta Wafat-Nya.
1. Guru
membagi peserta didik dalam tiga kelompok. Kelompok bisa diberi nama: Kelompok
Matius, Kelompok Markus, dan Kelompok Lukas.
2. Tugas
kelompok Matius: mencari dalam Injil Matius perikop atau ayat yang berisi:
a) Perumpamaan
tentang Kerajaan Allah
b) Kisah
mukjizat Yesus
c) Sikap
dan perbuatan Yesus yang menunjukkan kepribadian Yesus sebagai Mesias yang
sesungguhnya
3. Peserta
didik bisa menuliskannya dalam bentuk kolom seperti di bawah ini:
A.
Daftar Perumpamaan tentang Kerajaan
Allah dalam Injil .................*) *)
Diisi sesuai nama kelompok |
||
No. |
Perumpamaan |
Perikop/ Ayat Kitab Suci |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
B.
Daftar Mukjizat tentang Kerajaan
Allah dalam Injil .................*) *)
Diisi sesuai nama kelompok |
||
No. |
Mukjizat |
Perikop/ Ayat Kitab Suci |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4. Jika
diperlukan, Guru dapat mengajak peserta didik mengecek hasil kelompok dengan
daftar berikut:
a)
Mukjizat
Yesus tentang Kerajaan Alllah
-
Meredakan
angin ribut (Mat. 8:23-27; Mrk. 4:35-41; Luk. 8:22-25)
-
Berjalan
di atas air (Mat. 14:22-33; Mrk. 6:45-52)
-
Memberi
makan lima ribu orang (Mat. 14:15-21; Mrk. 6:35-44; Luk. 9:12-17; Yoh. 6: 5-14)
-
Memberi
makan empat ribu orang (Mat. 15:32-38; Mrk. 8:1-9)
-
Uang
logam di mulut ikan (Mat. 17:24-27)
-
Mengutuk
pohon ara (Mat. 21:18-22; Mrk. 11:12-14, 20-24)
-
Mukjizat
penangkapan ikan yang pertama kali (Luk. 5:1-11)
-
Mukjizat
penangkapan ikan yang ajaib (Luk 5:1-11)
-
Menyembuhkan
orang buta yang bernama Bartimeus (Mat. 20:29-34;Mrk. 10:46-52; Luk. 18:35-43)
-
Menyembuhkan
orang buta di Betsaida (Mrk. 8:22-26)
-
Menyembuhkan
perempuan yang bungkuk selama 18 tahun karena dirasuki roh jahat (Luk.
13:10-17)
-
Menyembuhkan
orang yang sakit busung air (Luk. 14:1-6)
-
Menyembuhkan
perempuan yang sakit pendarahan (Mat. 9:20-22; Mrk. 5:25-34; Luk. 8:43-48)
-
Menyembuhkan
anak perempuan yang kerasukan setan (Mat. 15:21-28; Mrk. 7:24-30)
-
Menyembuhkan
sepuluh orang kusta (Luk. 17:11-19)
-
Menyembuhkan
orang kusta di Genesaret (Mat. 8:1-4; Mrk. 1:40-45; Luk. 5:12-15)
-
Menyembuhkan
orang lumpuh (Mat. 9:1-8; Mrk. 2:1-12; Luk. 5:17-26)
-
Menyembuhkan
Ibu mertua Petrus (Mat. 8:14-17; Mrk. 1:29-31; Luk. 4:38-39)
-
Menyembuhkan
orang yang tangannya mati sebelah (Mat. 12:9-13; Mrk. 3:1-5; Luk. 6:6-11)
-
Menyembuhkan
seorang anak muda yang sakit ayan (Mat. 17:14-21; Mrk. 9:14-29; Luk. 9:37-42)
-
Menyembuhkan
seorang yang bisu dan tuli (Mrk. 7:31-37)
-
Menyembuhkan
seorang bisu yang kerasukan setan (Mat. 12:22; Luk. 11:14)
-
Menyembuhkan
dua orang buta (Mat. 9:27-31)
-
Menyembuhkan
seorang bisu (Mat. 9:32-33)
-
Menyembuhkan
hamba seorang perwira di Kapernaum (Mat. 8:5-13; Luk. 7:1-10)
-
Menyembuhkan
seorang hamba imam besar yang terpotong telinganya (Luk. 22:49-51)
-
Menyembuhkan
orang yang lumpuh selama 38 tahun di kolam Betesda (Yoh. 5:1-16)
-
Mengusir
roh jahat dan memasukkannya ke babi (Mat. 8:28-34; Mrk. 5:1-20; Luk. 8:26-39)
-
Mengusir
roh jahat yang merasuki seseorang di Kapernaum (Mrk. 1:23-27; Luk. 4:33-36)
-
Membangkitkan
Lazarus (Yoh. 11:1-45)
-
Membangkitkan
anak perempuan Yairus (Mat. 9:18-26; Mrk. 5:22-24, 35-43; Luk. 8:41-42, 49-56)
-
Membangkitkan
anak muda di Nain (Luk. 7:11-16)
b)
Daftar
Perumpamaan Yesus
-
Dua
Macam Dasar (Mat 7: 24-27; Luk 6: 47-49)
-
Perumpamaan
seorang penabur (Mat 13: 3-23; Mrk 4: 1-20; Luk 8: 4-15 )
-
Perumpamaan
lalang di antara gandum (Mat 13: 24-30)
-
Perumpamaan
biji sesawi (Mat 13: 31-32; Mrk 4: 30-34; Luk 13:18- 19)
-
Perumpamaan
ragi (Mat 13:33; Luk 13: 20-21)
-
Perumpamaan
harta terpendam (Mat 13:44)
-
Perumpamaan
mutiara yang berharga (Mat 13: 45-46)
-
Perumpamaan
pukat (Mat 13: 47-50)
-
Perumpamaan
domba yang hilang (Mat 18: 12-14; Luk 15: 3-7 )
-
Perumpamaan
pengampunan (Mat 18: 22-35)
-
Perumpamaan
orang-orang upahan di kebun anggur (Mat 20: 1-16)
-
Perumpamaan
dua orang anak (Mat 21: 28-32)
-
Perumpamaan
penggarap-penggarap kebun anggur (Mat 21: 33-44; Mrk 12: 1-12; Luk 20: 9-19)
-
Perumpamaan
perjamuan kawin (Mat 22: 1-14; Luk 14: 15-24)
-
Perumpamaan
pohon ara (Mat 24: 32-35; Mrk 13:24-32; Luk 21: 25-33)
-
Perumpamaan
hamba yang setia dan hamba yang jahat (Mat 24: 45-51; Luk 12: 41-48)
-
Perumpamaan
gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh (Mat 25: 1-13)
-
Perumpamaan
talenta (Mat 25: 14-30; Luk 19: 11-27)
-
Perumpamaan
domba dan kambing (Mat 25: 31-34)
-
Perumpamaan
pelita dan ukuran (Mat 4: 21–25; Luk 8: 16-18)
-
Perumpamaan
benih yang tumbuh (Mat 4: 26-29)
-
Orang
Samaria yang murah hati (Luk 10: 25-37
-
Perumpamaan
kewaspadaan (Luk 12: 35-40
-
Perumpamaan
tentang pohon ara yang tidak berbuah (Luk 13: 6-9
-
Perumpamaan
tentang dirham yang hilang (Luk 15: 8-10)
-
Perumpamaan
tentang anak yang hilang (Luk 15: 11-32)
-
Perumpamaan
tentang bendahara yang tidak jujur (Luk 16: 1-9)
-
Perumpamaan
tentang hakim yang tak benar (Luk 18: 1-8)
-
Perumpamaan
tentang orang Farisi dengan pemungut cukai (Luk 18:9-14)
c)
Yesus
mewartakan Kerajaan Allah melalui Sabda-Nya
Yesus tidak pernah mendefinisikan
Kerajaan Allah, tetapi supaya para pengikut-Nya memahami Kerajaan Allah, Ia
menjelaskannya melalui perumpamaan (Mrk 4: 33-34).
Melalui perumpamaan Yesus
mengundang semua orang ke perjamuan Kerajaan-Nya serta menuntut setiap orang
yang diundang membuat keputusan yang radikal, tidak menunda-nunda dan tidak
menghindar dengan berbagai alasan (bdk. Mat 22: 1-14 - perumpamaan perjamuan
kawin). Untuk mencapainya Kerajaan Allah, orang tidak cukup berdiam diri,
melainkan berusaha “mencari: dan “menggalinya” bahkan harus berani melepaskan
segala sesuatu demi memperolehnya (bdk. Mat 13: 44-45 – perumpamaan harta
terpendam dan mutiara); tidak cukup juga berkata ya tapi tidak melaksanakan,
yang dibutukan adalah komitmen untuk melakukannya (bdk. Mat 21:28-32 –
perumpamaan dua anak)
Kerajaan Allah mengandaikan pula
kesiapan diri kita untuk menjadi tempat yang subur bagi pertumbuhan firman
Allah (bdk. Mat 13: 3-9 – perumpamaan penabur); dan sikap bertanggung jawab
untuk mengembangkannya sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah bisa berbuah
berlimpah-limpah (bdk. Mat. 25: 14-30 – perumpamaan talenta) . Untuk bisa
“"mengetahui rahasia Kerajaan surga" ( Mat. 13:11 ) orang harus
percaya kepada Yesus dan menjadi murid-Nya; karena selama masih "ada di
luar” ( Mrk. 4:11 ), Kerajaan Allah akan tetap menjadi rahasia (bdk. Mat. 13:
10-15)
Tidak kalah pentingnya adalah
khotbah Yesus di bukit. Dalam khotbah bahagia, Yesus berbicara tentang situasi
penderitaan sosial (ekonomis-politis) umat Israel (Mat. 5:3-12; Luk. 6:20b-23).
Namun situasi penderitaan ini tidak hanya berkaitan dengan kondisi kemelaratan
dan kesengsaraan tetapi juga dengan situasi seluruh Israel (dan umat manusia)
yang terjerat dalam kuasa dosa.
d)
Karya
Yesus sebagai Tanda Datangnya Kerajaan Allah
Melalui pelbagai tindakan-Nya,
Yesus menghadirkan Allah yang membebaskan dan menyelamatkan manusia secara
nyata.
Pertama: Tindakan pengusiran
setan. Yesus bersabda: “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka
sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu” (Luk. 11:20; Mat. 12:28).
Pengusiran setan adalah bukti hancurnya kuasa iblis. Kuasa Iblis itu lah yang
selalu membelokkan arah hidup manusia untuk menolak Allah, sebagaimana
dilakukannya kepada Hawa dan Adam, dan juga saat menggodai Yesus setelah Yesus
selesai berpuasa. Dengan mengusir setan dan mengalahkan kuasanya, kuasa Allah
kini dapat meraja dalam hidup manusia (bdk. Luk 10:18)
Kedua: Mukjizat Penyembuhan Yesus.
Dalam Perjanjian Lama, Yesaya pernah bernubuat: “Pada waktu itu mata
orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka.
Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu
akan bersorak-sorai; sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di
padang belantara” (Yes. 35:5-6). Yesus tidak hanya mengajarkan Kerajaan Allah,
dalam banyak kesempatan Yesus membuat mukjizat “orang buta melihat, orang
lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati
dibangkitkan” (Mat. 11:5; Luk. 7:22). Melalui mukjizat Yesus mereka yang mengalami
dan melihat mukjizat yang dilakukan Yesus, tidak hanya percaya bahwa Allah
meraja dalam diri Yesus, sekaligus merasakan daya penyelamatan Allah pada umat-
Nya (Luk. 4:18-21). Tidak semua mukjizat yang dilakukan oleh Yesus tercatat
dalam Alkitab. Tetapi, mukjizat-mukjizat yang tercatat dalam Alkitab sudah
cukup untuk menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Yohanes menulis: “Memang
masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang
tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah
dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya
kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya” (Yoh. 20:30-31).
Ketiga, Kerajaan Allah terwujud
dalam keseluruhan Pribadi Yesus, dalam sikap dan tindakan Yesus terhadap orang
berdosa. Injil tak henti- hentinya mengisahkan tentang kasih Yesus yang luar
biasa terhadap orang berdosa. Ia memiliki perhatian dan kasih sayang yang besar
terhadap pemungut cukai dan pendosa (Mrk. 2:15-17; Luk. 7:36-50; 19:1-10; Mrk.
2:1-12). Ia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang (Luk. 19:10). Ia
bersantap dengan para pendosa. Sebagai konsekuensinya, Ia dihina sebagai teman
para pemungut cukai dan pendosa (Luk. 7:34b; Mat. 11:19b). Dengan kehadiran-Nya
dalam perjamuan bersama orang berdosa, Yesus menyatakan kehadiran Allah yang
penuh kerahiman bagi umat-Nya yang berdosa. Perjamuan bersama orang berdosa dan
pengampunan dosa merupakan tanda kehadiran Kerajaan Allah (bdk. Mrk. 2:15-17).
Keempat: Kerajaan Allah terpenuhi
secara paripurna dalam peristiwa wafat dan kebangkitan Yesus dari alam maut.
Kebangkitan Yesus menjadi peristiwa paling agung yang menunjukkan kekuasaan
Allah. Dalam peristiwa Paskah, Kerajaan Allah tidak lagi menjadi janji tetapi
telah mencapai perwujudannya. Dalam diri Yesus yang bangkit, Kerajaan Allah
tidak hanya impian kelak sesudah manusia mati, tapi sungguh nyata dalam hidup
manusia di dunia. Karena itulah berkat peristiwa kebangkitan-Nya, Kitab Suci
memberi gelar Ilahi kepada Yesus, yaitu sebagai Mesias/Kristus (Christos: Kis.
2:36) dan Putra Allah (Roma 1:4; Kis 13:30,33) serta Tuhan (Kyrios: Flp. 2:11;
Roma 10:9; 14:9). Melalui gelar-gelar itu terungkaplah bahwa dalam diri-Nya
Kerajaan Allah telah mencapai titik paripurnanya.
Tetapi dalam pewartaan-Nya, Yesus
juga mengingatkan kepenuhan Kerajaan Allah akan lebih disempurnakan saat
kedatangan-Nya kembali. Dengan kata lain Kerajaan Allah mempunyai sisi kekinian
(sudah terjadi lewat Sabda, Tindakan dan Pribadi Yesus yang berpuncak pada
wafat dan kebangkitan-Nya), tetapi juga tetap bercirikan eskatologis. Pemenuhan
keselamatan eskatologis ini sudah dilukiskan oleh sudah terjadi sejak peristiwa
kematian Yesus. Injil Matius melukiskan tanda- tanda apokaliptis yang menyertai
kematian Yesus (27:51-54), yaitu tiga kejadian alam: gempa bumi, terbelahnya
bukit batu, dan terbukanya kubur-kubur. Kejadian-kejadian alam itu sering
dipakai untuk meng- gambarkan kejadian yang akan menyertai akhir zaman ketika
Allah datang sebagai hakim dan raja semesta alam (bdk. Hag. 2:7-10; Zak.
14:1-11).
e)
Pewartaan
Kerajaan Allah diteruskan
Semasa hidup-Nya di muka umum
Yesus memilih dua belas orang yang mengambil bagian dalam perutusan-Nya (Bdk.
Mrk. 3:13-19). Ia mengutus mereka "untuk memberitakan Kerajaan Allah dan
untuk menyembuhkan orang" (Luk. 9:2 ). Secara khusus, Yesus menetapkan
Simon Petrus menduduki tempat yang pertama (Bdk. Mrk 3:16; Mrk. 9:2; Luk.
24:34; 1Kor. 15:5). Kepada Petrus, Yesus bersabda: "Engkau adalah Petrus
dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat- Ku dan alam maut tidak
akan menguasainya" (Mat. 16:16-18). Yesus mempercayakan kekuasaan untuk
meneruskan kunci Kerajaan Allah kepada Petrus: “Kepadamu akan Kuberikan kunci
Kerajaan Sorga. Apa yang kau ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa
yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga" (Mat. 16:19). Kuasa
itu berarti kewenangan untuk memimpin Umat Allah, yaitu Gereja. Pemberian kuasa
itu ditegaskan kembali oleh Yesus sesudah kebangkitan- Nya: "Gembalakanlah
domba-domba-Ku" (Yoh. 21:15-17). Kuasa itu dilanjutkan oleh para Bapa
Gereja sebagai pengganti Petrus dan dipelihara sampai sekarang.
Oleh karena itu, Gereja dipanggil
untuk melanjutkan pewartaan dan perwujudan Kerajaan Allah yang dulu diwartakan
dan diwujudkan oleh Yesus. Konsili Vatikan II mengatakan, Gereja tidak hanya
sekedar menjadi tanda Kerajaan Allah tetapi “benih dan awal mula Kerajaan itu
di dunia” (LG 5). Gereja memang tidak identik dengan Kerajaan Allah, tetapi
seluruh hidup dan penampilan Gereja mestilah sanggup mengungkapkan kehadiran
Allah yang menyelamatkan di tengah- tengah umat-Nya. Gereja ada di dunia bukan
demi kepentingan dirinya sendiri tetapi bagi yang lain, yaitu demi Kerajaan
Allah.
Dalam kaitan dengan hal ini
Kardinal Joseph Ratzinger (sekarang Paus emeritus Benediktus XVI) mengatakan:
“Gereja ada bukan untuk dirinya sendiri, melainkan menjadi instrumen Allah,
untuk mengantar manusia menuju kepada-Nya dan untuk mempersiapkan momentum,
saat ‘Allah menjadi segala dalam segalanya’” (1Kor. 15:28). Tujuan kehadiran
persekutuan umat Allah di bumi ini adalah mengantar manusia menuju kepenuhan
hidup Ilahi, pemenuhan Kerajaan Allah (LG 9).
Hal ini membawa pada konsekuensi
pada misi Gereja saat ini, bukan terutama untuk mencari lebih banyak pengikut
atau membaptis orang sebanyak-banyaknya, melainkan memberikan kesaksian tentang
nilai- nilai Kerajaan Allah dalam hidup manusia. Dalam situasi masyarakat
Indonesia yang berbhineka tunggal ika, perutusan tersebut tampak dalam upaya
Gereja untuk menjadi komunitas yang terbuka, yaitu komunitas yang siap
berdialog dan bekerjasama dengan “semua orang yang berkehendak baik” untuk
membangun masyarakat Indonesia yang dilandasi dan diresapi oleh nilai
kebenaran.
5. Ayat
untuk Direnungkan:
Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal
makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh
Roh Kudus (Roma 14:17).
Langkah Kelima: Refleksi dan Aksi
1. Refleksi.
Peserta
didik diminta memilih salah satu perumpamaan Yesus tentang Kerajaan Allah dan
kemudian merumuskan pesannya berkaitan dengan makna Kerajaan Allah, dengan
ketentuan:
a.
Membuat
tema yang sesuai dengan perumpamaan
b.
Struktur:
pengantar, uraian singkat Kitab Suci, pesan Kitab Suci, penerapan dalam hidup
pribadi
c.
Diketik
dalam kertas A-4, font: Bookman Old 12, spasi 1.5, margin normal, minimal 1
halaman, maksimal 2 halaman. Atau ditulis tangan di kertas folio bergaris,
minimal 1 halaman, maksimal 2 halaman
d.
Waktu
pengerjaan: 1 minggu sejak tugas diberikan.
2. Aksi.
Siswa
menuliskan rencana aksi nyata untuk mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam
masyarakat dewasa ini, misalnya: perjuangan menegakkan keadilan, kejujuran,
kesejahteraan atau persaudaraan sejati. Rencana dan pelaksanaan aksi nyata
dituliskan dalam buku jurnal/catatan dan bisa ditandatangani orang tua.
Doa Penutup
Jadikanlah
Aku Pembawa Damai (PS 221)
Tuhan, jadikanlah aku pembawa
damai. Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cinta kasih.
Bila terjadi penghinaan,
jadikanlah aku pembawa pengampunan.
Bila terjadi perselisihan,
jadikanlah aku pembawa kerukunan.
Bila terjadi kebimbangan,
jadikanlah aku pembawa kepastian.
Bila terjadi kesesatan, jadikanlah
aku pembawa kebenaran.
Bila terjadu kecemasan, jadikanlah
aku pembawa harapan.
Bila terjadi kesedihan, jadikanlah
aku sumber kegembiraan.
Bila terjadi kegelapan, jadikanlah
aku pembawa terang,
Tuhan, semoga aku lebih ingin
menghibur daripada dihibur, memahami daripada dipahami, mencintai daripada
dicintai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar